You are on page 1of 35

1.

Latar Belakang

Problem Based Learnig mempunyai kelebihan yaitu peseta didik belajar

untuk memecahkan masalah, mencoba mengasah pikiran dan berani

mengeluarkan pendapat mereka masing-masing terkait permasalahan yang

akan mereka pecahkan sendiri dengan melakukan observasi dan pengamatan.

Dengan cara ini peserta didik menjadi kritis dan aktif belajar. SMK Negeri 3

Palu merupakan sekolah tingkat kedua yang berada di Kota Palu. Dalam

proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMK Negeri

3 Palu tidak luput dari permasalahan-permasalahan. Terlihat dari proses

pembelajaran siswa kurang berperan aktif, cenderung diam apabila ada

pertanyaan dan kurang fokus saat pembelajaran berlangsung. Selama masa

pandemik, kondisi belajar siswa di SMK Negeri 3 Palu menggunakan

pembelajaran online (membuat group di whatsApp atau apikasi Zoom).

Pemberian tugas melalui salah satu media onlline di atas . terbatasnya siswa

yang ingin mengemukakan pendapat dan kurangnya partisipasi siswa dalam

pembelajaran guru menggunakan metode ceramah hingga membuat siswa

merasa bosan.

Hasil observasi yang dilakukan yaitu rendahnya keterlibatan siswa

dalam mengemukakan pendapat terlihat dalam proses pembelajaran siswa

yang kurang aktif, cenderung diam apabila ada pertanyaan dan bermain

selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian diharapkan

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode

diskusi dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa dalam


mengemukakan pendapat. Kenyataan yang ada dalam pendidikan

kewarganegaraan belum adanya peningkatan mutu pendidikan. Masalah-

masalah belajar pendidikan kewarganegaraan antara lain : pengajaran

kewarganegaraan hanya mencurahkan pengetahuan (tidak berdasarkan

prakter). Dalam hal ini fakta konsep dan prinsip kewarganegaraan lebih

mencurahkan melalui ceramah, tanya jawab atau diskusi tanpa didasarkan

kerja praktek. Variasi kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada

saat ini, guru hanya mengajar dengan metode ceramah dikombinasikan

dengan media dan siswa tidak terlihat aktif dalam pembelajaran.

Menurut Sundawa, (2008:3). Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) adalah proses perkembangan kecakapan seseorang

dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.

Sementara menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengatakan:

“Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah usaha sadar dan

terancam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa

dan negara.

Penjelasan di atas pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

merupakan bagian dari pembentukkan sikap yang menekankan pembelajaran

yang memberikan pengalaman secara langsung atau siswa ditekankan untuk

aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada dasarnya pelajaran


kewarganegaraan berupaya membekali siswa dengan membekali siswa

dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan

yang dapat membantu siswa untuk memahami sikap dan perilaku moral. Atas

dasar pemikiran tersebut maka mode pembelajaran Problem Based Learning

perlu dikembangkan, ada penekanan pada kegiatan belajar siswa terlebih

dalam mengemukakan pendapat mereka.

Salah satu model pembelajaran kepada siswa dan siswa aktif dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam model Problem Based Learning

dikenal sebagai pemecahan suatu masalah yang terdaapt dalam materi ajar,

Problem Based Learning dibantu dengan metode diskusi yang sebelum

menemukan masalah siswa membentuk kelompok dan membahas materi

yang disajikan kemudian siswa memberi kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan yang merupakan masalah dalam materi tersebut kemudian

dilanjutkan dengan pemahaman siswa dan memecahkan masalah yang

mengasah kemampuan mengemukakan pendapat dari para masing-masing

siswa yang sudah membentuk kelompok. Dengan cara seperti ini peserta

didik menjadi lebih kritis dan aktif dalam belajar.

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan perbaikan guna

mengatasi hal tersebut. Dengan demikian diharapkan penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning melalui teknik diskusi dalam

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat

siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan pengkajian secara teoritis

maupun praktis permasalahan ini dengan judul “Penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning melalui teknik diskusi dalam

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat

siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan A

SMK Negeri3 Palu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut,

a. Bagaimana penerapan Model Problem Based Learning melalui teknik

diskusi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas X

Teknik Komputer dan Jaringan A SMK Negeri3 Palu.?

b. Bagaimana kendala-kendala dalam penerapan Model Problem Based

Learning melalui teknik diskusi dalam pembelajaran dapat

meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam

pembelajaran PPKn di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan A SMK

Negeri3 Palu.?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

mengetahui dan menjelaskan:

a. penerapan Model Problem Based Learning melalui teknik diskusi

dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan


pendapat siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas X Teknik

Komputer dan Jaringan A SMK Negeri3 Palu

b. kendala-kendala dalam penerapan Model Problem Based Learning

melalui teknik diskusi dalam pembelajaran dapat meningkatkan

kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran

PPKn di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan A SMK Negeri3 Palu

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa

Dapat menjadikan siswa lebih aktif dlam mengemukakan pendapat

dalam proses diskusi maupun proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

Dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

berpendapat.

c. Bagi sekolah

Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan dan mampu

memperluas wawasan pengetahuan tentang model Problem Based

Learning.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini sangat bermanfaat karena seain menambah pengalaman

penelti juga ikut serta menerapkan model pembelajaran di dalam kelas.


5. Tinjauan Pustaka

5.1. Kajian Teori

a. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

1) Penegertian Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

Model Problem Based Learning (PBL), berakar dari keyakinan

John Dewey dalam Abidin (2014:158) “bahwa guru harus

mengajar dengan menarik naluri alami siswa untuk menyelidiki

dan menciptakan pendekatan utama yang digunakan untuk

setiap mata pelajaran disekolah adalah pendekatan yang mampu

merangsang pikiran siswa untuk memperoleh segala

keterampilan belajar. Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran

hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari

siswa karena konteks alamiah ini memberikan sesuatu yang

dapat dilakukan siswa, bukan suatu yang harus dipelajari,

sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut siswa berfikir

dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula”

Berdasarkan pandangan tersebut mode Problem Based Learning

selanjutnya berkembang menjadi sebuah model pembelajaran yang

berbasiskan masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses

pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya

siswa bekerja dengan masalah yang menuntut siswa mengaplikasikan

pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tingkat kematangan


psikologis dan kemampuan belajarnya. Konsep pembelajaran yang sangat

sesuai dengan tuntutan belaajr pada abad ke-21 yang mengharuskan siswa

senantiasa mengembangkan kemampuan berfikir, kemampuan memecahkan

masalah, dan kemampuan melaksanakan Abidin (2014:159) mengungkapkan

bahwa “memandang model PBL suatu model pembelajaran yang menantang

peserta didik untuk bagaimana belajar, bekerja dengan berkelompok untuk

mencari solusi dan memecahkan masalah yang diberikan peneliti sebagai

kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah.”

Kemendikbud dalam ini digunakan untuk mengikat pesera didik

pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Peserta

didik akan mempelajari konsep atau materi yang berkenaan

dengan masalah yang harus dipecahkan”

Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

Problem Based Learning (PBL), merupakan metode pembelajaran yang

mendoronng siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam

kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah yang akan

diselesaikan. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan

siswa sebelum memulai mempelajari suatu subyek. Problem Based Learning

menyiapkan siswa untuk befikir kritis dan analisis, serta mampu untuk

mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Sehinggah dapat diartikan bahwa Problem Based Learning adalah proses

pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah. Dari

masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan


pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelumnya (prior

knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan berbentuk pengetahuan

dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil

merupakan poin utama dalam penerapan Problem Based Learning. Model ini

merupakan satu proses pembelajaran di mana masalah merupakan pemandu

utama kearah pembejalaran tersebut. Dengan demikian, masalah yang ada

digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat

menyongkong kurikulumnya.

2) Karakteristik Model Problem Based Learnig (PBL)

Sejalan dengan orientasi di atas, menurut Abidin (2014”161) model

Problem Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikkut :

a. Masalah menjadi titik awal permasalahan

b. Masalah yang digunakan dalam masalah yang bersifat

konsektual dan otentik

c. Masalah mendorong lahirnya kemampuan siswa

berpendapat secara multiprespektif

d. Masalah yang digunakan dapat mengembangkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan serta kompotensi

siswa.

e. Model PBL berorientasi pada pengembangan belajar

mandiri

f. Model PBL dilakukan melalui pembelaran yang meneknkan

aktivitas kolaboratif
g. Model PBL memanfaatkan berbagai sumber belajar.

h. Model PBL menekankan pentingnya pemerolehan

keterampilan meneliti, memecahkan masalah dan penguasaan

pengetahuan.

i. Model PBL mendorong siswa agar mampu berfikir tingkat

tinggi, analisis, sintesis, dan evaluatif.

j. Model PBL diakhiri denngan evaluasi, kajian pengalaman

belajar, dan kajian proses pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

model PBL memiliki karakteristik yang bertujuan agar siswa dapat

memecahkan suatu masalah dengan cara bertanya, menganalisis, dan

mengevaluasi.

3) Sintaks atau langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)

Sintaks model PBL berikut merupakan sintaks hasil pengembangan

yang dilakukan atas sintaks terdahulu. Abidin (2014:161-165) menyajikan

hasil perkembangan tersebut dalam sebuah gambar yaitu sebagai berikut :


Fase 1 : Fase 2:
Prapembelajaran menemukan membangun
masalah struktur kerja

Fase 3: Fase 4: Fase 5:


menetapkan mengumpulkan dan merumuskan
masalah membagi informasi solusi

Fase 7 :
Fase 6 : Pasca-
menentukan menyajikan
pembelajaran
solusi
Solusi Terbaik

Gambar 2.1

Sintak model PBL

Sumber: Abidin (2014:163)

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa tahapan model PBL

menurut Abidi(2014:163-165) adalah sebagai berikut:

tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru

sebelum kegiatan pembelajaran itu dimulai. Pada tahap

Prapembelajaran ini guru merancang mempersiapkan media dan sumber

belajar, mengorganisasikan siswa. Dan menjelaskan

prosedur pembelajaran

pada tahap ini siswa membaca masalah yang disajikan

fase 1 : menemukan guru secara individu. Berdasarkan hasil membaca siswa

masalah menuliskan berbagai informasi penting, menemukan hal

yang dianggap sebagai masalah, dan menentukan


pentingnya masalah tersebut bagi dirinya secara individu.

tugas guru pada tahap ini adalah memotivasi siswa untuk

mampu menemukan masalah.

pada tahap ini siswa secara individu membangun struktur

kerja yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah.

Upaya membangun struktur kerja ini diawali dengan

aktivitas siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui


fase 2: membangun
tentang masalah, dan ide apa yang bisa digunakan utuk
struktur kerja
memecahkan masalah. hal terakhir yang harus siswa

lakukan pada tahap ini adalah memberikan kesadaran

akan pentingnya rencana aksi untuk memecahkan

masalah

pada tahap ini siswa menetapkan masalah yang dianggap

paling penting atau masalah yang mereka hadapi dalam

kehidupan nyata. Masalah tersebut selanjutnya dikemas


fase 3: menetapkan
dalam bentuk pertanyaan menjadi sebuah rumusan
masalah
masalah. Tugas guru pada tahap ini adalah mendorong

siswa untuk menentukan masalah dan membantu siswa

menyusun rumusan masalah.

Selain itu langkah-langkah model Problem Based Learning dalam buku

E.Kosasih (2014:91) yaitu :

1. Mengamati, mengorientasikan siswa terhadap masalah.


Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan

terhadap fenomena tertentu, terkait denga KD yang akan

dikembangkan

2. Menanya, memunculkan permasalahan.

Guru mendorong siswa untuk merumuskan suatu masalah

terkait dengan fenomena yang diamatinya. Masalah itu

dirumuskan berupa pertanyaan yang bersifat problematis.

3. Menatar, mengumpulkan data.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi (data)

dalam rangka menyelessaikan masalah, baik secara individu

ataupun berkelompok, dengan membaca berbagai referensi,

pengamatan lapanngan, wawancara dan sebagainya.

4. Mengorganisasi, merumuskan jawaban.

Guru meminta siswa untuk melakukan analisis data dan

merumuskan jawaban terkait dengan masalah yanng mereka

ajukan sebelumnya.

5. Mengomunikasikan.

Guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan jawaban

atas permasalahan yang mereka rumuskan sebelmnya. Guru

juga membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan


Dengan memperhatikan kegiatan pada setiap fase, para peserta didik

menggunakan banyak waktunya untuk mendiskusikan masalah, merumuskan

hipotesis, menentukan fakta yang relevan, mencari informasi, dan

mendefinisikan isi pembelajaran dalam PBM tidak ditetapkan di muka.

Sebaliknya, setiap anggota kelompok akan bertanggungjawab untuk

membangun isu-isu atau tujuan berdasarkan analisa kelompok tentang

permasalahan yang diberikan.

4) Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Sejalan dengan karakteristik di atas, model PBL dipandang sebagai

sebuah model pembelajaran yang memiliki banyak keunggulan. Keunggulan

tersebut diungkapkan Kemendikbud dalam Abidin (2014:161) yaitu sebagai

berikut :

a. Dengan model PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa

yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan

pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui

pengetahuan yang diperlukan. Belajar akan semakin bermakna

dan dapat diperluas kerika peserta didik berhadapan dengan

situasi tempat konsep diharapkan.

b. Dalam situasi model PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan

dan keteramppilan secara simultasn dan mengaplikasikannya

dalam konteks yang relevan.

c. Model PBL dapat meningkatkan kemapuan berfikir kritis,

menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi


internal dalam belajar, dan dapat mengemabngkan hubungan

interpersonal dalam bekerja kelompok.

Keunggulan yang dikemukakan oleh pendapat ahli di atas, dapat

diseimpulkan bahwa model PBL ini sanngat baik untuk mengembangkan

percaya diri siswa yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri sehingga

penliti menggunakan model ini dalam proses KBM.

Kekurangan dalam model Problem Based Learning menurut Abidin

(2014:163) adalag sebagai berikut :

a. Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari

guru sebagai narasumber utama, akan merasa kurang

nyaman dengan cara belajar sendiri

b. Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa

masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka

mereka akan merasa enggan untuk mencoba masalah

c. Tanpa adanya permahaman siswa mengapa mereka

berusaha untuk memecahkan masalah yanng sedang

dipelajarinya maka mereka tidak akan belajar apa yang

ingin mereka pelajari

Berdasarkan uraian di atas, sama halnya dengan model pembelajaran

yang lain model PBL juga memiliki materi maka siswa akan sulit untuk

memecahkan, jika siswa tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang

diberikan itu sulit maka siswa akan merasa enggan dalam memecahkan
masalah tersebut, dan model PBL ini membutuhkan waktu cukup lama untuk

mempersiapkannya.

b. Diskusi

1) Pengertian Diskusi

Samani (2012:150), mengungkapkan bahwa :

Diskusi adalah pertukaran pikiran (sharing of opinion) antara

dua orang atau lebih yang bertjuan memperoleh kesamaan

pandang tentang suatu masalah yang dirasakan bersama. Dengan

demikian diskusi merupakan suatu metode pembelajaran yang

didalamnya terdapat percakapan antara individu dengan individu

lainnya yang terbentuk di dalam suatu wadah atau kelompok

yang diharapkan oleh suatu permasalahan sehinggah mereka

dapat bertukar pikiran untuk mendapatkan pemecahan masalah

yang benar melalui kesepakatan bersama.

Menurut Usman (1993:124) metode diskusi adalah “suatu cara

menyampaikan pelajaran dimana guru bersama-sama siswa mencari jalan

pemechan ataas persoalan yang dihadapi”. Lebih lanjut rinci Usman (1993:

124-125) memperkenalkan tentang metode diskusi sebagai berikut :

1. Tujuan dan manfaat diskusi

a. Menguhungkan pelajaran dengan kehidupan nyata.


b. Memberi kesimpulan kepada siswa untuk berpartisipasi,

berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan

kemampuannya.

c. Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan

keputusan diskusi.

d. Membina sikap terhadap pendirian orang lain.

2. Langkah-langka pelaksanaan diskusi.

Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan dengan

baik, lancar dan menghasilkan tujuan belajar yang efektif dapat

menggunakan dan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini :

1. Persiapan

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok diskusi.

b. Kemapuan siswa dalam setiap kelompok heterogen.

c. Menjelaskan materi yang akan didiskusikan secara singkat.

d. Guru memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran.

2. Pelaksanaan

a. Guru membagikan materi diskusi kepada kelompok.

b. Membing siswa agar semua aktif dalam kelompoknya

mengarahkan kepada setiap kelompok untuk

mempresentasekan tugas kelompoknya.

c. Memberikan siswa untuk menanggapi jawaban dari

kelompok.
d. Mamberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk

mengemukakan pendapatnya.

c. Model Pembelajaran

1) Pengertian Model Pembelajaran

Gunter Et Al (1990:67) “mendefinisikan an instrctional model ia a step-

by-step procedure that leads to specific learning outcimes”. Joyce & Weil

(1980) mendefinisikan “model pembelajaran sebagai kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan

demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yanng

melukiskan prosedur yanng sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Dengan strategi pembelajaran. An

instructional strategy ia a method for delivering instruction that is intended

to help student achive a learning objective (Burden & Byrd 1999:85).

Berikut ini juga ada pengertian model pembelajaran menurut para ahli

diantaranya :

1. Menurut Dahlan

“pengertian model pembelajaran adalah rencana atau pola yang

digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan

memberi petunjuk pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau

setting lainnya. Tiap model mengajar yang dipilih haruslah menggunakan

berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan

hidup yang dihasilkan dari kerjasama guru dan siswa.”


2. Menurut Syaiful Sagala

“model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

mengambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu

dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakann

aktivitas belajar mengajar”

2) Jenis-jenis model pembelajaran

Ada banyak pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut

Amri & Ahmadi, (2016:67) “model pengajaran dimana siswa belajar dalam

kelompok kecil yang memilliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam

penyelesaian tugas kelompok setiap anggota saling kerjasama dan membantu

untuk memahami suatu bahan pembelajaran”

Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu

model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar

siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklatrasi yang

terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Sodan

Amri & Lif Ahmadi 2010:39)

Menurut Sugiono (2009:124) model pembelajaran terpadu.”pada

hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan

siswa baik secara individual maupun kelompok akif mencari, menggali dan

menemukan model yang coba memadukan beberapa pokok bahasan, melalui

pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung


sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima dan memproduksi

kesan-kesan dan hal-hal yang dipelajarinya.

5.2. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini beberapa

penelitian terdahulu yaitu :

1. Peneltian yang dilakukan oleh Tamarin (2017) dengan judul

“penggunaan Media Gambar dengan Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan Berfikir

Kritis Siswa pada pembelajaran PPKn Materi Hak Asasi Manusia

pada kelas XI-2 SMA Negeri Sukamakmur Aceh Besar 2017/2018.”

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan berfikir kritis pada siswa pada

pembelajaran PPKn materi Hak Asasi Manusia siswa kelas XI-2

SMA Negeri Sukamakmur Aceh Besar yang berjumlah 26 orang

terdiri 11 laki-laki dan 15 orang perempuan. Penelitian ini merupakan

penelitian yang dilaksanakan terdiri dari 4 siklus, masing-masing

siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil observasi dari beberapa siklus dari 57.12% pada siklus 1

menjadi 76,35% pada siklus II.”

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tivo Sofianto (2018) dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

melalui Teknik Diskusi Untuk Meningkatkan Kemampuan

Mengemukakan Pendapat Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan di Kelas VII SMP Kartika XIX-2 Kota Bandung

2018/2019.”

Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini berawal dari

keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran PKn masih

menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sehingga

menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Dalam

pembelajaran dan hasil belajarnya rendah. Berangkat dari

permasalahan tersebut, solusi yang diterapkan untuk memecahkan

permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning salah satunya melalui teknik

menjelaskan diskusi. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan

(1) apa yang dilakukan oleh guru dalam mempersiapkan

pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL)

melalui teknik diskusi untuk meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa pada mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan, (2) bagaimanakah evaluasi yang dilakukan oleh

guru dalam pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)

melalui teknis diskusi untuk meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

3. Penelitian yang dilakuakn oleh Firdauzi, F.S., Widiantie, R &

Handayani, H (2018) dengan judul


“Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dipadu

Metode Debat terhadap Kemampuan Berargumentasi Siswa Kelas X

SMA N 1 Kutowinagun 2018/2019.”

Metode debat merupakan metode pelajaran yang

menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari

metode debat adalah untuk memecahkan suatu permasalahan.

Menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahui siswa,

serta untuk membuat suatu keputusa. Sehingga siswa akan terlibat

sensitif dan aktif krena siswa di tuntut untuk berani dalam

menyampaikan pendapat. Oleh karena itu, akan lebih baik jika model

pembelajaran PBL dipadu dengan metode debat dimana kemampuan

berargumen siswa terasah dengan baik. Penelitian dilaksanakan di

SMA Negeri 1 Garawangi pada semester genap tahun ajaran

2017/2018. Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas X

SMA Garawangi dengan sampel terdiri kelas eksperimen dengan

metode pembelajaran PBL dipadu metode debat berjumlah 30 siswa

dan kelas kontrol dengan model pembelajaran PBL berjumlah 30

siswa.

4. Penelitian ini dilakukan oleh Ika Sholiha (2018) dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Partisipasi dan Keaktivan Berdiskusi Siswa dalam

Pembelajaran Biologi Kelas VII SMP Negeri 2 Surakarta Tahun

Pelajaran 2008/2009.”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan

partisipasi mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran

biologi dengan penerapan model pembelajaran Problem Based

learninng (PBL) di kelas VII SP Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran

2008/2009. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus dan tiap

siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas

VIIC SMP Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang

berjumlah 41 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan

meliputi angket, observasi, wawancara dan tes. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yang

terdiri dari reduksi data, penyajian data , penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Relin Amir (2004) dengan judul

“penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat pada

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa

Perangkat Lunak sekolah Menengah kejuruan Negeri 2 Paguyaman

20014/2015”.

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk

meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa


Perangkat Lunak sekolah Menengah kejuruan Negeri 2 Paguyaman

Kabupaten Boalemo. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada Pendidikan

Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak 1 Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo.

Dengan manfaat bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar,

bagi guru bermanaat membiasakan melakukan perbaikan-perbaikan

terhadap hasil belajar siswa terutama mata pelajaran. Permasalahan

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan bagi lembaga

kompetensi profesional guru dalam pembelajaran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil penelitian sikus I menunjukkan bahwa

kemampuan siswa mengemukakan pendapat diperoleh rata-rata 18

orang atau 75%. Pada siklus II, hasil refleksi hasil kemampuan siswa

mengemukakan pendapat telah diperoleh rata-rata 20 orang atau 83%.

Hasil tersebut telah sesuai dengan indikator peningkatan kemampuan

mengemukakan pendapat peneliti yaitu minimal siswa yang memiliki

kemampuan mengemukakan pendapat 20 orang atau 83% sehinggah

penelitian ini telah berhasil di siklus

6. Metode Penelitian

6.1 Pendekatan Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, bukanlah data-data yang berupa angka-angka, melainkan

kata kata yanng bersifat kualitatif, dalam penelitian kualitatif,


peneliti mengumpulkan data berdasarkan pengamatan situasi yang

wajar, (alamiah) sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau

dimanipulasi(Kealan, 2005: 18).

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data deskriptif dan

bukan menggunakan angka-angka sebagai alat metode utamanya,

melainkan data-data yang dikumpulkan berupa teks, kata-kata,

simbol gambar, walaupun juga dimungkinkan terkumpulnya data-

data yang bersifat kuantitatif (Kaelan, 2005:20). Beberapa alasan

digunakan pendekatan kuantitatif antara lain:

Pertama, penelitian ini diarahkan pada pengkajian suatu

kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas guna

menggunakan kata-kata, pola dan metode dalam meningkatkan

kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pemecahan

masalah dengan metode pembelajaran Problem Based Learning serta

hambatan-hambatan yang ditemukan dalam kemampuan

mengemukakan pendapat. Penelitian ini merupakan studi kelas dari

fenomena yang cukup kompleks di kelas. Keadaan yang ada

selanjutnya diuraikan secara rinci, spesifik dan jelas sehingga

objekvisitas penelitian akan semakin terwujud.

Kedua, penelitian ini lebih bersifat memaparkan kondisi nyata

yang terjadi berkaitan dengan aktivitas belajar siswa di kelas dalam

meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam

pemecahan masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan dengan menggunakan metode pembelajaran

Problem Based Learning, sehingga pola pikir yang digunakan adalah

bersifat induktif, yaitu dalam pencarian data bukan dimaksudkan

untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum

penelitian dilaksanakan.

Ketiga, sesuai dengan karakteristik perumusan masalah dan

tujuan penelitian, maka cara memperoleh data untuk kepentingan

tersebut, peneliti sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data

turun keobjek penelitian dan peneliti welakukan aktivitasnya.

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong 2006: 8-9) ketiga hal tersebut

merupakan salah satu ciri atau karakteristik peneltian kualitatif.

6.2. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif deskriptif menghendaki

ditetapkannya batas dasar fokus penelitian ini merupakan pokok

persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini

meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa melalui

teknik diskusi dalam Pembelajaran PPKn di kelas X Teknik

Komputer dan Jaringan A SMK Negeri 3 Palu adalah sebagai

berikut.

a. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) melalui

teknik diskusi dalam meningkatkan Kemampuan

Mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran PPKn di


Kelas X Teknik Komputer dan Jaringan A SMK Negeri 3

Palu.

Indikator dalam fokus penelitian ini penerapan Model

Problem Based Learning yang meliputi :

1) Mampu merumuskan masalah;

2) Mampu bertanya dan menjawab pertanyaan;

3) Mempunyai peikiran yang logis dan kritis;

4) Mempertimbangkan secara cermat argumen orang lain;

5) Mampu mencari infornasi yang relevan; dan

6) Mampu menyimpulkan

b. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru melalui teknik

diskusi dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan

pendapat siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas Teknik

Komputer dan Jaringan A SMK Negeri 3 Palu

6.4 Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil

dari sumber utama (responden), beberapa hasil wawancara. Data


sekunder dalam penelitian ini salah satunya berupa dokumentasi

siswa.

b Sumber Data

sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 3 Palu dan juga

guru pengampu mata pelajaran PPKn

6.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi

obserasi, wawancara dan angket yang masing-masing secara singkat

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat

secara langsung perilaku-perilaku siswa pada saat proses

belajar mengajar berlangsung. Observasi ini juga dilakukan

terhadap guru ketika melakukan kegiatan belajar dan mengajar.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung

yaitu observasi pada siswa X Teknik Komputer dan Jaringan di

SMK Negeri 3 palu. Peneliti melakukan observasi ini untuk

memperoleh data yang lengkap dan rinci mengenai kegiatan

yang terdapat dalam pembelajaran PPKn yaitu tentang

penerapan model pembelaran Model pembelajaran Problem

Based Learning melalui teknik diskusi dalam meningkatkan


kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Dalam penelitian

ini peneliti langsung ke lokasi untuk melakukan pengamatan.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan tentang

keabsahan data dan mencari sebuah kebenaran yang terjadi di

lapangan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan yaitu dengan mendatangi responden

atau informan yang kemudian melalui face to face peneliti

bertanya untuk memperoleh infomasi kepada resonden atau

informan. Agar data yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai

dengan harapan, maka langkah-langkah yang dilaksanakan

dalam mengadakan wawancara adallah;

a. Mempersiapkan hal-hal yang diungkapkan;

b. Menciptakan hubungan baik dengan responden yang akan

diwawancarai;

c. Menciptakan kerjasama yang baik dengan responden;

d. Memberitahukan kepada responden tentang tujuan

wawancara; dan

e. Mencatat segala hasil yanng diperoleh.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur dengan menggunakan alat bantu yaitu

pedoman wawancara. Melalui metode wawancara ini, peneliti

akan melakukan wawancara kepada subjek penelitian yang


terdiri dari siswa, dan guru PPKn Kelas X Teknik Komputer

dan Jaringan di SMK Negeri 3 Palu guna mengetahui tentang

bagaimana penerapan Model Pembelajaran problem Based

Learning melalui teknik diskusi dalam meningkatkan

kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

3. Dokumtasi.

Dalam peneliti ini, kegiatan dokumentasi dilakukan

dengan cara mendokentasikan segala sesuatu tentang proses

penelitian dipembelajaran PPKn Kelas X SMK Negeri 3 Palu

terdiri dari daftar hadir siswa, data beserta profil sekolah,

silabus, RPP, soal-soal dan penelitian siswa. Studi pustaka

adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan literatur

yang ada dan berhubungan dengan judul skripsi yang menulis

teliti dalam penelitian ini. Dalam hal ini kepustakaan yang

peneliti gunakan berupa literatur atau buku yang berhubungan

dengan judul skripsi peneliti.

6.6 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh melalui

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding


terhadap data itu. Triangulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara;

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;

3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat orang atau kelompok

4. Membandingkan apa yang dikatakan oranng di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; dan

5. Membandingkan hasil wawwancara dengan isi sesuatu

dokumentasi yang bersangkutan.

Teknik pemeriksaan data yang digunakan dalam peneitian ini adalah

triangulasi memanfaatkan sumber. Triangulasi dalam sumber berarti

membandingkam dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda,

dalam hal ini akan diperoleh dengan cara membandingkan data hasil

pengamatan di lapangan dengan hasil wawancara dari informasi

yaitu antara guru, dan siswa mengenai penerapan model Problem

Based Learning melalui teknik diskusi dalam meningkatkan

kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Selain itu peneliti juga

membandingkan bagaimana kendala-kendala sebelum dan sesudah

melakukan penerapan Problem Based Learning melalui tekinik


diskusi dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat

siswa.

6.7 Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan data kualitatif menurut Miles dan Human

(1992:16) menyebutkan ada tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian

atau paparam, verivikasi atau kesimpulan hasil data.

a. Pengumpulan data

Penelitian mencatat secara objektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil wawancara dan observasi dilapangan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

wawancara dilakukan dengan guru PPKn dan siswa kelas X

SMK Negeri 3 Palu. Dokumentasi yang dapat peneliti

kumpulkan berupa dokumentasi Kelas X SMK Negeri 3 Palu

khususnya kelas X Teknik Komputer dan Jaringan,

dokumentasi saat proses belajar mengajar, wawancara, dan

pada saat pegisian angket pertanyaan.

b. Reduksi data

Reduksi data dilakukan pada hasil wawancara dengan subjek

penelitian atau informan yang tidak terkait dengan fokus

penelitian atau hanya sebatas pengembangan dari wwancara

agar tidak terkesan kaku. Selain itu reduksi juga dilakukan

terhadap hasil observasi dan data dari sumber tertulis yang


tidak berhubungan dengan penelitian, setelah diseleksi

dibuat uraian dan akhirnya dibuat kesimpulan.

c. Penyajian data

Penyajian data adalah menyusun sekumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Data yang telah direduksi atau telah

digolong-golongkan diatas kemudian disajikan dalam bentuk

teks yang deijelaskan kedalam uraian-uraian naratif

berdasarkan sistematikanya, agar dapat ditarik kesimpulan

sesuai dengan permasalahan yang disajikan dalam

penelitian.

d. Penarikan kesimpulan/verifikasi data

Penarikan kesimpulam atau verifikasi adalah sesuatu

tinjauan ulang pada catatan dari lapangan atau kesimpulan

yang ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang

harus diuji kebenarannya dan kecocokannya yaitu

merupakan validitasnya. Tahap-tahap yang dilakukan

peneliti tersebut digambarkan sebagai berikut.

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data
Penarikan
kesimpulan/
verifikasi

(Miles dan Human, 1992:20)

Dari keempat komponen tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian apanngan dengan

mengadakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data.

Setelah direduksi kemudian diadakan penyajian data.

6.8 Prosedur penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahap, yaitu tahap

sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan.

Pada tahap pertama mempersiapkan segala macam yang dibutuhkan atau

diperlukan peneliti sebelum terjun kegiatan penelitian, yaitu ;

a. Menyusun rancangan penelitian;

b. Mempertimbangkan secara konseptual, teknis serta logistik terhadap

tempat yang akan digunakan dalam penelitian;

c. Membuat surat izin;

d. Latar penelitian dan nilai guna serta melihat dan sekaligus mengenal

unsur-unsur sosial dan keadaan alam latar penelitian;

e. Menentukan informasi yang akan membantu peneliti dengan syarat

tertentu
f. Mempersiapkan perlengkapan penelitian; dan

g. Dalam penelitian, peneliti harus bertindak sesuai dengan eika penelitian.

Pada tahap kedua yaitu pekerjaan lapangan peneliti dengan bersungguh-

sungguh dengan kemampuan yang dimiliki berusaha untuk memahami latar

penelitian. Dengan segala daya, usaha serta tenagga yang dimiliki oleh peneliti

dipersiapkan benar-benar dalam meghadapi lapangan penelitian.

Tahap ketiga yaitu analisis data. Setelah semua data yang diperoleh di

lapangan terkumpul maka peneliti akan mereduksi serta menyajikan data

tersebut setelah ini dilakukan verifikasi data. Peneliti berusaha untuk mencari

pola hubungan serta hal-hal yangs sering timbul. Setelah tahap analisis data

selesai dan telah diperoleh kesimpulan, penulis masuk tahap empat yaitu

penulisan laporan dalam penulisan laporan penelitian sesuai dengan hasil yang

diperoleh di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin (2014), Desain Sistem Pembejalaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung, RefikaAditama

Dewey Jhon, Delisye, Abidi, (2014). Model pembelajaran Problem Based


Learning. Yogyakarta: Pustaka Bejalar
Ermasi (2011), Efektivitas Pembelajaran inquiry dengan metode diskusi (studi
Eksperimenpada pembelajaran Akutansi pada Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Rancaekek). Tesis Magister pada PIPS UPI Bandung: tidak
Diterbitkan

E Kosasih, (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning


berbantuan teknis diskkusi terhadap penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA pada Siswa IV SDN Ponogoro. Skripsi jurusan PGSD
Ponegoro.

Gunter,M. A., Estes, T. H., & Schab, J, H. (1990). Instruksi: pendekatan model.
Boston: Allyn and Bacon

Joyce , B., & Weil, M. (1980). Model pengajaran. New Jersey: Prentice Hall.Inc

Kemendikbud dalam Abidin (2013), penerapan model Problem Based Learning


untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar peserta didik pada
sub tema bersyukkur atas keberagaman. Skripsi (S1) thesis, FKIP
UNPAS

Samani, (2012). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Usman (1993), penggunaan Model Diskusi untuk meningkatkan Hasil Belajar


Materi perubahan Sosial pada siswa kelas XII SMA Negeri 4 Pekanbaru.
Skripsi pada Jurusan pendidikan Sejarah UPI Bandung.

Wirarno .(2013). Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan: is,strategi, dan


penilaian. (ed.1) (cet.1), Jakarta: PT Bumi Aksara

You might also like