Professional Documents
Culture Documents
INDONESIA
OLEH :
M. BASTIAN (16102134)
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL POLITIK RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
Email :Mbastian637@gmail.com
Ekspor bukan hal baru bagi indonesia pada tahun 1983 sudah di
galakkan. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan
ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi- dari penekanan pada
industri subdtitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negri
membeli barang impor atau konsumen luar negri membeli barang domestik,
menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai
produk. Selain harga, kualitas maupun mutu barang menjadi faktor penentu daya
saing suatu produk.
A. Pengertian ekspor
Ekspor Ialah kegiatan penjualan barang atau jasa dalam negeri ke pihak
yang ada di luar negeri. Barang yang dijual oleh pihak dalam negeri berupa hasil
alam yang melimpah seperti rempah-rempah, biji kopi, dan bahan lainya.
Biasanya kegiatan ekpor di Indonesia dapat secara langsung dan bisa secara tidak
langsung. Dalam ekspor secara langsung ialah kegiatan menjual barang atau jasa
melalui eksportir ke negara lain. Sedangkan ekspor tidak langsung ialah kegiatan
menjual melalui perantara ke negara lain.
Ekspor juga proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis
kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat
internasional.Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih
kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi
lainnya misalnya franchise dan akuisisi. Selain itu ada beberapa pengertian lain
mengenai ekspor impor yaitu :
a. Ekspor langsung
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui
perantara/ eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan
eksporPenjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan
perusahaan Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol
terhadap distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih
tinggi untuk produk dalam skala besar dan adanya hambatan perdagangan
serta proteksionisme.
b. Ekspor tidak langsung
Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui
perantara/eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara tersebut.
Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export management companies)
dan perusahaan pengekspor (export trading companies). Kelebihannya,
sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor
secara langsung. Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan
pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.
Tahap-tahap
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan.Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting
dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor.
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada
umumnya adalah atindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari
dalam negeri untuk memasuknnya ke negara lain. Ekspor barang secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional,
lawannya adalah impor.
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting
dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor.
Ekspor :
Nilai ekspor Indonesia Agustus 2019 mencapai US$14,28 miliar atau
menurun 7,60 persen dibanding ekspor Juli 2019. Demikian juga jika
dibanding Agustus 2018 menurun 9,99 persen. Ekspor nonmigas Agustus
2019 mencapai US$13,40 miliar, turun 3,20 persen dibanding Juli 2019.
Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Agustus 2018, turun 7,18
persen. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Agustus 2019
mencapai US$110,07 miliar atau menurun 8,28 persen dibanding periode
yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai
US$101,48 miliar atau menurun 6,66 persen. Penurunan terbesar ekspor
nonmigas Agustus 2019 terhadap Juli 2019 terjadi pada bahan bakar
mineral sebesar US$157,9 juta (8,23 persen), sedangkan peningkatan
terbesar terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$168,8 juta (25,31
persen). Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan
Januari–Agustus 2019 turun 4,33 persen dibanding periode yang sama
tahun 2018, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 17,73 persen.
Sementara ekspor hasil pertanian naik 1,53 persen. Ekspor nonmigas
Agustus 2019 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,27 miliar, disusul
Amerika Serikat US$1,59 miliar dan Jepang US$1,18 miliar, dengan
kontribusi ketiganya mencapai 37,62 persen. Sementara ekspor ke Uni
Eropa (28 negara) sebesar US$1,11 miliar. Menurut provinsi asal barang,
ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Agustus 2019 berasal dari Jawa
Barat dengan nilai US$20,13 miliar (18,29 persen), diikut Jawa Timur
US$12,59 miliar (11,44 persen) dan Kalimantan Timur US$11,09 miliar
(10,08 persen).
Impor :
Nilai impor Indonesia Agustus 2019 mencapai US$14,20 miliar atau
turun 8,53 persen dibanding Juli 2019, demikian pula jika dibandingkan
Agustus 2018 turun 15,60 persen. Impor nonmigas Agustus 2019
mencapai US$12,56 miliar atau turun 8,76 persen dibanding Juli 2019,
demikian pula jika dibandingkan Agustus 2018 turun 8,77 persen. Impor
migas Agustus 2019 mencapai US$1,63 miliar atau turun 6,73 persen
dibanding Juli 2019, dan turun 46,47 persen dibandingkan Agustus 2018.
Penurunan impor nonmigas terbesar Agustus 2019 dibanding Juli 2019
adalah golongan mesin/pesawat mekanik sebesar US$259,8 juta (9,88
persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan benda-benda
dari besi dan baja sebesar US$46,4 juta (14,77 persen). Tiga negara
pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Agustus 2019
ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$28,47 miliar (29,17 persen),
Jepang US$10,49 miliar (10,75 persen), dan Thailand US$6,27 miliar
(6,43 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 19,54 persen, sementara dari
Uni Eropa 8,47 persen. Nilai impor semua golongan penggunaan barang
baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama
Januari–Agustus 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya masing-masing 10,47 persen; 10,70 persen; dan
5,72 persen.
Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti
mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk
impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang
kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan
antara lain daging dan susu.
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lain adalah
minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barang industri
antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam
bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.
G. Faktor pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan
perdagangan internasional di antaranya sebagai berikut :
Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negri.
Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
negara
Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengelola sumber daya ekonomi
Adanya perbedaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan
hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi
Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
Keinginan membuka kerjasama hubungan politik dan dukungan dari
negara lain
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun didunia
dapat hidup sendiri.
H. Problema Ekspor
Barang-barang yang diperdagangkan ke luar negeri atau di ekspor terdiri
dari bermacam-macam jenis hasil bumi disamping hasil tambang dan hasil
laut dan lainnya. Kita mengetahui bahwa masalah ekspor itu bukanlah
persoalan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah sebagai ujung dari suatu
kegiatan ekonomi yang menyangkut bidang yang amat luas, atau paling
banyak dapat dikatakan hanya sebagai salah satu dari satu mata rantai
akitifitas perekonomian pada umumnya.
Hasil bumi misalnya sebagian dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan
milik pemerintah maupun swasta, sedangkan sebagian lagi oleh petani-petani
kecil yang bertebaran diseluruh tanah air. Bahkan hasil-hasil itu masih
bertebaran di hutan. Akan tetapi semuanya itu tidak akan menjelma menjadi
devisa nyata kalau tidak diusahakan. Hasil-hasil itu setidak-tidaknya harus
dikumpulkan lebih dulu sedikit demi sedikit dari tempat kecil yang terpencil
di pedalaman. Dari situ harus diangkut ke kota dan kemudian dalam umlah
yang agak banyak baru diagkut ke pelabuhan yang terdekat. Sampai pada
taraf itu Indonesia sudah dihadapkan pada masalah-masalah tertentu, yaitu :
a. Masalah pengumpulan dan masalah angkutan darat Masalah
pengumpulan merupakan persoalan tersendiri, bagaimana caranya
mengumpulkan barang itu dari tempat-tempat kecil dan dari
produsen yang tersebar itu. Bidang prasarana ekonomi inonesia
memang tidak sempurna, sehingga dalam banyak hal menjadi
hambatan dalam usaha ke arah perbaikan dalam bidang-bidang
lain.
b. Masalah pembiayaan Rupiah ( Rupiah Financing) Persoalan
pembiayaan ini merupakan pesoalan yang penting pula, apakah
keuangan sendiri dari setiap pengusaha cukup kuat untuk
membiayainya, ataukah tidak perlu bantuan dari bank-bank
pemerintah atau badan-badan keuangan lainnya. Kalau demikian
halnya sampai sejauh mana pemerintah dapat memberikan
bantuan dalam pemecahan persoalan pembiayaan rupiah ini.
Barang ekspor kita sebagian dihasilkan oleh produsen kecil
ataupun hanya dipungut dari hutan-hutan, laut dan sungai.
Produsen atau pengumpul pertama itu mempunyai tingkat
pengetahuan dan cara pengolahan yang tidak sama, sehingga
barang yang dihasilkan belum mempunyai mutu yang seragam,
bahkan mungkin sekali belum dilakukan pengolahan sama sekali.
Barang masih sedemikian itu sudah tentu belum dapat
diperdagangkan ke luar negeri, tetapi masih perlu di olah lebih
dahulu.
c. Masalah sortasi dan Up-grading (sorting & up-grading) Baik di
desa maupun di kota-kota pelabuhan barang-barang yang sudah
terkumpul harus disimpan dengan baik dan dimasukkan di dalam
karung ataupun peti yang kuat sehingga terhindar dari
kemungkinan kerusakan selama dalam penyimpanan atau selama
dalam perjalanan. Jadi dalam hal inipun tidak dapat diabaikan
persoalan.
Menurut Rofikoh, saat ini persentase biaya logistik nasional masih besar,
yakni 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal negara
tetangga bisa lebih kecil. Beberapa di antaranya adalah Malaysia hanya sekitar 8
persen, Singapura 6 persen, dan Filipina sebesar 7 persen. “Bahkan Filipina yang
macetnya di mana-mana dan sama sama kepulauan, biaya logistiknya lebih
murah dibandingkan Indonesia,” ujarnya dalam Forum Media Coaching
Indonesia Eximbank di Batam, Kamis (7/12/2017). Hambatan selanjutnya adalah
persoalan struktur dan prosedur birokrasi yang membuat pengurusan dokumen
ekspor dan impor yang butuh waktu lama. Hal ini masih ditambah dengan adanya
biaya-biaya tambahan yang membebani dan membuat biaya pengurusan tersebut
jadi lebih mahal. Terakhir, menurut Rofikoh, adalah faktor persaingan dengan
negara lain. Persaingan tersebut salah satunya adalah soal harga tenaga kerja dan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia dibandingkan dengan negara
tetangganya.
Di negara lain seperti Vietnam juga upah tenaga kerjanya lebih murah,"
imbuhnya. Ketiga faktor yang disebutkan Rofikoh mesti segera diperbaiki oleh
pemerintah. Pasalnya hambata tersebut berpotensi membuat investor yang
berorientasi ekspor jadi urung masuk dan cenderung beralih ke negara lain.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekspor Indonesia pada
Oktober 2017 tercatat sebesar 15,09 miliar dollar AS. Capaian ini meningkat 3,62
persen dibandingkan pada September 2017 yang tercatat sebesar 14,59 miliar
dollar AS. Kepala BPS Suhariyanto menerangkan, ekspor nonmigas pada
Oktober 2017 mencapai 13,67 miliar dollar AS, naik 4,22 persen dibandingkan
September 2017. Ada sejumlah komoditi ekspor yang mencatat peningkatan
terbesar pada periode tersebut dibanding bulan sebelumnya.
KESIMPULAN
Ekspor impor adalah suatu transaksi menjual dan membeli barang yang
dilakukan oleh dua atau lebih negara untuk mendapatkan barang-barang yang
diperlukan di negara yang bersangkutan. Manfaat perdagangan ekspor impor: