You are on page 1of 23

LAPORAN ANALISA SINTESA

DISUSUN OLEH :

JUWARIS EP

NIM :

G3A017220

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
2

KASUS I

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 29/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

A. Identitas Klien : An. S, 16 th


B. Diagnosa Medis : Asma Bronchial
C. Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran klien dengan status asma yakni, klien yang asma
akan mengalami penyempitan bronkus (bronkospasme) yang menyebabkan
suplai oksigen menjadi tidak adekuat. Bronkospasme ini menyebabkan
penyempitan jalan nafas. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk
melebarkan bronkus sehingga aliran oksigen menjadi lancar. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan terapi inhalasi berupa obat
bronkodilator dengan menggunakan alat nebulizer atau terapi bronkodilator.
Terapi inhalasi adalah salah satu cara pemberian obat dengan cara dihirup
oleh klien.
D. Analisa Sintesa
Asma

Penyempitan bronkus

Suplai oksigen menurun

Penyempitan jalan nafas

Melebarkan bronkus dengan terapi inhalasi

E. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Nebulizer
F. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
3

G. Data Fokus
An S dibawa ke ruang IGD dengan diagnosa medis sementara Asma
Bronchial, GCS : E4 M6 V5 (CM). DS : Klien mengatakan mengalami
sesak nafas sejak beberapa jam yang lalu, keluarga klien mengatakan bahwa
klien pernah dirawat di RS setahun yang lalu karena asm. DO : klien tampak
sesak, terdengar bunyi suara tambahan, klien tampak lemas dan pucat, GCS
15 (E4M6V5), TTV = TD : 123/83 mmHg, N : 96 x/mnt, RR : 28x/mnt, T :
36.2 o C.
H. Prinsip Tindakan dan Rasional
a. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah tindakan, terutama pada
klien yang menggunakan bronchodilator. Rasional : TTV sebagai salah satu
indicator apakah tindakan yang kita lakukan dapat mengurangi sesak yang
terjadi pada pasien atau tidak.
b. Observasi pengembangan paru dan pasang oksigen setelah pemberian
obat apabila diperlukan. Rasional : Pengembangan paru yang tidak
maksimal menunjukkan bahwa pasien masih dalam keadaan sesak, sehingga
perlu di berikan O2 yang diharapkan dapat mengutangi sesak yang pasien
rasakan.
c. Prinsip nebulizer adalah mengubah obat (larutan) menjadi aerosol,
sehingga dapat dihirup pasien dengan menggunakan masker atau
mouthpiece Rasional : Bertujuan untuk memudahkan obat masuk ke saluran
nafas dan memudahkan pengenceraan sekret yang ada di dalam saluran
nafas terutama di bronkus.
d. Persiapkan peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan :  Nebulizer set
dan masker  Air steril  Obat yang diperlukan (mentol, ventolin) Rasional :
Memudahkan dalam melakukan tindakan.
e. Jelaskan kepada klien tentang tujuan prosedur dan langkah-langkah
prosedur yang akan dilaksanakan. Rasional : Informed consent bentuk
tanggung jawab dan tanggung gugat.
f. Atur posisi klien senyaman mungkin (semifowler) Rasional : Posisi nyang
menurut pasien nyaman dapat mengurangi sesak yang dirasakan
g. Jaga privasi klien. Rasional : Privasi klien terjaga.
4

h. Cuci tangan. Rasional : Mencegah transmisi mikroorganisme


i. Isi nebulizer dengan obat yang dianjurkan dokter dan air steril 4-6 cc dan
pilih tekanan nebulizer yang sesuai. Rasional : Mejaga kelembapan mukosa
serta memudahkan cairan menguap menjadi aerosol.
j. Pasangkan masker pada klien lalu hubungkan nebulizer dengan sumber
listrik dan hidupkan nebulizer serta instruksikan klien untuk menghirup uap
yang dihasilkan nebulizer dan bernapas panjang. Rasional : Dengan
menghirup uap yang berasal dari nebulizer, akan mempercepat kerja dari
obat yang diberikan.
k. Setelah obat yang diberikan telah habis menjadi uap, matikan nebulizer.
Lalu rapikan klien. Rasional : Pasien terlihat rapi kembali.
l. Cuci tangan. Rasional : Mencegah transmisi mikroorganisme
I. Tujuan Tindakan
Sekret menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan, pernapasan
menjadi lebih lega, selaput lendir pada saluran napas menjadi tetap lembap,
mengobati peradangan pada saluran napas bagian atas.
J. Bahaya yang Mungkin Terjadi dari Tindakan Tersebut
Pemberian obat melalui nebulizer harus disesuaikan dengan kondisi asma
klien. Pemberian yang terlalu lama dan dosis yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan kelemahan otot - otot pernafasan yang selanjutnya akan
terjadi depresi pernafasan. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani akan
meningkatkan resiko gagal nafas. Cara pencegahannya : Perlu pemantauan
atau observasi selama proses nebulizer dilakukan dan lebih hati–hati dalam
pemberian dosis obat, sesuaikan dengan order yang diberikan oleh dokter.
K. Evaluasi
S : Pasien mengatakan lebih nyaman dan sesaknya hilang
O : Tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada retraksi interkosta dan
klavikula, klien tampak rileks
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan kepada klien untuk sebisa mungkin menghindari alergen/hal-
hal yang memicu kekambuhan penyakitnya.
5

KASUS II

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 29/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

A. Identitas Klien : Ny. T


B. Diagnosa Medis : STEMI (ST Elevasi Miocard Infark)
C. Dasar Pemikiran
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
Elektrokardiografi dapat membantu dalam memperkirakan luasnya area
iskemik, membedakan iskemik subendokardial atau transmural, dan adanya
infark sebelumnya.
D. Analisa Sintesa
STEMI

Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk

Menjalar ke tangan sampai tembus ke belakang

Kemungkinan adanya kelainan irama jantung

Dapat diketahui dengan perekaman EKG

E. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Elektrokardiografi
F. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis
6

G. Data Fokus
Ny T dibawa ke ruang IGD dengan diagnosa medis sementara ST Elevasi
Miocard Infark (STEMI), GCS : E4 M6 V5 (CM). DS : Klien mengatakan
mengalami nyeri dada sejak beberapa saat yang lalu seperti ditusuk tusuk
menjalar ke tangan dan tembus ke belakang, sesak nafas dan nyeri pada
bagian ulu hati.Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami riwayat
penyakit DM dan Hipertensi. DO : klien tampak lemas, GCS 15 (E4M6V5),
TTV = TD : 186/101 mmHg, N : 61 x/mnt, RR : 20x/mnt, T : 36.8 o C, SpO2
: 100 %.
H. Prinsip Tindakan dan Rasional
a. Persiapan alat EKG. Rasional: mempermudah melakukan tindakan
dengan menyiapkan terlebih dahulu
b. Persiapan klien: menjelaskan tujuan dan prosedur tndakan pada klien,
klien
harus berbaring terlentang. Rasional: menghormati hak-hak klien untuk
mengetahui tindakan yang akan diberikan.
c. Cuci tangan. Rasional: mencegah transmisi mikroorganisme
d. Jaga privasi klien. Rasional: Menghormati hak klien
e. Pakai sarung tangan. Rasional: mencegah transmisi mikroorganisme
f. Atur posisi klien: posisi klien diatur terlentang di atas bed dan klien tidak
diperbolehkan menyentuh besi pada bed maupun benda logam lain.
Rasional: Mempermudah perekaman sandapan elektroda dan
mencegah ketidakakuratan hasil perekaman.
g. Membuka dan melonggarkan pakaian klien bagian atas, bila klien
memakai
jam tangan, gelang, logam lain agar dilepas sebelum membuka pakaian
klien.
Rasional: Mempermudah perekaman sandapan elektroda dan
mencegah
ketidakakuratan hasil perekaman
h. Membersihkan dengan menggunakan kapas alkohol pada daerah dada,
kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai di lokasi manset elektroda
7

Rasional: Desinfektan daerah yang akan dipasang elektroda


i. Menyambungkan kabel EKG pada kedua tungkai pergelangan tangan dan
kedua tungkai pergelangan kaki klien, untuk rekaman ekstremitas lead
(Lead
I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara : warna merah pada pergelangan
tangan kanan, kuning pada pergelangan tangan kiri, hijau pada pergelangan
kaki kiri dan hitam pada pergelangan kaki kanan. Rasional: Posisi yang
tepat untuk menghasilkan rekaman Lead I, II, III, AVR, AVL dan AVF).
j. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead V1 di
garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4, V2 di garis paresternal kiri
sejajar dengan ICS 4, V3 antara V2 dan V4, V4 di garis mid klavikula kiri
sejajar ICS 5, V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, V6 di garis mid
aksila kiri sejajar ICS 5. Rasional: Posisi yang tepat untuk menghasilkan
rekaman Lead V1, V2, V3,V4, V5 dan V6
k. Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisap. Rasional:
hisapan akan membuat elektroda tidak terlepas dari kulit
l. Melakukan kalibrasi. Rasional: Pembacaan EKG tidak bias
m. Bila rekaman EKG telah lengkap terekam, semua elektroda yang melekat
di tubuh klien dilepas dan dibersihkan seperti semula. Rasional: Menjaga
kebersihan klien setelah dilakukan perekaman
n. Tulis pada hasil perekaman: nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal,
bulan
dan tahun pembuatan serta nama perawat yang merekam. Rasional:
Memberikan identitas klien dapat menghindari kesalahan
dokumentasi hasil rekaman EKG.
I. Tujuan Tindakan
Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
J. Bahaya yang Mungkin Terjadi dari Tindakan Tersebut
Jika pemasangan EKG tidak tepat dan benar, akan mendapatkan
hasil interpretasi rekam jantung yang salah dalam menegakkan diagnosa.
Pencegahan: sebelum melakukan perekaman periksa kembali posisi
peletakan elektroda.
8

K. Evaluasi
S : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada dadanya
O : GCS 15 (E4M6V5), klien tampak lemas
A : Hasil rekaman EKG ST Elevasi
P : -

KASUS III

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 09/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

A. Identitas Klien : Tn. N, 61 th


B. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
C. Dasar Pemikiran
Pada pasien diabetes melitus terdapat dua masalah utama yang berhungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk oleh hati dari makan yang dikonsumsi.
Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh pangkreas,
mengendalikan kadar gula dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya. Pada diabetes melitus, kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pangkreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin. Jadi, pengukuran gula darah
sewaktu sangat penting guna untuk menegakkan suatu diagnosa dan
perencanaan tindakan selanjutnya.
D. Analisa Sintesa
Diabetes Mellitus

Abnormalitas pankreas

gangguan sekresi insulin

Kadar gula darah sewaktu rendah
9


Dikontrol dengan pengecekan GDS secara berkala

E. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Pengecekan GDS (Gula Darah Sewaktu)
F. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agens pencederaan fisiologis
G. Data Fokus
Tn. N dibawa ke ruang IGD dengan diagnosa medis sementara Diabetes
Mellitus , GCS : E4 M6 V5 (CM). DS : Klien mengatakan seluruh bagian
perut mengalami nyeri, lemas (+) diare (-) mual (+), DO : klien tampak
meringis, klien tampak lemas dan pucat, GCS 15 (E4M6V5), TTV = TD :
107/63 mmHg, N : 68 x/mnt, RR : 20x/mnt, T : 36.5 o C. GDS : 360
H. Prinsip Tindakan dan Rasional
Bersih
a)Pre interaksi. Rasional : meyakinkan diri untuk yakin sebelum melakukan
tindakan
b)Persiapan alat : Jarum tusuk, Kapas alkohol, Stik gula darah, Gluko test,
Handscoon. Rasional : agar dalam tindakan sesuai dengan SOP
c)Interaksi. Rasional : untuk menjaga sikap Trust antara pasien dengan
perawat
d)Kerja :Buka jarum penusuk, Pilih bagian jari yang akan ditusuk, Ambil
darah tempelkan pada stik, Hidupkan alat gula darah, Masukan stik, tunggu
hasil, matikan.
e)Dokumentasi. Rasional : untuk mendekomentasikan hasil dari pengukuran
GDS
I. Tujuan Tindakan
Untuk melakukan pengecekan kadar gula darah pada pasien agar dapat
menentukan tindak lanjut dari terapi.
J. Bahaya yang Mungkin Terjadi dari Tindakan Tersebut
Terkadang sering terjadi kesalahan penetapan kadar glukosa yang
bervariasi,tergantung pada laboraturium, dan metode yang
10

digunakan. Kerusakan alat (gluko test)dapat menurun keakuratan


pemeriksaan gula darah hal ini tidak dapat untuk menegakansuatu
diagnosa, maka dari itu cek alat dulu sebelum melakukan pengukuran gula
darah.

K. Evaluasi
S : Pasien mengatakan masih merasa lemas
O : klien masih tampak lemas, TTV = TD : 112/70 mmHg, N : 72x/mnt,
RR : 22 x/mnt, T : 36 C. GDS : 360
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
11

KASUS IV

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 20/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

A. Identitas Klien : Tn. M, 21 th


B. Diagnosa Medis : Cedera Kepala Ringan (CKR)
C. Dasar Pemikiran
Cedera kepala ringan dapat menimbulkan hilang kesadaran,
periode konfusi (kebingungan) transien, somnolen, gelisah, iritabilitas,
pucat, muntah (satu kali atau lebih). luka robek yang terdapat di kepala
dapat menyebabkan perdarahan, kerusakan integritas kulit dan hematoma
jika dibiarkan akan berdampak pada perubahan sirkulasi dan mikroba yang
masuk pada luka dapat menyebabkan infeksi pada luka, tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi adalah jahit luka/hecting
D. Analisa Sintesa
Post KLL

Vulnus terbuka di kepala

perdarahan

Gangguan sirkulasi, resiko syok

Diantisipasi dengan Jahit luka (hecting)
12

E. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Jahit luka (hecting)
F. Diagnosa Keperawatan
Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan

G. Data Fokus
Tn M dibawa ke ruang IGD karena mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan diagnosa medis sementara Cedera kepal ringan, GCS : E4 M6 V5
(CM). Terdapat luka robek diatas bibir serta jidat, serta terdapat luka
terbuka di bagian belakang kepala. TTV = TD : 118/71 mmHg, N : 113
x/mnt, RR : 22 x/mnt, T : 36.5 o C, BB : 54 kg, TB : 164 cm.
H. Prinsip Tindakan dan Rasional
a. Prinsip steril dengan menggunkana alat dan bahan yang steril
Rasional : agar mencegah masuknya mikroganisme yang dapat terjadinya
infeksi pada luka klien
b. Luka harus di bersihkan dengan Nacl dan cairan antiseptik
Rasional : agar luka bersih dari kotoran yang menempel pada luka dan
menghilangkan mikroganisme yang menempel pada luka
c. Lakukan anastesi pada jaringan yang luka
Rasional : agar mengurangi dan menghilangkan rasa sakit pada saat luka di
jahit.
d. Lanjutkan jahit luka sampai tertutup
Rasional : agar luka dapat tertutup dan terhindar dari mikroganisme
e. Tutup luka dengan sufratul, kasa steril dan plester
Rasional : agar menjaga dan melindungi luka dari mikroganisme yang
menyebabkan infeksi pada luka dan tidak ada tanda tanda perdarahan
I. Tujuan Tindakan
Untuk menutup luka yang terbuka serta untuk mengurangi resiko syok
hipovolemik
J. Bahaya yang Mungkin Terjadi dari Tindakan Tersebut
13

a. Bahaya yang dapat terjadi Jika jahitan terlalu tegang dapat menyebabkan
avaskularisasi sehingga menyebabkan kematian jaringan
Antisipasi : jangan terlalu tegang minimal luka tertutup denga rapat dan tak
ada luka yang terbuka
b. Jika teknik penjahitan yang dilakukan tidak steril maka dapat terjadi
infeksi
Antisipasi : dalam penindakan hecting harus di lakukan dengan tindakan
steril mulai dari alat dan bahan harus berbasis steril
c. Pembersihan luka yang kurang teliti juga dapat menimbulkan infeksi jika
masih ada benda asing yang tertinggal pada luka.
Antisipasi : setiap tindakan di sarankan harus ada partner dalam menjahit
luka agar bisa berkolaborasi denga baik.
K. Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah agak baikan tapi masih merasa pusing
O : GCS 15 (E4M6V5), klien tampak lemas, terdapat luka jahit ± 10 cm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lakukan perawatan luka 3 hari setelah dilakukan hacting
14

KASUS V

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 10/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

A. Identitas Klien : Ny G, 53 th
B. Diagnosa Medis : CHF, HT, Efusi Pleura
C. Dasar Pemikiran
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Pada pasien gagal jantung sesak
nafas disebabkan karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang
datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan
cairan terdorong ke jaringan paru. Dispneu dapat terjadi akibat
penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasilkatabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernapasan dan batuk.
D. Analisa Sintesa
CHF

Ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah cukup

15

Sesak nafas

Hipoksemia

Kekurangan oksigen dalam darah

Dapat ditingkatkan dengan pemberian oksigen

E. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Pemberian terapi O2 nasal kanul
F. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler
G. Data Fokus
Ny G dibawa ke ruang IGD dengan diagnosa medis CHF, GCS :
E4 M6 V5, klien mengatakan sesak. Di IGD klien mendapat terapi infuse
RL 20 tpm dan Oksigen 3 liter. Tidak terdapat sumbatan jalan napas
seperti lendir, darah mauapun benda asing. RR: 28x/menit, tidak ada
batuk, TD: 140/81 mHg nadi 111x/menit, kesadaran komposmentis.
H. Prinsip Tindakan dan Rasional
1. Pemeriksaan air pada tabung humidifier
R: membutuhkan waktu lama apabila air humidifier diketahui habis
setelah diberikan oksigen
2. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai kebutuhan
R: meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen pasien
3. Monitor pola napas
R: mengetahui perubahan pola napas setelah diberikan tindakan.
I. Tujuan Tindakan
Mengoptimalkan oksigenasi, mengurangi sesak.
J. Bahaya yang Mungkin Terjadi dari Tindakan Tersebut
Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus menerus pada klien
dapat menyebabkan keracunan O2 dan akan semakin sesak nafas.
16

Pencegahan : Selalu memonitor pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu


memantau reaksi alergi yang muncul secara periodik setelah pemajanan
terhadap alergen spesifik, obat-obat tertentu, danlatihan fisik.
K. Evaluasi
1. Pasien nampak lebih rilek dan nyaman
2. Pasien mengatakan bahwa sesaknya sudah berkurang

KASUS VI

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 12/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

A. Identitas Klien : An F, 1 th
B. Diagnosa Medis : Diare akut dehidrasi sedang
C. Dasar Pemikiran
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Sebagian besar
diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam
basa.

D. Analisa Sintesa
Diare

Infeksi

Pengeluaran toksin

dehidrasi

17

Terapi cairan dengan pemasangan Infus

E. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Pemasangan Infus cairan RL dengan kecepatan 30 tpm
F. Diagnosa Keperawatan
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
G. Data Fokus
An F dibawa ke ruang IGD dengan diagnosa medis sementara diare, kejang,
dehidrasi, GCS : E4 M6 V5 (CM). DS : Keluarga klien mengatakan klien
demam sejak sehari yang lalu, batuk (+), pilek (+), diare ± 5 kali. BAB cair
2 kali di IGD.
H. Prinsip Tindakan dan Rasional
1) Mencuci tangan. Rasional : mengurangi penularan orgnisme
2) Dekatkan alat didekat pasien. Rasional : mempermudah dalam
meakukan tindakan.
3) Sambungkan cairan infus ke infus set, gantung di tiang. Rasional :
mempermudah dalam pemasangan infus
4) Pasang torniquet. Rasional : untuk mempermudah menemukan vena
5) Memakai handscoon. Rasional : mengurangi penyebaran
mikroorganisme
6) Desinfeksi daerah yang mau ditusuk. Rasional : mencegah penyebaran
organisme
7) Lakukan penusukan pada daerah yang sudah di desinfeksi pada sudut
30o. Rasional : dapat mengurangi trauma saat penusukan
8) Huungkan jarum intravena dengan infus set, buka klem dan alirkan
cairan. Rasional : untuk memberikan pasien terapi cairan sesuai
kebutuhan
I. Tujuan Tindakan
Pemasangan infus dilakukan dengan tujuan memberikan terapi cairan sesuai
dengan kebutuhan tubuh pasien.
J. Bahaya yang Mungkin Terjadi dari Tindakan Tersebut
Adanya emboli udara pada selang infus
18

Antisipasi : saat pemasangan pastikan tidak ada emboli udara pada selang
infus.
K. Evaluasi
S :-
O : klien terpasang selang infus RL 30 tpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

KASUS VII

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 17/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

1. IDENTITAS KLIEN : Tn M, 23 thn


2. DIAGNOSA MEDIS : Fraktur Tibia Plateu
3. DASAR PEMIKIRAN :
Fraktur merupakan pemisahan tulang yang menyebabkan
perubahan pada jaringan sekitar fraktur meliputi laserasi kulit akibat
perlukaan dari fragmen tulang tersebut, perlukaan kulit oleh fragmen
tulang dapat menyebabkan terputusnya pembuluh darah vena dan arteri di
area fraktur sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan pada vena dan
arteri yang berlangsung dalam jangka waktu cukup lama dapat
menimulkan penurunan darah serta cairan yang mengalir pada pembuluh
darah sehingga akan muncul komplikasi syok hipovolemik jika perdarahan
tidak segera dihentikan.

4. ANALISA SENTESA
trauma

pemisahan tulang
19

pergerakan tulang

terputusnya vena dan arteri, fagmen


perdarahan, deformitas, edema

pemasangan bidai

5. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DI LAKUKAN


Pemasangan bidai

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan integritas jaringan b/d kerusakan jaringan

7. DATA FOKUS
Tn M dibawa ke ruang IGD karena mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan diagnosa medis sementara Cedera kepal ringan, GCS : E4 M6 V5
(CM). Terdapat luka robek diatas bibir serta jidat, serta terdapat luka
terbuka di bagian belakang kepala. TTV = TD : 128/71 mmHg, N : 103
x/mnt, RR : 22 x/mnt, T : 36.5 o C, BB : 64 kg, TB : 169 cm.

8. PRINSIP TINDAKAN DAN RASIONAL


a. Menggunakan masker dan handscoen sebagai alat melindung diri
Rasional : agar terhindar dari penularan penyakit
b. Jumlah dan ukuran bidai disesuaikan dengan lokasi patah tulang
Rasional : agar imobilisasi bisa maksimal
c. Jika terjadi perdarahan, hentikan perdarahan dengan menekan dan
mengikat bagian luka dengan kain bersih.
Rasional : agar pasien tidak banyak kehilangan darah
d. Pososikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi
Rasional : agar tidak terjadi perubahan bentuk yang tidak sesuai
anatomi semula
e. Ukur bidai pada 2 sendi
Rasional : agar meminamalisir pergeragan pada bagian cidea
f. Pasang penyanggah tulang agar patahan tidak semakin parah baik
menggunakan spalk atau kayu
20

Rasional : agar kuat menahan pergerakan patah tulang


g. Jangan membalut luka terlalu kuat dan terlalu longgar
Rasional : agar sirkulasi tatap lancar dan agar tidak memberikan cela
untuk pergerakan pada bagian yang cidera.

9. TUJUAN TINDAKAN
Mencegah pergerakan tulang yang patah, mencegah bertambahnya
perlukaan pada patah tulang, mengurangi rasa sakit, mengistirahatkan
daerah patah tulang.

10. BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI AKIBAT TINDAKAN


TERSEBUT DAN CARA PENCEGAHANY
a. Perubahan warna kulit pada area pembidaian
Antisipasi : jangan terlalu kencang dalam mengikat bidai
b. Perubahan bentuk tidak sesui anatomi semula
Antisipasi : memposisikan sesuai anatomi terlebih dahulu kemudian
dilakukan pembidaian
c. Kesulitan bergerak pada jari-jari kaki
Antisipasi : pemasangan biadai harus memperhatikan juga
kenyamanan dari pasien
d. Pembengkakan dan rasa nyeri
Antisifasi : lakukan observasi setiap hari utuk mengkaji kekencangan
bidai yang diakibatkan odema.

11. EVALUASI
S : Klien mengtakan sudah lebih nyaman
O : Pembidaian menggunakan 3 spalk
Melewati sendi lutun dan pergelangan kaki
Menggunakan 3 ikatan pada bidai
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
21

KASUS VIII

Nama : Juwaris Eko P Tanggal : 11/01/2019


NIM : G3A017220 Tempat : IGD RSUD Kraton

1. IDENTITAS KLIEN : Ny. S 64 th


2. DIAGNOSA MEDIS : Syok hipoglikemi
3. DASAR PEMIKIRAN :
Hipoglikemi disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang
merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada dibawah normal,
yang dapat terjadi kareana tidak seimbang antara makanan yang
dimamakan, aktifitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemi ditandai dengan penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan kabur, dan gelap, berkeringat dingin detak jantug meningkat
dan terkadang sampai hilang kesadaran ( syok hipoglikemi ).
Hipoglikemia lebih bahaya dibandingkan hiperglikemia karena
kadar gula yang terlalu rendah selama lebih dari 6 jam dapat menyebabkan
kerusakan tak terpulihkan pada jaringan otak dan saraf, karena otak
sensitif terhadap kekurangan oksigen dan glukosa. Pasien yang mendadak
pingsan karena kurang glukosa harus segera mendapatkan suntikan serta
infus glukosa, jika dibiarkan terlalu lama pasien akan kejang dan dapat
mengalami kematian.
22

4. ANALISA SENTESA
kadar gula rendah

otak kekurangan glukosa

kesadaran menurun

lebih dari 6 jam

kerusakan jaringan otak dan saraf

infus serta injeksi glukosa


5. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DI LAKUKAN
Pemasangan infus

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah b/d diabetes melitus

7. DATA FOKUS
Ny. S usia 64 tahun dibawa ke IGD oleh keluarga dalam keadaan
tidak sadar, pasien masuk pada tangal 11 Januari 2019, TD: 73/51, N: 117,
RR: 28, S: 36. Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit
DM dan dulu perah operasi kangker payudara.
8. PRINSIP TINDAKAN DAN RASIONAL
a. Siapkan infus set serta cairan infus yang sudah disambungan infus
Rasional : agar tidak lama menunggu jika vena sudah tertusuk
aboket dan darah keluar.
h. Cari vena yang tampak atau jelas oleh mata agar mudah dilakukan
infus.
Rasional : agar mengurangi terjadinya kesulitan saat menusuk dan
pembengkakan vena.
i. Pasang perlak, pakai hand scoon lalu oleskan kapas alkohol pada
daerah yang akan di infus, pasang tornquet.
Rasional : agar menghidari terjadinya penularan penyakit,
mencegah infeksi dan membendung aliran drah di vena.
j. Tusuk vena secara perlahan jika sudah masuk tarik sedikit bagian
jarum dari aboket dan lihat darah jika keluar berarti sudah masuk.
23

Rasional : agar bisa dilakukan penyambungan selang infus set.


k. Fiksasi dengan plester, tuliskan tanggal pemasangan infus dan atur
tetesan
Rasional : agar infus tidak mudah terlepas, agar tahu kapan jadwal
untuk ganti infus.

b. TUJUAN TINDAKAN
Menggati cairan tubuh yang kurang, memasukan glukosa untuk
menghindari kerusakan jaringan dan saraf otak karena hipoglikemi.
c. BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI AKIBAT TINDAKAN
TERSEBUT DAN CARA PENCEGAHANY
e. Pembengkakan pada vena
Antisipasi : hindari menggunakan aboket ukuran besar pada
vena yang kecil.
f. Terjadinya infeksi
Antisipasi : ganti infus sesuai dengan jadwal gantinya.
g. infiltrasi.
Antisipasi : kurangi gerakan pada area tangan yang di infus
h. iritasi vena
antisipasi : anjurkan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
rasa sakit.

d. EVALUASI
S :-
O : Klien tampak lemas kesadaran somnolen
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

You might also like