You are on page 1of 22

MAKALAH

PENYAKIT OSTEOMIELITIS PADA LANSIA

DISUSUN OLEH
INGGRIT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALA KESELAMATAN


PALU PRODI DIII KEPERAWATAN TAHUN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esakarena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah sdengan judul
OSTEOMIELITIS PADA LANSIA dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepadapihak-pihak yang ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya
pengetahuan saya maka dari itu makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karna itu saya harapkan dari pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini.
Namun demikian kami sangat berharap kiranya makalah ini dapat memberikan
manfaat. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi
kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan
ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ
sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan
tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain
tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem
muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang
paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang tulang
yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat
menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi piogenik
atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus aureus. Infeksi
dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan beberapa daerah
seperti sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan
penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan
jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang
melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat
dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya osteomyelitis
pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering terjadi pada anak
dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis untuk
osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan,
dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat
menjurus pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat
kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,
suddarth. (2001).  Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1.      Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2.      Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3.      Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
4.      Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang
hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

B.     Klasifikasi Osteomielitis (Henderson, 1997)


Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1.      Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2.      Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari
bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1.      Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada
orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah.
(osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a.       Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen
akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini
biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai
perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b.          Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang
menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2.      Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul.
3.      Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada
orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
C.     Etiologi (Henderson, 1997)
Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1.      Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2.       Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3.      Streptococcus hemolitikus
4.      Pseudomonas aurenginosa
5.      Escherechia coli
6.      Clastridium perfringen
7.      Neisseria gonorhoeae
8.      Salmonella thyposa

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :


a.       Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam
telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya.
b.      Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,
selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada
sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
c.       Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau
gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
D.     Manifestasi klinis (Henderson, 1997)
1.      Demam
2.      Nafsu makan menurun
3.      Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4.      Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan
demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa
mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.Infeksi tulang
belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul
jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan
istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang
berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas
tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan
demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami
infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di
daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis
menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-
tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas
tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit
dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

E.     Komplikasi (Brunner, suddarth. (2001)


Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali
dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi
osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang
terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran
darah sistemik.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1.      Abses Tulang
2.      Bakteremia
3.      Fraktur Patologis
4.      Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5.      Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6.      Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

F.      Patofisiologi (Brunner, suddarth. (2001)


Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan 
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan
drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan
tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
Pathway
G.    Pemeriksaan penunjang (Brunner, suddarth. (2001)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan
tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
H.     Penatalaksanaan medis (Brunner, suddarth. (2001)
1.      Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan penderita
dan reaksi alergi penderita
2.      penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3.      Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4.      Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5.      Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6.      Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7.      Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah,
dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya
menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8.      Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh
balik.
9.      Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a.       Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat
kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan
menempatkannya ditempat yang tepat.
b.      Vitamin A,B dan C  : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c.       Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan
fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses
pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan
hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.
I.       Pencegahan osteomielitis (Depkes RI, 1995).
1.      Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya
buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda
merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin.
2.      Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri
Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk
meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak
buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian.
3.      Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan
dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari
diet kalori terkontrol dan olahraga teratur.
4.      Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga
sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-
kira setengah pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml)
roh. Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik
tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk.
5.      Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem
peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh
lemah. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari
sebelum secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai
kebugaran Anda mulai membaik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.     Pengkajian (Nursalam, 2001)


Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan
osteomielitis meliputi:
1.      Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2.      Riwayat keperawatan
a.       Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.
Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan. (misalnya diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya)
d.      Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
3.      Kebiasaan sehari-hari
a.       Pola nutrisi      : anoreksia, mual, muntah.
b.      Pola eliminasi  : adakah retensi urin dan konstipasi,karena pada pasien yang kurang aktifitas
maka pasien tersebut akan mengalami konstipasi dan bisa berakibat urine tertahan apabila
kalsium pada tulang kandungannya terlalu tinggi.
c.       Pola aktivitas   :

N o Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

1 . Makan/minum

2 . M a n d i

3 . Toileting

4 . Berpakaian

5 . Mobilitas ditempat tidur

6 . Berpindah

7 . R O M

4.      Pemeriksaan fisik


a.       Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri.
b.      Kaji adanya faktor resiko Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi. (pada osteomielitis akut)
c.       Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.
d.      Identisikasi peningkatan tanda-tanda vital.
e.       Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

B.      Diagnosis
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut
(Marlyn E. Doengoes : hal ) :

a)         Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

b)        Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

c)         Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.

d)        Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
1. Rencana Keperawatan

a.         Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan


ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi

 Kriteria hasil :

Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian
yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36ºC-
37ºC) dan tidak adanya komplikasi.

Intervensi :

1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring


2) Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri
3) Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang mengalami
nyeri
4) Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan karakteristik,
termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda
vital dan emosi atau perilaku.
5) Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi pada tulang.
6) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
7) Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau perubahan posisi.
8) Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif, latihan
napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.
9) Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif atau buruk
tidak hilang dengan analgesik.
10) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
11) Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi :
12) Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.

b.         Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien
mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya

Kriteria hasil :

Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional,


meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.

Intervensi :

1)      Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap mobilisasi

2)      Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)

3)      Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan pusing

4)      Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic

5)      Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin

6)      Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin

7)      Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis

8)      Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi

c.         Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;


imobilisasi.

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi


kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :

Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :

1)      Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna
kulit

2)      Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan

3)      Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi

4)      Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak
dengan jumlah sedikit berat

5)      Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan
dukung bantal setelah pemasangan

6)      Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban
atau gips.

d.         Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses


tulang, kerusakan kulit

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan


luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.

Kriteria hasil :

Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga
tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan

Intervensi :

1)      Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas

2)      Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya
edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap

3)      Berikan perawatan luka

4)      Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau
drainase yang tidak enak atau asam

5)      Kaji tonus otot, reflek tendon


6)      Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna
ekstermitas cedera

Kolaborasi :

7)      Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter

8)      Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

3.  Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :

a.       Mengalami peredaan nyeri

1)      Melaporkan berkurangnya nyeri

2)      Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi

3)      Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak

b.      Peningkatan mobilitas fisik

1)      Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri

2)      Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat

3)      Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

c.       Tidak terjadi perluasan infeksi

1)      Memakai antibiotic sesuai resep

2)      Suhu badan normal

3)      Tidak ada pembengkakan

4)      Tidak ada pus

5)      Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal

d.      Integritas kulit membaik

1)      Menyatakan kenyamanan

2)      Mempertahankan intergritas kulit


3)      Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal

BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi yang terjadi pada tulang.Oateomielitis dapat di klasifiksikan
menjadi dua,yaitu :
1.      Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2.      Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari
bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Osteomielitis dapat disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1.      Staphylococcus aureus sebanyak 90%.
2.      Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3.      Streptococcus hemolitikus.
4.      Pseudomonas aurenginosa.
5.      Escherechia coli.
6.      Clastridium perfringen.
7.      Neisseria gonorhoeae.
8.      Salmonella thyposa.
Manifestasi klinis dari Osteomielitis,antara lain :
1.      Demam
2.      Nafsu makan menurun
3.      Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4.      Gangguan sendi karena adanya pembengkakan.
Kompliasi dari osteomielitis,yaitu:
1.      Abses Tulang
2.      Bakteremia
3.      Fraktur Patologis
4.      Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5.      Sellulitis pada jaringan lunak sekitar
6.      Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

Patofisiologi dari Osteomielitis yaitu :


Staphylococcus aureus,Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli menginfeksi tulang
sehingga terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative
dan anaerobik.Dapat menyebabkan Osteomielitis stadium 1,stadium2,stadium 3.Respon
inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan
dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya
Pemeriksaan penunjang dari osteomielitis,yaitu:
1.      Pemeriksaan darah
2.       Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
3.      Pemeriksaan biopsy tulang
4.      pemeriksaan feses
5.      MRI
6.      Pemeriksaan radiologis
7.      Bone scan
8.      Pemeriksaan ultra sound.
9.      Obat yang bisa diberikan pada pasien ,yaitu:
a.       penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam
b.      Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam
c.       Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
d.      Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan
e.       Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah.
Cara pencegahan Osteomielitis dapat dilakukan dengan cara :
1.      Berhenti merokok
2.      Diet sehat
3.      Mengelola berat badan
4.      Menghindari alkohol
5.      Olahraga tertur
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien osteomielitis adalah
1.      Nyeri berhubungan dengan agen injury fisik
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas tulang
3.      Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik
4.      Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
5.      Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

B.     Saran
Cukup sekian makalah dari kami,semoga memberi sumbangsih yang poitif terhadap
pembaca.Semoga pembaca semakin mengetahui tentang penyakit Osteomielitis dan dapat
menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari penyakit Osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.

Brunner, Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC :


Jakarta.

Brunner,suddarth.2001.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit, EGC : Jakarta

Carpenito, 1990. Diagnosis Keperawatan Pada Praktek Klinik.

Depkes RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.

Dorland, W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland.Terbitan EGC : Jakarta. 

Dorland, 2002.Kamuskedokteran dorland.Terbitat EGC :Jakarta.

Henderson, 1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.

KAMUS KEDOKTERAN Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC, pp :
1565, 1.

NANDA,2012-2014. NIC fifth edition. NOC fifth edition. :Nyeri akut b/d agen injuri
fisik,Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas tulang,Gangguan integritass
kulit b/d imobilitas fisik,Ansietas b/d stasus kesehatan,Resiko infeksi b/d pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat

Nursalam, 2001. Konsep dan Metode Keperawatan.

PENYAKIT TULANG & PERSENDIAN. Jakarta : pustaka populer obor.

Price, Wilson, 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC,


Jakarta.

You might also like