You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan proses membawa yang diinginkan dalam
perilaku manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses
perolehan pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi.
Jika pendidikan menjadi efektif hendaknya menghasilkan perubahan- perubahan
dalam seluruh komponen perilaku (pengetahuan dan gagasan, norma dan
keterampilan nilai dan sikap, serta pemahaman dan perwujudan).
Menurut Rulam Ahmad (2016: 25) Perubahan tingkah laku ini merupakan
hasil dari proses pendidikan yang diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai oleh
masing-masing individu atau masyarakat. Perubahan-perubahan ini hendaklah
dapat diterima secara sosial, kultural, ekonomis, dan menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, serta pemahaman.
Menurut Sardiman (2012:21) Pendidikan tindakan berjalan baik jika tidak
diimbangi dengan belajar. Karena belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa
raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan priadi manusia seutuhnya. Yang
berarti yang mengandung unsur cipta, rasa dan karsa, ranah dan kognitif, efektif
dan psikomotorik
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikutadanya
pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Oleh sebab itu, belajar
adalah proses aktif yaitu proses reaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami suatu yang dipelajari. Apabila berbicara mengenai belajar. Maka kita
bercerita mengenai tingkah laku seseorang atau individu melalui berbagai
pengalaman yang ditempuh.
Menurut M. Thobrani (2016:16) Belajar adalah tahapan perubahan perilaku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungan. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar
pada prinsipnya bertumpuh pada stuktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep

1
2

serta prinsip- prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna
bagi subjek didik.
Wina Sanjaya (2016:95) Komponen yang mempengaruhi yang dianggap
sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang
wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubugan langsung dengan
siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimana bagus idealnya kurikulum
pendidikan, bagaimanapun lengkap sarana dan prsarana pendidikan, tanpa
diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikan, maka semuanya
akan kurang bermakna. Apalagi dalam era Globalisasi sekarang ini harusnya terjadi
perubahan peranan guru. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya
sumber belajar (learning resources), akan tetapi lebih berperan sebagai
pengola pembelajaran (manager of intruction).
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, pastinya dibutuhkan suatu pengalaman-
pengalaman yang berkaitan dengan materi sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Pengalaman ini dapat membantu peserta didik dalam
mengkontruksi pengetahuan tentang konsep. Sehingga model Discovery ini cocok
untuk diterapkan pada materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satunya materi PAI dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Dari hasil observasi penulis menggambarkan bahwa siswa kelas VII A UPT
SMPN 3 Pardasuka, bahwasannya model pembelajaran discovery Learning sudah
terlaksana hanya saja belum maksimal. Masih banyak siswa yang mendapatkan
nilai yang rendah dilihat dari hasil belajar siswa. Nilai KKM mata pelajaran PAI
kelas VII A UPT SMPN 3 Pardasuka yaitu 75. Untuk mengatasi hasil belajar siswa
yang rendah maka peneliti memaksimalkan penggunaan model pembelajaran
Discovery Learning dalam proses pembelajaran. Jika penggunaan model
pembelajaran tersebut tepat penggunaanya, maka pembelajaran apa yang
ditargetkan dalam pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti tertarik
mengadakan judul penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Dan Budi
Pekerti Pada Siswa Kelas VII A UPT SMP Negeri 3 Pardasuka”.
3

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


a. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VII A UPT SMP Negeri 3
Pardasuka Tahun pelajaran 2023/2024
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2023 semester Satu
tahun pelajaran 2023/2024
3. Materi yang disampaikan adalah “Sujud syukur, sujud sahwi dan sujud
tilawah.”

b. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian adalah bagaimana Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI
Dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas VII A UPT SMPN 3 Pardasuka?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII A UPT SMPN 3
Pardasuka, setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning dalam
proses pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa
belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
2. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan
Agama Islam dan budi Pekerti.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran
yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
5. Menerapkan model yang tepat sesuai dengan materi pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

You might also like