Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan Dalam Perspektif Hadist
Pendidikan Dalam Perspektif Hadist
MAKALAH
Dosen pembimbing :
H. Muhammad Jamil. S.Ag, M.Ag
Penyusun :
M. Imam Febriansyah (050118.00049)
Halit Kalbahan (050118.00039)
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Yang maha
Esa, yang telah memberikan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Sholawat dan salam semoga dilimpah curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat serta sampai pada umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan. Dengan
tersusunnya makalah ini maka pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan atau
usulan untuk perbaikan kepada penulis.
Kami sangat berterima kasih kepada pembaca dan dosen yang telah
mengambil kesempatan untuk dapat membaca makalah ini. Kami menyadari
makalah ini masih sangat banyak kekurangan. Kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata atau penulisan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Penyusun Makalah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATARBELAKANG..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................2
1. BAGAIMANA PANDANGAN HADIST TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ?
2
2. APA SAJA HAL-HAL YANG DISAMPAIKAN OLEH HADIST TERKAIT
PENDIDIKAN ?.......................................................................................................2
C. TUJUAN MAKALAH........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN....................................................................3
B. PENGERTIAN HADIST.....................................................................................4
1. Secara Etimologi (Secara Bahasa)...........................................................4
2. Secara Terminologi (Secara Istilah).........................................................5
C. PENDIDIKAN PERSEPEKTIF HADIST...............................................................6
1. Ta’lim........................................................................................................7
2. Ta’dib........................................................................................................8
3. Tarbiyah....................................................................................................9
D. SYARAH HADIST TENTANG PENDIDIKAN....................................................11
BAB III KESIMPULAN......................................................................................17
A. KESIMPULAN...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
1
Khairuddin, Ilmu Pendidikan Islam; Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip
Muslimah dalam Sejarahnya, Cet. I; Ujung Pandang: CV Berkah Utami, 2002, h. 99.
2
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Cet. VI; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000, h.
2.
Harry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Cet. II; Bandung: CV Diponegoro,
1992, h. 13.
1
mampu menciptakan karya yang gemilang dalam hidupnya, atau dengan kata lain
manusia dapat mencapai suatu peradaban dan pentingnya pendidikan. Islam
menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin
Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Hadist tentang konsep pendidikan Islam ?
2. Apa saja hal-hal yang disampaikan oleh hadist terkait pendidikan ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana jawaban terkait dengan penembangan
pendidikan.
2. Untuk Memberikan wawasan keilmuan yang lebih meluas terhadap para
calon pendidik yang akan mendidik.
3. Untuk menunjukkan bahwa kontribusi Agama Islam sangatlah besar
terhadap kemajuan pendidikan sehingga banyak dibahas terutama
terhadap Hadist.
4. Menyajikan pemecahan masalah terkait masalaah pendidikan/
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Kata pendidikan pada awalnya berasal dari bahasa Yunani, yakni
paedagogie yang terdiri atas dua kata, paes dan ago. Kata paes berarti anak
dan kata ago berarti aku membimbing.3 Dengan demikian, pendidikan secara
etimologis selalu dihubungkan dengan kegiatan bimbingan terutama kepada
anak, karena anaklah yang menjadi obyek didikan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, pendidikan
berasal dari kata didik, mendidik, atau memelihara dan member latihan
(ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenal akhlak dan kecerdasan pikiran;
seorang ibu wajib-anaknya baik-baik. Jadi, “pendidik” adalah orang yang
mendidik; sedangkan “pendidikan” adalah, proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Pendidikan dilihat dari tiga jenis yakni; (1) pendidikan akademik; akademis
pendidikan yang berhubungan dengan ilmu (studi) seperti bahasa, ilmu-ilmu
sosial, matematika, ilmu pengetahuan alam; campuran pendidikan yang
diberikan kepada anak laki-laki dan perempuan secara bersama-sama dalam
satu ruangan; dasar pendidikan yang minimum (terendah) yang diwajibkan
bagi semua warga Negara; (2) pendidikan keagamaan, kegiatan dibidang
pendidikan dan pengajaran dengan sasaran utama memberikan pengetahuan
keagamaan dan menanamkan sikap hidup beragama; (3) masa kegiatan yang
bersifat pendidik yang berskala luas melalui surat kabar, film, radio, televise,
perpustakaan, dan museum dengan tujuan menyampaikan informasi dan
mempengaruhi opini publik; medis kegiatan yang secara formal bertujuan
mendidik serta mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah kedokteran; menengah jenjang pendidikan formal setelah pendidikan
dasar; menengah keagamaan yang mengutamakan penguasaan pengetahuan
3
Batasan di atas, dikutip dari Lihat Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan (Cet.I; Jakarta: Rineka
cipta, 1991), hal. 69.
3
khusus tentang ajaran suatu agama; - menengah kejuruan; 1. Pendidikan yang
mengutamakan kemampuan peserta didik untuk melaksanakan jenis pekerjaan
tertentu; 2. Bentuk suatu pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa
untuk memasuki lapangann kerja dan mengembangkan sikap profesional.4
Ada kecenderungan dalam masyarakat saat ini bahwa pendidikan
hanyalah di sekolah saja. Anak sudah cukup mendapatkan pendidikan di
sekolah, mulai dari pendidikan skil sampai pendidikan akhlak. Pada
kenyataannya, sekolah hanyalah satu bagian dari bentuk pendidikan. Adanya
ketergantungan orang tua dalam mendidik anak kepada sekolah berakibat
pengabaian pendidikan di rumah dan masyarakat, padahal pendidikan di
sekolah hendaknya bersesuaian dengan pendidikan di rumah, setidaknya ada
kesamaan karena pendidikan bisa didapatkan di manapun dan kapanpun
termasuk di rumah dan masyarakat karena pendidikan berlaku untuk semua
dan berlaku sepanjang hidup.5
B. Pengertian Hadist
4
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. III, (Cet. II;
Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 263.
5
Nasir A. Baqi, Metode Pembelajaran Agama Islam(Dilengkapi Pembahasan Kurikulum
2013), (Yogyakarta: Eja-Publisher, 2014), h. 145-146.
6
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: al-Muna, 2010), h. 1.
4
mufrad kata ahadits adalah uhdutsah (buah pembicaraan). Lalu kata
ahadith itu dijadikan jama’ dari kata hadith.7
Dapat disimpulkan arti dan makna dari suatu adalah segala bentuk
penyampaian dari Nabi Muhammad SAW yang berisi berita, nasihat,
pernyataan, pendapat, atau hal yang dibicarakan lalu disampaikan kepada
pengikut-pengikut beliau.
7
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), h.
21.
8
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj, h. 22.
9
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al- Hadis, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1974), 20.
5
disandarkan kepada sahabat dan tabi’i pun disebut hadis. Pemberian
terhadap hal-hal tersebut yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW disebut berita yang marfu’, yang disandarkan kepada sahabat
disebut berita mauquf dan yang disandarkan kepada tabi’i disebut
maqthu’. Sebagaimana dikatakan oleh Mahfudh, “Sesungguhnya hadis itu
bukan hanya yang di-marfu’-kan kepada Nabi SAW saja, melainkan dapat
pula disebutkan pada apa yang mauquf dan maqthu’.10 Begitu juga
dikatakan oleh al-Tirmisi.
Dari berbagai pendapat yang ada kita dapat mengambil benang
merah bahwa, Hadist adalah segala yg tidak hanya datang dari Nabi
Muhammad SAW, tetapi juga datang dari Sahabat, dan Tabi’i hanya saja
hadist ini adalah bentung pengembangan dari hadist yang telah
disampaikan Nabi Muhammad SAW. Juga , Hadist sahabat disebut
“Mauquf”, sedangkan Hadist Tabi’i disebut “Maqthu’”.
1. Ta’lim
10
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al- Hadis, 27.
6
Kata al-ta'lim adalah bentuk masdar dari kata 'allama ( ) عَل َمyang
berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan. Penunjukkan al-ta'lim pada pengertian
pendidikan bisa dilihat pada hadis:
2. Ta’dib
11
Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhariy, Kitab al-Jami as-Shahih
alMukhtasir, Cet. III; Beirut: Dar Ibnu Katis, h. 147.
12
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001, h. 86.Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhariy, Kitab al-Jami
as-Shahih alMukhtasir, Cet. III; Beirut: Dar Ibnu Katis, h.147.
7
Kata al-ta'dib adalah bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu
yang berarti pendidikan.13Al-ta'dib juga mengandung arti ilmu, kearifan,
keadilan, kebijaksanaan, pengajaran, dan pengasuhan yang baik.
Penunjukkan al-ta'dib pada pengertian pendidikan ini bisa dilihat pada
hadis:
13
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Unit
Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984, h.
14
Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhariy, Kitab al-Jami as-Shahih
alMukhtasir, h. 147.
8
3. Tarbiyah
15
Abi al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibnu Zakariyyah al-Raziy, Mu'jam Maqayis al-Lughah,
Jilid I, Cet. I; Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999, h. 509.
16
Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-Adab wa al-Ulum, h. 247.
17
Ibrahim Anis, at.al., al-Mu'jam al-Wasit, Juz I, Cet. II; Istambul: al-Maktabah al-
Islamiyyah, 197, h. 321.
9
meriwayatkan kepada kami, telah diriwayatkan kepadaku Sulaiman yakni
Ibnu Bilal keduanya dari Suhail, dengan sanad ini pada riwayat Rauh dari
usahanya yang baik, lalu meletakkannya pada haknya dan berdasarkan
riwayat Sulaiman, lalu ia meletakkan pada tempatnya.”18
18
Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, jilid XII; Mesir: al-Matba'ah
alMishriyyah wa Maktabatuha, h. 137.
10
Masih mengenai pengertian pendidikan, dalam hal ini batasan term
tarbiyah, Abdurrahman al-Nahlawi merumuskan bahwa term tersebut
sekurang-kurangnya mengandung empat konsep dasar, yakni :
a Pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki target,
tujuan dan sasaran.
b Pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah swt. Dialah Pencipta
fitrah, Pemberi bakat, Pembuat berbagai sunnah perkembangan,
peningkatan dan interaksi fitrah sebagaimana Dia pun mensyariatkan
aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan dan
kebahagiaan manusia.
c Pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang, peningkatan
kegiatan, dan pengajaran selaras dengan urutan juga sistematika.
menanjak yang membawa anak didik dari suatu perkembangan ke
perkembangan lainnya.
َّ َوِإن، ُق ْال َج َّن ِة ِ ط@ ر ُ ْك هَّللا ُ ِب ِه َطري ًق@@ا ِمن
ِ َ ك َط ِري ًقا َي ْطلُبُ فِي ِه عِ ْلمًا َس َل َ َمنْ َس َل
َوِإنَّ ْال َعالِ َم َل َيسْ َت ْغفِ ُر َل ُه َمنْ فِي، ب ْالع ِْل ِم ِ ِض ُع َأجْ ن َِح َت َها ِرضًا لِ َطال َ ْال َماَل ِئ َك َة َل َت
ض@ َل ْال َع@ ال ِِم ْ َوِإنَّ َف،ض َو ْالحِي َت@@انُ فِي َج@ ْوفِ ْال َم@@ا ِء ِ ْت َو َمنْ فِي اَأْلر ِ ال َّس َم َوا
َوِإنَّ ْال ُع َل َما َء َو َر َث ُة،ِاِئر ْال َك َوا ِكب ِ َع َلى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر َل ْي َل َة ْال َب ْد ِر َع َلى َس
ْ َف َمن، َوِإنَّ اَأْل ْن ِب َيا َء َل ْم ي َُورِّ ُثوا دِي َنارً ا َواَل ِدرْ َهمًا ِإ َّن َم@@ا َورَّ ُث@@وا ْالع ِْل َم، اَأْل ْن ِب َيا ِء
َأ َخ َذهُ َأ َخ َذ ِب َح ٍّظ َواف ٍِر
23
Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-Asqlani, Fath al-Bary Sayrh Shahih al-Bukhari, jilid I
(Bayrut: Dar al-Manar, 1990), h. 205
24
Lihat QS. Luqman (31): 12.
25
Abu al-Fida Mujhammad bin Isma’il Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, jilid III
(Semarang: Toha Putra, t.th), h. 444.
13
Terjemahnya : “Siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut
ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga; dan para
Malaikat selalu melatakkan sayapnya menaungi para pelajar karena
senang dengan perbuatan mereka; dan seorang alim dimintakan ampun
oleh penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air. Kelebihan
seorang alim atas orang ibadat bagiakan kelebihan sinar bulan atas lain-
lain bintang. Sesungguhnya ulama sebagai waris dari nabi-nabi.
Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, hanya
mereka mewariskan ilmu agama, maka siapa yang telah mendapatkannya
berarti telah mengambil bahagian yang besar.”26
يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجات
Terjemahnya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
ُ هللا ص@لَّىَ هللا ِ َق@@ا َل َر ُس@ ْو ُل: ب َعنْ اَ ِب ْي@ ِه َعنْ َج@ ّد ِه َق@@ا َل ُ َُعنْ ُع َمرُوبْن
ِ ش َع ْي
َّ ُمر ُْوا اَ ْواَل دَ ُك ْم ِبال: َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم
صاَل ِة َوهُم اَ ْب َنا ُء سِ ِني َْن َواضْ ِر ُب ُه ْم اَ ْب َنا َء َع َش @ َر
َ َو َفرِّ قُ ْوا َب ْي َن ُه ْم فِيْ ْال َم
) ضا ِج ِع ( َر َواهُ اَب ُْو دَاوُ َد
Terjemah Hadis : “Ajarkanlah anak (mu) untuk shalat sejak umur
tujuh tahun dan pukullah mereka (ketika meninggalkan shalat) dalam
umur 10 tahun.”28
Shalat adalah tiang agama ()الص لَة عم اد الني, dan karena itulah maka
perintah untuk mendidik anak dilakukan sejak dini, yakni sejak anak
berusia tujuh tahun ( )س بع س نني. Pendidikan shalat dalam usia dini, lebih
awal dimulai oleh usaha orang mendidik anaknya dalam bentuk hadhana.
Hal ini seiring dengan fase perkembangan anak, dan ketika ia mulai
memiliki potensi-potensi biologis, paedagogis, mulailah diperlukan
adanya pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran dan pendidikan
yang disebut al-hadhānah.
Hadhanah merupakan hak bagi anak-anak yang masih kecil,
karena ia membutuhkan pengawasan, penjagaan, pelaksana urusannya
dan orang yang mendidiknya. Pendidikan yang yang paling penting ialah
pendidikan anak kecil dalam pangkuan ibu bapaknya. Karena dengan
pengawasan dan perlakuan mereka kepadanya secara baik akan dapat
28
Sunan al-Darimi, dalam CD. Rom, Kitab al-Shalat, hadis ke-1395.
15
menumbuhkan jasmani dan akalnya, membersihkan jiwanya serta
mempersiapkan diri anak menghadapi kehidupannya di masa datang.29
Proses pembinaan spiritual anak lebih efektif lagi bila dalam usia
dininya ini, dilatih untuk melaksanakan ibadah. Kemudian pada umur
tujuh tahun sebagaimana dalam hadis tadi, hendaknya mereka
diperintahkan untuk mendirikan shalat secara kontineu. Ketika mereka
mencapai umur sepuluh tahun dan ketika itu pula mereka meninggalkan
shalat, maka hendaklah diberi sanksi fisik berupa pukulan.
Dari hadis di atas, dipahami bahwa di samping adanya perintah
mendidik dan membiasakan anak-anak untuk mengerjakan shalat, juga
ada perintah untuk memisahkan anak-anak dari tempat tidurnya.
Maksudnya, sejak usia dini anak-anak tersebut harus berpisah tempat
tidur dengan orang tuanya dan berpisah tempat tidur dengan saudara-
saudaranya yang berlainan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan pada fase
ini, sang anak mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi
indranya, ia sudah mulai mengenal mana yang wajar dan yang tidak
wajar, mana yang negatif dan yang positif.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hakikat pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan
oleh pemegang tanggung jawab pendidikan di rumah, sekolah, dan
29
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah diterjemahkan oleh Moh. Thalib dengan judul Fikih
Sunnah, jilid VIII (Cet. VII Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1992). hal. 161-162
16
masyarakat untuk mengembangkan potensi yang ada pada manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam
mempunyai cakupan dan garapan yang sangat luas mencakup semua dimensi
kehidupan manusia. Sedang tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai
adalah terwujudnya pribadi muslim yang sempurna yang beriman, bertakwa,
berilmu, bekerja, dan berakhlak mulia dalam mengemban amanah sebagai
khalifah di muka bumi dan sebagai hamba Allah swt.Pendidikan yang di
maksud di sini adalah tarbiyah, yakni proses pembentukan individu
berdasarkan ajaranajaran Islam. Melalui proses pendidikan itu, individu
dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi dan sempurnah (insan
kamil).
Hadis-hadis tentang pendidikan sangat banyak jumlahnya, dan
terdapat dalam al-kutub al-tis’ah (Kumpulan Hadist). Hadis-hadis tentang
pendidikan itu, pada dasarnya dapat terklasifikasi atas lima sub tema, yakni
(1) keutamaan mendidik anak. Dalam hadis ini, ditemukan syarah bahwa
mendidik anak lebih utama dan lebih mulia daripada bersedekah; (2) urgensi
mengajarkan ilmu melalui pendidikan. Dalam hadis dipahami bahwa
mengajarkan ilmu kepada orang lain sangat penting dan menjadi kewajiban
bagi setiap muslim; (3) balasan yang diperoleh bagi penuntut ilmu dalam
pendidikan. Dalam hadis ini dipahami bahwa seseorang yang menuntut ilmu
dalam dunia pendidikan akan mendapatkan balasan pahala berupa surga (4)
pendidikan shalat bagi anak. Dalam hadis ini dipahami bahwa kewajiban
orangtua adalah mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan ibadah shalat
sejak dini, yakni sejak umur tujuh tahun.
Hadis-hadis yang telah diklasifikasi, dan disyarah secara maudhui,
berkualitas shahih. Karena itu, kajian penulis di sini berimplikasi pada
pentingnya pengamalan hadis-hadis tentang pendidikan dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhariy, Kitab al-
Jami as-Shahih alMukhtasir, Cet. III; Beirut: Dar Ibnu Katis
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia,
Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren
al-Munawwir, 1984
17
Abi al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibnu Zakariyyah al-Raziy, Mu'jam
Maqayis al-Lughah, Jilid I, Cet. I; Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999
Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, dalam
CD. Rom Hadis Musnad al-Bashriyyin, hadis ke-19995
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1994 Abu al-Hasan Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-
Qusyairy, Shahih Muslim, juz I (Bandung: Maktabah Dahlan, t.th). Lihat juga CD
Rom Hadis, kitab al-Ilmu, hadis ke-1352
Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-Asqlani, Fath al-Bary Sayrh Shahih al-
Bukhari, jilid I. Bayrut: Dar al-Manar, 1990
Abu al-Fida Mujhammad bin Isma’il Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an
al-‘Azhim, jilid III. Semarang: Toha Putra, t.th
Abu Isa Muhammad ibn Isa al-Turmuziy, Sunan al-Turmuziy, juz III.
Bairut: Dar al-Fikr, t.th
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. III,
(Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al- Hadis, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 1974
Harry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Cet. II;
Bandung: CV Diponegoro, 1992. Batasan di atas, dikutip dari Lihat Abu Ahmadi,
Ilmu Pendidikan Cet.I; Jakarta: Rineka cipta, 1991
Ibrahim Anis, at.al., al-Mu'jam al-Wasit, Juz I, Cet. II; Istambul: al-
Maktabah al-Islamiyyah, 1978
Khairuddin, Ilmu Pendidikan Islam; Mendesain Insan yang Hakiki dan
Mengintip Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-Adab wa al-Ulum
Muslimah dalam Sejarahnya, Cet. I; Ujung Pandang: CV Berkah Utami,
2002
Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, jilid XII; Mesir: al-Matba'ah
alMishriyyah wa Maktabatuha
Nasir A. Baqi, Metode Pembelajaran Agama Islam(Dilengkapi Pembahasan
Kurikulum 2013), Yogyakarta: Eja-Publisher, 2014
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. Jakarta: Pustaka Firdaus,
2009
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001. Uraian lebih lanjut lihat Abu al-Thayyib Muhammad
Syams al-Haq al-‘Azim, ‘Aun alMa’bb Syarh Sunan Abu Dawud, juz VII (t.t.: al-
Maktabah al-Salafiyah, 1979
Sunan al-Darimi, dalam CD. Rom, Kitab al-Shalat, hadis ke-1395. Sayyid Sabiq,
Fiqh al-Sunnah diterjemahkan oleh Moh. Thalib dengan judul Fikih
Sunnah, jilid VIII. Cet. VII Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1992
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Cet. VI; Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, Surabaya: al-Muna, 2010
18
19