Professional Documents
Culture Documents
Pedoman Ispa 2023
Pedoman Ispa 2023
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insiden menurut kelompok umur balita di perkirakan 0,29
episode per anak/tahun di Negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun
di Negara maju ini menunjukan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per
tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Dari semua
kasus yang terjadi di masyarakat 7-13% yang memerlukan perawatan di rumah
sakit. Episode batuk pilek di indonnesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Ruden et
al Buletin WHO 2008). Ispa merupakan salah satu penyebabutan pasien di
puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia setiap tahun
diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia. Diantara 5
kematian balita diantaranya disebabkan oleh pneumonia. Di negara berkembang
60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri. Menurut hasil Riskesdes 2007
proporsi kematian balita karena pneumonia menempati urutan pertama.
Berdasarkan bukti bahwa pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI Ekslusif
gizi buruk, polusi udara dalam ruangan BBLR, kepadatan penduduk, dan
kurangnya imunisasi campak.
Ispa termasuk dalam upaya kesehatan P2P Puskesmas yang dapat diIkat
puskesmas maupun pelayanan menegaskan dengan upaya kesehatan lainya,
agar program kesehatan dapat dikelola dengan baik dari aspek manajemen
tingkat puskesmas maupun pelayanan yang mencakup promotip, preventip, dan
kuratip maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan Ispa di puskesmas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian pneumonia sehingga tidak
menjadimasalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Menurunkan angka kasus ispa secara dini.
Meningkatkan cakupan tatalaksana ispa secara dini..
Menurunkan angka kesakitan balita akibat pneumonia dari 10% - 20%
padatahun 2000 menjadi 8% - 16% padatan tahun akhir 2004.
C. Sasaran
PJ UKM
PJ ISPA
Balita umur < 5 tahun
Kelompok umur > 5 tahun di fasilitas kesehatan
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengendalian ISPA pada awalnya fokus pada pengendalian
pneumonia balita. Dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami
pengembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat. Yaitu :
1. Pengendalian pneumonia balita
2. Pengendalian ISPA umur>5 tahun
3. Faktorresiko ISPA
E. Batasan Operasional
Pelaksanaan pengendalian ISPA memerlukan dukungan lintas program,
lintas sektor, dan peran serta masyarakat. Pedoman ini mengulas situasi
pengendalian pneumonia, kebijakan dan strategi, kegiatan pokok, peran
pemangku kepentingan BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Puskesmas Kaijati menugaskan kepada petugas/program kesehatan
ISPA untuk melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA
C. Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Care Seeking √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pemantauan tatalaksana ISPA √
3 Penguatan Jejaring √ √
BAB III TATALAKSANA PELAYANAN
2. Perencanaan
a. Menyusun rencana usulan kegiatan program kesehatan ISPA
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan program kesehatan
ISPA
c. Menyusun panduan kegiatan program kesehatan ISPA
d. Menyusun kerangka acuan kegiatan program kesehatan ISPA
e. Mengalokasiksan anggaran untuk kegiatan kesehatan program
ISPA
3. Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA sesuai dengan
jadwal yang sudah tersusun
b. Menyusun hasil laporan kegiatan program kesehatan ISPA
4. Monitoring
a. Memonitoring program kesehatan ISPA dilaksanakan yang tekait
dengan kegiatan lintas program dan lintas sektor
b. Monitoring pelaksanaan kegiatan program kesehatan ISPA
terkait dengan jadwal kegiatan
5. Evaluasi
a. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan program kesehatan
ISPA
b. Evaluasi terhadap target program kesehatan ISPA
BAB IV LOGISTIK
Upaya pencegahan terhadap resiko harus dilakukan untuk tiap – tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan seminimal mungkin agar kegiatan yang dilaksanakan
berjalan lancar.
BAB VII PENGENDALIAN MUTU
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program/lintas
sektor terkait dalam pelaksanaan program kesehatan ISPA dipuskesmas.
Kesehatan program ISPA tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak
sehingga dapat tercapai target dengan meningkatnya kesadaran, sikap, dan
perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan dalam menanggulangi penyakit
ISPA.
LAPORAN PANDUAN
ISPA / PNEUMONIA TAHUN 2023
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29
episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun
di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia
per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus
terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus
yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan
rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per
tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab
utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding
dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun
diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20
detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian Balita, 1 di antaranya
disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia
ini,pneumonia disebut sebagai “pandemi yang terlupakan” atau “the forgotten
pandemic”. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga
pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau “the forgotten
killer
of children”(Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang 60% kasus
pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas 2007 proporsi
kematian Balita karena pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah
diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian Balita karena pneumonia
menempati urutan pertama sementara di negara maju umumnya disebabkan
virus.
Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya
pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air
pollution ), BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak.
Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita
dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun
data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukkan
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial
Virussebagai penyebab utama ,pneumonia pada anak (Rudan et al Bulletin WHO
2008). Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan
dengan diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO. Dalam
perjalanannya, pengendalian ISPA telah mengalami beberapa perkembangan.
BAB II DEFINISI
2. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru
akut. Demam bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita. Dalam
penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia seperti
bronkopneumonia, bronkiolitis disebut
“pneumonia” saja.
Klasifikasi pneumonia
< 2 Bulan Frekuensi nafas nya 60 x permenit atau lebih
2 sampai < 12 bulan Frekuensi nafas nya 50 x permenit atau lebih
12 bulan sampai < 5 tahun Frekuensi nafas 40 x permenit atau lebih
BAB III
- Kuning : PNEUMONIA
- Berarti : Beri antibiotik dengan perawatan di rumah
Tindakan :
Anak yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus rujuk segera ke
rumah sakit
Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak di rujuk (bila
memungkinkan)
Sebelum anak meninggalkan puskesmas,petugas kesehatan di anjur kan
memberi pengobatan pra rujukan (misal atasi demam,whezing, kejang dan
sebagainya)
Tindakan :
Anak yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus rujuk segera ke
rumah sakit
Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak di rujuk (bila
memungkinkan)
Sebelum anak meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan di anjur kan
memberi pengobatan pra rujukan (misal atasi demam,whezing, kejang dan
sebagainya)
Tindakan :
Nasehat ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan
dan membawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan
cara pemberian antibiotik
Anjurkan untuk kontrol dalam 2 hari (48 jam) atau lebih cepat bila keadaan
anak pernafasan nya lebih cepat atau sesak,tidak mau minum ,sakitnya
bertambah parah.
BAB IV RUANG LINGKUP