Professional Documents
Culture Documents
2842 3545 1 PB
2842 3545 1 PB
Penurunan Frekuensi
Diare Akut Pada Anak Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Abstrak
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas.
Obat tradisional yang memiliki efek antiinflamasi dan antibakteri, salah satunya madu yang memiliki efek atibakteri, anti
inflamasi dan anti oksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek potensial suplementasi madu terhadap
penurunan frekuensi diare akut pada anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen
semu (quasi experimental) dengan rancangan non equivalent control group. Subjek penelitian ini adalah pasien anak
penderita diare akut yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi dan kelompok kontrol setiap kelompok berjumlah 15
responden. Data diperoleh langsung dari subjek penelitian melalui data primer. Dari data yang diperoleh selanjutnya
dilakukan analisis menggunakan unpaired samples t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi diare akut hari
pertama pada kelompok intervensi lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Frekuensi diare akut di hari kedua, ketiga
dan keempat pada kelompok intervensi lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukkan efek
potensial suplementasi madu terhadap penurunan frekuensi diare akut. Pemberian suplementasi madu terbukti
menurunkan frekuensi diare akut pada anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Korespondensi: Nidia Putri Meisuri. Alamat: Jl. Veteran Pasar Baru RT/RW.009/005 Bumi Agung, Kalianda, Lampung Selatan.
Telepon: 081273346882. Email: nidiaputrimeisuri@yahoo.co.id
diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas radang. Efek antioksidan madu terdapat pada
kesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang kandungan flavonoid, vitamin A, C, E yang
atau 46,4% dari target.2 mampu menangkap radikal bebas.9
Kejadian diare yang ada di Kota Bandar Kandungan fenol pada madu dapat
Lampung pada balita tahun 2014 periode bulan memblok aktivitas Reactive Oxygen Species
Januari hingga Juni mencapai 2810 kasus, dan (ROS) yang merupakan pembawa pesan umpan
pada tahun 2015 periode bulan Januari hingga balik dari respon inflamasi.10 Dari studi
Juni mencapai 2998 kasus. Hal ini menunjukkan laboratorium dan uji klinis, madu murni
bahwa angka kejadian diare mengalami memiliki aktivitas bakterisidal yang dapat
peningkatan.3 melawan beberapa organisme
Diare merupakan suatu keadaan enteropathogenic, termasuk diantaranya
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak spesies dari Salmonella, Shigella dan E.Coli .11
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan Penelitian tentang pengaruh pemberian
volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 madu terhadap diare akut telah dilakukan.
kali sehari.4 Berdasarkan waktu terjadinya, Pada penelitian tersebut dikatakan pemberian
diare akut berlangsung kurang dari 14 hari dan madu murni pada penderita diare akut dengan
diare kronik berlangsung lebih dari 4 minggu.5 terapi standar menurunkan frekuensi diare
Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah secara bermakna pada perawatan hari ke 2, 4,
menggunakan obat tradisional sebagai dan 5, memperpendek lama rawat secara
pengobatan. Hal ini didukung dengan bermakna dan menaikan berat badan namun
keragaman hayati yang dimiliki baik hewan perbedaannya secara statistik tidak
maupun tumbuhan dibandingkan negara lain. bermakna.12
Penelitian tentang obat tradisional sebagai Pada penelitian lain, pengaruh
antidiare yang memiliki efek anti-inflamasi dan pemberian madu terhadap penurunan
antibakteri di Lampung dengan kombinasi Zinc frekuensi diare anak balita didapatkan hasil
dan ORS efektif dalam mengurangi frekuensi terjadinya penurunan frekuensi diare setelah
diare.6 Selain tumbuhan, hewan juga dapat pemberian madu.11 Dan penelitian sama yang
menjadi obat tradisional salah satunya lebah telah dilakukan di RSUD Rokan Hulu
sebagai penghasil madu. menghasilkan pemberian madu lebih efektif
Menurut Kuntadi, madu berasal dari untuk penurunan frekuensi diare.13
nektar yang telah diturunkan kadar airnya oleh Berdasarkan uraian diatas dan belum
lebah pekerja melalui proses penguapan, baik pernah dilakukannya penelitian tentang
sebelum maupun sesudah disimpan di dalam pengaruh madu terhadap diare maka peneliti
sel sarang. Madu memiliki komposisi bahan tertarik melakukan penelitian untuk melihat
kimia yang sangat kompleks. Kandungan utama efek potensial suplementasi madu terhadap
fruktosa, glukosa, dan juga penurunan frekuensi diare akut pada anak di
fructooligosaccharides 4-5% yang juga RSUD DR. H. Abdul Moeloek
berfungsi sebagai agen prebiotik.7 Dalam 100
gram madu mengandung 294 kalori, 9,5 gram Metode
karbohidrat, 24 gram air, 16 gram fosfor, 5 Metode penelitian ini adalah penelitian
gram kalsium dan 4 gram vitamin C.8 eksperimen semu (quasi experimental) yang
Madu terbukti memiliki beberapa efek dirancang dengan rancangan non equivalent
antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan. Efek control group. Penelitian ini dilaksanakan di
antibakteri pada madu bekerja dengan cara ruang perawatan anak RSUD DR. H. Abdul
membuat kondisi gaster menjadi tidak Moeloek Bandar Lampung pada bulan Oktober
mendukung pertumbuhan bakteri baik untuk sampai November 2018.
bakteri gram positif maupun negatif. Efek Populasi dalam penelitian ini adalah
antiinflamasi langsung pada madu bekerja Penderita diare akut usia 1 sampai 5 tahun
dengan cara menurunkan kadar yang menjalani perawatan di ruang perawatan
Malondialdehid (MDA) yang merupakan hasil anak RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar
peroksidasi lipid sebagai penanda dari radikal Lampung yang mendapatkan terapi standar
bebas dapat menurunkan jumlah sel–sel (ORS dan Zinc). Sampel dipilih dengan teknik
kelompok kontrol, secara statistik dibuktikan anak di RSUD DR. H Abdul Moeloek Bandar
bahwa pada hari ketiga terdapat efek potensial Lampung dengan diperolehnya nilai p
suplementasi madu terhadap penurunan (0,408)>α (0,05). Hasil penelitian tersebut
frekuensi diare akut pada anak di RSUD DR. H sejalan dengan penelitian Cholid (2011) yang
Abdoel Moeloek Bandar Lampung dengan menunjukkan perbedaan frekuensi diare baru
diperolehnya nilai p (0,005)<α (0,05). terjadi pada hari ke dua setelah perawatan dan
Pada pengukuran frekuensi diare di hari pemberian madu, bukan di hari pertama.
keempat menghasilkan rerata perbedaan Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa
frekuensi diare yang cukup besar yaitu 2 kali pemberian madu akan mengalami proses yang
pada kelompok intervensi dan 5 kali pada bertahap begitu juga dengan manfaat yang
kelompok kontrol, secara statistik dibuktikan diberikan, proses itu belum sepenuhnya
bahwa pada hari keempat terdapat efek maksimal di hari pertama pemberian.12
potensial suplementasi madu terhadap Hasil penelitian di hari kedua didapatkan
penurunan frekuensi diare akut pada anak di rerata pada kelompok intervensi 5,20 kali dan
RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung kelompok kontrol 7,00 kali, secara klinis
dengan diperolehnya nilai p (0,000)<α (0,05). pemberian madu pada kelompok intervensi
Pada pengukuran frekuensi diare selama terbukti menurunkan frekuensi 1,80 kali lebih
waktu penelitian menghasilkan rerata besar daripada kelompok kontrol. Namun,
perbedaan frekuensi diare yang cukup besar secara statistik dibuktikan bahwa pada hari
yaitu 19 kali pada kelompok intervensi dan 26 kedua tidak ada efek potensial suplementasi
kali pada kelompok kontrol, secara statistik madu terhadap penurunan frekuensi diare akut
dibuktikan bahwa terdapat efek potensial pada anak di RSUD DR. H Abdoel Moeloek
suplementasi madu terhadap penurunan Bandar Lampung dengan diperolehnya nilai p
frekuensi diare akut pada anak di RSUD DR. H (0,056)>α (0,05).
Abdoel Moeloek Bandar Lampung dengan Hasil penelitian pada hari ketiga dan
diperolehnya nilai p (0,046)<α (0,05). keempat terdapat efek potensial suplementasi
Pada pengukuran sebelum dan sesudah madu terhadap penurunan frekuensi diare akut
pemberian suplementasi madu setelah masa pada anak di RSUD DR. H Abdul Moeloek
penelitian menunjukkan bahwa rerata Bandar Lampung (p<0,05). Pada hari ketiga
frekuensi diare akut sebelum diberi madu rerata frekuensi diare kelompok intervensi 3,27
adalah 8 kali, sedangkan setelah diberikan kali dan kelompok kontrol 6,80 kali, secara
madu maka rerata frekuensi diare akut hanya 2 statistik terbukti bahwa pada hari ketiga
kali. Sedangkan pengukuran sebelum dan terdapat efek potensial suplementasi madu
setelah masa penelitian pada kelompok kontrol terhadap penurunan frekuensi diare akut
rerata frekuensi diare akut adalah 7 kali dengan nilai p (0,005)< α (0,05).
menjadi 5 kali. Data ini menunjukkan Pada pengukuran frekuensi diare di hari
penurunan frekuensi diare pada kelompok keempat menghasilkan rerata perbedaan
intervensi lebih besar daripada kelompok frekuensi diare yang cukup besar yaitu 2,13 kali
kontrol. pada kelompok intervensi dan 5,27 kali pada
kelompok kontrol, secara statistik didapatkan
Pembahasan nilai p (0,000)< α (0,05). Dan bila dilihat secara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keseluruhan dari hari pertama sampai hari
tidak ada perbedaan frekuensi diare akut pada keempat, frekuensi diare pada kelompok
anak pada hari pertama, namun setelah hari intervensi (19,47 kali) dan kelompok kontrol
kedua sampai keempat menunjukkan (26,87 kali) terdapat perbedaan yang
perbedaan. Rerata frekuensi diare hari bermakna dengan nilai p (0,046)< α (0,05).
pertama pada kelompok kontrol adalah 7,80 Menyatakan bahwa terdapat efek potensial
kali dan pada kelompok intervensi 8,87 kali suplementasi madu terhadap penurunan diare
menunjukan rerata tidak jauh berbeda, secara akut.
statistik dibuktikan bahwa pada hari pertama Penelitian ini sejalan dengan penelitian
tidak ada efek potensial suplementasi madu Cholid (2011) pemberian madu terbukti
terhadap penurunan frekuensi diare akut pada menurunkan frekuensi diare pada hari ke 2, 4,
dan 5, memperpendek lama perawatan serta adalah 2,1 kali. Artinya 5,4 kali dengan
kesembuhan 50% yang dilakukan pada 70 p=0,0001 pemberian madu lebih efektif untuk
responden yang terbagi menjadi kelompok penurunan frekuensi diare pada balita.13
suplementasi dan kelompok kontrol. Hal ini Madu adalah cairan alami yang
terjadi karena terdapat kesamaan dalam umumnya mempunyai rasa manis yang
pemberian dosis madu pada kelompok dihasilkan oleh lebah madu (Apis sp.) dari sari
intervensi.12 bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain
Konsumsi madu dalam dosis tinggi dari tanaman (ekstra nektar).18 Rasa manis
memiliki efek signifikan dalam pelengkap terapi madu disebabkan adanya unsur monosakarida,
AR (Alergi Rhinitis), dengan pemberian dosis 1 fruktosa dan glukosa.19 Kandungan utama
gram/kgBB per hari dalam dosis terbagi.16 fruktosa, glukosa, dan juga
Sedangkan, Bogdanov menyebutkan bahwa fructooligosaccharides 4-5% yang juga
madu memiliki efek bagi kesehatan jika berfungsi sebagai agen prebiotik.7
dikonsumsi lebih dari 50 sampai 80 gramper Prebiotik didefinisikan sebagai bahan
asupan.17 pangan yang tidak dapat dicerna dan memiliki
Pusat Penelitian dan Pembangunan Gizi manfaat yang menguntungkan dengan
di Bogor pada tahun 2000 melakukan menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas
penelitian dengan obyek penelitian balita, beberapa bakteri yang terdapat pada usus
memberikan sebanyak 20 gram setiap hari. sehingga dapat meningkatkan kesehatan
Sedangkan menurut Muhilal, 2-3 sendok inang.20 Prebiotik adalah nutrisi bagi probiotik,
makan madu 2x sehari sudah cukup memadai dimana probiotik merupakan bakteri hidup
untuk kesehatan tubuh. Ukuran satu sendok memberikan manfaat kesehatan dengan
makan madu setara dengan 20 gram madu.16 menyeimbangkan mikroflora saluran cerna.21
Berdasarkan hasil pengukuran pre–post Selain itu, probiotik juga dapat memperbaiki
pada masa penelitian menunjukkan bahwa sistem imun dengan meningkatkan neurtofil,
rerata frekuensi diare akut sebelum diberi monosit, natural killer cell, dan fagositosis
madu adalah 8,87 kali, sedangkan setelah makrofag.22 Probiotik akan mengaktifkan
diberikan madu maka rerata frekuensi diare makrofag lokal untuk mempresentasikan
akut hanya 2,13 kali dengan nilai p=0,000 hal antigen kepada sel T, kemudian sel T merilis
ini berarti p<0,050 menyatakan bahwa sitokin untuk mengaktifkan limfosit B, dan
terdapat perbedaan yang bermakna pada akhirnya limfosit B mensintesis
kelompok intervensi antara frekuensi diare immunoglobulin, yaitu IgA. Hal tersebut akan
pre–post. Sedangkan pengukuran sebelum dan mencegah kolonisasi bakteri patogen pada
setelah masa penelitian pada kelompok kontrol intestinal.23
rerata frekuensi diare akut adalah 7,80 kali Madu terbukti memiliki beberapa efek
menjadi 5,27 kali dengan nilai p=0,001 hal ini antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan. Efek
berarti p<0,050 menyatakan bahwa terdapat antibakteri terjadi dengan menghambat
perbedaan yang bermakna antara frekuensi pertumbuhan bakteri tersebut terutama
diare pre–post kelompok kontrol. Namun, data karena efek peroksida yang terdapat di dalam
ini menunjukkan penurunan frekuensi diare madu.24 Aktivitas ini diaktifkan oleh proses
pada kelompok intervensi lebih berpengaruh pengenceran karena akan meningkatan kadar
besar daripada kelompok kontrol. glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan mengubah glukosa menjadi asam glukoronat
penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2017) dan hidrogen peroksida. Dengan meningkatnya
yang meneliti pengaruh pemberian madu glukosa oksidase akan diikuti dengan
terhadap penurunan frekuensi diare pada anak peningkatan hidrogen peroksida yang memiliki
balita. Pada penelitian yang dilakukan pada 14 efek antibakteri.25
responden yang dibagi menjadi 7 reponden Efek antiinflamasi langsung pada madu
kelompok kasus dan 7 responden kelompok bekerja dengan cara menurunkan kadar
kontrol ini didapatkan rerata frekuensi diare Malondialdehid (MDA) yang merupakan hasil
sebelum diberikan madu (pre-test) adalah 7,5 peroksidasi lipid sebagai penanda dari radikal
kali dan setelah diberikan madu (post-test) bebas dapat menurunkan jumlah sel–sel
23. Sylvia C. The use of probiotics in pediatric honey around the world. J Microbiol
gastroenterology: review of the literature Antimikrob. 2014; 6(3): 51-56.
and recommendations by latin-american 25. Abeshu MA, Bekseho G. Medicinal uses of
experts. Pediatric Drugs. 2015; 17(6): 199- honey. Biology and Medicine Journal.
216. 2016; 8(2): 1-7.
24. Carina L, Varela S, Basualdo M.
Antibacterial activity of honey: a review of