Professional Documents
Culture Documents
Komunikasi Terapeutik Kelompok 10
Komunikasi Terapeutik Kelompok 10
DOSEN PENGAMPU :
Rofana Aghniya,S.Fis.,MKM
DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :
1. ROSA DINDA IMANIA (2215471076)
2. SALSABILA LOKHITA (2215471077)
3. SALSABILA PUTRI MUTIA(2215471078)
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan
salah satu dari tugas mata kuliah Komunikasi Kebidanan dengan materi “Komunikasi
Terapeutik”. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 10
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Definisi Komunikasi Terapeutik 4
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik 5
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik 6
D. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik 6
E. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik 6
F. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik 7
G. Fase-fase Komunikasi Terapeutik 8
H. Teknik Komunikasi Terapeutik 9
DAFTAR PUSTAKA 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi kebidanan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan
proses kebidanan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).
Untuk itu bidan memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian
sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku. "caring" atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989)
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bidan yang memiliki ketrampilan
berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan
rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal. memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra
profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi
termasuk "therapeutic use of self" dan "helping relationship" untuk praktek
kebidanan sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi
terapeutik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan komunikasi terapeutik?
2. Apa tujuan dari komunikasi Terapeutik?
3. Apa manfaat dari komunikasi Terapeutik?
4. Apa syarat-syarat komunikasi Terapeutik?
5. Apa prinsip komunikasi Terapeutik?
6. Apa fase-fase dalam melakukan komunikasi Terapeutik?
7. Apa factor penghambat komunikasi Terapeutik?
8. Apa saja jenis dari komunikasi Terapeutik?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien memperjelas dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran; membantu mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien; membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri.
Menurut Stuart dan Sundeen jogs Lindberg, Hunter, dan Krusewski (kutip dari
Hamid, 1996), tujuan terapeutik yang diarahkan Lepada pertumbuliaus klien meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Realisasi, penerimaan, dan rasa hormat terhadap diri sendiri
2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim serta saling
ketergantungan dan mencintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta tujuan
personal yang realistis.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila dalam melakukan "helping relationship", bidan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kesadaran diri terhadap nilai yang dianut.
Bidan harus mampu menjelaskan tentang dirinya sendiri, keyakinannya, apa yang
menurutnya penting dalam kehidupannya, setelah itu barulah ia akan mampu
menolong orang lain menjawab pertanyaan tentang hal-hal tersebut.
2. Kemampuan untuk menganalisis perasaannya sendiri.
Bidan secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi berbagai perasaan yang
dialaminya, seperti rasa malu, marah, kecewa, putus asa.
3. Kemampuan menjadi contoh peran.
Bidan sebaiknya mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat, termasuk
kemampuan menjaga kesehatan agar dapat dicontoh oleh orang lain.
4. Altruistik. Bidan merasakan kepuasan karena mampu menolongorang lain
dengan cara yang manusiawi.
5. Rasa tanggung jawab etik dan moral. Setiap keputusan yang dibuat selalu
memperhatikan prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi kesehatan/kesejahteraan
manusia
6. Tanggung jawab. Ada dua dimensi tanggung jawab yang perlu diperhatikan,
yaitu tanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan berbagai tanggung jawab
dengan orang lain.
5
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien
melalui hubungan bidan pasien
2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.
D. Syarat syarat Komunikasi Terapeutik
1. Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk., 2003) seperti yang dikutip oleh
Damaiyanti mengatakan ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi
terapeutik efektif: Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga
diri pemberi maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.Persyaratan-
persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini dibutuhkan untuk membentuk
hubungan perawat-klien sehingga klien memungkinkan untuk
mengimplementasikan proses keperawatan.
Komunikasi terapeutik ini akan efektif bila melalui penggunaan dan
latihan yang sering (Damaiyanti, 2008).
Menurut Johnson sebagaimana dikutip oleh Ariani, dalam komunikasi
terapeutik perawat memerlukan kemamapuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku “caring” atau kasih sayang/cinta. Syarat-syarat tersebut meliputi:
a. Kredibilitas adalah pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator.
b. Konteks adalah situasi dan kondisi relevan dengan keadaan si penerima pesan.
c. Isi adalah merupakan materi yang akan disampaikan oleh komunikator.
d. Kejelasan adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dapat
diterima oleh penerima.
e. Kontinuitas dan konsistensi.
f. Saluran adalah yang digunakan untuk komunikasi yang sesuai dan
memungkinkan penerimaan yang baik oleh penerima.
g. Kemampuan komunikasi adalah materi dan teknik penyampaian pesan di
sesuaikan dengan si penerima (Ariani, 2018).
E. Prinsip - Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip-prinsip dari komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers adalah:
1. Bidan harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
6
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai.
3. Bidan harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Bidan harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
5. Bidan harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas
berkembang tanpa rasa takut.
6. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
7. Bidan harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistennya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan
menyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu
mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
13. Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
14. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil
keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri
sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
7
6. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
7. Membicarakan hal-hal bersifat pribadi
8. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya
9. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
10. Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan
11. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan
12. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.
8
c. Fase ini memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan
sebelumnya, sehingga pasien merasa sunyi, menolak dan depresi.
2. Menunjukkan penerimaan.
Arti menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengar tingkah
laku yang menunjuk-kan ketertarikan dan tidak menilai. Menerima tidak berarti me
nyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidak setujuan. Bidan harus waspada terhadap ekspresi
wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening
atau menggeleng yang menyatakan tidak percaya.
Berikut ini merupakan sikap bidan yang menyatakan penerimaan:
mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, membe rikan umpan balik verbal
yang menyatakan pengertian, memas- tikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan
komunikasi verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan, atau usaha untuk
mengubah pikiran klien.Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa percaya
dan mengembangkan empati (Boyd & Nihart, 1998).
Misalnya:
Klien : "Saya telah melakukan beberapa kesalahan."
Bidan : "Saya ingin mendengar itu. Tidak apa-apa jika anda ingin mendiskusikan hal
ini dengan saya “
Misalnya:
"Tadi Anda katakan Anda memiliki tiga orang anak, siapa yang Anda rasa paling
dekat dengan Anda?"
9
3. Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan
balik bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komuni- kasi dilanjutkan.
Misalnya:
Klien: "Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga." Bidan: "Saudara
mengalami kesulitan tidur..."
4. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan dalam kata-kata
mengenai ide atau pikiran (implisit maupun eksplisit) yang tidak jelas dikatakan oleh
klien. Tujuan dari teknik ini untuk menyamakan pengertian.
Misalnya:
Bidan dapat mengatakan, "Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan"
atau "Apa yang Anda maksud dengan..."
5. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan me- tode ini adalah usahakan untuk tidak memutuskan pembicaraan
ketika klien menyampaikan masalah yang penting.
Misalnya:
"Hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi" atau "Apa yang
sudah kita sepakati untuk dibicarakan?"
7. Menawarkan informasi
Memberi tambahan informasi merupa- kan tindakan penyuluhan kesehatan
untuk klien. Bidan tidak dibenarkan memberikan nasihat kepada klien ketika
10
memberi- kan informasi karena tujuan tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan.
8.Diam
Diam akan memberikan kesempatan kepada bidan dan klien untuk
mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode ini memerlukan keterampilan dan
ketepatan waktu, jika tidak, akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisasi
pikiran, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan.
Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai mengerti
atau marah. Diam di sini juga me- nunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti
orang lain agar punya kesempatan berpikir. Meskipun begitu, diam yang tidak tepat
dapat menyebabkan orang lain merasa cemas.
Diam digunakan pada saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu
cara melakukan/menyampaikan hal tersebut (Boyd & Nihart, 1998).
Misalnya:
Klien: "Saya marah!"
Bidan: (diam)
Klien: "Suami saya tidak perhatian lagi sama saya."
9. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu, mengingat topik yang telah dibahas
sebelum mene- ruskan pembicaraan berikutnya. Di samping itu, meringkas dapat
membantu bidan untuk mengulang aspek penting dalam inter- aksinya sehingga dapat
melanjutkan ke interaksi berikutnya.
Misalnya:
"Selama lima belas menit ini Anda dan saya telah membicarakan
11
Misalnya:
"Ibu tampak cocok sekali mengenakan kerudung berwarna cokelat ini."
12
15. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi
Apabila ingin mengerti klien, bidan harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
bidan. Sementara itu, bidan harus waspada terhadap gejala ansietas yang mungkin
muncul.
Misalnya:
"Coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Anda saat akan dioperasi."
16. Perenungan
Perenungan memberi kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian,
bidan mengindikasikan bahwa pendapat klien berharga dan klien mempunyai hak
untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya
sendiri.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdalati (1989). South asian muslims in New York. Aminah Muhammad Arif.
Fajar, Marhaeni.2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Graha Ilmu
Farid Hamid & Heri Budianto, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2011
Komunikasi untuk perawat / Heri Purwanto; editor, Ni Luh Gede Yasmin Asih.
-Jakarta: EGC, 1994.
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
14