Professional Documents
Culture Documents
Revisi 2 - Laporan Pratikum Kel. 7
Revisi 2 - Laporan Pratikum Kel. 7
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Lailatul Munawaroh D.K.W 205080501111033
Nova Lailaturramadhini 205080501111034
Rizky Dian Ekayana 205080501111035
Maulama Tamsyi Thoriqo T. 205080501111043
Delfina Husniya Sansi 205080507111003
Adella Desy Ristianti 205080507111005
Tausiatul Afidah 205080507111006
Rahmawanda Dwi Kurnianti 205080507111007
Erviana Shinta Dewi 205080507111013
Ainur Rofiq Aprila 205080507111021
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Buku Kerja Praktikum Ikan Hias
dan Akuaskap ini dapat disusun. Buku kerja ini berisi materi mengenai peralatan
pihak- pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam penyelesaian buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki,
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.............................................................3
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................4
2.1 Akuarium dan Perlengkapannya..............................................................4
2.1.1 Akuarium.........................................................................................4
a. Bahan Akuarium..........................................................................4
b. Perakitan Akuarium......................................................................5
2.1.2 Filter................................................................................................6
2.2 Manipulasi Lingkungan............................................................................9
2.2.1 Manipulasi Suhu..............................................................................9
2.2.2 Manipulasi Oksigen.......................................................................10
2.2.3 Manipulasi Cahaya........................................................................11
2.2.4 Manipulasi Karbondioksida............................................................12
2.2.5 Manipulasi Rasio C/N....................................................................13
2.2.6 Unsur Makro dan Mikro.................................................................14
2.2.7 Substrat.........................................................................................15
2.3 Ikan Hias................................................................................................16
2.4 Tanaman Air..........................................................................................18
2.5 Visualisasi Akuaskap.............................................................................20
2.5.1 Gaya Dutch...................................................................................21
2.5.2 Gaya Iwagumi...............................................................................23
2.5.3 Gaya Nature..................................................................................25
2.5.4 Gaya Biotope.................................................................................26
2.5.5 Gaya Jungle..................................................................................28
2.6 Prospek Masa Depan.............................................................................29
BAB III. PENUTUP.............................................................................................32
3.1 Kesimpulan............................................................................................32
3.2 Saran.....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I. PENDAHULUAN
tarik tersendiri baik warna, bentuk maupun tingkah lakunya yang unik. Di
samping itu, ikan hias memiliki nilai artistik yang tinggi bagi kehidupan manusia,
nilai tersebut dapat dilihat dari segi keindahannya yang memberikan rasa puas
dan damai dalam jiwa. Ikan hias juga berkaitan erat dengan pendidikan, ilmu
perkembangan dunia ikan hias di Indonesia semakin pesat yang ditandai dengan
yang sedang trend, banyak juga penggemar ikan yang eksotik dan langka.
Budidaya ikan hias di Indonesia memiliki potensi yang besar, saat ini terdapat
beberapa negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia seperti Singapura, Malaysia,
seperti batu, karang, pasir, kayu, dan tanaman air dalam akuarium. Akuaskap
untuk akuaskap cukup beragam yaitu meliputi akuarium kecil, sedang, hingga
besar, bahkan kolam besar. Namun yang umum pada masyarakat yaitu
yang terdiri atas beragam jenis ikan hias dan tanaman air di dalamnya. Akuaskap
air yang dikombinasikan dengan ikan hias. Tanaman air merupakan tanaman
yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dalam air (Telussa dan
Rahmatia, 2020).
memiliki daya tarik pada warna, bentuk maupun tingkah lakunya yang unik. Ikan
hias juga memiliki nilai artistik yang memberikan rasa puas dan damai dalam
jiwa. Saat ini kegemaran terhadap ikan hias berkembang pesat sehingga
dalam menyusun komponen batu, karang, pasir, kayu, dan tanaman air untuk
ini adalah mengenalkan macam-macam ikan hias air tawar dan air laut yang ada
di indonesia dan di pasar saat ini, mengenalkan pemijahan pada ikan hias
tanaman air yang memiliki potensi sebagai tanaman hias pelengkap akuarium
atau akuaskap, mengenalkan akuaskap sebagai bagian dari kegiatan seni yang
ada di lingkup dunia perikanan secara umum, serta mengenalkan potensi pasar
keragaman biodiversitas ikan hias dan tanaman air yang ada disekitar mereka,
2
memvisualisasikan akuaskap, memfoto akuaskap dan menambah wawasan
dalam melihat potensi sektor ikan hias, tanaman air atau tanaman hias, dan
akuaskap kedepannya.
3
BAB II. PEMBAHASAN
Kadir (2019), menyatakan bahwa memlihara ikan hias adalah salah satu
merupakan wadah atau ruang transparan yang diisi oleh mahluk hidup seperti
binatang dan tumbuhan air serta beberapa hiasan lainnya. Air merupakan bahan
yang sangat diperlukan sebagai sumber energi manusia, hewan dan tumbuhan
dibumi, terutama untuk kelangsungan hidup ikan. Kualitas air pada akuarium
akan menurun jika kekurangan oksigen, ph air yang tidak stabil, hal tersebut
a. Bahan Akuarium
merupakan ciri khas akurium untuk ikan hias laut. Akuarium merupakan wadah
yang menjadi faktor teknis dalam kegiatan budidaya ikan hias. Banyak alternatif
akuarium jangan sampai bocor, tidak berbahaya bagi ikan hias yang
menggunakan alat dan bahan seperti kaca, lem silikon, cutter, isolasi, air laut,
batu-batuan koral, pasir krikil serta koral sebagai dekorasinya, khusus ikan hias
laut. Saat merawat akuarium membutuhkan teknik khusus yaitu perlu adanya
sistem yang mampu menjaga serta mempertahankan kualitas air dan umur
4
Satyani dan Priono (2012), menyatakan bahwa akua gelas dengan
berbahan dasar kaca tidak membutuhkan perawatan yang ekstra. Akuarium yang
terbuat dari kaca lebih mudah dibersihkan sehingga baik untuk pemeliharaan
dasar kaca ini sangat umum ditemukan. Wadah berbahan dasar kaca ini sangat
berbahan dasar kaca juga lebih baik dipakai dalam memonitoring ikan karena
b. Perakitan Akuarium
dilakukan menentukan jenis kaca yang sesuai dengan apa yang diinginkan.
Potong kaca sesuai skema atau ukuran yang diinginkan dengan pengukuran
yang tepat untuk meminimalisir ukuran yang tidak sesuai dan dapat terjadi
cepat agar silikon tidak mengeras. Biarkan silikon yang sudah dioleskan di kaca
perlu penambahan filtrasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air dalam
akuarium tersebut dan dapat membantu menjernihkan air. Tambahkan pasir dan
5
kerikil karena Sebagian besar ikan akan cocok dengan hal tersebut. bagian
2.1.2 Filter
Kualitas air dalam budidaya ikan hias terutama dalam akuarium perlu
dijaga, karena meminimalisir terjadinya kematian ikan. Adanya alat filter mampu
solusi untuk menyaring air dari kotoran agar tidak terjadinya kekeruhan dan
Biasanya bahan filter yang digunakan berupa batu/pasir, ijuk, arang dan spon.
Kelebihan dari bahan tersebut mampu menjernihkan air secara optimal untuk
Filter alami adalah saringan air yang menggunakan bahan alami dengan
menjernihkan air dari senyawa amoniak dan senyawa lainnya yang mampu
air yang digunakan dalam penjernihan yaitu filter fisik, fiter kimia dan filter biologi.
Penjelasan filter fisik adalah filter yang memiliki cara kerja sebagai penyaring
kotoran, sisa pakan yang menumpuk, debu dan koloid yang berada dalam
akuarium. Berbeda dengan filter kimia yang digunakan untuk menyerap atau
mengikat sisa metabolit yang beracun yang ada dalam akuarium. Biasanya
bahan yang digunakan dalam filter kimia meliputi arang, ozon, sinar UV, resin,
zeolit dan peat. Penjelasan yang terakhir yaitu filter biologi yang memiliki fungsi
yang tidak beracun dengan melalui proses nitrifikasi dan nitratasi. Penggunaan
sabut kelapa sebagai penyaring dan di kombinasi dengan zeolit serta arang
6
mampu menghambat dan menetralisir amoniak. Nasir dan Khalil, (2016)
pertumbuhan ikan. Fungsi dari sabut kelapa adalah dapat menyaring sisa
kotoran atau pakan yang menumpuk didalam akuarium yang dapat membantu
2.1.3 Aerator
sirkulasi air sehingga oksigen tetap tersedia di dalam air. Fungsi aerator antara
mencampur lapisan atas air atau permukaan air dengan dasar air untuk
air yang telah teraerasi dengan cepat ke aera sekelilingnya yang belum teraerasi
membuat air lebih sehat untuk ikan atau udang. Pada aerasi air kolam terdapat
dua teknik dasar yaitu udara masuk kedalam air dengan cara dideburkan
Aerator merupakan alat mekanis yang berfungsi untuk meningkatkan nilai
oksigen dalam permukaan air sehingga akan lebih banyak oksigen yang masuk
dalam air. Prinsip kerja aerator sama dengan kincir air, yaitu mengangkat air ke
udara dengan air. Aerasi adalah penambahan udara kedalam air sehingga kadar
oksigen dalam air menjadi cukup dengan bantuan alat aerasi atau aerator.
mensirkulasi atau mencampur lapisan atas air atau permukaan air dengan dasar
7
Memindahkan air yang telah teraerasi dengan cepat ke area sekelilingnya
dalam kolam, akan menciptakan permukaan yang teroksidasi gas-gas dan cairan
beracun seperti hidrogen sulfida dan amonia tidak dapat masuk air. Sirkulasi
akan mendorong berbagai macam gas berbahaya dan nitrogen berlebihan dan
karbondioksida untuk lepas kedalam atmosfer. Alat aerasi dalam empat tipe
dasar yaitu gravitasi, permukaan, diffuser, dan turbin (Supriyadi, et al., 2015).
2.1.4 Lampu
Lampu salah satu bagian penting pada sebuah akuarium, baik itu
akuarium air tawar, akuarium marin, akuarium air payau, akuarium komuniti
maupun akuarium biotope, lampu atau sinar lampu ditujukan untuk mempercantik
air pada aquamarine, lampu harus dihidupkan pada saat suhu air turun dari
seharusnya dan sebaliknya, lampu harus dimatikan apabila suhu air naik dari
yang seharusnya. Fungsi dari lampu adalah untuk menaikkan suhu air pada
tanaman laut dan ikan-ikan laut yang ada di aquamarine tetap sehat, maka suhu
air pada aquamarine harus dijaga pada suhu ideal, suhu air harus diturunkan
apabila suhu air lebih tinggi dari suhu ideal dan sebaliknya suhu air harus
dinaikkan apabila suhu air lebih dingin dari suhu ideal, tentunya tingkat suhu air
yang ideal tidak bisa dilihat secara kasat mata atau dirasakan dengan cara
disentuh. Pengontrolan lampu salah satu bagian penting pada sebuah akuarium,
menarik. Selain mempercantik akuarium dalam hal ini aquamarine, lampu dapat
mempengaruhi naiknya suhu air pada aquamarine, lampu harus dihidupkan pada
8
saat suhu air turun dari seharusnya dan sebaliknya, lampu harus dimatikan
apabila suhu air naik untuk menghambat mikroorganisme yang tidak kita inginkan
dapat melihat seluruh isi akuarium dapat terlihat dengan jelas. Lampu akuarium
dalam akuarium tidak mungkin bisa terjadi. Tidak semua jenis lampu dapat
digunakan. Penggunaan lampu yang tidak benar dapat berakibat negatif bagi
pencahayaan pada akuarium, maka dari itu perlu pemahaman yangmaka Anda
adalah lampu fluoresen (lampu TL), mercury vapour lamp, metal halide lamp
yang bergantung pada suhu lingkungan, pada kebanyakan spesies ikan ketika
laju metabolisme melebihi suhu ideal akan meningkat dan energi mulai dialihkan
9
dan pertumbuhan, aktivitas tubuh, kecepatan bergerak serta dalam merangsang
syaraf
kualitas air yang sangat menentukan bagi kehidupan ikan, pertumbuhan, tingkat
menghasilkan oksigen dengan kandungan yang lebih tinggi, tetapi suhu rendah
menyebabkan stres pernapasan pada larva berupa penurunan laju respirasi dan
kekurangan oksigen. Suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai dengan
Menjaga suhu sangat penting dilakukan untuk menjaga kualitas air dan
yang diperlukan dan dibiarkan selama 1 x 24 jam agark penetrasi suhu merata.
Oksigen yang ada di dalam air disebut oksigen terlarut (DO), oksigen terlarut
sendiri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang ada pada perairan tersebut.
10
Oksigen terlarut yang terdapat di akuaskap biasanya dimanfaatkan oleh seluruh
biota yang hidup di dalamnya meskipun tidak dalam satu waktu yang sama.
Malam hari oksigen juga tidak kalah pentingnya bagi tumbuhan karena pada saat
pada suatu perairan yaitu diduga karena fator ketinggian air, yang apabila
ketinggian air terlalu rendah dapat menyebabkan ruang gerak ikan yang sempit
sehingga oksigen terlarut dalam air rendah. Oksigen dalam air (DO) disini sangat
menurun, aktivitas pernafasan naik dan selera makan akan berkurang. Aerasi
dengan tekanan kecil dapat mensuplai adanya oksigen (Yuliansyah et al., 2021).
Intensitas cahaya yang efektif bagi ikan yang memiliki sel pigmen eritrofor
dan xantofor yaitu intensitas cahaya hijau dan merah. Respons primer terhadap
cahaya yang lebih tinggi membuat ikan terlihat lebih pucat. Ikan hias akan
bewarna bagus dan cerah jika perairan tempat pemeliharaannya dalam kondisi
terang dan terkena sinar atau cahaya yang optimal. Dalam kondisi cahaya yang
sesuai, maka warna badan ikan akan berubah menjadi cerah (tidak pucat)
dengan warna badan yang tegas dan jelas. Cahaya juga sangat diperlukan untuk
display yang mengembangkan perpaduan beberapa biota laut jenis karang dan
11
ikan. Jenis lampu yang umum dipakai karena memiliki keunggulan dibandingkan
jenis lampu lainnya adalah lampu LED. LED adalah komponen elektronika yang
mempengaruhi tingkat laku ikan terhadap cahaya adalah intensitas dari cahaya
itu sendiri. Kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat
rendah, serta terdapat ikan yang tertarik oleh cahaya dengan intensitas tinggi.
Ikan yang tertarik dengan cahaya mulai dari intensitas yang rendah sampai yang
tinggi. Durasi pencahayaan yang aman bagi ikan 8 hingga 10 jam. Jika cahaya
lampu melebihi durasi yang aman akan berdampak buruk bagi ikan. Selain itu
juga dapat membuat air menjadi panas dan tidak dapat ditinggali oleh ikan
dan sump tank, desain perpipaan, desain media filter, desain penempatan
sensor dan kontrol sistem. Desain dibuat bertujuan untuk proses resirkulasi air
laut secara ril dengan memanfaatkan filter fisik, sistem filter biologi untuk
dan CO2 dengan kadar tertentu. Selain suplai karbon organik, sistem filtrasi
dinamis disuplai dengan gas CO2. Proses fotosintesis alga memicu terjadinya
dalam bentuk ion atau molekul (CO2, H2CO3, HCO3- dan CO32-) fungsinya untuk
menjaga reaksi kesetimbangan air laut ketika terjadi reaksi kesetimbangan pada
air laut ketika terjadi kenaikan atau penurunan pada pH. Ini menunjukkan
bahawa senyawa karbondioksida bebas bebas (CO2) lebih banyak di dalam air di
12
bandingkan senyawa bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-), sehingga fungsi
suplai gas karbondioksida yaitu menjaga kestabilan kadar CO2 di dalam air agar
karbondioksida yang kurang dari 10 ppm masih dapat ditoleransi oleh ikan,
Karbondioksida yang ada di dalam air merupakan hasil dari proses difusi CO2
dari udara dan juga hasil dari proses respirasi organisme perairan. CO 2
pada CO2 sebesar 10 ppm membuat ikan dapat bertahan dalam kandungan
oksigen terlarut yang berkisar 7 – 9 ppm karena batas tersebut merupakan batas
C/N merupakan rasio C/N bakteri heterotrof yang memiliki nilai 4 dan
sumber karbon untuk meningkatkan rasio C/N. Bakteri heterotrof akan tumbuh
organik secara kontinu seperti molase, tepung terigu dan tepung tapioka.
sedangkan efisiensi konversi mikroba yang memiliki nilai sebesar 40% disebut E.
13
pada aquascapeaquascape. Asumsi rasio C/N pada ekskresi ikan sebesar 33%,
dan 16% protein pakan ikan merupakan nitrogen. Sehingga jumlah molase yang
ditambahkan sebesar 72,5% dari berat pakan ikan harian (Simanjuntak, et al.,
2016).
nitrogen anorganik menjadi biomass bakteri. Selain itu, rasio C/N diperlukan
teknologi pada rasio C/N berupa bioteknologi karena mengaktifkan kerja mikroba
heterotrof. Hubungan antara rasio C/N dengan mekanisme kerja bakteri yaitu
pakan yang lebih baik dibandingkan nilai rasio konversi pakan lainnya (Wijaya, et
al., 2016).
Nutrien yang dibutuhkan pada akuarium atau akuaskap terbagi atas dua
kelompok yaitu makro nutrien dan mikro nutrien. Unsur hara makro merupakan
kelompok nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah cukup besar seperti nitrogen,
fosfat, dan silikat, sedangkan unsur hara mikro merupakan kelompok nutrient
yang dibutuhkan dalam kadar kecil terdiri dari bahan organik dan anorganik.
Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) yang dibutuhkan organisme. Kebutuhan
unsur hara makro dan mikro yaitu untuk meningkatkan kesuburan tanaman
14
pupuk menjadi satu bagian. Unsur nutrient yang diperlukan pada akuaskap
dalam jumlah besar disebut makro nutrient seperti Nitrogen, Fospor, Besi, Sulfur,
Magnesium, Kalium dan Kalsium. Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
yang relatif kecil disebut mikro nutrient seperti Tembaga, Mangan, Seng, Boron,
Unsur hara makro dan mikro pada pupuk cenderung lebih tinggi,
sehingga memiliki unsur yang lebih lengkap dibanding pupuk alami. Pupuk cair
yang digunakan pada akuaskap merupakan salah satu pupuk komersil yang
makro dan mikro berasal dari dekomposisi residu tumbuhan. Unsur dominan
yang terkandung dalam makronutrien terdiri atas besi (Fe), Boron (B), Phospat
(P), Nitrogen (N), Kalium (K), dan kalsium (Ca). Unsur yang terdapat pada
mikronutrien terdiri atas Zink (Zn), dan sulfur (S) (Dayanto, et al., 2013).
2.2.7 Substrat
Substrat atau media dasar yang digunakan dalam akuaskap adalah bahan yang
memiliki pori-pori yang cukup besar sebagai tempat untuk tumbuh dan
ataupun gravel (pasir dengan ukuran besar atau berdiameter lebih dari 1 cm),
serta pecahan bahan-bahan yang memiliki pori seperti pecahan batu bata,
pecahan genting, arang, dan lain sebagainya. Media dasar yang sudah disebar
secara merata pada dasar akuarium kemudian diberi bakteri starter sebagai
induk awal bakteri pengurai yang akan membantu proses degradasi bahan-
bahan organik sisa yang terdapat dalam ekosistem akuaskap. Bakteri starter
15
yang digunakan berbentuk bubuk maupun cairan yang biasanya mengandung
2019).
Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang umum
digunakan sebagai media tanam. Media tanam pasir malang baik untuk
pertumbuhan awal tanaman karena memiliki aerasi dan pori yang besar. Pori
yang besar pada pasir malang membuat akar tanaman tumbuh dengan baik dan
oksigen untuk akar dapat terpenuhi guna melangsungkan respirasi aerobik untuk
pertumbuhan akar dan pertumbuhan batang tanaman. Pasir memiliki tekstur dan
aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar. Media pasir dapat berpengaruh
terhadap tinggi tanaman dan luas daun serta dengan bobot pasir yang berat
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Teleostei
Ordo : Characiformes
Famili : Characidae
Genus : Hemigrammus
16
Sumber : Bachtiar, Y (2004)
Gambar 1. Hemigrammus bleheri
genus dari petitella mudah dibedakan dari semua genera characid. Genus ini
memiliki ciri kepala merah cerah yang khas, adanya garis horizontal hitam yang
memanjang dari ujung pangkal ekor ke jari tengah sirip ekor, dan adanya oblique
garis hitam di setiap lobus sirip ekor seperti yang tersaji pada Gambar 1. Garis
hitam tersebut dipisahkan oleh pita berwarna putih. Terdapat kontak antara
ethmoid dan ethmoid lateral jauh dari ethmoid lateral; sebanyak 17 atau lebih
sedikit jari sirip dubur bercabang, hanya satu atau dua kait sirip dubur pada
setiap pari jantan dewasa, adanya tonjolan longitudinal paralel pada bidang
posterior sisik, sisik menutupi sepertiga dari panjang lobus sirip ekor; warna
kepala khas merah, terutama moncong. Genus Petitella bleheri dibedakan dari
saudara-saudaranya dengan warna merah kepala yang jauh lebih intens dan
meluas, meluas ke daerah humerus (warna merah terbatas dan tidak meluas ke
daerah humerus; batang hitam horizontal di ujung tangkai ekor tidak pernah
petitella dibedakan dari rekan-rekannya dengan warna kepala merah yang tidak
tangkai ekor (warna kepala tidak meluas ke daerah humerus dengan hanya satu
bintik hitam di pangkal ekor, dan warna kepala meluas ke humerus dengan dua
17
bintik hitam pada pangkal ekor; dengan memiliki 5-6 gigi, dengan 5 cuspid,
biasanya diikuti oleh 4 dengan 6 atau 7 cuspid, diikuti oleh 1 atau 2 tricuspidate.
spesies ikan hias hidup. Hemigrammus bleheri adalah ikan air tawar dari famili
Characidae yang berasal dari sungai Rio-Vaupes, Columbia, dan Sungai Rui
Negro di Brazil. Hemigrammus bleheri juga mendiami anak sungai Amazon yang
berbagi kamar dengan tetra dan ikan non-agresif lainnya. Pada umumnya habitat
(Kolombia, Venezuela) dan Negro (Brazil). Ikan ini hidup di air yang sangat
asam. Keasaman ini disebabkan oleh tanaman yang membusuk dan bahan
chordata, kelas teleostei. Ikan ini tergolong ke dalam ordo characiformes, famili
ini memiliki ciri kepala merah cerah yang khas. Ikan ini memiliki tubuh
memanjang sperti torpedo, berwarna mengkilap seperti neon , dan pada bagian
ekornya terdapat garis-garis hitam dan putih. Ciri khas dari ikan ini adalah
adanya warna merah pada bagian hidung atau mulutnya. Ikan ini dapat tumbuh
maksimal sebesar 6,5 cm. Selain itu terdapat bintik hitam di batas posterior
bawah tangkai ekor (warna kepala tidak meluas ke daerah humerus dengan
hanya satu bintik hitam di pangkal ekor, dan warna kepala meluas ke humerus
dengan dua bintik hitam pada pangkal ekor. Habitat ikan ini berada di daerah
18
2.4 Tanaman Air
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Rotala L.
Species : Rotala rotundifolia
Klasifikasi dari tanaman air Rotala rotundifolia yaitu memiliki Scientific name yaitu
Rotala rotundifolia. Scientific name digunakan sebagai penamaan ilmiah sedangkan
Rotala rotundifolia juga memiliki Common names. Common Names adalah nama yang
umum digunakan yaitu Rotala, dwarf rotala, roundleaf toothcup. Rotala rotundifolia
termasuk ke dalam kingdom plantae dan class Angiospermae. Ordo dari Rotala
rotundifolia adalah myrtales dan family lythraceae. Rotala rotundifolia memiliki genus
yaitu Rotala dan spesiesnya yaitu Rotala rotundifolia (Gattys dan Torre, 2014).
Menurut Gu, et al. (2019), Rotala rotundifolia adalah tanaman air abadi
dengan batang lunak yang sering bercabang membentuk rumpun rendah dan
merayap. Spesies ini memiliki bentuk terendam dan muncul, yang berbeda dalam
19
sejumlah karakteristik. Bentuk yang muncul memiliki daun yang berdaging,
berwarna hijau terang dan bulat, sedangkan yang terendam memiliki daun
berwarna hijau tua atau kemerahan yang tipis dan berbentuk pedang lanset
seperti yang tersaji pada Gambar 2. Rotala rotundifolia cocok untuk akuarium
tropis dengan suhu air di bawah 30 °C, tetapi tidak lebih rendah dari 21°C.
dingin di bawah suhu serendah 4 °C. Rotala rotundifolia ada pada sedimen yang
berbeda (kerikil, pasir dan lanau), berbagai konsentrasi N (3, 5, 7, 10, dan 15
mg/L), dan kinerja remediasi untuk perairan eutrofik dengan tujuan untuk lebih
toothcup, adalah penyerbu kanal, kolam, dan danau yang relatif baru di Florida
pada tahun 1996, ketika spesies itu ditemukan di Coral Springs (Broward
untuk memindahkan air dengan cepat dan mencegah banjir selama peristiwa
tropis dan hujan lebat. Rotala diperkenalkan ke kedua negara bagian dari
atas masuknya rotala ke perairan Amerika Utara karena banyak infestasi berasal
dari daerah pemukiman. Rotala adalah gulma air air tawar yang diperkenalkan
yang bertahan sepanjang tahun di Florida selatan. Spesies ini memiliki bentuk
terendam (di bawah air) dan muncul (di luar air), yang berbeda dalam sejumlah
karakteristik. Daun kecil (panjangnya kurang dari satu inci) disusun dalam
20
kelompok dua atau tiga di sekitar batang merah muda kedua tanaman. Rotala
yang muncul memiliki daging, hijau cerah, dan bulat (Gettys et al., 2015).
myrtales dan family lythraceae. Rotala rotundifolia cocok untuk akuarium tropis
yang memiliki suhu dibawah 30°C. Rotala rotundifolia mempunyai batang lunak
yang sering bercabang membentuk rumpun rendah dan merayap. Warna daun
rotala umumnya berwarna hijau tua atau kemerahan yang tipis dan berbentuk
bawah air dan muncul di luar air, yang berbeda dalam sejumlah karakteristik.
mengatur tanaman air, serta batu, batu, pekerjaan gua, atau kayu apung, dengan
cara yang estetis di dalam akuarium yang berlaku, berkebun di bawah air. Desain
Belanda yang mirip taman gaya dan gaya alam yang terinspirasi Jepang.
atau dengan batu atau hardscapehardscape lainnya (batu dan kayu) dan tidak
untuk menciptakan lanskap bawah laut yang indah, aspek teknis pemeliharaan
tanaman air juga harus diperhatikan. Banyak faktor harus seimbang dalam
21
aquascapeaquascape seperti filtrasi, pemupukan, pencahayaan, dan kontrol alga
dll.
terutama ikan emas dan biota air lainnya di berbagai wadah, tetapi peristiwa itu
terjangkau.
batu, batu, pekerjaan gua, atau kayu apung, menggunakan cara yg estetis pada
gaya tidak sinkron, termasuk gaya Belanda yang mirip taman gaya serta gaya
biota air lainnya pada aneka macam wadah, tetapi peristiwa itu menandai waktu
rakyat luas menyadari kemungkinan itu. penemuan pada masa ini asal kaca
22
2.5.1 Gaya Dutch
karang, koral, atau kayu apung, secara alami dan indah di dalam akuarium
biasanya terdiri dari ikan disamping juga tanaman. Walaupun bisa juga untuk
batu atau komponen lain tanpa ada tanaman. Tujuan utama dari
Banyak faktor yang harus seimbang dalam ekosistem dari sebuah tangki
mempertahankan kadar karbon dioksida (CO2) pada tingkat yang cukup untuk
23
Gambar 3. Gaya Dutch
jenis tanaman sebagai vocal point / titik fokus. Ada cukup banyak jenis tanaman
dan tanaman solitaire seperti Tiger Lotus atau Aponogetons. Tanaman yang
biasa digunakan sebagai vocal point atau titik fokus pada aquascapeaquascape
kelompok tanaman yang berbeda dengan tujuan menciptakan efek kontras dan
juga untuk menunjang titik fokus yang sudah dipersiapkan. Saururus Cernuus
dan Lobella Cardinalis, tanaman ini ditempatkan pada sudut pandang tertentu
ini merupakan tanaman stem yang cukup besar dengan tingkat pertumbuhan
yang cepat dan memunculkan efek visual yang kuat, spesies Cryptocoryne
(lucens, lutea, walkeri, wenditi, dan becketii). Tanaman air dengan ukuran cukup
24
2.5.2 Gaya Iwagumi
berupa Batu dan hanya menggunakan sedikit sekali jenis tanaman air. Ciri utama
atau Golden Ratio. Pada gaya aquascapeaquascape ini, setiap batu memiliki
nama tersendiri dan fungsinya pada tangki juga berbeda-beda. Oyaishi sebagai
titik fokus dalam akuarium dan sebagai “bintang” di dalam tangki, Fukuishi
atau kiri Oyaishi, Soeishi digunakan untuk membuat kecantikan Oyaishi semakin
menonjol, Suteishi merupakan batu yang paling kecil dan biasanya diselimuti
25
Gambar 5. Gaya Iwagumi
sehingga batu-batu tersebut terasa memiliki konektivitas satu sama lain antara
batu-batu dan ruang yang tersisa. Dalam Iwagumi, tidak harus menggunakan
formasi tiga pilar batuan (Sanzon Iwagumi). Beberapa batu-batuan juga dapat
digunakan, asal berjumlah ganjil, 3 batu, 5 batu, 7 batu dan sebagainya, ini
paling populer untuk jenis aquascapeaquascape ini yaitu Seiryu-seki, Shou atau
Maten, akan tetapi tidak ada batasan pasti tentang jenis batu-batu tersebut. Yang
persis dalam tekstur dan warna, akan tetapi berbeda dalam kontur dan bentuk.
26
yaitu aquascapeaquascape yang bertema alami. Ciri khas aquascapeaquascape
di sini adalah pemandangan yang tumbuh secara alami dan terinspirasi dari
konsep berkebun wabi sabi di Jepang. Pada gaya akuarium alam lebih pada
keselarasan dan pengelompokan batu, kayu apung, dan tanaman udara untuk
Dalam konstruksi tata letak yang dianggap, ada tiga jenis gaya akuarium alam
yaitu yang pertama bentuk cekungan gaya ini memiliki penempatan tanaman di
bagian tengah, kedua ada bentuk cembung gaya jni memiliki tata letak yang
sering disebut karena tanaman dipangkas lebih rendah dari kedua sisi, dan
ketiga ada pemandangan segitiga gaya ini memiliki tata letak yang ketinggian
tanamannya miring secara bertahap dari tinggi di satu sisi sisi pujian ke rendah
di sisi lain.
dicampur dengan tanaman air untuk menciptakan replika bawah air dari lanskap
terestrial tertentu. Pegunungan, hutan hujan, lereng bukit hijau subur, lembah
27
menyelesaikan jenis tata letak ini membutuhkan banyak pekerjaan yang rumit.
Batu dan kayu apung diatur dengan hati-hati di samping pengaturan asimetris
the Year 2009. Heiko Bleher merupakan penemu ikan terbanyak di dunia. Bleher
mengamati kondisi perairan seperti tanah, flora, biota yang berada di sungai
yang diterapkan pada tema ini adalah kondisi alam dengan lumpur, kerikil, dan
keadaan sekitar hulu sungai seperti adanya pepohonan, batu-batu sungai, aliran
28
Gambar 9. Gaya Biotope
benar memahami kehidupan flora dan fauna yang ada di habitat aslinya dan
cordata dan riccian luitan, sedangkan fauna yang sesuai yaitu ikan clown loach,
betta falx, dan sphaerichthys. Aliran sungainya berwarna agak kecoklatan karena
ekosistem diperlukan untuk membuat biotope yang dapat hidup secara harmonis
29
AquascapeAquascape bergaya hutan disebut tantangan yang
menyenangkan. Gaya ini dipisahkan dari gaya Belanda dan alam (nature),
berbeda dari gaya lain. Mencerminkan dari gaya hutan, pada akuarium ini
menggambarkan penampilan tidak terkendali dari alam liar. Jenis ini tidak
hutan yang menggambarkan alam liar dengan penampilan yang tidak terkendali
tidak ada bahan hardscapehardscape yang terlihat, serta memiliki ruang terbuka
yang terbatas.
30
2.6 Prospek Masa Depan
menata tanaman air, serta batu, batu, atau kayu apung, dengan cara yang
keseimbangan alami.
sedikit, dapat dilakukan oleh industri rumah tangga, pasarnya tidak pernah jenuh,
pengembangan strain baru dapat dilakukan secara individu, dan kegiatan usaha
ini dapat memberdayakan masyarakat melalui industri kecil yang bermuara pada
ekspor. Namun demikian, kegiatan usaha ikan hias tidak terlepas dari beberapa
dan distribusi. Jumlah ikan hias yang diperdagangkan di dunia mencapai 1.600
jenis, di mana 750 jenis di antaranya adalah ikan air tawar. Dalam perdagangan
ikan hias global, Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 9,5%; sedangkan
Singapura telah mencapai 22,8%. Dari jumlah tersebut 90% dari kebutuhan ikan
ikan hias selama ini berturut-turut adalah Amerika Serikat (25,3%); Jepang
(11,6%); dan Jerman (9,2%). Potensi Indonesia yang sangat besar ini dapat
memiliki potensi ikan hias yang sangat besar dengan potensi sekitar 1,5 miliar
ekor. Negara tujuan ekspor jenis ikan hias air tawar dan laut Indonesia adalah
31
Singapura, Cina, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika, Timur
Tengah, dan Uni Eropa. Nilai penjualan ikan hias Indonesia ke luar negeri setiap
AquascapeAquascape ialah kerajinan menata tanaman air, dan batu, batu, atau
kayu apung, dengan cara yg estetis di dalam akuarium. buat definisi sederhana,
berkebun di bawah air. aktivitas usaha ikan hias memiliki beberapa keunggulan
oleh industri tempat tinggal tangga, pasarnya tidak pernah jenuh, pengembangan
strain baru bisa dilakukan secara individu, serta aktivitas usaha ini dapat
ikan hias yg diperdagangkan pada dunia mencapai 1.600 jenis, pada mana 750
jenis di antaranya artinya ikan air tawar. dalam perdagangan ikan hias global,
mencapai 22,8%. asal jumlah tersebut 90% berasal kebutuhan ikan Singapura
tersebut disuplai berasal Indonesia. otensi Indonesia yg sangat besar ini bisa
kurang 1,lima miliar ekor. Negara tujuan ekspor jenis ikan hias air tawar dan laut
32
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Ikan Hias dan Akuaskap
akuaskap dalam bentuk transparan. Filter alami adalah saringan air yang
sehingga oksigen tetap tersedia di dalam air dan lampu merupakan alat
33
pencahayaan. Penggunaan cahaya buatan pada sistem budidaya dengan
HCO3- dan CO32-). C/N merupakan rasio C/N bakteri heterotrof yang
yang memiliki protein tinggi. Unsur hara makro dan mikro sangat
3. Ikan rummy nose tetra atau Hemigrammus sp. adalah kelompok ikan
4. Rotala rotundifolia atau biasa yang disebut dengan Rotala, dwarf rotala,
berwarna hijau tua atau kemerahan yang tipis dan berbentuk pedang
karang, koral, atau kayu apung, secara alami dan indah di dalam
34
akuarium sehingga memberikan efek seperti berkebun di bawah air.
bawah air, sehingga aspek teknis pemeliharaan tanaman air juga harus
antaranya bisa dengan modal yang sedikit, dapat dilakukan oleh industri
ekspor.
3.2 Saran
Praktikum Ikan Hias dan Akuaskap secara daring telah berjalan dengan
ada beberapa kendala terkait sinyal baik dari asisten praktikum ataupun dari
dapat berjalan lebih baik dan lebih kondusif dari awal hingga rangkaian kegiatan
dengan lebih seksama, supaya ketika melakukan praktikum secara mandiri hasil
35
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., Kasmi, M., & Ilyas. 2021. Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) ikan hias karang melalui pelatihan pembuatan
akuarium. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 231-241.
Agus, M., & Mardiana, T. Y. (2015). Pengaruh perbedaan jenis pakan alami
daphnia, jentik nyamuk dan cacing sutera terhadap pertumbuhan ikan
cupang hias (Betta splendens). Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 2(1), 21-29.
Albert, J. S., Sleen, P. & Van Der. (2017). Field guide to the fishes of the
Amazon, Orinoco, and Guianas. Inggris: Princeton University Press.
Anjos, H. D. B., Yamamoto, K. C. & Magalhes, E. R. S. (2017). Biologia
reprodutiva e habitos alimentares do rodostomo (Hemigrammus bleheri)
aliment um peixe ornamental da bacia do medio rio negro, estado do
Amazonas, Brazil. B. Inst, 43(1), 65-77.
Arifin, O. Z., Mulyana., & Saputri, S. (2021). Keragaan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan semah (Tor douronensis) pada suhu
pemeliharaan berbeda. Jurnal Mina Sains, 7(1), 1-8.
Aulia, H. D., Sugihartono, M., & Ghofur, M. (2020). Laju pertumbuhan spesifik
larva ikan botia (Chromobotia macrachantus) pada pemeliharaan dengan
suhu yang berbeda. Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau, 5(1) 18-23.
Bernard, A. dan Madden, H. (2021). How to make an aquarium. URL:
https://www.wikihow.com/Make-an-Akuarium. Diakses tanggal 8
November 2021.
Bittencourt, S. P., Machado, N. B., Marshall, B. G., Hrbek, T., & Farias, I. P.
(2020). Phylogenetic relationships of the Neon Tetras Paracheirodon spp.
(Characiformes: Characidae: Stethaprioninae), including comments on
Petitella georgiae and Hemigrammus bleheri. Journal Neotropical
Ichthyology, 18(2), 1-11.
Darmayanti., Raharjo, I. E., & Farida. (2018). Sistem resirkulasi menggunakan
kombinasi filter yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan jelawat
(Leptobarbus hoeveni). Jurnal Ruaya, 6(2), 1—8.
Dayanto, L. B. D., Diantari, R., & Hudaidah, S. (2013). Pemanfaatan pupuk cair
TNF untuk budidaya Nannochloropsis sp. e-Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan, 2(1), 164-168.
Febrianto, M., Sutoto, B. S., & Suwardi. (2019). Efektivitas pemberian giberelin
terhadap pertumbuhan dan hasil tomat ceri (Lycopersicon esculentum
var. cerasiforme) pada berbagai jenis media tanam dengan sistem
hidroponik substrat. AGRIVET, 25(1), 25-37.
Fitriani., Fendi., & Rochmady. (2017). Pengaruh pemberian pupuk anorganik
(NPK+Silikat) dengan dosis berbeda terhadap kepadatan skeletonema
costatum pada pembenihan udang windu. Jurnal Akuakultur, 1(1), 11-18.
36
Gettys, L. A., & Della Torre III, C. J. (2014). Rotala a new aquatic invader in
Southern Florida. SS-AGR-376. Gainesville, University of Florida Institute
of Food and Agricultural Sciences, 1-4. http://edis. ifas. ufl. edu/ag381
Gettys, L., Obando, W. O., & REED III, F. C. (2015). Effect of water depth and
substrate composition on growth of the aquatic weed rotala (Rotala
rotundifolia). J. Aquat. Plant Manage, 53, 220-223.
Ghofur, M., & Thomas, R. (2014). Efektivitas pemberian ekstrak daun sirih (Piper
betle. L) terhadap penetasan telur ikan gurami (Osphronemus gouramy.
Lac). Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 14(1), 37-44.
Gu, C., Li, F., Xiao, J., Chu, S., Song, S., & Wong, M. H. (2019). A novel
submerged rotala rotundifolia, its growth characteristics and remediation
potential for eutrophic waters. Scientific reports, 9(1), 1-9.
https://doi.org/10.1038/s41598-019-51508-y
Haridas, H., Saravana, K., Praveenraj, J., Sontakke, R., Gladston Y., Ajina, S.
M., Deepitha, R., Prakasa, S., Sankar, K. R., & Roy, S. M. (2019).
Training manual on freshwater ornamental fish breeding and
aquascaping techniques. Port Blair: ICAR-CIARI.
Kadir, S. F. (2019). Mobile Iot (Internet Of Things) untuk pemantauan kualitas air
habitat ikan hias pada akuarium menggunakan metode logika fuzzy. Jati
(Jurnal Mahasiswa Teknik Informatika), 3(1), 298-305.
Kusrini, E. (2010). Budidaya ikan hias sebagai pendukung pembangunan
nasional perikanan di Indonesia. Media Akuakultur, 5(2), 109-114.
Lethonen, S & D. Falck. (2016). Watery varieties: aquarium plant diversity from
aesthetic, commercial, and systematic perspective. New York: Nova
Science Publishers, Inc.
Mohammad, M. A. B., Abas, S. N., Zakariah, M. I., & Sheriff, S. M. (2021).
Aquascape ornamental industry in Malaysia: A perspective review. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 860(1), 1-5.
Nasir, M. & Khalil, M. (2016). The effect of natural filter on the growth, survival
and water quality in ornamental goldfish (Chyprinus carpio) culture. Acta
Aquatica, 3(1), 33—39.
Pahdi, A., & Rahman, B. (2017). Prototype pengendali suhu aquamarine berbasis
arduino (AQUINO). Indonesian Journal on Networking and Security, 7(2),
25-31.
Puspita, E. (2019). Ragam desain akuarium penghias interior rumah. Yogyakarta:
Noktah.
Razo, A., & Aprilianto, H. (2019). Alat penyiram tanaman aquascape otomatis
berbasis arduino uno dan monitoring berbasis mobile. Jurnal Ilmiah
Komputer, 15(2), 83-88.
Satyani, D., & Priono, B. (2012). Penggunaan berbagai media untuk
pembudidayaan ikan hias air tawar. Media akuakultur, 7(1), 14-19.
Sigit, P., Henky, I., & Kusuma, W. A. (2020). Manipulasi warna cahaya LED yang
berbeda terhadap perubahan warna merah ikan Sumatra Puntius
tetrazona. Intek Akuakultur, 4(1), 74–83.
37
Simanjuntak, I. C. B. H., Suminto., & Sudaryono, A. (2016). Pengaruh
konsentrasi bakteri probiotik yang berasosiasi dalam usus sebagai bioflok
terhadap efesiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan
lele dunbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and
Technology, 5(2), 1-8.
Stan & Hauter, D. (2020). DIY glas aquarium plans and step-by-steo intructions.
URL: https://www.thesprucepets.com/diy-glass-aquarium-plans-2924662.
Diakses tanggal 8 November 2021.
Supriyadi, Z., A, Wibowo. & A, Farid. (2015). Peningkatan kinerja aerator tambak
dengan variasi pulley. Engineering Jurnal Bidang Teknik, 11(2), 65-68.
Surinda, M, D. (2020). Eksperimental studi aplikasi panel surya monocrystalline
50 WP sebagai sumber tenaga aerator dengan aliran kombinasi
horizontal dan vertikal. EKSERGI Jurnal Teknik Energi, 16(9), 99-108.
Telussa, R. F. & Rahmati, F. (2020). Pengembangan akuaskap mini sebagai
media healing sebagai salah satu produk kelompok usaha dyel bettafish.
Jurnal Abdimas Satya Widyakarta (JASW), 1(2), 29-33.
Utami, S. W. (2013). Peluang ekspor ikan hias. Jakarta: WARTA EkSPOR.
Widyanto, S. W., Nanda R. P & Kedswin G. H. 2019. Desain lampu high powered
light emmiting diode (HPL) untuk pencahayaan karang dan ikan pada
akuarium display. Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan,
1(1), 126-136
Widyanto, S., W., Ma'muri, Ari, K., Susilo, W. & Nanda, R., P. (2021). Desain
otomotisasi teknologi filtrasi dinamis pada sistem resirkulasi air laut untuk
pemeliharaan dan budidaya karang. Jurnal Perikanan, 11(1), 141-149.
Wijaya, M., Rostika, R., & Andriani, Y. (2016). Pengaruh pemberian C/N rasio
berbeda terhadap pembentukan bioflok dan pertumbuhan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan Kelautan , VII(1), 41-47.
Yuliansyah, W. N., Sumantriyadi, S., Anwar, S., & Mulyani, R. (2021). Efektivitas
pertumbuhan benih ikan Sumatera (Puntius tetrazona) melalui
pendekatan ketinggian air media pemeliharaan. Jurnal Ilmu-ilmu
Perikanan dan Budidaya Perairan, 16(1), 30-40.
38