Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga
Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga
Hipertensi
Merupakan masalah kesehatan global yang berakibat peningkatan angka kesakitan
dan kematian serta beban biaya kesehatan termasuk di Indonesia.
Merupakan Faktor resiko kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina,
pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer.
EPIDEMIOLOGI
WHO 2013 : 1,13 miliar orang menderita hipertensi di seluruh dunia, akan terus meningkat 1,5
miliar tahun 2025.
Riskesdas 2018 : Peningkatan prevalensi hipertensi dari jumlah penduduk 260 sebanyak 34,1%
dari 27,8% tahun 2013. Terbanyak pada usia 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),
umur 55-64 tahun (55,2%).
Prevalensi tertinggi kalimantan selatan 39,6%, dan terendah papua barat 20,1%.
di Indonesia : Angka prevalensi hipertensi lebih banyak di pedesaan, Jangkauan masih sangat
terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.
Kebanyakan pasien Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan.
≥
Hipertensi --> tekanan darah sistolik (TDS)
tekanan darah diastolik (TTD) 90 mmHg.
≥140 mmHg dan/ atau
80 – 95% merupakan hipertensi esensial yang berarti tidak ada
penyebab spesifik. jarang menimbulkan gejala dan sering tidak
disadari, sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain seperti gagal
jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium
akhir, atau bahkan kematian.
hipertensi sekunder : tekanan darah tinggi yang di sebabkan oleh
penyakit tertentu.
Pasien mengeluh sakit kepala sejak 1 minggu Keluhan lain penglihatan berbayang, demam,
yang lalu. Sakit kepala terasa seperti di tusuk- mual, muntah, jantung berdebar, nyeri dada,
tusuk dipuncak kepala. membaik saat istirahat. lemas pada tangan atau kaki disangkal
dalam 1 minggu terakhir hampir setiap hari RPD : kencing manis, jantung, ginjal, asma
sakit kepala disangkal
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun terakhir. RPK : , kakek dan nenek serta ibu pasien
mengkonsumsi obat amlodipin 5 mg sekali sehari, menderita hipertensi
namun kadang lupa tidak minum obat. Pola makan pasien masih belum dijaga, masih
3 minggu ini tidak minum obat karena obat habis. mengkonsumsi ikan asin dan mengandung garam
Tidak kontrol ke puskesmas. (asin), penyedap rasa.
pasien setiap pagi suka berjalan-jalan pagi sekitar 30 Pola minum pasien tidak menentu, terkadang hanya 5
menit sebelum berkerja. sampai 6 gelas per hari
Jarang jajan makanan karena lebih sering masak di mandi 2x sehari, rajin mengganti baju dan celana dalam ,
rumah mencuci tangan jika sebelum dan sesudah makan.
Pasien makan 2 kali sehari dengan 1 porsi berisi nasi, jarang berpergian/rekreasi , tidak merokok dan minum
lauk pauk yang bervariasi , suka mengkonsumsi ikan alkohol namun pasien sering konsumsi kopi
asin.
Pasien tinggal bersama suami, dan seorang anak laki- Tidak pernah mengikuti kegiatan sosial dilingkungan
lakinya yang berusia 19 tahun. rumahnya. Setiap harinya pasien sholat 5 waktu, dan
hubungan pasien dengan suami, anak dan
keluarganya dalam keadaan baik pasien mengaji di rumah.
Jumlah orang yang tinggal 3 orang. Tempat pembuangan sampah ada petugas
Rumah berukuran ±60 meter persegi, 1 lantai. sampah keliling setiap seminggu 3 kali
berdinding tembok, lantai rumah dari keramik Memiliki barang elektronik di ruangannya 2
dengan jumlah kamar 2 (3x3 meter), 1 WC. kipas angin di ruang tamu dan dikamar utama, 1
Jenis atap genteng, ventilasi Kurang baik. Jendela buah televisi di ruang tamu, 1 buah rice cooker,
ada di 2 kamar dan tetapi jendela di kamar tidak
1 buah kulkas di dapur, 1 buah kompor gas di
dapat dibuka.
dapur.
Penerangan dibantu lampu dengan listrik 2200 kVA,
Selama ini keluarga mengobati dirinya sendiri
kebersihan baik dan selalu disapu dan dipel,
keadaan dapur bersih , keadaan kamar mandi dengan obat warung jika keluhan sudah sangat
cukup bersih karena dikuras seminggu sekali. mengganggu.
ketersediaan air bersih PAM dan sumber air minum
dari air PAM yang direbus terlebih dahulu
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG
KU : tampak sakit ringan,
Kesadaran Compos mentis, tidak ada
GCS: E4 M6 V5,
TD 160/100 mmHg, nadi 93
x/menit, Nafas : 20 x/menit,
Suhu 36o C, BB 60 kg, TB
162 cm, keadaan gizi normal,
IMT= 23,3 kg/m2.
Aspek Klinis
Aspek Personal Hipertensi grade II.
Ny. N dengan keluhan sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu Sakit Aspek Faktor Risiko Internal
kepala terasa seperti di tusuk-tusuk dipuncak kepala. Sakit kepala 1.Genetik : (+)
dirasakan terus menerus terutama saat siang hari setelah 2.Kondisi biologi : (-)
beraktivitas. Keluhan dirasakan membaik saat istirahat. Dalam 1 3. Perilaku dan gaya hidup : Pola makan pasien masih belum dijaga,
minggu terakhir, hampir setiap hari merasa sakit kepala. Pasien dimana pasien masih sering makan ikan asin dan mengandung garam
memiliki (asin), penyedap rasa. Pasien terkadang lupa meminum obat tersebut.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun terakhir. Pasien Sejak 3 minggu terakhir pasien sudah tidak mengkonsumsi amlodipin
mengkonsumsi obat amlodipin 5 mg sekali sehari. dikarenakan obatnya habis dan tidak kontrol ke puskesmas.
4. Kondisi psikologis: pasien tidak memiliki kondisi psikologis
DIAGNOSIS BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL
Pasien perlu melakukan kontrol secara rutin ke puskesmas/ke rs, dan meminta obat hipertensi.
Tekanan darah pasien harus terkontrol dengan baik. Pasien diharuskan meminum obat secara rutin
sesuai anjuran karena penyakit pasien tidak dapat sembuh total tetapi hanya dapat dikontrol. Pasien
juga diminta untuk menjaga pola makan dan tidak memakan makanan yang mencetus terjadinya
hipertensi. Anak pasien juga berisiko untuk menderita penyakit hipertensi dikarenakan oleh faktor
genetik dan juga harus menjaga pola makan serta hidup sehat .
LAMPIRAN
Dari hasil pemeriksaan didapatkan pasien Keluarga pasien merupakan keluarga yang Hipertensi merupakan penyakit
perempuan berumur 46 tahun dengan diagnosa cukup sehat. Saat ini kondisi pasien multifaktorial, Pada usia lanjut,
hipertensi derajat 2. kurang baik. Maka dari itu diperlukan komplikasi untuk terjadinya gagal
Saat ini masih bekerja sebagai pedagang. upaya untuk mencapai tingkat kesehatan jantung dan stroke tinggi. Oleh karena
Tempat tinggal pasien tergolong rumah yang yang lebih optimal hendaknya didukung itu, pengobatan hipertensi yang optimal
cukup sehat. Di bagian belakang rumah terdapat pula oleh kondisi rumah yang lebih sehat penting dalam mengurangi morbiditas
kamar mandi dan jamban. Tetapi ventilasi dan dan rapi, cukup dan seimbangnya asupan dan mortalitas akibat komplikasi
pencahayaan kurang baik. Tempat cuci pasien gizi, serta mengontrol pola makan dan kardiovaskular. Perilaku hidup bersih
adalah di dalam kamar mandi. Sumber air minum minum, pola olahraga serta keteraturan dan sehat serta diet yang seimbang
adalah air PAM yang direbus terlebih dahulu. berobat bagi pasien. membantu mencegah perburukan
Terdapat pembuangan sistem pembuangan air
limbah dan tempat pembuangan sampah. penyakit.
THANKYOU
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009
2. J majority. Risk factor of hypertension Vol 4 (5) feb2015.10
3. Lukito AA, Harmewaty E, Hustrini NM, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019. Perhimpunan dokter hipertensi
Indonesia; Jakarta 2019
4. Depkes. Hipertensi membunuh diam-diam. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018
5. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins:2009
6. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension.N Engl J Med 2009;356:1966-78
7. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th edition. New York: McGrawHill:2009
8. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension Diagnosis and Treatment. Bloomington (MN): Institue for
Clinical Systems Improvement (ICSI); 2008 October
9. Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health; 1994, 47:4–5.
10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal, Jakarta: Departemen Kesehatan: 1999.