You are on page 1of 29

MAKALAH Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampu : Jujuren Sitepu,SST,M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2


1) Cindy

2) Christin

3) Rohima

4) tiorida

Kelas: D IV Ahli Jenjang

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
T.A. 2022/2023
3

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Balita” ini dengan baik tanpa hambatan.Kami  mengucapkan terimakasih
banyak kepada para pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan, dan kemudahan yang telah
diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah. Penulisan makalah adalah merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Evidence Based
Dalam Praktik Kebidanan Meskipun kami telah berusaha dengan segenap kemampuan,
namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini yang selanjutnya akan kami terima
dengan tangan terbuka.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah membimbing
kami untuk membuat makalah ini.

Medan,   10 july 2023

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3  Tujuan Makalah..........................................................................................................................6
BAB 2...................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1  Defenisi Balita............................................................................................................................7
2.2  Pertumbuhan Balita....................................................................................................................7
2.3  Perkembangan Fisik Balita.........................................................................................................8
2.4 Perkembangan Psikososial Balita.................................................................................................10

2.5 Peran Keluarga Dan Bidan Dalam Tumbuh Kembang Balita......................................................13


2.6 Tinjauan Umum Tentang Balita dan Status gizi...........................................................................16

Bab 3...................................................................................................................................................24
Penutup...............................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................24
3.2    Saran.......................................................................................................................................24
Daftar Pustaka...................................................................................................................................25

ii
3

iii
3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balita merupakan anak usia di bawah lima tahun, dan merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang memerlukan perhatian khusus dari orang tua. Pada saat usia ini, otak
balita tumbuh dengan sangat pesat dan biasanya disebut periode emas ( golden age).
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita dipengaruhi oleh status gizi. Status gizi
merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
yang biasanya digunakan untuk mengetahui kesehatan balita (Ayu Bulan Febry, 2013:88).
Status gizi yang optimal pada balita merupakan salah satu penentu kwalitas sumber daya
manusia pada suatu negara. Status gizi yang baik pada awal pertumbuhan akan mencegah
gangguan gizi yang dapat muncul saat dewasa, baik itu kelebihan gizi maupun kekurangan
gizi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjabarkan, jumlah prevalensi balita gizi
buruk dan gizi kurang sebesar 17,7%. Hasi ini lebih rendah dari data pada tahun 2013 yaitu
berada pada angka 19,6% (RISKESDAS,2018: 8). Walaupun penderitra gizi buruk semakin
menurun namun bisa dikatakan angka status gizi buruk dan gizi kurang balita di Indonesia
masih relatif tinggi. Status gizi pada balita disebabkan oleh berberapa faktor, baik itu faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain infeksi, gen, bawaan dari orang tua,
sikap, prilaku kesehatan, dan faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain
tingkat konsumsi makan, pengaruh budaya, penyediaan pangan,keterjangkauan pelayanan
kesehatan, higiene dan sanitasi lingkungan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi (Proverawati & Asfuah, 2009: 136). Seseorang perlu memiliki
pengetahuan mengenai bahan makanan, zat gizi dan kebutuhan gizi balita agar dapat
memberikan konsumsi yang pas untuk balita berdasarkan kebutuhan balitanya sesuai umur.
Pendidikan memegang peranan penting terhadap pengetahuan tentang gizi untuk perbaikan
gizi seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima hal-hal baru dan
lebih mudah menyesuaikan sehingga dapat menerima informasi tentang pengetahuan gizi
dengan baik dan dapat memperbaiki gizi keluarga (Suhardjo, 2002:8). Penyediaan makanan
di tingkat keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku terutama ibu, baik itu
tentang gizi maupun tentang kesehatan. Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi seimbang
diharapkan mampu menyediakan dan mendistribusikan makanan bergizi seimbang dalam

1
3

keluarga khususnya pada anak balita. Hal ini dapat mempengaruhi konsumsi makanan sehari-
hari dan dampak lebih lanjutnya adalah pada status gizi, khususnya golongan rawan gizi
seperti balita (Saragi, 2004: 33). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu adalah
pendidikan, persepsi atau tindakan, motivasi, dan pengalaman. Pengetahuan ibu dapat
mempengaruhi pola konsumsi balita, contohnya pemberian konsumsi balita yang tidak sesuai
dengan kebutuhan balita itu sendiri. Pendidikan ibu yang tidak tinggi cenderung memiliki
pengetahuan yang minim sehingga ibu tidak dapat memberikan pola konsumsi yang tepat
untuk balita. Oleh karena itu asupan gizi balita tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
tubuh balita menurut kebutuhan gizinya (Saragi, 2004: 41). Upaya meningkatkan
pengetahuan ibu tentang gizi menjadi kunci penting dalam perbaikan gizi pada makanan yang
diolah. Para ibu dapat meningkatkan pengetahuan gizi mereka dengan berbagai sumber.
Sumber belajar ini bisa berasal dari buku, maupun media yang disediakan diposyandu
terdekat misalnya konsultasi dan video saat penyuluhan. Menggunakan video baik dalam
bentuk DVD ataupun lainnya terbukti efektif meningkatkan hasil belajar kader posyandu
dalam penyuluhan gizi tentang makanan bergizi seimbang untuk balita (Mutiara et al, 2016)
Masalah pada pengetahuan gizi ibu balita antara lain bahan makanan yang dipergunakan
tidak mengandung gizi seimbang, cara pengolahan bahan makanan tidak tepat sehingga
bahan makanan menjadi rusak, dan jadwal makan balita juga tidak teratur (Saragi, 2004).
Penerapan jadwal makan yang teratur penting karena akan membuat tubuh balita mengalami
penyesuaian kapan balita akan makan. Membiasakan balita makan sesuai jadwal akan
membuat pencernaan lebih siap dalam mengeluarkan hormon dan enzim yang dibutuhkan
untuk mencerna makanan yang masuk. Idealnya pemberian makan balita yaitu 3 kali makan
utama yaitu sarapan, makan siang, makan malam, ditambah 2 kali makanan selingan. Selain
pengetahuan gizi, pola konsumsi juga memegang peranan penting dalam menentukan status
gizi balita. Pola konsumsi adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih
makanan dan mengkonsumsi makanan tersebut sebagai reaksi fisiologis, psikologis, budaya,
dan sosial (Dewi Laelatul, 2011: 66). Pola konsumsi balita seharusnya berpedoman pada gizi
seimbang, dan memenuhi standar kecukupan gizi balita. Gizi seimbang merupakan keadaan
yang menjamin tubuh memperoleh pola makanan yang baik dan mengandung semua zat gizi
dalam jumlah yang dibutuhkan. Dengan gizi yang seimbang, maka pertumbuhan dan
perkembangan balita akan optimal dan daya tahan tubuhnya akan baik sehingga tidak mudah
sakit (Ayu Bulan Febry, 2013: 77). Pada umumnya pola makan balita belum memenuhi gizi
seimbang dikarenakan pemberian asupan makanan pada balita tersebut disamakan dengan
yang dikonsumsi oleh orang tuanya. Apabila pola konsumsi balita tidak cukup mengandung

2
3

zat-zat gizi yang dibutuhkan balita dan keadaan ini berlangsung lama, maka dapat
mengakibatkan kekurangan gizi pada balita, bahkan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan balita sampai pada usia dewasa (Ayu Bulan Febry, 2012: 67)
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut.
1. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita yang dapat mempengaruhi status
gizinya.
2. Kejadian balita gizi kurang dan gizi buruk masih relatif tinggi di Indonesia.
3. Faktor pengetahuan ibu mempengaruhi pola konsumsi dan status gizi balita.
4. Pola konsumsi yang diberikan kepada balita diduga belum memenuhi gizi seimbang.
5. Salah satu penyebab kekurangan gizi balita antara lain pemberian makan (pola konsumsi )
pada anak yang tidak teratur dan belum memenuhi gizi seimbang.
6. Permasalahan pada gizi balita antara lain disebabkan oleh pemberian makan yang kurang
teratur dan zat bahan makanan yang dipergunakan tidak mengandung gizi seimbang, cara
pengolahan bahan makanan tidak tepat sehingga bahan makanan menjadi rusak, dan jadwal
makan balita juga tidak teratur.
7. Kekurangan gizi yang berkelanjutan pada balita menyebabkan ganguan perkembangan
balita.
8. Salah satu penyebab kekurangan gizi balita antara lain pemberian makan (pola konsumsi )
pada anak yang tidak teratur dan belum memenuhi gizi seimbang.

C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan untuk menyederhanakan dan membatasi ruang lingkup
penelitian agar lebih mudah memahami dan mendalami suatu permasalahan sehingga lebih
mudah dalam mempelajarinya. Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka permasalahan
pada penelitian ini dibatasi pada pengetahuan ibu tentang gizi balita. untuk ranah kognitif C1-
C3 yang meliputi berbagai macam hal berikut : (1) penyusunan menu , (2) pengolahan
penyajian, (3) cara pemberian makan pada balita, (4) status gizi balita, (5) pola konsumsi
balita di Kelurahan Plumbon Kecamatan Temon Kulon Progo.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah didentifikasi, maka penegasan masalah dalam
penelitian ini diwujudkan dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut.

3
3

1) Bagaimana pengetahuan tentang gizi balita pada ibu di Kelurahan Plumbon, Kecamatan
Temon, Kulon Progo?
2) Bagaimana pola konsumsi balita di Kelurahan Plumbon, Kecamatan Temon, Kulon Progo?
3) Bagaimana status gizi balita di Kelurahan Plumbon, Kecamatan Temon, Kulon Progo?

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi orang banyak sehingga
dapat dipergunakan dengan sebaik mungkin.

1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan gizi ibu, pola konsumsi dan
status gizi balita sehingga dapat memberikan informasi kepada ibu dan kader posyandu
tentang status gizi balita sehingga mendapatkan penanganan secepat mungkin dan menurukan
jumlah angka balita yang terkena gizi buruk maupun obesitas.

2. Bagi Ibu-Ibu Posyandu Sebagai masukan agar masyarakat Kelurahan Plumbon Khususnya
Ibu rumah tangga yang memiliki anak balita dapat memperbaiki pengetahuan penyusunan
menu dan status gizi agar pertumbuhan anak lebih maksimal.

3.Bagi Pemerintah Setempat


a. Sebagai masukan agar dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan agar
masyarakat selalu ingat akan kesehatan anaknya.
b. Sebagai masukan agar dapat menambah anggaran untuk kegiatan posyandu, baik untuk
penyuluhan ataupun pemberian konsumsi sehat bagi anak balita di Kelurahan Plumbon
Kecamatan Temon Kulon Progo
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat.
Sumbangan tersebut juga dapat berupa informasi yang dapat bermanfaat bagi perkembangan
masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan untuk memberikan informasi
terhadap pengetahuan gizi ibu, pola konsumsi dan status gizi balita di Kelurahan Plumbon,
kecamatan Temon, kulon progo.

4.Bagi Mahasiswa
Selain bermanfaat bagi peneliti, bagi ibu-ibu Posyandu dan Pemerintah setempat
penelitian ini bermanfaat bagi Mahasiswa :
a. Menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan integritas dalam bidang ilmunya.

4
3

b. Memberikan sumbangan penelitian ilmiah sebagai refrensi tambahan untuk mahasiswa di


Poltekkes Medan

5
3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI BALITA


Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat
plastisitasotak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk
proses pembelajarandan pengayaan. Sedangkan menurut profil kesehatan
(2013), balita merupakan anakyang usianya berumur antara satu hingga lima
tahun. Anak Balita sebagai masa emas atau"golden age" yaitu insan manusia
yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun2003), meskipun sebagian pakar
menyebut anak balita adalah anak dalam rentangusia 0-8 tahun.Kelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembanganyang bersifat unik,
artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik(koordinasi motorik
halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku sertaagama), bahasa
dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.Secara psikologis,
rentang usia balita dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelumlahir, masa bayi
dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyakterjadi
perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena
tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas
tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Pembagian menurut tahapan tersebut sangattergantung pada faktor sosial, yaitu
tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus
dilampaui anak dari lingkungannya.
2.2 Pertumbuhan Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnyasenantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni :
1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju tubuh bagian bawah
(sefalokaudal ). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ujung kaki, anak
akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakankakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.Contohnya adalah anak
akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tanganuntuk menggenggam,
sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.

6
3

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi


keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-
lain.
Usia Tiga Sampai Empat Tahun
1. Gerakan
Pada usia tiga tahun anak prasekolah tidak lagi harus berkonsentrasi pada
mekanisme berdiri, berlari, melompat, atau berjalan. Gerakannya sekarang
cukup lentur, apakah berjalan ke depan, ke belakang, atau naik dan turun
tangga.
Selagi berjalan dia berdiri tegak, bahu ditarik ke belakang dan perutnya di tahan 
oleh otot perut yang kuat. Dia menggunakan gerakan berjinjit, dengan melangka
h pada jarak,lebar, dan kecepatan yang sama. Dia juga dapat mengendarai
sepeda roda tiga denganmudah.Akan tetapi, tidak semuanya datang dengan
mudah. Anak masih perlumembuat usaha secara sadar untuk berdiri dengan
ujung jari kaki atau dengan satukaki. Anak yang berusia tiga tahun masih
selektif seperti ketika dia berusia duatahun,tetapi dia lebih tertarik pada
permainan yang terstruktur pada usia iniAnak prasekolah kelihatan terus-
menerus bergerak sepanjang waktu. Inikarena dia menggunakan tubuhnya untuk
menyampaikan pikiran dan emosi yangtidak dapat dia gambarkan melalui
bahasa. Karena kendali diri, penilaian, dankoordinasi anak masih berkembang,
pengawasan oleh orang dewasa tetap pentinguntuk mencegah kecelakaan dan
cidera.
2. Keterampilan
Tangan dan Jari Pada usia tiga tahun, anak sedang mengembangkan kendali otot
dankonsentrasi yang dia butuhkan untuk menguasai banyak gerakan jari dan
tangan yang akurat. Aktifitas yang membutuhkan waktu, dan dapat membantu
memperbaiki keterampilan tangan anak adalah :
a. Membangun balok-balok. 
b. Puzzle jigsaw sederhana ( empat atau lima potong besar ).
c. Kotak-kotak kayu.
d. Manik-manik kayu besar.
e. Mewarnai dengan krayon atau kapur.
f. Membuat istana dari pasir.
g. Menuangkan ke dalam wadah dari berbagai ukuran.

7
3

h. Memakai pakaian dan melepas pakaian boneka dengan ritsleting


besar,kancing dan tali.
3. Perkembangan
Bahasa Pada usia tiga tahun anak harus mempunyai kosakata yang aktif
kira-kira tiga ratus sampai seribu kata. Dia akan dapat berbicara dalam kalimat
lima sampai enamkata, dan meniru sebagian besar bunyi perkataan orang
dewasa. Kadang-kadang diatampak mengoceh terus menerus suatu fenomena
yang kadang-kadang mengganggu,tetapi sangat penting untuk proses belajar
kata-kata baru dan mendapatkan pengalaman dalam menggunakan bahasa dan
berpikir dengan kata tersebut.
4. Perkembangan Kognitif
Anak yang berusia tiga tahun akan menghabiskan kebanyakan waktunya
dengan bertanya tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Pertanyaan
“mengapa “ yang lebih abstrak umumnya lebih menyulitkan, sebagian karena
pertanyan ini muncul beratus kali sehari dan juga karena beberapa di antaranya
tidakada jawabannya atau tidak di ketahui.Ketika anak yang berusia tiga tahun
di hadapkan dengan tantangan belajaryang khusus, anda akan mendapatkan
bahwa penalarannya masih satu sisi. Dia belum dapat melihat masalah dari dua
sudut, tidak juga dapat memecahkan masalah yangmengaharuskan dia melihat
lebih dari satu faktor pada waktu yang sama.
 

5. Perkembang Sosial
Pada usia tiga tahun anak tidak terlalu egois dibanding ketika dia berusia
duatahun. Dia juga tidak terlalu bergantung pada anda, suatu tanda bahwa
penginderaanidentitasnya lebih kuat dan lebih aman. Sekarang dia benar-benar
bermain dengananak lain, berinteraksi alih-alih hanya bermain berdampingan
sendiri-sendiri.
Dalam proses ini, dia akan mengenali bahwa tidak setiap orang berpikir 
tepat sama seperti dia, dan bahwa masing-masing teman bermainnya
mempunyai banyak kualitas yang unik, beberapa menarik dan beberapa lagi
tidak.Anak-anak pada usia ini seringkali mengalami proses identifikasi yang
sangat ekstrem. Anak perempuan akan memaksa untuk mengenakan rok, cat
kuku, dan riasmuka ke sekolah atau tempat bermain. Anak laki-laki akan
bersikap gagah, sangatasertif, dan membawa pistol mainan ke mana saja mereka
pergi. Perilaku inimemperkuat rasa kelaki-lakiannya atau kewanitaannya.

8
3

6. Perkembangan Emosional
Kehidupan fantasi anak usia tiga tahun akan membantu mengeksplorasi
danmendapatkan berbagai emosi, dari cinta dan ketergantungan sampai marah,
protes,dan ketakutan. Dia tidak saja mencoba berbagai identitas sendiri, tetapi
juga seringkali memberikan kualitas hidup dan emosi terhadap benda-benda
tidak bernyawa, sperti pohon, jam, truk atau bulan
2.3 Perkembangan Fisik Balita
Setiap anak tentu memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang berbedaantara
anak satu dengan anak yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak adalah:
1. Faktor Internal Adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik balita
seperti: ras,etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan
kromosom.
2. Faktor Eksternal Adalah faktor berasal dari luar diri anak antara lain:
prenatal, ini berhubungandengan gizi, toksin atau zat kimia. Bisa pula faktor
pascanatal yang berhubungandengan gizi, kelainan, ekonomi, sosial, psikologis,
pengasuhan , stimulasi danobat-obatan.Pertumbuhan pada bayi dan balita
merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks
ini berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler
pada tubuhanak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasiorgan tubuh
anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya.
Hal ini ditandai oleh :
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan. 
b. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
c. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya.Berat badan balita dipengaruhi jenis kelamin, asupan gizi dan umur.
Gen atau keturunan juga bisa mempengaruhi berat badan balita, contoh
keturuanan bertubuh besar.
Pada balita yang normal umumnya perubahan yang paling dramatis akanterjadi
pada proporsi tubuh balita. Pada waktu yang sama tingginya akan
meningkat ,terutama pada tungkainya dan sampai batas tertentu. Batang
tubuhnya akan tumbuh dengan cepat. Tubuh anak akan terus kehilangan

9
3

lemaknya dan mulai berotot selamawaktu ini, memberikan penampilan yang


matang dan lebih kuat. Kenaikan tinggi badan jauh lebih cepat daripada
kenaikan berat badan.Pada usia anak 3 tahun,gerakannya sekarang cukup lentur,
apakah berjalan ke depan, ke belakang atau naikdan turun tangga. Selagi
berjalan dia berdiri tegak, bahu di tarik ke belakang dan perutnya ditahan 
oleh otot-otot perut yang kuat. Anak mampu berdiri dengan 1 kaki, mampu
menendang bola kedepan, melempar bola dengan tangan. Wajah anak jugaakan
matang pada tahun-tahun ini. Panjang dari tengkoraknya akan meningkatsedikit,
rahang bagian bawah akan menjadi menonjol. Pada waktu bersamaan, rahang
atas akan melebar untuk member ruang gigi permanennya. Wajahnya akan
tampak lebih besar.Anda akan melihat bahwa balita sekarang dapat 
Mengerakkan masing-masing jarinya secara mandiri atau bersama-sama. Dapat
mengambar segi empat,lingkaran, dan menulis dengan bebas. Anak prasekolah
sekarang sudah mempunyaikoordinasi dan keseimbangan seorang dewasa.
Selagi anak berjalan dan berlaridengan langkah- langkah panjang, mengayun,
penuh percaya diri, naik turun tanggatanpa memegang pegangan tangga, berdiri
berjinjit, berputar dalam lingkaran danmengayun.
2.4 Perkembangan Psikososial Balita
Terdapat 8 jenis tahap-tahap perkembangan psikososial Erickson.
1. Psikososial Tahap 1
Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan) Tahap ini berlangsung pada masa
oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy). Bayi pada usia 0-1 tahun
sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa percaya 
yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga
(yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun 
rasa percaya terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman &terlindungi di
dalam kehidupannya. Akan tetapi, jika penjagaannya tidak stabil &emosi
terganggu dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan tidak
percaya pada lingkungan sekitar. Kegagalan mengembangkan rasa percayameny
ababkan bayi akan merasa takut dan yakin bahwa lingkungan tidak akan
memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi tersebut akan selalu
curiga pada orang lain.
2. Psikososial Tahap 2
Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu.Tahap ini merupakan tahap
anus-otot (anal/mascular stages), masa ini disebutmasa balita yang berlangsung

10
3

mulai usia 1-3 tahun (early childhood). Pada masa inianak cenderung aktif
dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidakterlalu membatasi
ruang gerak serta kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu memberikan
kebebasan melakukan apapun yang dia mau. Pembatasan ruang gerak 
pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak dapat
melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Begitu pun sebalikny, jika
anakterlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung bertindak sesuai yang dia
inginkantanpa memperhatikan baik buruk tindakan tersebut. Sehingga orang tua
dalammendidik anak pada usia ini harus seimbang antara pemberian kebebasan
dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan bisame
ngembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
3. Psikososial Tahap 3
Inisiatif vs kesalahanTahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun
(preschool age). Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang
dilihatnya. Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu 
yang mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan
pola asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalahdan akhirnya hanya
berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuanuntuk
menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.
4. Psikososial Tahap 4
Kerajinan vs inferioritas Tahap ini merupakan tahap laten usia 6-
12 tahun (school age) ditingkat inianak mulai keluar dari lingkungan keluarga
ke lingkungan sekolah sehingga semuaaspek memiliki peran misal orang tua
harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus
menerima kehadirannya. Pada usia ini anak dituntut untukdapat merasakan
bagaimana rasanya berhasil melalui tuntutan tersebut. Anak dapat
mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena
merekamerasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap
rendah diri.Sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangat penting untuk
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini usaha yang
sangat baik pada tahap ini adalah dengan mengembangkan kedua karakteristik
yang ada. Dengan begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan
dalam diri setiap pribadi yakni kompetensi.

11
3

5. Psikososial Tahap 5
Identitas vs kekacauan identitas Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja),
dimulai pada saat masa puberdan berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di
dalam tahap ini lingkup lingkungansemakin luas, tidak hanya di lingkungan
keluarga atau sekolah, namun juga dimasyarakat. Pencarian jati diri mulai
berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya
bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik
pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalamlingkungan yang kurang
baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remajatersebut.
6. Psikososial Tahap 6
Keintiman vs isolasiTahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult),
usia sekitar 18/20-30tahun. Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus
seimbang untuk memunculkannilai positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud
tidak hanya dengan kekasih melainkancinta secara luas dan universal (misal
pada keluarga, teman, sodara, binatang, dll).
7. Psikososial Tahap 7
Generatifitas vs stagnasiMasa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh
orang-orang yang berusia yang berusia sekitar 20 tahunan Sampai
55 tahun (middle adult). Dalam tahap ini jugaterdapat salah satu tugas yang
harus dicapai yaitu dapat mengabdikan diri gunamencapai keseimbangan antara
sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidakmelakukan apa-apa
(stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya
keseimbangan antara generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif
yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan
otoritisme. Generational merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-
orangdewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan
interaksi yang terjalin kurang baik antara orang dewasa dengan para penerusnya
karena adanya aturan-aturan atau batasan-batasan yang diterapkan dengan
paksaan.
8. Psikososial Tahap 8
Integritas vs keputusasaan Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia
lanjut). Ini merupakan tahap yang sulit dilewati karena orang pada masa ini
cenderung melakukan introspeksi diri.Mereka akan memikirkan kembali hal-hal
yang telah terjadi pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun
kegagalan. Jika dalam masa sebelumnya orang tersebut memiliki integritas yang
tinggi dalam segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan

12
3

menimbulkan kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika


orangtersebut banyak mengalami kegagalan maka akan timbul keputus asaan.
2.5 Perawatan Kesehatan Balita
a.Perawatan Sehari-hari Anak
1.Kebersihan anak
-Memandikan dengan sabun 2 kali sehari.
-Cuci rambut dengan sampo 3 kali seminggu.
-Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air besar, buang
air kecil, dan setelah makan.
-Jaga kebersihan telinga anak.
-Gunting kuku tangan dan kaki anak jika panjang.
-Ajari anak buang air besar dan kecil di kamar mandi.
-Jaga kebersihan pakaian, mainan,dan tempat tidur.
-Jaga kebersihan perlengkapan makan dan minum.
2.Perawatan gigi
-Gogok gigi anak dengan pasta gigi dan sikat gigi khusus untuk anak sesudah
sarapan dan sebelum tidur.
-Tanyakan petugas kesehatan cara menggosok gigi.
-Ajari anak menggosok gigi sendiri.
-Jangan biasakan anak makan manis dan lengket.
-Periksakan setiap 6 bulan sekali ke puskesmas atau dokter gigi.
3.Kebersihan lingkungan
-Jauhkan anak-anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, dan polusi
kendaraan bermotor.
-Buang air besar dan kecil di kamar mandi.
-Bersihkan rumah dan lingkungan anak bermain dari debu dan sampah.
-Balita sebaiknya tidur di dalam kelambu.
-Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu anti
nyamuk (mengandung insektisida).

13
3


Jauh akan anak dari bahaya seperti :
-Benda yang disangka makanan dan minuman : obat-obatan,racun tikus,
racun serangga, minyak tanah, sabun atau detergen.
-Benda panas : kompor, setrika, termos air panas.
-Benda berbahaya : pisau, colokan listrik, kabel.
-Jangan biarkan anak bermain di dekat : sumur, kolam, sungai, jalan raya.
2.5 Peran Keluarga Dan Bidan Dalam Tumbuh Kembang Balita
1.Peran orang tua
A.saat anak berusia 2 tahun orangtua mulai mengajari anak naik ke tangga dan
berlari 
b.Orang tua mengawasi anak saat mencoret-coret pensil pada kertas
c.Orang tua mengajari anak untuk menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya
d.Orang tua mengajari anak untuk menyebut 3-6 kata yang mempunyai
arti,seperti bola, piring, dan sebagainya.
e.Orang tua mengajari anak untuk memegang cangkir sendiri
f.Orang tua mengajari anak untuk makan-minum sendiri

3. Peran orang tua saat anak berusia 2-3 tahun


a. Orang tua mengajari anak untuk berpakaian sendiri 
b. Orang tua mengajak anak untuk melihat buku bergambar
c. Orang tua membacakan cerita kepada anak
d. Orang tua mengajari anak makan di piringnya sendiri
e. Orang tua mengajari anak untuk mencuci tangan
f.  Orang tua mengajari anak buang air besar dan kecil di tempatnya

4. Peran orang tua saat anak berusia 3 tahun


a. Orang tua mengajari anak untuk mengayuh sepeda roda tiga 

14
3

b. Orang tua mengajari anak berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan
c. Orang tua mengajari anak bicara dengan baik menggunakan dua kata
d. Orang tua mengajari anak mengenal 2-4 warna
e. Orang tua mengajari anak menyebut nama, umur dan tempat
f. Orang tua mengajari anak menggambar lurus
g. Orang tua mengawasi anak saat bermain dengan teman
h. orang tua mengajari anak melepas pakaiannya sendiri
i. Orang tua mengajari anak menggunakan sepatu

5. Peran orang tua saat anak berusia 3-5 tahun


a. Orang tua meminta anak menceritakan apa yang ia lakukan 
b.Orang tua mendengarkan anak ketika berbicara
c.Jika anak gagap, orang tua mengajari bicara dengan pelan-pelan
d.Orang tua mengawasi anak yang mencoba hal baru

6. Peran orang tua saat anak berusia 5 tahun


a. Orang tua mengawasi anak saat melompak-lompat dengan satu kaki,menari,
dan berjalan lurus
b. Orang tua melihat dan mengawasi anak saat menggambar tiga bagian tubuh
orang (kepala, badan, tangan/kaki)
c. Orang tua megawasi anak menggambar tanda silang dan lingkaran
d. Orang tua mengawasi anak menangkap bola kecil dengan kedua tangan
e. Orang tua mendengarkan anak menjawab pertanyaan dengan kata-katayang
benar
f. Orang tua mendengar anak menyebut angka, menghitung jari
g. Orang tua mendengar anak saat bicaranya mudah dimengerti
h. Orang tua mengawasi anak saat berpakaian sendiri tanpa dibantu
i. Orang tua mengawasi anak mengancing baju atau pakaian boneka 

15
3

j. Orang tua mengawasi anak menggosok gigi tanpa bantuan

7. Peran bidan
a. Melakukan pelayanan stimulasi deteksi dini dan intervensi dini
tumbuhkembang anak 
b. Melakukan anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan
nasihat pemberian makan pada orang tua
c. Melakukan pemantauan penyakit dan masalah perkembangan pada anak
d. Melakukan pemantauan perkembangan, test daya lihat, dan test dayadengar,
serta mental emosional pada anak
e. Melakukan skrining dini penyimpangan tumbuh kembang anak
f.Melakukan pemantauan saat penimbangan anak setiap bulan di posyandu dan
apabila berat badan anak tidak naik dua kali berturut-turut atau BGM bidan
harus segera melakukan tindakan pemenuhan gizi pada anak.

2.6 Tinjauan Umum Tentang Balita dan Status gizi


Anak merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) yang
memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir,
bahkan sejak dalam kandungan.Kekurangan gizi pada masa balita dapat
berpengaruh pada perkembangan otak balita sehingga jika tidak ditangani akan
mempengaruhi perkembangan mental yang akan mempengaruhi kemampuan
berfikir, kemampuan bersosialisasi, kemampuan motorik dan dapat
menyebabkan penyimpangan perkembangan pada balita.
Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan makanan tersebut
dapat di peroleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk
pertumbuhan otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik.
a. Adapun kebutuhan zat gizi yang diperlukan bayi dan balita, yaitu:
1) Protein Terdiri dari dua jenis protein, yaitu protein hewani, yang di dapat dari
daging hewan (telur, susu, daging) dan protein nabati, yang di dapat dari
tumbuh-tumbuhan (tempe, tahu).
2) Karbohidrat Merupakan sumber tenaga bagi anak dan bayi yang baru dapat
asupan makanan dari ASI. Pada anak yang sudah mendapatkan makanan

16
3

tambahan pendamping ASI, karbohidrat dapat di peroleh dari makanan yang


mengandung tepung seperti bubur susu, sereal, roti, nasi tim, atau nasi.
3) Lemak Fungi utama lemak adalah untuk memberi energi. Setiap gram lemak
jika dioksidasi menghasilkan sekitar 9 kalori. Lemak bertindak sebagai barier
dari vitamin A, D, E dan K yang larut dalam air memberi rasa pada makanan
yang menyenangkan serta memberi perasaan kenyang karena kecepatan
pengosongan dari lambung yang dikaitkan dengan kandungan lemaknya.
4) Vitamin Merupakan sejumlah zat yang terdapat makanan, yang berfungsi
untuk mempertahankan fungsi tuhuh. Kekurangan vitamin akan menyebabkan
tubuh merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah, dan sel
saraf serta dapat mengurangi ketajaman penglihatan.
5) 5) Mineral Mineral memiliki fungsi untuk mengaktifkan metabolisme tubuh.
Beberapa kandungan mineral, antara lain:
a). Kalsium: susu, tempe, tahu, dan ikan teri.
b). Fosfor: daging, unggas, ikan, telur dan beras.
b. Kebutuhan nutrisi bagi balita
kebutuhan nutrisi bagi balita merupakan perioritas utama dalam
mencukupi kebutuhan gizinya setiap hari. Masa balita merupakan masa transisi
di usia 1-2 tahun, dan untuk memenuhi nutrisi balita di mulai dengan makan
makanan padat agar balita dapat menerima rasa serta tekstur makanan yang baru
ia coba. Pada usia balita, dibutuhkan 1000-1400 kalori perhari, tetapi tergantung
dari usia, besar tubuh, serta tingkat aktivitas si kecil. Jumlah rata-rata kebutuhan
nutrisi balita yang dibutuhkan setiap harinya:
1) Biji padi-padian
2) Sayuran
3) Buah-buahan
4) Susu
5) Daging dan kacang-kacangan
6) Kalsium
7) Zat besi

17
3

C.Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


Menurut (supariasa IDN & DKK, 2012) masalah gizi pada hakikatnya
adalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat di lakukan
dengan pendekata medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penangulangan
harus melibatkan berbagai sektor yang terkait, berikut merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi yaitu:
a. Status sosial
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan
ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kemakmuran hidup. Rendahnya ekonomi kelurga, akan berdampak
dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya
kualitas dan kuantitas pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan
gizi anak balita. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan
makanan yang kurang bergizi.
b. Pengetahuan
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum di jumpai setiap Negara di dunia.
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor
penting dalam masalah kurang gizi (Abu A, 2010). Rendahnya pendidikan
dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita (Depkes RI, 2010).
c. Kelengkapan imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit
tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi lain
(supartini, 2014). Macam-macam imunisasi antara lain:
1) BCG: vaksin untuk mencegah TBC yang di anjurkan di berikan saat
berumur 2 bulan sampai 3 bulan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1
tahun dan 0,1 ml ada anak disuntikkan secara intrakutan.
2) Hepatitis B: salah satu imunisasi yang diwajibkan dengan di berikan
sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua
kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia pemberian dianjurkan
sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir.
18
3

3) Polio: imunisasi ini terdiri dari 2 macam yaitu vaksin oral polio dan
inactivated polio vaccine. Kelebihan dari vaksin oral adalah mudah di berikan
dan murah sehingga banyak di gunakan.
4) DPT: vaksin yang tediri dari toksoid difleri dan tetanus yang
dimurnikan serta bakteri pertusis yang diinaktivasi.
5) Campak: imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. pemberian yang
dianjurkan adalah sebanyak 2 kali yaitu pada usia 9 bulan dan pada usia 6
tahun.
6) MMR: di berikan untuk penyakit measles, mumps, dan rubella
sebaliknya diberikan pada usia 4 bulan sampai 6 bulan atau 9 bulan sampai 11
bulan yang di lakukan pengulangan pada usia 15 bulan-18 bulan.
7) Typhus abdominal: terdapat 3 jenis vaksin yang terdapat di Indonesia
yaitu kuman yang dimatikan, kuman yang di lemahkan, dan antigen capsular
vipolysaccharida.
8) Varicella: pemberian vaksin di berikan suntikan tunggal pada usia di
atas 12 tahun dan usia 13 tahun di berikan 2 kali suntikan dengan interval 4-
8mg.
9) Hepatitis A: imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
hepatitis A yang di berikan pada usia di atas 2 tahun. 10) HiB: Haemophilus
influenzae tipe b yang digunakan untuk mencegah terjadinya influenza tipe b
dan di berikan sebanyak 3 kali suntikan.
d. Penyakit infeksi
Menurut supartani, (2010) balita yang berada dalam status gizi buruk.
umumnya sangat rentang terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-
penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-
penyakit tersebut adalah:
1) Diare persisten: sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih
yang di mulai dari suatu diare cair akt atau berdarah (di sentri).
2) Tuberculosis: tuberculosis adalah penyakit yang di sebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu kuan aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi.

19
3

3) HIV/AIDS: HIV merupakan singkatan dari „human


immunodeficiencyvirus’HIV merupakan retrovirus yang menyakiti selsel sistem
kekebalan tubun manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages-
kompone-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau
mengaggu fungsinya.
4) ASI: beberapa sifat pada ASI yaitu merupakan makanan alam atau natural,
ideal, fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu
yang optimal dan mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang
sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi. selain ASI mengandung gizi yang cukup
lengkap, ASI juga mengandung antibodi atau zat kekebalan yang akan
melindungi balita terhadap infeksi.
5) Inisiasi Menyusui Dini: pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada
keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 bulan
pertama kehidupan, bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI
dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat mengurangi sedikitnya
20% kematian anak balita(Kartiningrum, 2015). Status gizi merupakan salah
satu faktor yang menentukan sumber daya manusia dan kualitas hidup. Untuk
itu program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi
pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat. Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
dalam tubuh(Supariasa, 2010). Sedangkan menurut Suhardjo, dkk(2003) status
gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan
penggunaan makanan.
B. Tinjauan Khusus Gizi Kurang
1. Pengertian gizi kurang
Adapun pengertian gizi kurang atau kurang gizi adalah keadaan kurang zat gizi
tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan energi dan protein
dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur
(BB/U), serta gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan prosestumbuh
kembang seseorang, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat turut
menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber manusia di masa
datang(Soetjiningsih, 2002). Gizi kurang merupakan status kondisi seseorang
yang kekurangan nutrisi atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang adalah
kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin
yang dibutukan oleh tubuh (Alamsyah, 2017).Jadi dapat disimpulkan bahwa
gizi kurang adalah pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak stabil atau
terpenuhi karena kekurangan nutrisi yang akan diolah oleh tubuh melalui

20
3

makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan tubuh akan lebih sering sakit.
Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan
dengan gangguan gizi melalui beberapa cara: yaitu mempengaruhi nafsu makan,
dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/ muntah-
muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi.
Secara umum, defisien gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem
kekebalan. Gizi kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari
kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu
juga di ketehui bahwa infeksi menghambat reaksi imunologis yang normal
dengan menghabiskan sumber-sumber energi di tubuh(Soegeng santoso, 2009).
2. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap gizi kurang
Faktor resikonya yaitu:
a. pendapatan keluarga Keluarga dengan pendapatan terbatas mempunyai
kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanan sejumlah yang di
perlukan, sehingga keanekaragaman bahan makanan kurang dapat dijamin.
b. frekuensi sakit anak Anak yang sering sakit akan mempengaruhi pada
penurunan nafsu makan anak, sehingga asupan makanan anak akan berkurang.
Apabila keadaan penurunan asupan makan terjadi dalam waktu yang cukup
lama di sertai dengan kondisi muntah dan diare maka anak juga akan
mengalami kehilangan zat gizi dan cairan.
c. pengetehuan ibu Kurangnya pengetehuan ibu tentang status gizi balita akan
berdampak kurangnya asupan makanan pada balita sehingga tidak terpenuhinya
zat-zat gizi yang di perlukan balita.
d. frekuensi ke posyandu Balita yang datang ke posyandu dan menimbang
secara teratur akan terpantau status gizi dan kesehatannya sehingga kebutuhan
gizi balita akan terpenuhi.
e. jumlah anak Hubungan antara jumlah anak dengan status gizi karena terjadi
persaingan sarana dan prasarana, perbedaan makanan, dan waktu perawatan
anak berkurang
f. jarak kelahiran Jarak kelahiran yang terlalu dekat akan mempengaruhi status
gizi dalam keluarga sehingga akan mempengaruhi pola asuh terdapat anaknya.
g. sumber air minum Air yang tidak sehat akan mengakibatkan diare pada anak
balita dan menurunkan berat badanya, sehingga berpengaruh pada status gizi
bersifat akut(Ratufelan, 2018).

21
3

3.Tanda dan Gejala dari Gizi Kurang


Beberapa gejala berikut bisa dialami oleh anak yang mengalami gizi kurang
yaitu:
a. Berat badan dan tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan
b. Nafsu makan menurun
c. Anak tampak kurus
d. Wajah seperti orang tua
e. Kulit keriput
f. Anak cengeng
g. Lebi rewel
h. Pipi dan mata terlihat cekung
i. Kulit tampak kering
j. Rambut kusam dan merah dan mudah rontok(Janah, n.d.).
4. Dampak gizi kurang yang sangat di waspadai adalah:
a. Gagal tumbuh (growth faltering), terutama gagal tumbuh kembang otak, anak
yang menderita kekurangan gizi tidak saja menurunkan kecerdasan otak, tetapi
menyimpan potensi tekanan penyakit degenerative ketika memasuki usia
dewasa.
b. Menurunnya kualitas sumber daya manusia
c. Lamanya proses pemulihan dari penyakit. Kurang gizi atau gizi buruk adalah
suatu gangguan multisistem yang mengakibatkan ketidak seimbangan
kekebalan tubuh dan hambatan penyembuhan luka, sehingga memperburuk
pemulihan dari suatu penyakit dan menghambat pertumbuhan si kecil.
d. Gangguan perilaku. Anak yang kurang gizi biasanya kurang aktif, kurang
eksploratif dan cenderung apatis terhadap lingkungannya.
e. Penurunan lQ, yang menyebabkan gangguan kecerdasan (fungsi kognitif)
sehingga membuat rendahnya kemampuan belajar yang berisiko mengakibatkan
kegagalan pembelajaran.

22
3

f. Penyakit rawan yang dapat diderita balita yang gizi kurang adalah seperti
infeksi(Amelia et al., 2013).
5. Penyebab timbulnnya gizi kurang:
a. Penyebab gizi kurang pada umumnya.
1) Kurang makan makanan yang bergizi dalam waktu yang lama.
2) Menderita penyakit terutama penyakit infeksi seperti TB paru.
3) Mengalami gangguan fungsi saluran pencernaan.

4) Kebersihan lingkungan yang buruk.


b. Penyebab lainnya adalah masalah gizi dibagi menjadi tingkat individu,
keluarga, dan masyarakat.
1) Individu Pada tingkat individu keadaan gizi di pengaruhi oleh asupan gizi
dan penyakit infeksi. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup
akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Dengan demikian, seseorang
yang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya
akan mengakibatkan gizi kurang.
2) Keluarga Sedangkan ditingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi di
pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kemampuan keluarga dalam
menyediakan pangan bagi anggotanya, pengetehuan dan sikap serta
keterampilan keluarga, tersediannya pelayanan kesehatan yang terjangkau dan
berualitas, dan pengetehuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan
lingkungan (Depkes RI, 2007).
C. langsung, akar masalah, dan pokok masalah.
1) Penyebab lansung yaitu konsumsi makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan
yang kurang tetapi juga karena penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan
yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang
gizi.
2) Adapun penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di kelurga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-
faktor tersebut sangat tekait dengan tingkat pendidikan, pengetehun dan
keterampilan keluarga. Pola pengasuha anak dapat berpengaruh terhadap
konsumsi makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak
balita.

23
3

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian balita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan anakusia
dibawah 5 tahun. Proses tumbuh kembang anak merupakan proses
yang berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Anak sehat akan
menunjukkan tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan parameter baku
perkembangan anak.Masalah potensial yang bisa terjadi pada balita dengan gizi
kurang berdasarakan hasil referensi yaitu Kejadian gizi kurang apabila tidak
diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Dampak yang terjadi
antara lain akan berpotensi marasmus, kwasiorkor dan marasmus-kwasiorkor.
Dimana marasmus ini adalah kekurangan energi (kalori) pada makanan yang
menyebakan cadangan protein dalam tubuh terpakai sehingga anak kurus,
dengan gejala: wajah seperti orang tua, cengeng, mata tidak bercahaya, tulang
rusuk menonjol. Dan adapun kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan protein dalam tubuh dengan gejala: wajah sembam atau
edema, rambut mudah rontok, otot mengecil, kelainan kulit. Adapun marasmus-
kwashiorkor adalah gabungan dari keduanya
3.2 Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu bertugas
memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan melibatkan keluarga. Salah
satunya adalah mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh
kembang balita agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana
mestinya.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kami
mengharapkan ada makalah lain yang dapat melengkapi makalah kami, serta
saran yang membangun

24
3

Daftar Pustaka

Alamsyah, D. dkk. (2017). Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk
pada Balita 12-59 Bulan. 2(1), 1–8.
Adiningsih, S. (2010). Waspadai Gizi Balita Anda. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Amelia. (2011). Kajian penanganan anak gizi buruk dan prospeknya
(management of severe malnutrition and it’s prospect: a review ). 34(1), 1–11.
Amelia, A. R., Syam, A., & Fatimah, S. (2013). Hubungan asupan energi dan
zat gizi dengan status gizi santri putri yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah
Makassar Suawesi Selatan tahun 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat, hal.1-15.
Aziza, N., & Silvie, M. (2021). Pengaruh Pendapatan Orang Tua Terhadap
Status Gizi Anak Usia 4-5 tahun pada Masa Pademi CIVID -19.1-63.
Aryani, D, L., & Riyandry, A, M. (2019). vitamin D sebagai terapi potensial
anak gizi buruk. 1 (1), 61-70. Bastari, Z. dkk. (2014). Penanganan Gizi Buruk
dengan Perspektif Person in Environment oleh Pekerja Sosial. 375–380.
Bili, A., Jutomo, L., & Boeky, D. (2020). Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang
pada Anak Balita di Puskesmas Palla Kabupaten Sumba Barat Daya. Media
Kesehatan Masyarakat ,2 (2), 33-41.
Devianti, M. dan T. (n.d.). PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA
DENGAN GIZI BURUK MELALUI PEMBERIAN FORMULA 100. 1–8.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/20799/1/FATMAWATI_70400117011.pdf
https://www.academia.edu/35849399/
MAKALAH_MANAJEMEN_KEBIDANAN_PADA_BALITA

25

You might also like