You are on page 1of 9

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا ِ‬
‫ت‬
‫ي لَهُ‬
‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬ ‫‪َ،‬أ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫ك لَهُ‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‬ ‫‪َ،‬أ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه وَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫‪،‬ال ّديْن‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
‫‪،‬يَاَأيّهَا الّ َذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح ّ‬
‫ث ِم ْنهُ َما‬ ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوبَ ّ‬ ‫اح َد ٍة َو َخلَ َ‬ ‫يَاَأيّهَا النَاسُ اتّقُ ْوا َربّ ُك ُم الّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫س َو ِ‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬ ‫‪،‬ر َجاالً َكثِ ْيرًا َونِ َسا ًء َواتّقُوا هللاَ الَ ِذي تَ َسا َءلُ ْو َن بِ ِه َواَْألرْ َحام َ ِإ ّن هللاَ َك َ‬ ‫ِ‬
‫يَاَأيّهَا الّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوالً َس ِد ْي ًدا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم‬
‫‪َ ،‬و َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرس ُْولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬
‫‪َ...‬أ ّما بَ ْع ُد‬

‫!‪MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH‬‬


‫‪Puji syukur kehadirat Allah subhaanahu wa ta’aala. Dialah yang‬‬
‫‪masih mengizinkan kita untuk hidup di dunia ini memberi‬‬
‫‪kesempatan untuk beramal shalih serta menganugeraahi kekuatan‬‬
‫‪Iman dan Islam hingga kita dapat berkumpul di mesjid yang mulia‬‬
‫‪ini.‬‬
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
uswatun hasanah Suri teladan kita, rahmatan lil’alamiin, penebar
kasih sayang bagi alam semesta, Ya’ni Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, semoga kita semua, dapat
mengamalkan sunnah-sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari dan
semoga kita semua mendapatkan Syafaat beliau di yaumil Akhir.
Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin..
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Sudah menjadi keharusan setiap khatib di setiap khutbahnya,
untuk mengingatkan dan mewasiatkan takwa kepada seluruh
jama'ah.
Maka dari itu, melalui mimbar yang mulia ini khatib
mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan mewasiatkan kepada
jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah subhaanahu wa ta’aala dengan melaksanakan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Dalam kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan
khutbah dengan tema: “MULIA SAAT KAYA MAUPUN MISKIN”.

‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬


ِ َ‫ير ۡٱل ُمقَنطَ َر ِة ِم َن ٱل َّذه‬ ٰ ۡ َ ِ‫ت ِم َن ٱلنِّ َسٓا ِء َو ۡٱلبَن‬ ِ ‫اس حُبُّ ٱل َّشهَ ٰ َو‬
‫ب‬ ِ ‫ين۞ َوٱلقَنَ ِط‬ ِ َّ‫ُزي َِّن لِلن‬
ُ‫ك َم ٰتَ ُع ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَ ۖا َوٱهَّلل ُ ِعن َد ۥه‬ َ ِ‫ث ٰ َذل‬
ِ ۗ ‫ض ِة۞ َو ۡٱل َخ ۡي ِل ۡٱل ُم َس َّو َم ِة َوٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم َو ۡٱل َح ۡر‬ َّ ِ‫َو ۡٱلف‬
١٤ ‫ب‬ ِ ‫ح ُۡس ُن ۡٱل َ‍مَٔا‬
14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)
Selanjutnya Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
۞‫ت تَ ۡج ِري ِمن تَ ۡحتِهَا‬ٞ َّ‫ين ٱتَّقَ ۡو ْا ِعن َد َربِّ ِهمۡ َج ٰن‬ َ ‫قُ ۡل َأُؤ نَبُِّئ ُكم بِ َخ ۡي ٖر ِّمن ٰ َذلِ ُكمۡ ۖ لِلَّ ِذ‬
١٥ ‫صي ۢ ُر بِ ۡٱل ِعبَا ِد‬ ۡ ‫ة َو ِر‬ٞ ‫ج ُّمطَهَّ َر‬ٞ ‫ين فِيهَا َوَأ ۡز ٰ َو‬
ِ َ‫ن ِّم َن ٱهَّلل ۗ ِ َوٱهَّلل ُ ب‬ٞ ‫ض ٰ َو‬ َ ‫ٱَأۡل ۡن ٰهَرُ۞ ٰ َخلِ ِد‬
15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang
lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang
bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya.
Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan
Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
)‫ّان‬ ِ ‫(أو َر َدهُ ْالهَ ْيتَ ِم ُّي في زواِئ ِد‬
َ ‫ابن ِحب‬ ْ ‫ح‬ ِ ِ‫نِ ْع َم ْال َما ُل الصَّالِ ُح لل َّرج ُِل الصَّال‬
Maknanya: “Harta yang baik adalah milik seseorang yang
shalih” (Disebutkan oleh al Haitsami dalam Zawa’id Ibn Hibban).
Artinya, harta yang halal yang digunakan dan dibelanjakan oleh
seorang Muslim pada jalan yang diridhai oleh Allah, adalah nikmat
agung yang Allah subhaanahu wa ta’aala anugerahkan kepada
hambanya yang Mukmin.

MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!


Diriwayatkan dari sahabat ‘Amr bin ‘Auf al-Anshari radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus
sahabat Abu ‘Ubaidah bin Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke negeri
Bahrain untuk mengambil harta jizyah. Lalu Abu ‘Ubaidah kembali
ke Madinah dengan membawa harta jizyah tersebut. Kedatangan
Abu ‘Ubaidah ini didengar oleh Kaum Anshar bertepatan dengan
saat shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Usai shalat, Abu ‘Ubaidah beranjak pergi namun kaum anshar
berkerumun menghampirinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tersenyum melihat mereka seraya berkata: “Aku kira kalian
telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah tiba dengan membawa
sesuatu.” Mereka berkata: “Benar wahai Rasulullah.” Rasulullah
lantas bersabda: “Bergembiralah dan bercita-citalah dengan apa
yang dapat membuat kalian bahagia.” Beliau melanjutkan
sabdanya:
‫۞فَ َو هللاِ َما الفَ ْق َر َأ ْخ َشى َعلَ ْي ُك ْم‬
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari
kalian.
‫ان قَ ْبلَ ُك ْم فَتَنَافَس ُْوهَا‬
َ ‫ت َعلَى َم ْن َك‬ْ َ‫َول ِكنِّي َأ ْخ َشى أن تُ ْب َسطَ ال ُّد ْنيَا َعلَ ْي ُك ْم َك َما ب ُِسط‬
ٌ َ‫َك َما تَنَافَس ُْوهَا فتُ ْهلِ َك ُك ْم كما أهلَ َك ْتهُ ْم ( ُمتّف‬
)‫ق َعلَ ْي ِه‬
Akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah, jika
kalian telah dilapangkan harta dunia, sebagaimana telah
dilapangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian
bersaing memperebutkannya sebagaimana mereka bersaing
memperebutkannya, sehingga harta dunia itu, membinasakan
kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR al-Bukhari
dan Muslim)
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari
menjelaskan bahwa hal itu disebabkan, mudarat kefakiran lebih
ringan daripada mudarat kekayaan. Bahaya yang ditimbulkan
kefakiran pada umumnya berkaitan dengan keduniaan. Sedangkan
bahaya yang diakibatkan kekayaan biasanya merusak agama
seseorang. Mudarat dalam agama jelas lebih berat daripada
mudarat keduniaan.
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Jika kita cermati dengan seksama, baik kemiskinan ataupun
kekayaan, keduanya bisa jadi sumber fitnah dan bencana. Namun di
sisi yang lain juga bisa menjadi sumber kemaslahatan serta ladang
pahala. Tergantung bagaimana seseorang menyikapi dan
menghadapinya.
Sebagian orang kaya, kekayaan adalah sumber bencana dan
fitnah yang mengalirkan dosa bagi mereka. Dengan kekayaan yang
mereka miliki, mereka menyombongkan diri di hadapan orang lain,
mereka memperturutkan hawa nafsu dengan harta yang dimilikya.
Namun sebagian orang kaya, menggunakan kekayaan mereka
untuk beramal shalih dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan
abadi di akhirat.
Begitu pula dengan kefakiran. Sebagian orang ketika ditimpa
kefakiran, mereka melakukan perbuatan-perbuatan haram untuk
mengentaskan diri dari kemiskinan. Maka Bagi mereka, kefakiran
menjadi sebab kesengsaraannya di akhirat.
Sebaliknya sebagian orang fakir menghadapi kefakirannya
dengan penuh kesabaran. Sifat sabar inilah yang mengekang
mereka untuk tidak memperturutkan hawa nafsu, tidak melakukan
hal-hal yang diharamkan. Maka Bagi mereka inilah, kefakiran yang
dialami, bermanfaat di akhirat dan menjadi ladang pahala.
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Sebagian besar nabi dan wali adalah orang-orang fakir. Sangat
sedikit di antara mereka yang dianugerahi kekayaan oleh Allah
subhaanahu wa ta’aala. Bahkan Rasulullah mengabarkan kepada
kita bahwa sebagian besar penduduk surga adalah orang-orang fakir
sebagaiman dalam sabdanya:
)‫ي َو ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ‫ْت َأ ْكثَ َر َأ ْهلِهَا* الفُقَ َرا َء ( َر َواهُ ْالبُ َخ‬
ّ ‫ار‬ ُ ‫ْت فِي ال َجنَّ ِة* فَ َرَأي‬
ُ ‫اطَّلَع‬
Maknanya: “Aku melihat di surga, dan aku lihat kebanyakan
penduduknya adalah orang-orang fakir” (HR al-Bukhari dan
Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ين َخ ِريفًا ( َر َواهُ َأبُو نُ َعي ٍْم فِي‬


َ ‫ين ْال َجنَّةَ* قَ ْب َل َأ ْغنِيَاِئ ِه ْم بِ َس ْب ِع‬ ِ َ‫يَ ْد ُخ ُل فُقَ َرا ُء ْال ُمه‬
َ ‫اج ِر‬
)‫ِح ْليَ ِة اَأْل ْولِيَا ِء‬
Maknanya: “Orang-orang fakir di kalangan Muhajirin akan
memasuki surga terlebih dahulu sebelum orang-orang kaya di
kalangan mereka dengan selisih waktu 70 tahun” (HR Abu Nu’aim
dalam Hilyah al-Auliya’).

MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!


Jika seseorang dijadikan fakir, hendaklah ia meneladani sahabat
Abu Hurairah yang kemiskinannya tidak menjadikannya lemah
semangat dalam menimba ilmu kepada Rasulullah. Bahkan beliau
adalah sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits.
Begitu fakirnya Abu Hurairah, sampai-sampai beliau pernah pingsan
karena lapar.
Begitu juga Uwais bin al-Qarni yang merupakan sebaik-baik
tabiin. Begitu miskinnya hingga keinginannya bertemu dan
menimba ilmu langsung dari Rasulullah tidak terpenuhi. Padahal
beliau hidup semasa dengan Rasulullah. Beliau di Yaman dan
Rasulullah di Madinah. Karena baktinya kepada ibu kandungnya dan
cinta serta rindunya yang begitu mendalam kepada Rasulullah,
melalui wahyu dari Allah, Baginda Nabi bersabda:
“Sesungguhnya sebaik-baik tabiin adalah seorang laki-laki yang
bernama Uwais bin ‘Amir dari kabilah Murad kemudian kabilah
Qaran” (HR Muslim)
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Jika seseorang dijadikan kaya, hendaklah ia meneladani para
sahabat Nabi yang melimpah hartanya seperti sahabat Abu Bakar
dan sahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhuma. Harta
keduanya diinfakkan di jalan Allah untuk menopang perkembangan
dakwah Islam.
Terakhir, khatib tegaskan, bahwa Islam sama sekali tidak
melarang seseorang menjadi kaya. Yang dilarang adalah
menggunakan kekayaan dalam hal-hal yang dilarang oleh agama.
Kaya atau miskin bukan ukuran mulia atau hina seseorang.
Kekayaan bisa berarti siksa, sedangkan kemiskinan boleh jadi
‫‪menjadi karunia. Keduanya tak lebih sebagai ujian, mana yang‬‬
‫‪mulia, mana yang hina tergantung bagaimana masing-masing‬‬
‫‪menyikapi ujian yang mereka hadapi.‬‬
‫‪Rasulullah bersabda:‬‬
‫ِإ َّن ِل ُكلِّ ُأ َّم ٍة فِ ْتنَةً* َوفِ ْتنَةُ ُأ َّمتِي* ْال َم ِ‬
‫ال‬
‫‪“Sesungguhnya setiap umat itu menghadapi cobaan, cobaan‬‬
‫)‪umatku adalah berupa harta.” (HR Tirmidzi‬‬

‫!‪MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH‬‬


‫‪Demikian khutbah singkat ini. Semoga bermanfaat dan‬‬
‫‪maslahat bagi kita semua. Aamiin yaa Arhamar roohimiin.‬‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪،‬‬


‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَا ِ‬ ‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬
‫بَا َر َ‬
‫‪َ ،‬وتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬
‫ق َعلَى‬ ‫ب ْال ُم ْسلِ ِمي َْن وال ُمْؤ ِمنِي َْن‪َ ،‬و َج َع َل الضِّ يا َ َ‬ ‫ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ َأ ْن َز َل ال َّس ِك ْينَةَ َعلَى قُلُ ْو ِ‬
‫ق ْال ُمبِي ُْن‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ َّن‬ ‫ك ْال َح ُّ‬ ‫ب ْال ُمنَافِقِي َْن َو ْال َكافِ ِري َْن‪َ ،‬أ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ‪ْ .‬ال َملِ ُ‬
‫قُلُ ْو ِ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد‪.‬‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو بَ ِ‬ ‫ق ْال َو ْع ِد اَأل ِمي ِْن‪ ،‬اَللَّهُ َّم َ‬‫ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‪ .‬الصَّا ِد ُ‬
‫صحْ بِ ِه َوالتَّابِ ِعي َْن‪ ،‬اَل َح ْو َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهللِ‬ ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمي َْن‪َ .‬و َعلَى آلِ ِه َو َ‬ ‫ال َم ْبع ُْو ِ‬
‫‪،‬ال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم‬
‫ْ‬
‫طا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن فَيَا‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ َو َ‬ ‫اَيُّهَا النَّاسُ ُأ ْو ِ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫صلُّ َ‬
‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫ض اللَّهُ َّم‬ ‫ين‪َ .‬وارْ َ‬ ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع َ‬ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬‫اللَّهُ َّم َ‬
‫ص َحابَ ِة‬‫ان َو َعلِ ٍّي َو َع ْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬ ‫َّاش ِدي َْن‪َ ،‬أبِ ْي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َم َ‬ ‫َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬
‫ك‬‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫َوالتَّابِ ِعي َْن‪َ ،‬وتَابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬
‫يَا َأرْ َح َم الر ِ‬
‫َّاح ِمي َْن‬
‫ت‪.‬‬ ‫ت‪ .‬اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬ ‫ت‪َ .‬والمْؤ ِمنِي َْن َوالمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ ِل ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫اض َي ال َحا َجات‬ ‫ت‪ .‬يَا قَ ِ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫‪ِ،‬إنَّ َ‬
‫ات بَ ْينِنَا‪َ ،‬وا ْه ِدنَا ُسبُ َل ال َّساَل ِم‬ ‫ف بَي َْن قُلُوبِنَا‪َ ،‬وَأصْ لِحْ َذ َ‬ ‫اللَّهُ َّم َألِّ ْ‬
‫ك َأعْ دَ ا َء‬‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن‪َ ،‬ودَ م ِِّرَأعْ دَا َء َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإْلسْ اَل َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن‪َ ،‬وَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫‪،‬ال ِّدي ِ‬
‫ْن‬
‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن‪َ ،‬و ْ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬
‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ‬ ‫اللَّهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْال َغالَ َء َو ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َوال ُّسي ُْو َ‬
‫صةً َو ِم ْن ب ُْل َد ِ‬
‫ان‬ ‫َوال َّش َداِئ َد َو ْال ِم َح َن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن ِم ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا َّ‬
‫ك َعلَى ُكلِّ َش ْيٍئ قَ ِد ْي ٌر‬ ‫ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمةً ِإنَّ َ‬
‫‪َ ،‬ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َو فِى اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َو قِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬
‫ك َأ َ‬
‫نت ال َّتوَّ ابُ الرَّ حِي ُم‬ ‫ك َأ َ‬
‫نت ال َّسمِي ُع ْال َعلِي ُم‪َ (.‬و ُتبْ َعلَ ْي َنا( ِإ َّن َ(‬ ‫َر َّب َنا( َت َق َّب ْ(ل ِم َّنا( ِإ َّن َ‬
‫ِين‪َ .‬و ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ‬
‫ون‪َ .‬و َساَل ٌم َع َلى ْالمُرْ َسل َ‬
‫ك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا َيصِ فُ َ‬
‫ان َر ِّب َ‬
‫ُسب َْح َ‬
‫ْ‬
‫‪،‬ال َعا َلم َ‬
‫ِين‬

You might also like