Professional Documents
Culture Documents
KIMIA ORGANIK
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya laporan yang berjudul “Identifikasi Senyawa Hidrokarbon dan
Senyawa Organik Jenuh dan Tidak Jenuh”. Penulisan laporan ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Kimia Organik.
Dalam penulisan laporan ini kami merasa banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Pengertian Senyawa Hidrokarbon.....................................................4
2.2 Penggolongan Senyawa Hidrokarbon................................................
2.2.1 Berdasarkan Jenis Ikatan.........................................................4
2.2.2 Berdasarkan Bentuk Rantai Karbon.......................................7
2.3 Penggolongan Hidrokarbon Alifatik..................................................
2.4 Reaksi Hidrokarbon............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................9
3.1 Waktu Dan Tempat............................................................................9
3.2 Alat Dan Bahan....................................................................................9
3.4 Prosedur Kerja.....................................................................................9
3.5 Diagram Alir.........................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................12
4.1 Hasil.......................................................................................................12
4.2 Pembahasan..........................................................................................13
4.2.1 Identifikasi Hidrokarbon Alifatis...............................................
4.2.2 Identifikasi Hidrokarbon Alimatis.............................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................16
5.1 Kesimpulan...........................................................................................16
5.2 Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iv
LAMPIRAN TABEL...........................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada awal abad ke-19 orang meyangka bahwa zat-zat dalam tumbuh-
tumbuhan dibentuk oleh sesuatu yang gaib dan belum diketahui sifat-sifatnya.
Kemudian kepercayaan ini lambat laun hilang dan pada tahun 1828 seorang ahli
kimia, Fiedrich Mohler yang dapat membuat ureum dari zat-zat anorganik.Selain
tumbuh-tumbuhan dan hewan, masih ada sumber senyawa hidrokarbon yang
kompleks misalnya, gula, amilum, protein, glukosida, antibiotika, minyak, lemak
dan lain-lain. Dari batu bara diperoleh kokas, gas batu bara yang mengandung
berbagai senyawa organic. Minyak bumi merupakan campuran senyawa-senyawa
karbon, terutama hidrokarbon. Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk
mengetahui sifat-sifat hidrokarbon dan dapat menentukan reakivitas kmia
berdasarkan jenis hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan aromatik).
1
Hidrokarbon
(lingkaran)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum identifikasi senyawa hidrokarbon dan
senyawa organic jenuh dan tak jenuh yaitu:
1. Mampu memahami kelarutan dari parafin yang di campur dengan larutan
H2SO4.
2. Mampu memahami secara seksama perubahan reaksi yang terjadi pada
larutan alkohol yang di campur dengan aquades.
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokarbon alifatik ada tiga, salah satunya yaitu alkena dan alkuna. Alkena
sendiri merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai satu
atau lebih ikatan ganda dua disebut juga hidrokarbon tak jenuh. Atom-atom C
yang membuat ikatan ganda dua ini berhibridasi sp2 dua ikatan yang muncul dari
setiap karbon pada ikatan ganda dua karbon-karbon membentuk sudut 120.
Keempat ikatan keluar dari sepasang karbon yang berikatan ganda dua terletak
pada satu bidang. Alkena yang membawa gugus selain hidrogen pada setiap
karbon pengemban ikatan ganda dua, menunjukkan isometri geometri. Isomer
geometri cis atau trans didasarkan pada gugus substituen pada setiap karbon
pengemban ikatan ganda dua, jika keduanya pada sisi yang sama dari ikatan ganda
dua dinamakan cis, dan bila keduanya pada sisi yang berbeda disebut trans.
Seperti halnya isomer struktur, isomer geometri berbeda sifat fisis dan kimianya.
Alkena juga disebut olefin. Contoh alkena adalah etena (etilena), suatu zat
“anesthetik” yang campurannya dengan udara mudah meledak. Etilena juga
diketajui berperan dalam pematangan buah-buahan (Wilbraham, 1984).
3
Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari
senyawa tersebut.Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut
polar seperti air atau etanol.Sebaliknya , hidrokarbon dapat bercampur dengan
pelarut yang relative non polar seperti karbon tetraklorida (CCl4) atau
diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya .Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagaian besar
pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna ) dapat mengalami reaksi
adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya.
Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang
berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat
yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain
alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap
karbon. (Petrucci, 1987)
4
Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai
empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron
terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut
juga parafin yang berarti kurang reaktif.(Wilbraham, 1992).
Hidrokarbon jenuh terdiri atas dua kelompok utama yaitu alkana dan
sikloalkana. Rumus umum senyawa alkana adalah CnH4 dimana menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan
formula CH4. Metana ini mempunyi sifat tidak berwarna dan tidak berbau, sangat
sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan titik leburnya
rendah, dibawah 0 oC.Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil, tidak dapat
bereaksi dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum terdapat di
laboratorium (Fessenden dan Fessenden, 1982).
5
hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang
khas. (Syukri, 1999)
6
lambang karbon senyawa yang diperlukan untuk mendapatkan panjang rantai,
kemudian isilah dengan hidrogen dan garis-garis yang menggambarkan ikatan
kovalen. Ingat bahwa setiap hidrogen untuk empat ikatan kovalen. (Fessenden dan
Fessenden, 1982).
Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin prum affinis) yang berarti
memiliki afinitas rendah. Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu memiliki
afinitas yang rendah terhadap senyawa lain, dan relative inert. Meskipun
demikian, alkana dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam kondisi yang sesuai.
Alkana bereaksi dengan oksigen selama proses pembakaran, produknya adalah
karbondioksida dan air serta membebaskan sejumlah energi dalam bentuk panas.
Contohnya metana (gas alam) bereaksi dengan oksigen menurut reaksi.
(Fessenden dan Fessenden, 1982).
Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000oC tanpa oksigen akan dihasilkan
alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
7
b. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap
karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih da alam.Etilena, sebagai
contohnya adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen
adalah senyawa terbanyak dalam turpentin. Contoh lainnya adalah beta karoten,
mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna kuning yang
mewarnai wortel.Beta karoten meupakan vitamin pro vitamin A (Fessenden dan
Fessenden, 1982).
Sifat dari alkena hampir sama dengan sifat alkana. Perbedaannya dengan
alkana karena adanya ikatan π yang kurang stabil menyebabkan alkena dengan
jumlah atom karbon yang sama dengan alkana baik titik didih maupun titik
leburnya lebih kecil dari alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).
8
C. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon.
Kedua kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tak jenuh karena memiliki
atom hydrogen perkarbon lebih seidikit dibanding dengan alkane, alkena yang
memiliki percabangan akan mengalami penururna seikit titik didih (Marsuali,
2004).
9
BAB III
METEDIOLOGI PRAKTIKUM
Praktimum Kimia Organik dilaksanakan pada hari Selasa tiga belas Maret
Tahun 2023, bertempat dilaboratorium Teknologi Rekayasa Kimia Industri,
Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Kampus Politeknik
Bombana, Kelurahan Poea, Kec. Rumbia, Kab. Bombana, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
3.2.2. Bahan
Asam sulfat (H2SO4)
Parafin
Etanol/alcohol
Aquades
3.3 Prosedur kerja
a. Hidrokarbon Alifatis
1. Memasukan 5 ml Lrutan H2SO4 kedalam tabung reaksi menggunakan
labu ukur
2. Larutan tersebut kemudian dipindahkan ke gelas kimia
10
3. Selanjutnya memasukan paraffin cair kedalam larutan H2SO4
sebanyak 5 tetes
4. Kemudian diamati Selama 1 menit perubahan yang terjadi.
5. Catat hasil pengamatan
b. Hidrokarbon Alimatis
1. Mengambil 5 ml alcohol lalu disimpan didalam tabung reaksi ditutup
menggunakan kapas
2. Mengambil aquades sebanyak 5 ml kedalam labu ukur
3. Larutan alcohol tadi kemudian dicampurkan kedalam aquades yang
telah berada di dalam labu ukur,
4. Amati selama 5 menit perubahan apa yang terjadi
5. Catat hasil pengamatan
Penembahan
No Bahan Sampel Pengamatan
pereaksi
11
3.4. Diagram alir
a. Hidrokarbon alifatis
b. Hidrokarbon alimatis
Mengambil 5 ml alcohol
Mengambil aquades
sebanyak 5 ml
12
BAB IV
4.1 Hasil
Adapun hasil pengamatan dari beberapa pencampuran larutan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
Penembahan
No Bahan Sampel Pengamatan
pereaksi
Reaksi awal yang
terjadi pada tetesan
pertama,parafin
mengalami
5 ml H2SO4 pengkristalan,
Hidrokarbon
Parafin + 5 tetes pembekuan dan tidak
1 alifatis
Parafin menyatu pada H2SO4.
Pada tetesan kedua dan
seterusnya menyatu
dengan kristalan pada
tetesan pertama
Reaksi awal yang
terjadi pada larutan
aquadest dan di
tambahkan alkohol
5ml
mengalami perubahan
aquadest+
Hidrokarbon berupa penguapan dan
5ml alkohol
2 alimatis ada gelembung-
dalam gelas
gelembung kecil dan
ukur
kemudian gelembung
tersebut naik ke atas
dan menyatu dengan
aquadest+alkohol
4.2 PEMBAHASAN
13
gelas kimia. Selanjutnya memasukkan 5 tetes parafin cair kedalam larutan
H2SO4. Pada pengamatan ini reaksi awal yang terjadi pada tetesan pertama
parafin tidak terlarut. Pada parafin mengalami pengkristalan dan pembekuan
sehingga parafin dikatakan tidak dapat menyatu dengan larutan H2SO4. Karena
sesuai dengan Desrorier (2009) mengatakan bahwa dimana sifat parafin itu sukar
bereaksi dengan senyawa lain dan merupakan senyawa tunggal dan mempunyai
ikatan jenuh ( hidrokarbo jenuh asiklik). selanjutnya pada tetesan beikutnya yaitu
pada tetesan kedua dan seterusnya parafin membentuk padatan dan menyatu
ketetesan larutan yang telah memadat pada tetesan pertama tadi.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Mushoddaq, Sentosa. 2012. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga
Petrucci,
Wibraham, antony. 1992. Pengantar kimia organik dan hayati. Bandung : ITB.
iv
LAMPIRAN
v
vi