You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM II

KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI SENYAWA HIDROKARBON DAN


SENYAWA ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH

Dosen Pengampu : Fadliah Almaida, S.T., M.T


Disusun Oleh :
Kelompok 1
Fina : 4022022015
Min ismy vistarayu: 4022022032
MuhammadIfdal: 4022022040
Nurmalasari: 4022022045
Widia astuti: 4022022072

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya laporan yang berjudul “Identifikasi Senyawa Hidrokarbon dan
Senyawa Organik Jenuh dan Tidak Jenuh”. Penulisan laporan ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Kimia Organik.

Dalam penulisan laporan ini kami merasa banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas laporan
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Pengertian Senyawa Hidrokarbon.....................................................4
2.2 Penggolongan Senyawa Hidrokarbon................................................
2.2.1 Berdasarkan Jenis Ikatan.........................................................4
2.2.2 Berdasarkan Bentuk Rantai Karbon.......................................7
2.3 Penggolongan Hidrokarbon Alifatik..................................................
2.4 Reaksi Hidrokarbon............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................9
3.1 Waktu Dan Tempat............................................................................9
3.2 Alat Dan Bahan....................................................................................9
3.4 Prosedur Kerja.....................................................................................9
3.5 Diagram Alir.........................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................12
4.1 Hasil.......................................................................................................12
4.2 Pembahasan..........................................................................................13
4.2.1 Identifikasi Hidrokarbon Alifatis...............................................
4.2.2 Identifikasi Hidrokarbon Alimatis.............................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................16
5.1 Kesimpulan...........................................................................................16
5.2 Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iv
LAMPIRAN TABEL...........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada awal abad ke-19 orang meyangka bahwa zat-zat dalam tumbuh-
tumbuhan dibentuk oleh sesuatu yang gaib dan belum diketahui sifat-sifatnya.
Kemudian kepercayaan ini lambat laun hilang dan pada tahun 1828 seorang ahli
kimia, Fiedrich Mohler yang dapat membuat ureum dari zat-zat anorganik.Selain
tumbuh-tumbuhan dan hewan, masih ada sumber senyawa hidrokarbon yang
kompleks misalnya, gula, amilum, protein, glukosida, antibiotika, minyak, lemak
dan lain-lain. Dari batu bara diperoleh kokas, gas batu bara yang mengandung
berbagai senyawa organic. Minyak bumi merupakan campuran senyawa-senyawa
karbon, terutama hidrokarbon. Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk
mengetahui sifat-sifat hidrokarbon dan dapat menentukan reakivitas kmia
berdasarkan jenis hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan aromatik).

Prinsip pada percobaan ini adalah mengetahui sifat-sifat hidrokarbon dan


dapat menentukan reakivitas kmia berdasarkan jenis hidrokarbon (jenuh, tak jenuh
dan aromatik) dengan cara memisahkan senyawa hidrokarbon menggunakan
metode sifat fisika dan kimia. Metode pada sifat fisika, kelarutan dan densitas
dalam air dan kelarutan dan densitas dalam dietil eter. Sedangkan dalam metode
kimianya dengan cara pembakaran, uji bromin, uji KMnO4 dan uji H2SO4.
Identifikasi ini bermanfaat untuk sintesis obat-obatan, pendayagunaan bahan
bakar, proses pembuatan sabun, plastik dan lain-lain.

Hidrokarbon merupakan persenyawaan organik yang paling sederhana yang


hanya terdiri dari atom karbon dan atom hidrogen. Meskipun secara biologis
persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon tidak penting, akan tetapi
persenyawaan-persenyawaan biologis dapat dipandang sebagai turunan dari
hidrokarbon (hidrokarbon dipandang sebagai persenyawaan induk). Keluarga
hidrokarbon dapat dilukiskan oleh gambar berikut:

1
Hidrokarbon

Hidrokarbon alifatik Hidrokarbon siklik

(lingkaran)

Alkana Alkena Alkuna Jenuh Tak jenuh

(siklo alkana) (hidrokarbon aromatik)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum identifikasi senyawa hidrokarbon


dan senyawa organic jenuh dan tidak jenuh yaitu:

1. Bagaimana kelarutan dari parafin yang di ampur dengan larutan H2SO4?


2. Bagaimanakah perubahan reaksi yang terjadi pada larutan alkohol ketika
di campur dengan aquades?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum identifikasi senyawa hidrokarbon dan
senyawa organic jenuh dan tak jenuh yaitu:
1. Mampu memahami kelarutan dari parafin yang di campur dengan larutan
H2SO4.
2. Mampu memahami secara seksama perubahan reaksi yang terjadi pada
larutan alkohol yang di campur dengan aquades.

1.4 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui bagaimana kelarutan


hidrokarbon alifatik dan aromatis dan mampu memahami bagaimana perubahan
reaksi yang terjadi pada suatu larutan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Senyawa Hidrokarbon

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana.


Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun
dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita
temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan
lain-lain. Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon
yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan
senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Molekul
yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana berupa gas pada suhu
dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam. (Wilbraham, 1992).

Hidrokarbon alifatik ada tiga, salah satunya yaitu alkena dan alkuna. Alkena
sendiri merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai satu
atau lebih ikatan ganda dua disebut juga hidrokarbon tak jenuh. Atom-atom C
yang membuat ikatan ganda dua ini berhibridasi sp2 dua ikatan yang muncul dari
setiap karbon pada ikatan ganda dua karbon-karbon membentuk sudut 120.
Keempat ikatan keluar dari sepasang karbon yang berikatan ganda dua terletak
pada satu bidang. Alkena yang membawa gugus selain hidrogen pada setiap
karbon pengemban ikatan ganda dua, menunjukkan isometri geometri. Isomer
geometri cis atau trans didasarkan pada gugus substituen pada setiap karbon
pengemban ikatan ganda dua, jika keduanya pada sisi yang sama dari ikatan ganda
dua dinamakan cis, dan bila keduanya pada sisi yang berbeda disebut trans.
Seperti halnya isomer struktur, isomer geometri berbeda sifat fisis dan kimianya.
Alkena juga disebut olefin. Contoh alkena adalah etena (etilena), suatu zat
“anesthetik” yang campurannya dengan udara mudah meledak. Etilena juga
diketajui berperan dalam pematangan buah-buahan (Wilbraham, 1984).

3
Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari
senyawa tersebut.Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut
polar seperti air atau etanol.Sebaliknya , hidrokarbon dapat bercampur dengan
pelarut yang relative non polar seperti karbon tetraklorida (CCl4) atau
diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya .Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagaian besar
pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna ) dapat mengalami reaksi
adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya.

Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu rantai


atau suatu cincin.Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu
rantai lurus atau rantai yang bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu
rantai lurus berarti dari tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih
dari dua atom karbon lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung paling sedikit
sebuah atom karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain.
(Fessenden, 1997).

Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang
berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat
yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain
alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap
karbon. (Petrucci, 1987)

2.2 Penggolongan Senyawa Hidrokarbon


2.2.1 Berdasarkan jenis ikatan
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon
yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu
ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom
karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon
tidak jenuh (Fessenden, 1997).

4
Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai
empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron
terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut
juga parafin yang berarti kurang reaktif.(Wilbraham, 1992).

Hidrokarbon jenuh terdiri atas dua kelompok utama yaitu alkana dan
sikloalkana. Rumus umum senyawa alkana adalah CnH4 dimana menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan
formula CH4. Metana ini mempunyi sifat tidak berwarna dan tidak berbau, sangat
sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan titik leburnya
rendah, dibawah 0 oC.Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil, tidak dapat
bereaksi  dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum terdapat di
laboratorium (Fessenden dan Fessenden, 1982).

2.2.2 Berdasarkan bentuk rantai karbon


Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan hidrokarbon
aromatik dari batu bara. Semua hidrokarbon, alifatik dan aromatik mempunyai
tiga sifat umum, yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan dibanding air dan
terbakar di udara.(Wilbraham, 1992).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga
kelompok besar yaitu :
1. Hidrokarbon alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup
bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai
terbuka atau hidrokarbon siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu:
C2H6 (etana), CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana)
2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon
yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang
biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan
ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari

5
hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang
khas. (Syukri, 1999)

2.3 Penggolongan Hidrokarbon Alifatik


a. Alkana
Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut
hidrokarbon karena didalamnya hanya terkandung atom karbon dan hydrogen.
Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja. Alkana
memiliki rumus CnH2n+2, dimana n adalah bilangan asli yang menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa alifatik. Hal ini
dikarenakan lemak-lemak hewani mengandung rantai panjang yang mirip dengan
alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut


hidrokarbon karena di dalamnya hanya terkandung atom karbon dan hidrogen.
Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja.  Alkana
memiliki rumus umum CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli yang menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa alifatik  (Yunani
= aleiphas yang berarti lemak).  Hal ini dikarenakan lemak-lemak hewani
mengandung karbon rantai panjang yang mirip dengan alkane. (Fessenden dan
Fessenden, 1982). 

Alkana dengan satu formula dapat membentuk beberapa struktur molekul.


Misalnya alkana dengan empat atom karbon dapat membentuk normal butana dan
isobutana, keduanya sama-sama memiliki rumus molekul C4H10.  Hal yang sama
juga terjadi untuk C5H12, dan seterusnya. Suatu senyawa yang memiliki jumlah
dan macam atom sama tetapi berbeda dalam penataannya disebut dengan isomer.
Isomer berasal dari bahasa Yunani isos + meros yang berarti terbuat dari bagian
yang sama. Senyawa seperti butana dan isobutana hanya berbeda pada urutan
atom yang terikat satu sama lainnya, disebut isomer konstitusional.  Alkana rantai
lurus mengandung senyawa atom yang dibangun dengan cara serupa etana.  Tidak
perlu kita terpaku pada titik struktur elektron untuk setiap rantai.  Tulis saja

6
lambang karbon senyawa yang diperlukan untuk mendapatkan panjang rantai,
kemudian isilah dengan hidrogen dan garis-garis yang menggambarkan ikatan
kovalen. Ingat bahwa setiap hidrogen untuk empat ikatan kovalen. (Fessenden dan
Fessenden, 1982).

Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin prum affinis) yang berarti
memiliki afinitas rendah. Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu memiliki
afinitas yang rendah terhadap senyawa lain, dan relative inert. Meskipun
demikian, alkana dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam kondisi yang sesuai.
Alkana bereaksi dengan oksigen selama proses pembakaran, produknya adalah
karbondioksida dan air serta membebaskan sejumlah energi dalam bentuk panas.
Contohnya metana (gas alam) bereaksi dengan oksigen menurut reaksi.
(Fessenden dan Fessenden, 1982).

Alkana merupakan hirokarbon alifatik yang masing masing atom karbonnya


terikat pada empat atom lain. Alkana dikenal juga sebagai parafin atau
hidrokarbon jenuh, selain itu dikenal juga senyawa sikloalkana. Sikloalkana ini
digunakan untuk melukiskan hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana monosiklik
mempunyai rumus empirik CnH2n, Reaksi reaksi yang terjadi pada senyawa alkana
adalah  (Mushoddaq dan sentosa, 2012):
1.  Oksidasi. Reaksi oksidsi sempurna dari alkana adalah gas karbondioksida
dan sejunlah air dan sejumlah energi.
2. Reaksi subsitusi yaitu reaksi penggantian suatu unsur oleh unsur lain yang
terikat pada senyawa alkana.
3. Reaksi sulfonasi yaitu reaksi yang melibatkan asam sulfat, dimana daapt
berlangsung jika  alkana tersebut memiliki atom karbon tertier.
4.  Reaksi nitrasi yaitu reaksi yang melibatkan senyawa nitrat dimnaa  reaksi
ini dapat berjalan dengan mudah jika terdapat karbon tertier.

Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000oC tanpa oksigen akan dihasilkan
alkana dengan rantai karbon lebih pendek.  

7
b. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap
karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih da alam.Etilena, sebagai
contohnya adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen
adalah senyawa terbanyak dalam turpentin. Contoh lainnya adalah beta karoten,
mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna kuning yang
mewarnai wortel.Beta karoten meupakan vitamin pro vitamin A (Fessenden dan
Fessenden, 1982).

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap


karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih di alam.Etilena, sebagai
contohnya, adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen
adalah senyawa terbanyak dalam turpentin.  Contoh lainnya adalah beta karoten,
mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna kuning yang
mewarnai wortel.Beta karoten merupakan pro vitamin A. (Fessenden dan
Fessenden, 1982).

Sebagaimana alkana, alkena yang memiliki percabangan akan mengalami


penurunan sedikit titik didih. Meskipun alkena adalah non polar sedikit lebih larut
dalam air dibandingkan alkana pasangannya. Keadaan ini dimungkinkan karena
elektron  dan alkena yang agak terbuka itu tertarik oleh hidrogen dari air
yang bermuatan positif parsial. Alkena dengan empat atom karbon atau kurang,
berwujud gas dan tidak berwarna, sedangan senyawa yang memiliki lima atom
karbon atau homolog yang lebih tinggi merupakan cairan yang mudah menguap.

Sifat dari alkena hampir sama dengan sifat alkana. Perbedaannya dengan
alkana karena adanya ikatan π yang kurang stabil menyebabkan alkena dengan
jumlah atom karbon yang sama dengan alkana baik titik didih maupun titik
leburnya lebih kecil dari alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).

8
C. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon.
Kedua kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tak jenuh karena memiliki
atom hydrogen perkarbon lebih seidikit dibanding dengan alkane, alkena yang
memiliki percabangan akan mengalami penururna seikit titik didih (Marsuali,
2004).

2.4 Reaksi pada hidrokarbon


Adapun reaksi pada hidrokarbon yaitu sebagai berikut
1. Reduksi dan oksidasi merupakan reaksi-reaksi yang sangat umum di
dalam kimia organic.. Reaksi reduksi adalah reaksi antara satu senyawa
dengan hydrogen, sedangkan reaks ioksidasi adalah reaksi antara satu
senyawa dengan oksigen. Hasil-hasil reduksi (reduction product) dan
hasil-hasil oksidasi (oxidation product) tergantung dari substrat dan
kondisi proses (Sumardjo, 2009).
2. Reaksi adisi artinya penambahan atau penangkapan. Dalam reaksi adisi,
suatu zat ditambahkan ke dalam suatu senyawa yang mempunyai ikatan
rangkap sehingga ikatan rangkap itu berubah menjadi ikatan tunggal
(Sumardjo, 2009)
3. Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom ataugugus dengan atom
atau gugus lain. Jadi, dalam reaksi ini, satu atom atau gugus yang terdapat
dalam ranai utama akan meninggalkan rantai utama tersebut dan
tempatnya yang kosong akan diganti oleh atom gugus yang lain
(Sumardjo, 2009).
4. Eliminasi artinya penghilangan atau pelepasan. Reaksi eliminasi dapat
dianggap kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini, dua atom atau gugus
yang masing-masing terkait pada dua buah atom karbon yang letaknya
berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan
ikatan rangkap (Sumardjo,2009).

9
BAB III
METEDIOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktimum Kimia Organik dilaksanakan pada hari Selasa tiga belas Maret
Tahun 2023, bertempat dilaboratorium Teknologi Rekayasa Kimia Industri,
Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Kampus Politeknik
Bombana, Kelurahan Poea, Kec. Rumbia, Kab. Bombana, Provinsi Sulawesi
Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
 Tabung reaksi
 Erlemeyer
 Pipet tetes
 Kapas
 Gelas ukur
 Gelas kimia
 Pipet gondok

3.2.2. Bahan
 Asam sulfat (H2SO4)
 Parafin
 Etanol/alcohol
 Aquades
3.3 Prosedur kerja
a. Hidrokarbon Alifatis
1. Memasukan 5 ml Lrutan H2SO4 kedalam tabung reaksi menggunakan
labu ukur
2. Larutan tersebut kemudian dipindahkan ke gelas kimia

10
3. Selanjutnya memasukan paraffin cair kedalam larutan H2SO4
sebanyak 5 tetes
4. Kemudian diamati Selama 1 menit perubahan yang terjadi.
5. Catat hasil pengamatan

b. Hidrokarbon Alimatis
1. Mengambil 5 ml alcohol lalu disimpan didalam tabung reaksi ditutup
menggunakan kapas
2. Mengambil aquades sebanyak 5 ml kedalam labu ukur
3. Larutan alcohol tadi kemudian dicampurkan kedalam aquades yang
telah berada di dalam labu ukur,
4. Amati selama 5 menit perubahan apa yang terjadi
5. Catat hasil pengamatan

3.4 Data Pengamatan

Penembahan
No Bahan Sampel Pengamatan
pereaksi

11
3.4. Diagram alir

a. Hidrokarbon alifatis

Persiapan alat dan bahan

ambil 5ml Lrutan H2SO4

Pindahkan ke gelas kimia

Memasukan parafin 5 tetes ke dalam

Amati perubahan yang terjadi

b. Hidrokarbon alimatis

Mengambil 5 ml alcohol

Mengambil aquades
sebanyak 5 ml

Campurkan ke dalam gelas ukur

Amati reaksi yang terjadi

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil pengamatan dari beberapa pencampuran larutan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:

Penembahan
No Bahan Sampel Pengamatan
pereaksi
Reaksi awal yang
terjadi pada tetesan
pertama,parafin
mengalami
5 ml H2SO4 pengkristalan,
Hidrokarbon
Parafin + 5 tetes pembekuan dan tidak
1 alifatis
Parafin menyatu pada H2SO4.
Pada tetesan kedua dan
seterusnya menyatu
dengan kristalan pada
tetesan pertama
Reaksi awal yang
terjadi pada larutan
aquadest dan di
tambahkan alkohol
5ml
mengalami perubahan
aquadest+
Hidrokarbon berupa penguapan dan
5ml alkohol
2 alimatis ada gelembung-
dalam gelas
gelembung kecil dan
ukur
kemudian gelembung
tersebut naik ke atas
dan menyatu dengan
aquadest+alkohol

4.2 PEMBAHASAN

Pada percobaan ini di lakukan identifikasi senyawa hidrokarbon dan


senyawa organik jenuh dan tidak jenuh yang meliputi percobaan sebagai berikut:

4.2.1Identifikasi Hidrokarbon Alifatis

Percobaan ini di lakukan dengan menuangkan 5 ml larutan H2SO4 ke dalam


tabung reaksi menggunakan labu ukur, larutan tersebut kemudian di pindahkan ke

13
gelas kimia. Selanjutnya memasukkan 5 tetes parafin cair kedalam larutan
H2SO4. Pada pengamatan ini reaksi awal yang terjadi pada tetesan pertama
parafin tidak terlarut. Pada parafin mengalami pengkristalan dan pembekuan
sehingga parafin dikatakan tidak dapat menyatu dengan larutan H2SO4. Karena
sesuai dengan Desrorier (2009) mengatakan bahwa dimana sifat parafin itu sukar
bereaksi dengan senyawa lain dan merupakan senyawa tunggal dan mempunyai
ikatan jenuh ( hidrokarbo jenuh asiklik). selanjutnya pada tetesan beikutnya yaitu
pada tetesan kedua dan seterusnya parafin membentuk padatan dan menyatu
ketetesan larutan yang telah memadat pada tetesan pertama tadi.

4.2.2 Identifikasi Hidrokarbon Alimatis


Pada percobaan ini di lakukan dengan terlebih dahulu memisahkan alkohol
yang di simpan di dalam tabung reaksi yang di tutup menggunakan kapas.
Mengambil aquades sebanyak 5ml kedalam labu ukur. Selanjutnya larutan alkohol
tadi kemudian di campurkan ke dalam aquades yang telah berada di labu ukur.
Reaksi awal yang terjadi pada larutan aquades yang di tambahkan alkohol yaitu
mengalami perubahan dengan terjadinya penguapan dan terdapat gelembung-
gelembung kecil yang menempel pada dinding labu ukur, ketika di amati selama 5
menit gelembung-gelembung tersebut naik keatas dan meyatu dengan akuades
serta alkohol sampai pada akhirnya gelembung-gelembung tersebut yang
menempel pada gelas ukur tersebut perlahan-lahan menghilang.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Pada pengamatan larutan hidrokarbon alifatik dengan sampel Parafin,


ditemukan bahwa parafin tidak dapat menyatu dengan H2SO4 karena
sesuai dengan Desrorier (2009) mengatakan bahwa dimana sifat parafin
itu sukar bereaksi dengan senyawa lain dan merupakan senyawa tunggal
yang mempunyai ikatan jenuh ( hidrokarbo jenuh asiklik).

2. Pada pengamatan kelarutan hidrokarbon Alimatis dengan sampel alcohol


disipulkan bahwa larutan alcohol yang dicampur dengan akuades
mengalami perubahan yaitu terjadinya penguapan dan munculnya
gelembung-gelembung oksigen yang naik kepermukaan dan menempel
didinding gelas ukur serta perlahan-lahan menghilang untuk beberapa
menit kemudian.

5.2 SARAN

Ketika praktikum akan berlangsung sebaiknya praktikan menyiapkan


pelindung diri yaitu masker, sarung tangan, kaca mata, karena bahan-bahan yang
di gunakan rentan dengan cairan keras yang dapat menyebabkan bahaya bagi
yang terkena cairan tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.


Jakarta: Bina Aksara
Marsuali.2004. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Mushoddaq, Sentosa. 2012. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga

Petrucci,

Syukri, S. 1999. Kimia dasar 3. Bandung : ITB

Wibraham, antony. 1992. Pengantar kimia organik dan hayati. Bandung : ITB.

iv
LAMPIRAN

v
vi

You might also like