You are on page 1of 13

VARIABEL KOMUNIKASI

DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

Oleh; IRA SUARILAH.,S.Kp

A. Pendahuluan

Ada seorang wanita yang selalu berkomunikasi dengan pria diluar pulau yang tidak
dikenalnya melalui pesawat telepon. Dari hubungan telepon tersebut wanita itu
jatuh cinta pada si pria. Beberapa waktu kemudian si pria akan melamarnya.Pada
hari yang telah ditetapkan datanglah pria ketempat si wanita. Betapa kagetnya si
wanita karena kondisi si pria tidak seperti yang dia bayangkan. Akhirnya si wanita
menolak untuk dilamar si pria. Dari anekdot tersebut dapat dianalisis,hanya
dengan suara merdu dan kata-kata manis mampu mempengaruhi prilaku seseorang
dalam sekejap dan dengan melihat tampilan fisikpun akan mampu mengubah
prilaku seseorang dalam waktu yang relatif singkat. Berati dapat disimpulkan
bahwa besar sekali pengaruh variabel/unsur-unsur komunikasi terhadap
pendapat/opini seseorang tentang suatu hal dalam suatu komunikasi.

Selama dalam proses keperawatan , perawat harus proaktif memberikan pelayanan


keperawatan pada klien dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikososialnya, dan
hal ini sangat dibutuhkan adanya komunikasi. Jadi dalam semua tahap proses
keperawatan perawat harus menggunakan ketrampilan komunikasi, asimilasi dan
transformasi informasi agar pelayanan yang diberikan bisa memberikan kepuasan
pada klien yang dirawat,tentunya dengan memperhatikan variabel yang ada dalam
komunikasi itu sendiri..

Komunikasi merupakan suatu konsep yang mendefinisikan sesuatu yang abstrak dari
gejala-gejala sosial yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan, pertukaran
pesan antarmanusia maka variabel-variabel, unsur-unsur komunikasi yang
dimilikinya dapat menunjukan variasi-variasi nilai dari konsep komunikasi itu
(Singarimbun, 1980).

Jika komunikasi dianggap sebagai proses yang mengandung konsekuensi logis


sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melaui urutan atau melalui tahapan
tertentu,maka untuk memahami tahapan tersebut harus diketahui terlebih dahulu
variabel komunikasi. Para ahli mengemukakan variabel komunikasi relatif berbeda,
namun secara substansi menunjukkan kesamaan maksud.

Variabel atau unsur-unsur adalah suatu fasilitas (orang, benda, situasi)yang


memiliki ciri-ciri yang berfungsi/digunakan dalam suatu kegiatan. Variabel dalam
komunikasi ada yang tetap dan ada yang tidak tetap keberadaannya dalam
rangkaian proses tersebut.

B Penggolongan Variabel. Komunikasi menurut 5 Ahli

1. 1. Eleanor C. Hein
1. referent
2. source-encoder
3. message
4. channel
5. receiver-decoder
6. feedback
2. 2. Gillies (1994)
1. pengirim / komunikator (sender)
2. pesan (message)
3. tanda / simbol (signal)
4. saluran (channel)
5. penerima / komunikan (receiver)
6. suara / kebisingan (noise)
7. umpan balik (feedback)
3. 3. Heri Purwanto (1994)
1. pengirim / komunikator (sender)
2. pesan (message)
3. saluran (channel)
4. metode komunikasi
5. penerima / komunikan (receiver)
6. lingkungan komunikasi
7. umpan balik (feedback)
4. 4. Friedman (1987)
1. pengirim / komunikator (sender)
2. saluran (channel)
3. penerima / komunikan (receiver)
4. umpan balik (feedback)

1. 5. Potter & Perry (1987)


1. referent
2. pengirim / komunikator (sender)
3. pesan (message)
4. saluran (channel)
5. penerima / komunikan (receiver)
6. f. umpan balik (feedback)
2. 6. Variabel Komunikasi Klasik (Ahli, bentuk, variabel dan model proses dari
komunikasi )

C. Variabel-variabel Tetap dalam Komunikasi

Variabel tetap adalah variabel yang selalu ada dalam suatu proses komunikasi.
Ada beberapa macam variabel yang selalu ada dalam suatu proses komunikasi
yaitu :

1. 1. Pengirim

Nama yang diberikan untuk pengirim dalam proses komunikasi berbeda satu dengan
lainnya meskipun isinya sama dengan sender (pengirim). Wilson (1989)
menyebutkan beberapa nama yang lain yaitu komunikator, source, encoder, sender
sebagaiorang yang membagi informasi, ide-ide atau sikap kepada orang lain.

Istilah sender, encoder sebenarnya dianalogi dari kerja komputer dimana komputer
mempunyai sejenis perangkat yang bertugas memilih dan merancang suatu perilaku
sesuai bahasa dan aturan komputer demi penciptaan suatu pesan.

Pengirim dalam rangkaian komunikasi dapat dianggap sebagai pencipta pesan, titik
mulai atau starting point, penginisiatif suatu proses kegiatan komunikasi.

Adalah keliru jika orang menganggap bahwa yang dinamakan pengirim itu harus
dan selalu manusia dalam setiap proses komunikasi apa saja.

Titik mulai suatu pesan dapat berupa seekor burung camar yang sedang terbang di
pantai Kenjeran, suara ayam berkokok, suara jangkrik di waktu malam, langit yang
merah di ufuk barat. Karena terbangnya burung-burung camar, merahnya langit di
ufuk barat juga memberikan pesan bahwa hari sudah menjelang malam dan jam
maghrib.

Kecuali dalam konteks komunikasi antarpribadi maka pengirim, titik awal


penginisiatif, pencipta pesan adalah seorang manusia.

Seorang pengirim menurut Mulyana dan Rakhmat (1990) ialah orang yang
mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan ini mungkin berkisar
dari kebutuhan sosial untuk diakui sebagai individu hingga kebutuhan berbagi
informasi dengan orang lain atau mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang atau
kelompok orang lainnya.

Gambar berikut merupakan titik mulai suatu proses komunikasi, kita sebut dia
sebagai pengirim.

Gambar C. 1. Pengirim

1. 2. Latar Belakang / Referent / Lingkungan komunikasi

Pengirim adalah manusia yang hidup dalam suatu relasi dengan keluarga dan
masyarakat disekitarnya. Mereka sendiri mempunyai ciri-ciri yang khas, sifat-sifat,
pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakannya dengan orang lain. Inilah
yang disebut dengan latar belakang yang dianggap sebagai faktor atau beberapa
faktor yang mempengaruhi pengirim dan penerima dalam komunikasi antarpribadi.

Dalam proses komunikasi antarpribadi, latar belakang telah dianggap sebagai suatu
penopang, penyanggah komunikasi secara utuh.

Gambar C.2. Latar Belakang

Ada dua faktor utama yang menjadi indikator utama penentu keragaman latar
belakang pengirim dan penerima menurut Gamble (1986) :

1. Field of experience (bidang pengalaman)

2. Frame of reference (kerangka rujukan)

Yang dimaksud bidang pengalaman dalam komunikasi adalah bidang objek atau
subjek tertentu yang paling diminati pengirim dan penerima.
Sedangkan kerangka rujukan adalah nilai pandangan seseorang sebagai perpaduan
dari karakteristik :

1. Karakteristik demografis misalnya umur, jenis kelamin, status perkawinan,


penghasilan dan pekerjaan.
2. Karakteristik geofrafis misalnya tempat tinggal di desa, kecamatan,
kabupaten, propinsi, jauh dekatnya seseorang dengan pusat kota, jenis
tempat tinggal.
3. Karakteristik Psikografis, bagaimana seseorang itu hidup setiap hari,
bekerja, menggunakan waktu luang, minat serta pandangannya terhadap
suatu isu tertentu (Philips Kottler dalam Jahi, 1989).

Dalam kenyataannya terdapat beragam factor yang menimpa pengirim dan


penerima. Artinya setiap orang bisa dipengaruhi oleh satu atau ketiga karakteristik
sekaligus. Misalnya seorang Guru, status bujang, tinggal di desa, gaya hidup
sederhana dan rajin dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar.

Latar belakang yang dimiliki individu mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan
tingkah lakunya termasuk tingkah laku komunikasi antarpribadi.

Dalam hal ini referent juga masuk dalam variabel ini. Referent menurut Potter &
Perry diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi individu berkomunikasi dengan
orang lain. Hal ini bisa berbentuk obyek/benda tertentu, pengalaman, emosi dan
ide-ide yang dapat mempengaruhi selama komunikasi berlangsung.

1. 3. Pesan (Rangsangan/ stimulus)

Stimulus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari model umum stimulus-
respon (SR). Berarti setiap stimulus/rangsangan yang berasal dari suatu sumber
akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya (Mc. Quail,
1981).

Cherry (1978) dan Krech (1984) mengatakan bahwa stimulus itu ibarat suatu
informasi/ isi pernyataan dalam bentuk bahasa, kode, maupun system tanda yang
masuk akal. Dengan alas an itu maka Cherry (1978) mengatakan bahwa komunikasi
adalah penciptaan interaksi social individu dengan menggunakan tanda-tanda yang
tegas. Atau komunikasi adalah pembagian unsure-unsur perilaku, atau cara hidup
melalui pemakaian tanda-tanda.

Rangsangan (lebih teknis disebut stimulus) komunikasi adalah tanda-tanda yang


bisa berupa bahasa, kode atau system tanda yang nalar. Jadi komunikasi juga
merupakan penggunaan tanda-tanda yang bermakna untuk membina hubungan
social.

Gambar C.3. Pesan

Pesan sebagai stimulus dalam proses komunikasi bisa beraturan dan tidak
beraturan (Cassagrande, 1987).

Stimulus beraturan merupakan stimulus atau pesan yang tersusun secara baik,
lengkap, dapat dihitung, dapat dikenal, dapat dipahami sebagai suatu pesan yang
dapat diuraikan dan dimengerti.
Misalnya ada orang yang mampu menirukan bentuk bunyi ringkikan kuda, kokok
ayam, rauman harimau, maka tiruan itu tersusun demikian teratur sehingga bunyi
itu diuraikan dengan pesan yang berarti ringkikan kuda, rauman harimau, kokok
ayam.

Dalam terminologi pesan, yang dimaksud dengan keteraturan misalnya mengikuti


hokum-hukum bunyi, tata aturan dan santun bahasa, gerak tubuh dan ekspresi
wajah yang telah disepakati sehingga semuanya dapat dijelaskan.

Stimulus yang tidak beraturan adalah stimulus yang sembarangan, tidak tersusun,
tidak terstruktur, tumpang tindih. Stimulus demikian tidak bisa diterjemahkan,
tidak dimengerti ketika terlihat, terbaca, terdengar, teraba sehingga tidak dapat
dijelaskan artinya.

Misalnya anda berdiri di luar sebuah ruangan dan mendengar sejumlah kaleng
berbunyi (atau dibunyikan anda tidak tahu), apa yang anda tebakm terjadi di
ruangan itu? Mungkin saja kaleng itu terjatuh dab berguling, atau seorang tukang
sedang mengerjakan ember, mungkin pula anjing sedang mengorek isi kaleng.
Bunyi seperti itu tidak mempunyai arti apa-apa, akrena anda tidak mengerti
sehingga tidak bermakna dan tentu saja tidak dapat dijelaskan.

Pesan dalam proses komunikasi antar pribadi adalah pesan. Pesan dapat
disampaikan dengan memperhatikan beberapa hal (Krecht, 1984) :

1. Frekuensi tertentu

Misalnya suatu pesan disampaikan berulang-ulang kali sehingga menarik perhatian

1. Intensitas tertentu

Misalnya pesan harus menampilkan daya tarik yang aneh, lain daripada kebiasaan
yang normal.

1. Gerak dan Perubahan

Pesan yang hidup dan dinamis yang seolah-olah mengajak orang lain untuk
memperhatikan

1. Jumlah yang lain daripada biasanya.

Dapat disimpulkan bahwa setiap pesan bisa berbentuk kata-kata, bunyi-bunyi


(dalam system bahasa verbal), warna, yang dipahami sebagai suatu stimulus
beraturan dengan frekuensi, intensitas, gerak dan perubahan maupun jumlah
tertentu. Sebaliknya stimulus yang tidak beraturan terdiri dari kata-kata yang tidak
jelas, bunyi yang tidak teratur, bahasa(tertulis dan terucap) yang tidak dimengerti,
bau yang tidak jelas, warna-warna yang kabur yang tidak mewakili suatu konsep,
suara desisan yang tidak berarti. Dalam kehidupan manusia justru sangat banyak
stimulus pesan yang tidak teratur, tidak berstruktur dan sukar dipahami.

1. 4. Saluran (Media/Channel)

Saluran dapat diartikan dengan tempat terbaik yang dipilih sebagai wahana yang
akan dilalui stimulus/pesan atau tempat yang dilalui pesan.

Ada sementara ahli komunikasi yang menyebutkan bahwa dalam komunikasi antar
pribadi dengan tatap muka tidak terdapat saluran/ media/ channel, karena kedua
orang yang terlibat didalamnya tidak menggunakan bantuan alat-alat lain untuk
berhubungan (missal : telepon, surat, radio, telex dan lain-lain). Namun ada pula
ahli komunikasi yang menolak pendapat yang membagi komunikasi antar pribadi
atas komunikasi tatap muka/kontak langsung dan komunikasi bermedia.

Namun Wilson (1989) menyanggahnya dan mengemukakan bahwa yang disebut


dengan saluran adalah jalan dimana suatu pesan dilewatkan. Dalam komunikasi
antar pribadi tatap muka kita dapat menggunakan perasaan, penglihatan, suara
dan perabaan sebagai saluran untuk mengkomunikasikan pesan. Beda dengan
media dalam komunikasi massa yang menggunakan perangkat tekhnologi pembagi
atau penyebar seperti buku, surat kabar, majalah, film, radio dan televisi.
Disinilah letak perbedaan antara komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi
yang pesan-pesannya bergerak menemui sejumlah orang pada jarak yang jauh.

Pendapat Wilson ini mengingatkan kita bahwa setiap media mempunyai ciri-ciri
dan cara tersendiri, keunggulan dan kekurangannya yang khas, mempunyai saluran
tempat stimulus/pesan melintas dari pengirim kepada penerima.

1. 5. Penerima

Penerima disebut juga destination, audience, decoder, komunikan. Penerima


sebagaimana pengirim tidak selalu seorang manusia karena penerima adalah
seorang (sesuatu) yang menerjemahkan pesan.. Bisa juga diartikan bahwa
penerima (dalam komunikasi antar pribadi seorang manusia! ) adalah suatu unsur
yang sangat penting karena tanpa penerima pesan itu tidak ada sasarannya. Jadi
penerima merupakan titik akhir, terminal dari tujuan pesan, ialah seorang
pengumpul, penerjemah akhir suatu pesan.

Sebagaimana halnya pengirim, maka seorang penerimapun akan menerima,


menerjemahkan, mengerti pesan yang dikomunikasikan dengan dipengaruhi oleh
latar belakang yang dimilikinya. Faktor-faktor itu misalnya karakteristik
demografis, geografis, psikografis.

1. 6. Umpan Balik

Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur tetap yaitu umpan balik. Fungsi
umpan balik antara lain adalah mengontrol keefektifan pesan yang disampaikan
oleh pengirim kepada penerima. Umpan balik merupakan reaksi terhadap pesan
bahwa penerima sudah menerima pesan dan memahaminya.

Pengirim menerima kembali pesan yang berbentuk stimulus dari seorang penerima
dalam proses umpan balik komunikasi. Stimulus pesan tersebut ada yang beraturan
dan ada yang tidak beraturan. Umpan balik yang diterjemahkan penerima
kemudian diterjemahkan lagi oleh pengirim. Dalam suatu proses komunikasi ,
proses ini terus menerus berlangsung membentuk satu lingkaran yang tak ada
habisnya. Artinya dalam komunikasi antar pribadi terjadi proses dialogis sehingga
kita tidak dapat mengetahui siapa yang menjadi komunikator dan komunikan.

Dalam komunikasi antar pribadi dikenal ada beberapa jenis feedback/umpan balik
(Santoso, 1980) :

1. External Feedback

Feedback yang diterima komunikator berasal dari luar dirinya. Misalnya feedback
langsung dari komunikan.
1. Internal Feedback

Feedback yangberasal dari dalam diri komunikator sendiri. Misalnya bila kita
mendengar suara kita sendiri yang salah ketika mengucapkan sesuatu atau
kesalahan dalam menulis sesuatu setelah diperiksa sendiri oleh komunikator.
Feedback tersebut bukan berasal dari komunikan.

1. Direct Feedback atau Immediate Feedback

Umpan balik yang sifatnya langsung dalam komunikasi tatap muka. Misalnya
anggukan kepala komunikan kepada komunikator.

1. Indirect Feedback atau Delayed Feedback

Umpan balik melalui media yang memerlukan waktu tertentu, misalnya melalui
surat kepada redaksi surat kabar, penyiar radio atau televisi dan sebagainya.

1. Inferential Feedback

Umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh
komunikatornya. Hal ini karena ada gejala-gejala lain yang dapat diamati oleh
komunikator meskipun pesan itu secara tidak langsung akan tetapi cukup relevan
dengan pesan yang disampaikan. Misalnya para pemirsa televisi sering mematikan
televisi pada waktu ada siaran pembangunan dan menghidupkan pada waktu siaran
musik atau film.

1. Zero Feedback

Terjadi kalau pesan yang dikirim kembali oleh komunikan tidak dipahami oleh
komunikator.

7. Neutral Feedback

Umpan balik yang netral yang berarti bahwa umpan balik yang diterima kembali
oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang telah disampaikan semula.

1. Positif Feedback

Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan


positif, misalnya pernyataan setuju dari komunikan terhadap pesan yang
disampaikan.

1. Negatif Feedback

Pesan yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan atau penolakan


dari komunikan.

Dari 9 bentuk feedback tersebut, yang sering terjadi dalam komunikasi antar
pribadi adalah nomor 1, 2, 3, 6, 7, 8 dan 9.

Model Komunikasi

Dari seluruh variabel komunikasi yang disebutkan diatas, terbentuklah suatu

rangkaian model komunikasi sebagai suatu proses.


1. 7. Gangguan Entropi

Istilah entropi diambil dari pendapat Shanon dan weaver, yang untuk pertama kali
digunakan dalam menjelaskan paradigma mekanisme komunikasi. Konsep entropi
merupakan analogi gangguan terhadap seluruh sistem mekanik,aliran listrik.
Komunikasi antar pribadi dianggap sebagai suatu proses mekanik yang kompleks,
canggih dari awal sampai akhir sehingga mudah sekali terkena gangguan pada
subsistem pendukung (Cassagrande, 1987).

Menurut Shanon dan weaver, entropi merupakan suatu konsep untuk menjelaskan
bagaimana pesan komunikasi itu bisa tersesat atau kabur dalam suatu rangkaian
proses yang menghasilkan pesan tidak beraturan. Setiap unsur dalam sistem
komunikasi dapat mengalami atau mengakibatkan gangguan entropi.

Entropi merupakan satu faktor yang sangat kuat yang menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya :

1. Konstruksi/susunan pesan yang dibangun oleh pengirim


2. Daya maju suatu pesan dari pengirikm ke penerima dan kembali lagi ke
pengirim
3. Penerjemahan pesan oleh penerima maupun umpan balik pesan oleh
pengirim
4. Reaksi pemilihan pesan dari penerima terhadap pengirimnya.

1. 8. Suasana/Setting/ Noise

Banyak orang melukiskan suasana sekedar suatu tempat sebara fisik yang
memberikan suatu makna tertentu. Jika dipahami secara substantif maka suasana
tidak sesederhana itu. Secara khas suasana adalah lingkungan dimana proses
komunikasi itu bergerak. Meskipun kita dapat menulis,membaca, menari,
menggambar, melawak diberbagai tempat dan waktu namun yang penting adalah
suasana. Komunikasi antar pribadi akan sukses jika orang memperhatikan suasana.

Contoh :

Seseorang akan dianggap sinting kalau tertawa pada saat melayat suatu kematian,
melawak tidak bisa diadakan waktu sekelompok orang sedang Sholat dan berdoa
Idul Fitri dan sebagainya.

Setting atau suasana membantu kita untuk menerangkan apa dan bagaimana
variasi unsur-unsur komunikasi mengambil suatu posisi dalam proses komunikasi.

Noise bisa dimasukkan dalam variabel ini karena suara/kebisingan merupakan


bagian atau sub sistem dari suasana/setting itu sendiri. Noise bisa diartikan sebagai
segala bunyi-bunyian atau suara yang terkontrol atau tidak terkontrol didalam
lingkungan komunikasi berada yang dapat mempengaruhi
(mempermudah/menggangu) proses komunikasi itu sendiri

1. 9. Metode komunikasi

Metode komunikasi adalah segala cara yang dipergunakan oleh pelaku komunikasi
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. Pesan dapat disampaikan secara
langsung atau melalui media tertentu. Secara mendasar pesan dapat disampaikan
melalui dua cara yaitu secara verbal dan non verbal (Potter & Perry ,1987).
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan melalui ucapan lisan termasuk
penggunaan tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang
dilakukan melalui posisi tubuh tertentu, sentuhan tangan, pengaturan jarak,
isyarat tertentu, ekspresi raut wajah, gerakan tubuh, pakaian dan perlengkapan
atau perhiasan yang dikenakan (Kipling, 1994).

1. 10. Tanda/ Lambang/Simbol (Signal)

Selama proses komunikasi terjadi, pelaku komunikasi akan menggunakan


lambang/simbol/tanda dalam penyampaian maksud kepada lawan komunikasi.
Penggunaan jenis lambang tergantung pada jenis komuniksa apa yang digunakan
oleh pelaku komunikasi. Lambang komunikasi bisa berupa kata,gambar, tindakan,
dan angka.

a. Lambang komunikasi berupa kata dipergunakan untuk menunjukkan pengertian-


pengertian yang tidak nyata dan tidak terlihat. Karena menggunakan lambang
tertentu (ex : gambar) saja kadang menimbulkan kesulitan dalam pengertian dan
pemahaman. Penggunaan kata yang efektif dalam komunikasi harus mengingat
masalah semantik (pemilihan kata dan perangkaian kalimat sehingga
mempermudah tercapainya tujuan komunikasi secara efektif) dan situasi dimana
komunikasi berlangsung.

1. Lambang komunikasi berupa tindakan akan lebih kelihatan penekanannya


daripada kata-kata. Pengertian yang ditimbulkan juga berbeda-beda
tergantung latar belakang dan posisi daripada komunikator.
2. Lambang komunikasi berupa gambar menunjukkan kekuatan dalam
penyampaian maksud dan pengertian kepada komunikator. Kecenderungan
serta tindak lanjut dari pengertian yang ditimbulkan akan dapat diramalkan.
3. Lambang komunikasi berupa angka dipergunakan untuk memperlihatkan
data-data statistik. Komunikan akan lebih terkesan dengan penggunaan
lambang angka, apabila komunikasi yang dilaksanakan untuk tujuan
persuasif (mengajak, mempengaruhi,menyenangkan, tujuan promotif)

Faktor-faktor pembentukan pengertian agar lambang-lambang komunikasi bisa


efektif adalah adanya perhatian. Kebanyakan komunikasi dilaksanakan secara lisan
sehingga komunikan harus mempergunakan pendengaran. Terdapat 3 jenis sifat
pendengaran .

a. Pendengaran marginal yaitu suatu proses memberikan sedikit perhatian kepada


pembicara. Kelemahan dari pendengaran ini mengakibatkan salah faham.

b. Pendengaran evaluatif yaitu suatu proses memberikan perhatian penuh sehingga


komunikasi yang berlangsung terasa terlalu cepat bagi pembicara/komunikan.

c. Pendengaran projektif yaitu proses suatu proses memberikan perhatian secara


kritis dan kreatif dengan cara mendengarkan, memberikan kritik, menyetujui dan
tidak menyetujui.

D. Variabel-variabel Tidak Tetap dalam Komunikasi

Variabel tidak tetap adalah variabel yang tidak selalu ada dalam suatu
komunikasi. Menurut beberapa ahli ada beberpa macam variabel yang tidak selalu
ada dalam suatu proses komunikasi yaitu :
1. Alo Liliweri (1997)

a. Pengalaman

Pengalaman atau experience merupakan suatu catatn kenangan atas objek, orang,
kejadian, peristiwa di waktu yang lalu. Pengalaman mempengaruhi seseorang
untuk mengantisipasi masa yang akan datang. Perbedaan pengalaman itu
disebabkan oleh perbedaan karakteristik misalnya lingkungan demografis, geografis
dan psikografis tertentu. Akibatnya adalah ada perbedaan dari lapangan
pengalaman (Field of Experience) yang dapat menghasilkan kesenjangan
komunikasi.

Contoh : Komunikasi antar budaya lintas budaya. Jenis komunikasi seperti ini
dilakukan dengan sangat hati-hati berhubung setiap gerakan tubuh sebagai
lambang komunikasi yang bagi satu suku mengandung nilai dan norma positif yang
pada suku lain mungkin merupakan suatu cacian.

Misalnya bentuk sapaan dan perpisahan di Amerika Latin dengan jabat tangan, cara
yang lebih ramah adalah dengan meletakan tangan kiri diatas bahu orang lain
ketika berjabat tangan.

Cara yang lebih intim adalah saling meletakan kedua tangan diatas kedua bahu
masing-masing. Bila cara ini dilakukan di Jawa Tengah maka melanggar batas-batas
budaya setempat dengan perilaku yang tidak diterima.

Contoh lain dalam bahasa verbal antar etnik. Misalnya mengucapkan kata Bendung
Sutami di Jawa Barat jauh lebih terhormat sehingga pesan itu diterima dibanding
dengan Waduk Sutami, karena kata Waduk bagi orang sunda berarti kotoran
manusia.

Pengalaman berhubungan di masa lalu akan membuat seseorang lebih berhati-hati


dalam berhubungan dengan orang lain agar dapat diterima dengan baik.
Pengalaman membuat kita harus mengkoordinasikan pikiran, perasaan dan
perbuatan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

1. b. Pandangan yang Bias

Setiap kejadian dalam dunia alamiah dapat dijelaskan dalam ruang dan waktu.
Objek peristiwa bisa sama namun pandangan bisa berbeda sesuai dengan apa yang
dilihatnya pada waktu itu saja tanpa merujuknya pada pengalaman, ruang dan
suasana.

Contoh :

Seorang Ibu yang menangis pada hari pengambilan STTB anaknya yang nakal yang
kebetulan lulus dari SMA berbeda dengan seorang Ibu yang menangis ketika sang
anak mendadak menerima berita lulus Sipenmaru dan masuk Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.

Pandangan yang bias yang sekilas turut memberi arti terhadap sesuatu. Hal itu
mengingatkan kita pada 6 orang buta yang diminta menjelaskan bentuk seekor
gajah setelah meraba tubuh gajah.

Orang Pertama : Meraba bagian samping tubuh gajah mengatakan gajah adalah
seekor binatang berbentuk dinding
Orang Kedua : Meraba ujung taring mengatakan gajah adalah berbentuk anak
panah

Orang Ketiga : Meraba belalai gajah mengatakan gajah berbentuk seperti ular

Orang Keempat : Meraba lutut gajah mengatakan bahwa gajah seperti pohon

Orang Kelima : Meraba telinga gajah mengatakan bahwa gajah seperti kipas

Orang Keenam : Meraba ekor gajah yang diayunkan mengatakan gajah seperti
tali.

Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesimpulan penginderaan


mereka benar sesuai dengan perabaan mereka, akan tetapi pendapat mereka salah
karena tidak sesuai dengan konsep gajah yang sebenarnya. Peran alat-alat indera
saja tidak cukup untuk memahami suatu objek.

Namun jika hasil konsepsi keenam orang tersebut digabungkan dan dikonstruksi
seperti seekor gajah yang benar-benar berbentuk binatang, benar-benar
menunjukan hasil bias yang luar biasa (lihat gambar).

Ketika berkomunikasi antar pribadi kadang-kadang seorang komunikator dan


komunikan secara sengaja menutupi sebagian pesan sehingga menimbulkan
pandangan yang bias.

Contoh lain setelah mengajar,seorang dosen meminta peserta didik menceritakan


kembali apa yang telah diterangkan, hasilnya akan berbeda antara yang satu
dengan yang lain, masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda malah
menjadi bias.

Oleh karena itu komunikator harus pandai melihat dan memahami bahwa umpan
balik pesan telah bias dan jauh dari apa yang dimaksudkan sehingga dapat
diluruskan kembali.

1. c. Harapan berlebihan yang sesuai dengan karakteristik pribadi

Unsur terakhir adalah efek pesan yang disesuaikan dengan profesi seseorang, akan
mudah diterima daripada pesan yang lain. Kadang-kadang efek terpaan suatu
pesan menimbulkan umpan balik yang berbeda-beda antar pribadi. Salah satu
sebabnya adalah terlalu besarnya harapan seseorang (baik komunikator maupun
komunikan) agar isi pesan benr-benar sesuai dengan harapan maupun visi kedua
pihak dalam komunikasi.

Masyarakat kampus yang senantiasa hidup dalam suasana ilmiah mengharapkan


suatu pesan sesuai dengan visi mereka yaitu informasi yang ilmiah (unsur kognitif
lebih diutamakan daripada afektif). Sedangkan Masyarakat Paguyuban misal
Perhimpunan Keluarga Ambon lebih mengharapkan unsur afektif dan satu persaan
“ingat Ambon” daripada efek lain. Jadi setiap orang, kelompok orang dan
masyarakat mempunyai harapan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik
pribadinya.
2. Arwani (2003)

1. a. Persepsi

Persepsi merupakan pantulan “perasaan jiwa” seseorang terhadap suatu stimulus


tertentu yang terjadi di lingkungannya, baik yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan maupun diluar dirinya atau dihadapannya..Masing-masing orang akan
merasakan, menginterpretasikan dan memahami lingkungannya secara berbeda.
Persepsi biasanya terbentuk melalui tujuan dan harapan individu. Perbedaan
persepsi dapat menjadi batu sandungan untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Padahal, persepsi seseorang sangat sulit untuk diubah terutama yang telah
mengakar lama dalam pikiran dan terjadi pada pengalaman yang sama. Persepsi
seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang dipunyai,
budaya, sosial ekonomi, ras, jenis kelamin dan juga pengalaman yang mereka
alami sebelumnya.

1. b. Nilai

Nilai disini merupakan keyakinan seseorang tentang nilai suatu ide atau tingkah
laku. Menilai suatu tingkah laku atau ide berarti menemukan apakah itu semua
cocok untuk orang lain atau tidak. Nilai yang dimiliki seseorang akan
mencerminkan kebutuhan atau keinginan yang dimiliki, budaya dan refleksi sosial
yang disandangnya, termasuk pola hubungan atau interaksi dengan orang lain. Nilai
masing-masing orang sangat bervariasi dan akan berubah serta berkembang setiap
saat. Seseorang yang memiliki sistem nilai yang berkembang baik akan
mempermudah cara dia menentukan keputusan untuk suatu tindakan tertentu.
Nilai juga akan mencerminkan apa yang seseorang pertimbangkan penting dalam
hidupnya. Perbedaan pengalaman dan harapan akan membentuk nilai yang
beragam pula. Nilai akan mempengaruhi bagaimana seseorang mampu
mengekspresikan ide-idenya dan juga bagaimana individu dapat
menginterpretasikan ide-ide yang datang dari orang laian. Sehingga konflik nilai
bisa saja terjadi jika nilai yang dimiliki seseorang menjadi berbeda dengan yang
dimiliki orang lain.

1. c. Emosi

Emosi akan sangat mempengaruhi jalannya komunikasi karena dimaknai sebagai


perasaan subyektif seseorang tentang kejadian dan mempengaruhi bagaimana
individu menggunakan kapasitas yang dimiliki dan bagaimana dia berhubungan
dengan orang lain (Potter & Perry, 1987). Dalam hal ini perawat harus mampu
memfasilitasi proses komunikasi sehingga emosi tidak akan bercampur dengan
optimalisasi tindakan keperawatan yang sedang diberikan. Bagaimanapun perawat
harus mampu menunjukkan rasa empati. Biasanya dalam kasus ini jaringan
pendukung komunikasi diperlukan antara perawat dan klien untuk mengekspresikan
kemungkinan terjadinya gangguan emosi.

1. d. Latar Belakang Sosiobudaya

Budaya yang dipunyai seseorang akan membentuk pandangan umum dan persepsi
yang dimilikinya tentang dunia tempat mereka tinggal. Bahasa, gerak-isyarat
(gesture), dan sikap seseorang akan mencerminkan budaya yang dimilikinya
(cultural origins). Dalam kapasitas ini, seorang perawat harus mampu menerima
perbedaan latar belakang budaya klien dan perawat harus mampu bertukar
kebudayaan yang dimilikinya dengan bentuk budaya yang melekat pada klien.

1. e. Pengetahuan
Perbedaan tingkat pengetahuan akan membuat proses komunikasi semakin sulit.
Pengetahuan merupakan hasil dari perkembangan dan pendidikan. Oleh karena itu,
wajar jika semakin tinggi perkembangan dan pendidikan seseorang akan semakin
kompleks pula bahasa yang dipakai dalam proses komunikasi. Dalam kasus
ini,pemakaian bahasa yang lazim digunakan sangat membantu dalam
mengkomunikasikan atau menjembatani perbedaan yang terjadi.

1. f. Peran dan Pola Hubungan Seseorang

Ada seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain menggunakan pola peran dan
hubungan yang tepat sesuai dengan peran dan pola hubungan yang dipunyai lawan
bicaranya. Akan tetapi, dapat pula terjadi peran dan pola hubungan di antara
mereka sangat berbeda. Jika demikian keadaannya, konflik komunikasi
kemungkinan besar bisa terjadi. Karenanya, beberapa strategi dapat digunakan
untuk mengeliminasi perbedaan tersebut misalnya dengan menentukan secara
tepat kapan menggunakan komunikasi secara formal dan kapan secara informal,
misalnya dengan siapa kita bicara. Artinya, kita harus mampu mengidentifikasi
peran dan pola hubungan seperti yang dimiliki lawan bicara kita.Sehingga,
komuniksai yang efektif dapat diciptakan ketika pelaku komunikasi menyadari pola
peran dan hubungan yang dimiliki masing-masing.

1. g. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan bisa berupa lingkungan fisik dan non fisik atau mental-psikologi.
Proses komunikasi akan menjadi lebih efektif jika dilakukan pada kondisi yang
nyaman dan kondusif. Kebisingan atau gangguan dan pembatasan hak pribadi
kemungkinan dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidaknyamanan
dalam komunikasi. Sehingga lingkungan yang membingungkan akan jelas-jelas
menganggu proses komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. Pt. Citra Aditya Bakti.

Arwani, 2003 Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta. EGC.

Eleanor C. hein, 1990 Communication in Nursing Practice Ed 2, America, Brown


and Company

Gillies,1994 Nursing Management : a System Approach

Heri Purwanto, 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta. EGC

Potter & Perry, 1987. Fundamental Nursing. Toronto. Mosby Company.

You might also like