You are on page 1of 14

1.

Struktur Atas (Upper Structure)


Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas
muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok,dinding geser dan
tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.

Komponen-komponen struktur gedung bagian atas


a. Kolom

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom
termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

b. Balok

Balok merupakan bagian struktur beton bertulang yang digunakan sebagai dudukan
lantai dan pengikat kolom lantai atas yang berfungsi sebagai rangka penguat horizontal.
c. Plat Lantai 

Plat lantai merupakan lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan
lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-
kolom bangunan.

d. Tangga

Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan anak
tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.
e. Dinding Geser

Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang langsing
vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser berbentuk
persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya
diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral tanpa
mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.

6. Atap

Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup. Penopang rangka atap
adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-
kuda. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu
luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat
penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang
pada saat memasang/memperbaiki atap).
2. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Pondasi dangkal
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya 
kedalaman pondasi didirikan  kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai
dengan kedalaman kurang dari 3 meter.  Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika
tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan
dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu
tinggi, pondasi dangkal  umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau
sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk,  pondasi dangkal juga
tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda  dan jenis tanah deposito
aluvial, dan lainnya. Yang termasuk dalam pondasi dangkal adalah sebagai berikut :
a) Pondasi Tapak (Pad Foundation)

Pondasi tapak (pad foundation)  digunakan untuk mendukung beban titik individual


seperti  kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan
(melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini  biasanya terdiri dari lapisan
beton bertulang dengan  ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad  dapat juga
dibuat dalam bentuk bertingkat  atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan   untuk
menyebarkan beban dari kolom berat. Pondasi  tapak disamping diterapkan dalam
pondasi dangkal dapat juga digunakan untuk pondasi dalam.

b) Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundation)


Pondasi jalur/pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah
jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban
garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom 
dimana penempatan kolom  dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak
terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan.
Pondasi jalur/pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang
dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi
dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan
pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga
menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban
struktural. 

c) Pondasi Tikar (Raft foundation)

d) Pondasi tikar/ pondasi raft   digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas
area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur.  Pondasi raft digunakan
ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan pondasi pada
saling berinteraksi. Pondasi raft  biasanya terdiri dari pelat beton bertulang  yang
membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki keunggulan
mengurangi penurunan setempat  dimana  plat beton akan mengimbangi  gerakan
diferensial antara posisi beban.  Pondasi raft sering dipergunakan pada tanah lunak
atau longgar dengan kapasitas daya tahan  rendah karena pondasi radft  dapat
menyebarkan beban di area yang lebih besar. 

e) Pondasi Rakit/ Raft Foundation

Pondasi rakit adalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar permukaan
dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa jalur dengan tanah.
Digunakan di tanah lunak atau susunan jarak kolomnya sangat dekat di semua
arahnya, bila memakai telapak, sisinya berhimpit satu sama lain. 
f) Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 cm


dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur
dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian atasnya. Pondasi ini kurang
populer sebab banyak kekurangannya, diantaranya boros adukan beton dan untuk
ukuran sloof haruslah besar. Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati.
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50
kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada
bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.  

g) Pondasi Umpak

Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan jenis
pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh
pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur,
serta angkur yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian
bawah umpaknya atau tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang
dilunakkan, sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah
pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.
h) Pondasi Plat Beton Lajur

Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung
sederetan kolom Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari
beton bertulang dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali.
Ukuran lebar pondasi lajur ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali,
yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu
kali. berjarak dekat dengan telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.

2) Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan  permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan
kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang  pada kedalaman lebih
dari  3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat digunakan untuk
mentransfer beban ke lapisan  yang lebih dalam untuk mencapai kedalam
yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur
bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari.  Jenis-jenis pondasi dalam adalah sebagai berikut :
a) Pondasi Tiang Pancang

Pada dasarnya tiang pacing sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan
bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung
ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena
ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-
tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah)
kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan
untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton
bertulang. 

b) Pondasi Piers  (dinding diafragma)

Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat


dengan cara  melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier
dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier  adalah
bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan  membangun pondasi
dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan
pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan jenis
pondasi tidak menjadi normal.  Pondasi pier  standar dapat dibuat dari beton
bertulang precast.
c) Pondasi Caissons (Bor Pile)

Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam permukaan
tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara
membuat lobang dengan sistim pengeboran  atau pengerukan tanah. Setelah
kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan pengecoran
beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor.

3. Persyaratan teknis fasilitas dan sarana pada bangunan gedung bertingkat antara lain :
1) Ukuran dasar ruang
Ukuran dasar ruang, yaitu ukuran dasar ruang tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi)
mengacu kepada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang
yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan penggunanya.

2) Jalur pedestrian
Jalur pedestrian yaitu jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi
penyandang disabilitas secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang
untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan.

3) Jalur pemandu
Jalur pemandu yaitu jalur yang memandu penyandang disabilitas  untuk berjalan
dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan.

4) Area parkir
Area parkir yaitu tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang disabilitas
sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada
tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang
(Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk
penyandang disabilitas untuk naik atau turun dari kendaraan.

5) Pintu
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat
untuk masuk dan keluar dan pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu).

6) Ram
Ram yaitu jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai
alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.

7) Tangga
Tangga yaitu fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang
memadai.

8) Lift
Lift yaitu alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di dalam
bangunan, baik yang digunakan khusus bagi penyandang disabilitas maupun yang
merangkap sebagai lif barang.

9) Lift tangga
Lif tangga (stairway lift) yaitu alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan
vertikal dalam bangunan, yang digunakan khusus bagi penyandang disabilitas secara
individu.

10) Toilet
Toilet yaitu fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang, termasuk penyandang
disabilitas dan lansia pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.

11) Pancuran

Merupakan fasilitas mandi dengan pancuran (shower) yang bisa digunakan oleh semua
orang, khususnya bagi pengguna kursi roda.

12) Wastafel
Merupakan fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bisa
digunakan untuk semua orang.

13) Telepon

Merupakan peralatan komunikasi yang disediakan untuk semua orang yang sedang
mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.

14) Perlengkapan dan peralatan control

Merupakan perlengkapan dan peralatan pada bangunan yang bisa mempermudah


semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orangtua, orang sakit, balita dan ibu-
ibu hamil) untuk melakukan control peralatan tertentu, seperti system alarm,
tombol/stop kontak dan pencahayaan.

15) Perabot
Perletakan/penataan layout barang-barang perabot bangunan dan furniture harus
menyisakan/memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.

16) Rambu dan marka

Fasilitas dan elemen bangunan yang digunakan untuk memberikan informasi, arah,
penanda atau penunjuk, termasuk di dalamnya perangkat multimedia informasi dan
komunikasi bagi penyandang cacat.

4. Manajemen penggunaan material di lapangan :


1) Tahap Pemilihan Material
Tahap ini dimulai ketika surat perintah pembelian telah masuk kebagian pembelian.
Dari surat permintaan pembelian yang masuk, seorang petugas pembelian dari pihak
kontraktor kemudian melakukan pemilihan dengan memperhatikan kriteria-kriteria
sebagai berikut :
- Jenis material yang akan dibeli
- Volume material yang akan dibeli
- Mutu dan kualitas dari material yang akan dibeli
2) Pemilihan Pemasok
Pada tahap ini, pihak kontraktor memilih alternatif mancari sumber pemasok dengan
cara survey pamasok.
3) Tahap Pembelian Material
Tahap pembelian merupakan tahap melakukan transaksi jual beli antara pihak
pemasok dengan pihak kontraktor.
4) Tahap Pengiriman Material
Proses pengiriman merupakan proses yang sangat penting dalam menjaga material
yang dikirim kelokasi proyek sesuai dengan jadwal yang telah disepakati di dalam surat
perjanjian pembelian material. Lampiran surat perjanjian pembelian material
merupakan acuan pokok yang harus dimiliki oleh seseorang petugas pengiriman untuk
melakukan tindakan apabila terjadi hal-hal diluar perjanjian.
5) Tahap Penerimaan Material
Pada tahap ini pengantar material akan mengikuti beberapa prosedur yang berkaitan
dengan penerimaan material dilokasi proyek.
- Pengantar material akan menerima catatan penerimaan kemudian menyerahkan
kembali ke petugas penerimaan. Dibawah ini dapat dilihat salah satu pengisian
catatan penerimaan material dari salah satu jenis material.
- Pengantar material diharuskan melapor ke petugas penerimaan untuk pemeriksaan
kualitas dan kuantitas. Kemudian petugas penerimaan akan mengisi format seperti
di bawah ini.
- Dikarenakan ada beberapa material yang tidak memenuhi persyaratan sesuai
dengan spesifikasi dan kesepakatan sebelumnya maka material akan dikembalikan
dan di ganti dengan material yang baru sesuai dengan kebutuhan.
6) Tahap Penyimpanan Material
Prosedur utama dari penyimpanan material adalah mengalokasikan dan pengkodean
material. Material-material yang telah dikirim akan segera disimpan sesuai dengan
sifat dan keamanan dari material itu sendiri.
7) Tahap Pengeluaran Material
Pengeluaran material disesuaikan dengan dengan jadwal pelaksanaan atau Time
Schedule. Pada saat jadwal pelaksanaan kegiatan, maka pelaksana lapangan akan
meminta kepada petugas gudang untuk mengeluarkan material yang akan
dipergunakan pada pekerjaan tersebut.
8) Tahap Menjaga Tingkat Persediaan Material Habis
Tahap ini harus terus dilaksanakan selama proyek berlangsung. Dikarenakan asumsi
durasi waktu yang diambil sebagai waktu pengerjaan adalah selama seminggu,maka
rancangan sistem dilakukan sampai tahap pengeluaran material.

5. Jawaban :
a) Sumber daya dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu :
- Tenaga kerja/manusia
- Peralatan
- Bahan/material
- Modal
b) Cara untuk mengetahui jumlah material yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
yaitu dicari berdasarkan masing-masing item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Misalnya dalam sebuah item pekerjaan dinding, maka akan ada rincian item pekerjaan
pemasangan batu bata, plesteran, acian dan pengecatan. Lalu pada setiap rincian item
pekerjaan tersebut perlu dihitung berapa volumenya. Langkah selanjutnya yaitu
mencari data analisa harga satuan bangunan untuk melihat persentase penggunaan
material dalam satuannya (misal m’, m², m³ dan lain sebagainya) yang bisa diperoleh
dengan melihat analisa BOW, analisa SNI ataupun analisa sendiri yang dibuat
berdasarkan pengalaman yang ada di lapangan.
c) Acuan yang digunakan untuk memilih penggunaan material yaitu :
- Analysis raw material, diperuntukkan dalam mencari material bangunan yang
tersedia disekitar tapak.
- Manufacturing and logistics, analisa ketersediaan industri pengolahan dari material
bangunan yang tersedia disekitar tapak.
- Installation, menganalisa material bangunan yang banyak digunakan masyarakat
sekitar untuk bahan bangunan.
- Lifetime for operation and maintenance, lebih ditekankan pada standart
laboratorium tentang pemilihan material safety dan material healthy.
- End of life and recycling, analisa dari kesanggupan material bangunan untuk dapat
didaur ulang.
d) Acuan yang digunakan untuk menetapkan standar teknis material yaitu :
- SNI (Standar Nasional Indonesia)
- ASTM (American Society for Testing and Materials)
- ACI (American Concret Institute)
e) Analisa bahan adalah pengolahan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
yang datanya diperoleh daei penelitian pustaka ataupun penelitian lapangan.

You might also like