Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas akut
selama beberapa hari. Selain itu didapatkan nyeri dada dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Terdapatnya benda asing
seperti sekret pada saluran pernafasan sehingga menghambat saluran pernafasan,
maka muncul masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan penanganan
keperawatan menjaga kelancaran pernafasan (suction atau hisap sekret, ekstensi
kepala, ubah posisi rutin), postural drainage, fisioterapi dada dan menjaga
lingkungan bersih dan aman.
B. Tujuan Laporan
Melakukan pengelolaan pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
pada pasien bronkopneumonia ialah agar penulis dan pembaca dapat menambah
pengetahuan dalam melakukan perawatan secara mandiri kepada pasien dengan
gangguan jalan nafas.
BAB II
TEORI
A. Definisi
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus diparu-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bakteri-bakteri ini mampu
menyebar dalam jarak dekat melalui percikan ludah saat penderita bersin atau batuk,
yang kemudian terhirup oleh orang disekitarnya. Bronkopneumonia disebut juga
pneumonia loburalis dan dinyatakan dengan adanya daerah infeksi yang terdapat
bercak dengan adanya daerah infeksi sekitar 3-4 cm yang mengelilingi dan melibatkan
bronkus (Padila, 2013).
Bronkopneumonia adalah jenis pneumonia yang terjadi pada bronkus dan alveolus
yaitu peradangan atau infeksi akibat virus bakteri atau jamur. Bronkus adalah saluran
udara yang memastikan udara masuk dengan baik dari trakea ke alveolus. Sementara
itu, alveolus adalah kantong udara kecil yang berfungsi sebagai tempat pertukaran
oksigen dan karbon dioksida. Meski sama-sama menyerang paru-paru, khususnya
saluran udara atau bronkus, bronkopneumonia berbeda dengan bronkitis (peradangan
pada bronkus). Bronkopneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada bronkus dan
alveolus, sedangkan pada bronkitis, infeksi terjadi hanya pada bronkus. Seseorang
yang mengalami jenis pneumonia ini dapat merasa sulit bernapas lega atau sesak
napas karena paru-paru mereka tidak mendapatkan suplai udara yang cukup.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti
diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus,
haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium
tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza
dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti citoplasma capsulatum,
criptococcus nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp, candinda
albicans, mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).
a. Bakteri
Bakteri yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah:
streptococcus pneumonia, streptococcus aerous, streptococcus pyogenesis,
haemophilus influenza, klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa.
b. Virus
Virus yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah virus influenza
yang menyebar melalui transmisi droplet. Penyebab utama pneumonia virus
adalah Cytomegalo virus.
c. Jamur
Jamur yang menyebakan terjadinya infeksi adalah histoplasmosis yang
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah, dan kompos.
C. Patosiologi ( Pathway)
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat,
2008). Suhu tubuh meningkat sampai 39-40°C dan dapat disertai kejang
karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan
dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar
hidung dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui
saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan
jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative
sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli 7 menjadi melebar. Apabila
proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah
edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari
alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan
berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh
darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat
akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu
yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai
sianosis.
pathway
D. Tanda dan Gejala