You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas akut
selama beberapa hari. Selain itu didapatkan nyeri dada dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Terdapatnya benda asing
seperti sekret pada saluran pernafasan sehingga menghambat saluran pernafasan,
maka muncul masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan penanganan
keperawatan menjaga kelancaran pernafasan (suction atau hisap sekret, ekstensi
kepala, ubah posisi rutin), postural drainage, fisioterapi dada dan menjaga
lingkungan bersih dan aman.

Menurut laporan (World Health Organization) WHO 2010 memperkirakan setiap


tahunnya penyakit bronkopneumonia berperan dalam satu juta penyakit
pernafasan yang mematikan. Di dunia penyakit ini terbanyak dinegara negara
berkembang seperti di Afrika dan Asia. Sekitar 800.000 orang hingga satu juta
orang meninggal dunia di setiap tahunnya.

Bronkopneumonia yang terjadi pada saat balita berdampak jangka panjang


yang akan muncul pada masa dewasa yaitu dengan penurunan fungsi ventilasi
paru, sehingga sampai sekarang bronkopneumonia menjadi masalah kesehatan
didunia.

Berdasarkan data dari Riskesdas (2018) prevalensi penyakit pneumonia


mengalami kenaikan dari 1,6% menjadi 2%. Sedangkan hasil tinjauan kasus pada
tahun 2017 penderita pneumonia digolongkan berdasarkan jenis kelamin, jumlah
penderita pneumonia pada perempuan (46%) lebih sedikit dibandingkan dengan
kasus pneumonia pada laki- laki (54%). Dari data yang diperoleh dari RSUD
Ungaran di ruang dahlia pada periode bulan Januari sampai Februari 2020
terdapat 5 orang yang mengalami penyakit bronkopneumonia pada pasien dewasa
madya dan lanjut usia yang berusia sekitar 45-64 tahun.

Faktor resiko yang meningkatkan kematian (mortalitas) akibat pneumonia


merupakan gabungan faktor resiko insiden ditambah dengan faktor tatalaksana di
pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan pedoman tatalaksana, ketersediaan
tenaga kesehatan terlatih yang memadai, kepatuhan tenaga kesehatan terhadap
pedoman, ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk pneumonia (obat, oksigen,
perawatan intensif), prasarana dan sistem rujukan (Depkes RI, 2012).

Masalah umum yang muncul pada pasien bronkopneumonia adalah menggigil


mendadak dan dengan cepat menjadi demam, nyeri dada semakin berat saat
batuk, sputum bercampur darah, nafsu makan buruk pada pasien terlihat lelah.
Penumpukan sputum yang berlebihan dapat menyumbat jalan pernafasan, sputum
pada dewasa harus dikeluarkan dengan cepat karena jika terlambat dapat
berakibat fatal, maka dari itu kita sebagai tenaga kesehatan berperan penting
dalam pemberian.

Asuhan keperawatan dan memberi pendidikan kesehatan untuk membantu


pasien dalam mengeluarkan sekret atau sputum, yaitu dengan teknik postural
drainage dan batuk efektif, yang bertujuan untuk mengontrol pernafasan, lalu
sekret dapat dikeluarkan dengan batuk efektif, sebelum batuk efektif dilakukan
disarankan pasien untuk minum air hangat agar sputum tidak berat saat
dikeluarkan, jika belum keluar bisa bantu pasien dengan postural drainage adalah
suatu tindakan untuk lepas sekresi dari berbagai segmen paru paru dengan
menggunakan pengaruh gaya grafitasi (Price, 2011).

B. Tujuan Laporan
Melakukan pengelolaan pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
pada pasien bronkopneumonia ialah agar penulis dan pembaca dapat menambah
pengetahuan dalam melakukan perawatan secara mandiri kepada pasien dengan
gangguan jalan nafas.
BAB II
TEORI
A. Definisi
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus diparu-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bakteri-bakteri ini mampu
menyebar dalam jarak dekat melalui percikan ludah saat penderita bersin atau batuk,
yang kemudian terhirup oleh orang disekitarnya. Bronkopneumonia disebut juga
pneumonia loburalis dan dinyatakan dengan adanya daerah infeksi yang terdapat
bercak dengan adanya daerah infeksi sekitar 3-4 cm yang mengelilingi dan melibatkan
bronkus (Padila, 2013).

Bronkopneumonia adalah jenis pneumonia yang terjadi pada bronkus dan alveolus
yaitu peradangan atau infeksi akibat virus bakteri atau jamur. Bronkus adalah saluran
udara yang memastikan udara masuk dengan baik dari trakea ke alveolus. Sementara
itu, alveolus adalah kantong udara kecil yang berfungsi sebagai tempat pertukaran
oksigen dan karbon dioksida. Meski sama-sama menyerang paru-paru, khususnya
saluran udara atau bronkus, bronkopneumonia berbeda dengan bronkitis (peradangan
pada bronkus). Bronkopneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada bronkus dan
alveolus, sedangkan pada bronkitis, infeksi terjadi hanya pada bronkus. Seseorang
yang mengalami jenis pneumonia ini dapat merasa sulit bernapas lega atau sesak
napas karena paru-paru mereka tidak mendapatkan suplai udara yang cukup.

Bronkopneumonia adalah jenis pneumonia yang paling umum terjadi pada


anak-anak. Penyakit ini bahkan menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak
akibat infeksi pada anak-anak berusia di bawah 5 (lima) tahun. Kondisi ini dapat
menimbulkan gejala ringan hingga berat dan berisiko menyebabkan komplikasi yang
membahayakan jiwa. Anda bisa mencegah bronkopneumonia dengan mengurangi
faktor risiko penyebabnya.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti
diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus,
haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium
tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza
dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti citoplasma capsulatum,
criptococcus nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp, candinda
albicans, mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia pada umumnya disebabkan oleh penurunan


mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Penyebab
bronchopneumonia yang biasa ditemukan antara lain (Padila, 2013):

a. Bakteri
Bakteri yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah:
streptococcus pneumonia, streptococcus aerous, streptococcus pyogenesis,
haemophilus influenza, klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa.

b. Virus
Virus yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah virus influenza
yang menyebar melalui transmisi droplet. Penyebab utama pneumonia virus
adalah Cytomegalo virus.

c. Jamur
Jamur yang menyebakan terjadinya infeksi adalah histoplasmosis yang
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah, dan kompos.

C. Patosiologi ( Pathway)
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat,
2008). Suhu tubuh meningkat sampai 39-40°C dan dapat disertai kejang
karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan
dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar
hidung dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui
saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan
jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative
sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli 7 menjadi melebar. Apabila
proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah
edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari
alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan
berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh
darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat
akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu
yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai
sianosis.
pathway
D. Tanda dan Gejala

E. Penatalaksaan Secara Medis


F. Penatalaksaan Secara Keperawatan

You might also like