You are on page 1of 3

Cara pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung.

1) Cara pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam Gedung.


a. Planning/perencanaan
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan
dan kesehatan kerja di gedung. Perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi
kesehatan pasca hubungan timbal balik. Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang
ditentukan meliputi:
a. Hal apa yang dikerjakan.
b. Bagaimana cara mengerjakannya.
c. Mengapa mengerjakan.
d. Siapa yang mengerjakan.
e. Kapan harus dikerjakan.
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan.
g. Hubungan timbal balik (sebab akibat)

Kegiatan dalam gedung sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan dibidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang
dipakai makin banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi
didalam gedung makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di gedung
harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja gedung.

b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja


Di gedung dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat daerah sampai ke
tingkat pusat atau nasional Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara
langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat
yang terkait dalam organisasi ini ditingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah),
disamping memberlakukan Undang-undang keselamatan kerja. Di tingkat daerah (wilayah)
dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk komisi keamanan kerja gedung yang tugas dan
wewenangnya dapat berupa :
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja gedung.
2. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja gedung.
3. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu masalah gedung.
4. DLL

c. Actuanting/pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan atau pengerakkan adalah kegiatan mendorong semangat kerja,
mengerahkan aktivitas, mengkoordonasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas
yang kompak (sinkron). Sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja gedung
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja
maupun masyarakat dalam gedung wajib mengetahui dan memahami semua hal yang
diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit/instansi
kecelakaan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai
peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika
dalam pelaksanaan fungsi pergerakkan ini timbul permasalahan, keraguan atau pertentangan,
maka menjadi tugas semua mengambil keputusan penyelesaiannya

d. Controlling/pengawasan
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang diterapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat
menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu:
a. Adanya rencana.
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan. Dalam fungsi
pengawasan tidak kalah penting adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi
segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di gedung Sosialisasi perlu
dilakukanterus-menerus karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya
akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam instansi gedung perlu dibentuk pengawasan
rumah sakit/instansi kesehatanyang tugasnya antara lain:
1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek di dalam gedung yang
baik, benar dan aman.
2. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja gedung.
3. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah
meluasnya bahaya tersebut.

2) Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Diluar Gedung


1. Eliminasi memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya misalnya, memperkenalkan
perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan penanganan bahaya manual.
2. Subtitusi - pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem (misalnya,
menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll)
3. Kontrol teknik / Perancangan menginstal sistem ventilasi. mesin penjagaan, interlock, dll.
4. Kontrol administratif tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda, tanda-tanda foto-
luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene lampu, alarm, prosedur
keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja,
dll.
5. Alat Pelindung Diri (APD) kacamata safety, pelindung pendengaran, pelindung wajah,
respirator, dan sarung tangan.

Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat tersebut tidak selalu
mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, Anda harus mempertimbangkan biaya
relatif. manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam
membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:

a. Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur dan hirarki di atas


(misalnya, perancangan dan kontrol administratif).
b. Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu yang dipertimbangkan,
beradaptasi bekerja untuk individu (misalnya, untuk memperhitungkan kemampuan mental
dan fisik individu),
c. Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan kontrol.
d. Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang (misalnya, dengan memilih
kontrol rekayasa yang melindungi semua orang di sekitar bahaya daripada menggunakan
Alat Pelindung Diri).
e. Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima dan dapat dilaksanakan
secara efektif.
f. Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan sederhana dari tindakan
sering diulang, penyimpangan memori atau perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan
penilaian, dan pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya,
g. Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila pengendalian risiko gagal.
h. Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh: visitor atau personil
kontraktor.

Setelah kontrol telah ditentukan, organisasi dapat memprioritaskan tindakan untuk


melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi harus memperhitungkan potensi
pengurangan risiko kontrol direncanakan. Dalam beberapa kasus, perlu untuk memodifikasi
aktivitas kerja sampai pengendalian risiko di tempat atau menerapkan pengendalian risiko
sementara sampai tindakan yang lebih efektif diselesaikan misalnya, penggunaan mendengar
perlindungan sebagai langkah sementara sampai sumber kebisingan dapat dihilangkan, atau
aktivitas kerja dipisahkan untuk mengurangi paparan kebisingan. kontrol sementara tidak harus
dianggap sebagai pengganti jangka panjang untuk langkah-langkah pengendalian risiko yang
lebih efektif.

Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting dari Sistem Manajemen K3, tapi
itu tidak cukup untuk membuatnya bekerja. Efek dari implementasi kontrol harus dipantau untuk
menentukan apakah sudah mencapai hasil yang diinginkan, dan organisasi harus selalu mengejar
kemungkinan adanya kontrol baru yang lebih efektif dan lebih low cost.

Dapus :

Wulandari Putri Novita. 2020. Makalah Manajemen Risiko K3 Di Dalam Atau Di Luar Gedung.
Semarang

Kune Nistain. 2020. Makalah Risiko Manajemen K3 Di Luar Gedung. Gorontalo

You might also like