Professional Documents
Culture Documents
Iffah
Iffah
Oleh:
MUSDALIPA
04.2019.158
Oleh:
MUSDALIPA
04.2019.158
Musdalipa
NIM. 04.2019.158
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
MUSDALIPA
04.2019.158
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kebidanan
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
MUSDALIPA
NIM. 04.2019.158
Telah diuji di depan Panitia Ujian Skripsi
Pada tanggal, 28 Januari 2022
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Tim Penguji:
Tim Pembimbing
Mengetahui,
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT. atas segala
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya yang dilimpahkan dalam bentuk kesehatan dan
terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua atas segala perhatian,
pengorbanan, kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa buat keberhasilan
1. dr. Indah Mustika Sari, S.Ked., Ketua Yayasan Institut Kesehatan dan Bisnis
2. Dr. Rusdiana Junaid, M.Hum., M.A., Rektor Institut Kesehatan dan Bisnis
Kurnia Jaya Persada Palopo sekaligus sebagai Pembimbing I atas segala saran
vi
5. Semua dosen dan staf Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada
Bisnis Kurnia Jaya Persada Palopo yang tidak dapat penulis tuliskan satu per
7. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis tulis namanya satu per satu,
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bernilai bagi
yang telah diupayakan hamba-Nya dan memberikan pahala yang tak terhingga.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
E. Penelitian Terkait............................................................................ 28
x
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep............................................................................ 31
B. Hipotesis Penelitian........................................................................ 32
A. Desain Penelitian............................................................................ 33
C. Variabel Penelitian.......................................................................... 34
D. Definisi Operasional....................................................................... 34
E. Tempat Penelitian........................................................................... 35
F. Waktu Penelitian............................................................................. 35
G. Instrumen Penelitian....................................................................... 35
I. Analisis Data................................................................................... 37
J. Etika Penelitian............................................................................... 37
A. Hasil................................................................................................ 40
B. Pembahasan.................................................................................... 44
C. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 49
A. Kesimpulan..................................................................................... 51
B. Saran............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 53
LAMPIRAN.................................................................................................... 55
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.5 Kadar Bilirubin Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula
Sebelum Fototerapi di RSUD I Lagaligo WotuTahun 2021.......... 42
Tabel 5.6 Kadar Bilirubin Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula
Setelah Fototerapi di RSUD I Lagaligo WotuTahun 2021............ 43
Tabel 5.7 Perbandingan Pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin pada Bayi Ikterus Neonatorum Fisiologi
di RSUD I Lagaligo Wotu Kabupaten Luwu Timur...................... 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di Asia, yaitu munculnya warna
kuning pada kulit dan sklera karena terjadinya hiperbilirubinemia sampai bayi
usia 72 – 120 jam dan akan kembali normal setelah 7 – 10 hari. Ikterus pada
bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan
80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah keadaan yang fisiologis. Walaupun
kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami ikterus neonatorum
dan hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Menurut United Nations
Childrens Fund (UNICEF) terdapat 1,8% kematian bayi yang disebabkan oleh
hiperbilirubin dari seluruh kasus perinatal yang terjadi di dunia. Data dari
berkembang seperti Indonesia sekitar 50% bayi baru lahir normal yang
(ikterus), dan 80% pada bayi kurang bulan (premature). Di Provinsi Sulawesi
Selatan jumlah bayi ikterus sebanyak 316 (0,56% dari total bayi yang lahir).
1
2
Ketika bayi berada di dalam kandungan, sel darah ini akan dikeluarkan
melalui uri (plasenta) dan diuraikan oleh hati ibu. Bila kadar bilirubin darah
melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat namun pada neonatus ikterus
masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampui 5 mg%.
atau kadar bilirubin direk (conjugated). Bilirubin sendiri adalah anion organik
yang berwarna orange dengan berat molekul 584. Asal mula bilirubin dibuat
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau yang mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologi adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologi atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
pada bayi baru lahir. Sebanyak 25-50% terjadi hiperbilirubinemia pada bayi
cukup bulan dan 80% pada bayi dengan berat lahir rendah. Hiperbilirubinemia
mengendalikan kadar bilirubin pada bayi baru lahir dapat dilakukan pemberian
ASI sedini mungkin. Pemberian ASI pada bayi dianjurkan 2-3 jam sekali atau
8-12 kali dalam sehari. Dengan Pemberian ASI yang lebih sering mencegah
mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus
bersama makanan. Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin
indirek yang akan diserap kembali ke dalam darah dan kondisi tersebut akan
besar bayi baru lahir yang diberi ASI esklusif berusia tiga sampai lima hari
kadar bilirubin total 17,696 mg/dl sedangkan Non eksklusif lebih cenderung
kenaikan kadar bilirubin pada usia lebih dari lima sampai 7 hari dengan
Ikterus yang terkait pemberian ASI, sekitar 1-200 bayi cukup bulan yang
antara umur 4 dan 7 hari, mencapai kadar maksimal setinggi 10-30 mg/dL
selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian ASI
normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI selama 1-2 hari dan
serum yang cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
2. Bagi masyarakat
memastikan bayinya apabila tampak kuning (ikterus) pada tangan dan kaki
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan
makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang
manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu
dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan
tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Yenrina,
2015).
yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan
atau minuman lain termasuk air putih. Pemberian ASI secara eksklusif
6
7
berbagai zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan
bayi.
5) ASI lebih murah karena ibu tidak perlu membeli susu formula
beserta perlengkapannya.
langsing kembali.
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air
putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberi makanan
padat lain, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan
usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak dibawah lima tahun.
pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22%
jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi
(Baskoro, 2015).
memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat bayi baru
lahir, insting bayi membawanya untuk mencari puting sang bunda. Pada
jam pertama, bayi menemukan payudara ibunya, ini adalah awal hubungan
bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya, maka hormon stress akan
meningkat 50%. Otomatis, hal itu akan menyebabkan kekebalan atau daya
ASI Eksklusif.
Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia 28 hari
sampai satu tahun akibat selain kelainan bawaan atau tumor berbahaya
dari 7.740 bayi masih hidup pada usia satu tahun. Mereka menelusuri
meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran dari pada
terkena diare, penelitian ini didapatkan bayi usia 0-5 bulan 29 hari
yang masih mendapat ASI saja sebanyak 41 bayi (30,4%) dan yang
bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat yang lahir cukup
gizi buruk karena asupan yang kurang pada bayi. Secara tidak
langsung, kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama
ASI.
11
Sayang Bayi)
tentang menyusui yang mencakup perawatan calon ibu, ibu yang baru
setelah lahir, setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak
ibu yang menyusui dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan
dan sebagainya.
efek samping (Khasanah, 2015). Susu formula bayi adalah cairan atau
bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak-anak.
satunya sumber gizi bagi bayi. Oleh karena itu, komposisi susu formula
yang diperdagangkan dikontrol degan hati-hati dan FDA (Food and Drugs
a. Lemak
b. Protein
c. Karbohidrat
d. Mineral
e. Vitamin
Salah satu zat tambahan yang ada di dalam susu formula adalah
Terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi yang terdapat dalam ASI antara
lain DHA, tauri, dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi
(Khasanah, 2015).
15
b. Mudah tercemar
selesai memberi susu. Hal ini karena bakteri tumbuh sangat cepat pada
susu formula sehingga berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.
d. Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibody
mudah masuk. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare
bayi yang mendapat susu botol empat kali lebih banyak menderita
e. Obesitas
normal antara bayi yang diberi ASI dengan susu formula. Hasil yang
berikut:
16
1) Bayi yang diberi ASI dan yang diberi susu formula memiliki pola
2) Pada usia 4-6 bulan, bayi yang diberi susu formula mengalami
yang diberi ASI setelah 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI
formula
f. Pemborosan
anggaran untuk membeli susu formula. Hal ini tidak akan jadi masalah
ketika ibu berasal dari keluarga menengah ke atas. Akan tetapi, ia yang
jumlah sedikit atau menaruh susu formula dalam jumlah yang sedikit
Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Zat
besi dari susu sapi juga tidak diserap sempurna seperti zat besi dari
ASI. Bayi yang diberi susu formula bisa terkena anemia karena
tubuh) dan kejang, terutama bila bayi terkena diare. Selain itu, kadar
dibanding ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat asam lemak tak
kasein mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit
k. Sulit dicerna
untuk membantu pencernaan zat gizi karena susu sapi lambat dicerna
l. Alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih
tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi
b. Air susu ibu tidak keluar sama sekali sehingga satu-satunya makanan
f. Adanya anggapan bayinya menolak atau diare karena minum ASI dan
oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin
tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak
pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Ikterus pada bayi baru lahir, suatu tanda umum masalah yang
pemecahan sel hemoglobin (Hb) setelah lepas dari sel-sel darah merah
yang telah dihemolisis. Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada
bayi baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai ketiga dan
menghilang pada hari kesepuluh. Oleh karena itu, bayi menjelang pulang
2. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus
c. Gangguan transportasi
3. Klasifikasi ikterus
a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dL dan akan meningkat
ikterus dapat dilihat pada hari ke-2 dan ke-4 dengan kadar 5-6 mg/dL
dan diduga sebagai akibat hancurnya sel darah merah janin yang
21
oleh hati.
atau sedikit lebih lambat daripada kenaikan bilirubin pada bayi cukup
ke-4 dan ke-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada waktu
tak terkonjugasi sangat toksik bagi neuron. Oleh sebab itu, bayi yang
hiperbilirubinemia apabila:
d) Infeksi
f) Hipoglikemia, hiperkarbia
manifestasi klinis yang timbul akibat toksis bilirubin pada sistem saraf
pusat yaitu basal ganglia dan pada berbagai nuklei batang otak.
Keadaan ini tampak pada minggu pertama sesudah bayi lahir dan
pons dan sereblum. Kern ikterus digunakan untuk keadaan klinis yang
ikterus terjadi pada 1/3 kasus dengan penyakit hemolisis dan kadar
biasanya pada bayi umur 1 minggu dan dapat juga pada umur 2-3
minggu. Bayi dengan masa gestasi yang makin kurang maka bayi
4. Penatalaksanaan
(Purnamaningrum, 2014):
a. Ikterus fisiologis
selama 15-20 menit setiap hari pada rentang pukul 06.30 sampai
08.00.
khusus.
b. Ikterus patologis
ensefalopi bilirubin.
2) Fototerapi
mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresikan oleh hati
3) Transfusi tukar
1. Pengertian bilirubin
pemecahan sel darah merah yang terbentuk dari degradasi sel darah merah
(Dorland, 2015). Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah. Salah
2. Pembentukan bilirubin
ini dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu penyerapan bilirubin oleh sel
2014). Proses yang pertama adalah biliverdin dibentuk dari heme dengan
besar terdapat dalam sel hati dan beberapa organ lain. Pada proses ini juga
lipofilik dan terikat dengan hidrogen dan pada PH normal bersifat tidak
mgbilirubin dan sisanya sekitar 25% disebut juga dengan early labelled.
kadar bilirubin pada bayi baru lahir disebabkan karena masa hidup eritrosit
bayi relatif lebih pendek yaitu 70-90 hari, sedangkan pada orang dewasa
bilirubin pada bayi baru lahir adalah degradasi heme, turn over sitokrom
yang meningkat dan juga reabsorbsi bilirubin dari usus yang meningkat
3. Transportasi bilirubin
albumin. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah
kapasitas ikatan molar. Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini
27
merupakan zat non polar dan tidak larut dalam air. Bilirubin ini akan
ditransport ke sel hepar. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat
yang tinggi terhadap obat-obatan yang bersifat asam seperti penisilin dan
b. Bilirubin bebas
bilier
28
29
A. Kerangka Konsep
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo, 2014). Untuk
pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap penurunan kadar bilirubin
Pemberian Pemberian
ASI eksklusif susu formula
Penurunan
kadar bilirubin
bayi ikterus
neonatorum
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
31
32
B. Hipotesis Penelitian
1. H1: Ada perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap
2. H0: Tidak ada perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi
bayi.
2. Sampel
2015). Sampel dalam penelitian ini yaitu bayi ikterus neonatorum fisiologi
3. Sampling
yakni jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi yang ada.
33
34
C. Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional
E. Tempat Penelitian
Timur.
F. Waktu Penelitian
Januari 2022.
G. Instrumen Penelitian
pengumpul data berupa kuisioner yang terdiri dari 4 bagian yaitu: data
demografi bayi, pemberian ASI eksklusif, pemberian susu formula dan kadar
1. Pengumpulan data
a. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
kemudian dikumpulkan dan dicek oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.
2. Pengolahan data
peneliti, yaitu:
a. Seleksi
b. Editing
c. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting karena pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini
menggunakan komputer.
37
d. Data entry
I. Analisis Data
hendak dianalisis. Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul dianalisis
dengan teknik analisis univariat (satu variabel) dan bivariat (dua variabel).
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariat
perbedaan).
J. Etika Penelitian
seperti:
38
haknya.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
inclusiveness).
39
A. Hasil
1. Karakteristik Responden
1) Jenis kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD I Lagaligo Wotu Tahun 2021
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 5 71,4
Perempuan 2 28,6
Total 7 100
Sumber: data primer 2021
Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa bayi dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 5 bayi (71,4%) dan bayi dengan jenis kelamin perempuan
2) Berat badan
Tabel 5.1
Distribusi Bayi Berdasarkan Berat Badan
di RSUD I Lagaligo Wotu Tahun 2021
Berat Badan f %
2000 – 2500 gram 1 14,3
2500 – 3000 gram 2 28,6
> 3000 gram 4 57,1
Total 7 100
Sumber: data primer 2021
40
41
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan 2000-
2500 gram ada 1 bayi (14,3%), bayi dengan berat badan 2500-3000 gram
ada 2 bayi (28,6%) dan bayi dengan berat badan > 3000 gram ada 4 bayi
(57,1%).
1) Jenis kelamin
Tabel 5.3
Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD I Lagaligo Wotu Tahun 2021
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 4 57,1
Perempuan 3 42,9
Total 7 100
Sumber: data primer 2021
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa bayi dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 4 bayi (57,1%) dan bayi dengan jenis kelamin perempuan
2) Berat badan
Tabel 5.4
Distribusi Bayi Berdasarkan Berat Badan
di RSUD I Lagaligo Wotu Tahun 2021
Berat Badan f %
2000 – 2500 gram 2 28,6
2500 – 3000 gram 3 42,8
> 3000 gram 2 28,6
Total 7 100
Sumber: data primer 2021
Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan 2000-
2500 gram ada 2 bayi (28,6%), bayi dengan berat badan 2500-3000 gram
42
ada 3 bayi (42,8%) dan bayi dengan berat badan > 3000 gram ada 2 bayi
(28,6%).
a. Analisa Univariat
1) Kadar bilirubin bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula
sebelum fototerapi
Tabel 5.5
Kadar Bilirubin Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu
Formula Sebelum Fototerapi di RSUD I Lagaligo Wotu
Tahun 2021
No ASI Eksklusif Susu Formula
1. 22,73 19,52
2. 13,89 13,9
3. 15,8 14,13
4. 14,57 14,47
5. 18,25 15,78
6. 20,18 13,6
7. 17,42 14,33
Rata-Rata 17,55 15,11
Sumber: data primer 2021
yang diberi ASI eksklusif sebesar 17,55 dan rata-rata kadar bilirubin
2) Kadar bilirubin bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula
setelah fototerapi
Tabel 5.6
Kadar Bilirubin Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu
Formula Setelah Fototerapi di RSUD I Lagaligo Wotu
Tahun 2021
No ASI Eksklusif Susu Formula
1. 14,24 8,6
2. 10,78 8,29
3. 14,32 6,4
4. 12,29 8,23
5. 14,45 9,05
6. 14,01 9,24
7. 13,06 8,29
Rata-Rata 13,31 8,3
Sumber: data primer 2021
yang diberi ASI eksklusif sebesar 13,31 dan rata-rata kadar bilirubin
b. Analisa bivariat
Tabel 5.7
Perbandingan Pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula
terhadap Penurunan Kadar Bilirubin pada Bayi Ikterus
Neonatorum Fisiologi di RSUD I Lagaligo Wotu
Kabupaten Luwu Timur
Test Statisticsa
Kadar Bilirubin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 28.000
Z -3.134
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
44
B. Pembahasan
Peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir terjadi adanya fungsi
usus dan hati yang belum sempurna akibatnya banyak bilirubin yang tidak
asupan makanan juga merupakan penyebab bayi ikterus, pada dua sampai tiga
hari pertama setelah kelahiran, kadang ASI ibu belum keluar sehingga bayi
noenaturum fisiologis. Pada penelitian ini jumlah bayi yang diberi ASI
pada perempuan sebanyak 2 bayi. Begitu juga pada bayi dengan pemberian
terdapat 3 bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tazzami
konjugasi bilirubin) dilaporkan lebih dari dua kali lipat ditemukan pada laki-
menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan 2000-2500 gram ada 1 bayi
(14,3%), bayi dengan berat badan 2500-3000 gram ada 2 bayi (28,6%) dan
bayi dengan berat badan > 3000 gram ada 4 bayi (57,1%). Pada bayi dengan
pemberian susu formula menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan 2000-
2500 gram ada 2 bayi (28,6%), bayi dengan berat badan 2500-3000 gram ada
3 bayi (42,8%) dan bayi dengan berat badan > 3000 gram ada 2 bayi (28,6%).
Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan hemolisis karena umur sel darah
merah yang pendek pada neonatus. Usia sel darah merah yang pendek ini
terjadi karena kondisi sel darah merah neonatus yang masih sangat muda
akumulasi bilirubin bebas dalam darah neonatus yang umumnya akan terlihat
pada kulit, lapisan mukosa lainnya, serta sklera mata. Hal ini disebabkan
karena kadar bilirubin bebas larut dalam lemak, padahal konsentrasi lemak
ASI merupakan nutrisi penting bagi bayi. ASI memiliki beberapa zat
yang terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAB/BAK (Marni, 2012).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam
organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan
46
bayi baik gizi, iunilogi, atau lainnya sampai pemberian ASI memberikan
Pemberian ASI merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam
diresorbsi oleh usus. Terdapat dua jenis ikterus nonaturum terkait ASI (a)
ASI yang tidak adekuat dan buruknya intake cairan yang menyebabkan
bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian Ikterus pada
bayi baru lahir 0-7 hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin
Banda Aceh. Salah satu manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah menjadikan
bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning
(ikterus). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tazami
(2013) yang mengatakan bahwa faktor pemberian ASI merupakan salah satu
diperoleh = 0,002 < α = 0,05, berarti H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ada
penurunan kadar bilirubin total ASI esklusif rata – rata 4,24 mg/dl sedangkan
penurunan pada Non esklusif kadar bilirubin total mencapai 7,81 mg/dl. Hasil
penelitian ini usia bayi yang diberi ASI esklusif yang mengalami ikterus
berusia 3-5 hari. Ikterus fisiologis terjadi pada usia dua,tiga sampai lima hari
pada bayi yang disusui, sedangkan bayi yang diberi Non esklusif usia rata-rata
lebih dari 5 hari kondisi ini yang mempengaruhi proses penurunan kadar
bilirubin lebih cepat dibandingkan bayi yang diberi ASI esklusif dikarenakan
hari.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami ikterus. Ikterus ini
disebabkan oleh produksi ASI yang belum banyak pada hari hari pertama.
sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui
anus bersama makanan. Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi
memerlukan pengobatan dan jangan diberi air putih atau air gula. Untuk
48
mengurangi terjadinya ikterus dini bayi dapat diletakan diatas dada ibu selama
30-60 menit, posisi bayi pada payudara harus benar, berikan kolostrum karena
bayi jangan diberi air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum ASI keluar
dengan melihat buang air kecil bayi paling kurang 6-7 kali sehari dan buang
air besar paling kurang 3-4 kali sehari (Rulina dan Debby, 2018).
individual yang lebih rendah dan memilki kotoran yang mengandung lebih
sedikit bilirubin dari pada bayi yang diberi susu formula. Penurunan berat
yang lebih banyak dan jarang buang air besar dihubungkan dengan produksi
fototerapi yang diberi ASI esklusif dan non esklusif dimana kadar bilirubin
total denganpemberian ASI esklusif rata – rata 4,24 mg/dl sedangkan yang
non Esklusif rata – rata 7,81 mg/dl. Dari hasil penelitian tersebut bahwa
perbedaan kadar bilirubin antara ASI esklusif dan non esklusif dalam
penurunan kadar bilirubin lebih tinggi. Rata –rata kadar bilirubin sebelum dan
sesudah fototerapi terjadi penurun antara nilai kadar bilirubin sebelum dan
Terdapat perbedaan antara nilai kadar bilirubin sebelum dengan nilai kadar
berjudul Studi Komparatif Kadar Bilirubin Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Fototerapi Yang Diberikan Asi Esklusif dan Non Esklusif Di Rst Malang.
hasil penelitian didapatkan kadar bilirubin total diberi ASI esklusif rata-
ratanya sebesar 13,281 mg/dl, direk 0,363 mg/dl dan indirek 12,917 mg/dl.
Sedangkan kadar bilirubin total yang diberi Non esklusi rata- ratanya 8,855
kadar bilirubin total nilai probabilitas (sig) <0,05 yakni 0,000 dan semua nilai
z hitung -3,588 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbedaan yang
signifikan antara nilai kadar bilirubin total pada bayi yang diberi ASI esklusif
dan Non esklusif, rata-rata nilai penurunan kadar bilirubin total pada Non
nilai penurunan bilirubin pada bayi baru lahir yang dilakukan fototerapi
dengan pemberian Non esklusif lebih tinggi dari pada pemberian dengan ASI
ekslusif.
C. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian dapat dibuat acuan untuk terapi bayi ikterus yang
A. Kesimpulan
I Lagaligo Wotu Kabupaten Luwu Timur, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
Wotu Kabupaten Luwu Timur, nilai signifikansi (p) yang diperoleh = 0,002 <
α = 0,05.
B. Saran
pemberian ASI sesering mungkin dan selalu aktif memotivasi ibu untuk
pemberian ASI sesering mungkin dan selalu aktif memotivasi ibu untuk
51
52
3. Orangtua bayi
Lebih aktif dan sering untuk menyusui bayi agar kadar bilirubin
dapat menurun cepat serta selalu berfikir positif agar proses oksitosin
5. Bagi Masyarakat
gizi yang dibutuhkan oleh bayi, bagi para ibu dianjurkan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Green, C. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC.
Herawati, Yanti. 2017. Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap Kejadian Ikterus
Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Bidan, Vol. 3 No.1
Khasanah, N. 2015. ASI atau Susu Formula Ya?. Yogyakarta: Flash Books.
Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nirwana, A.B. 2014. ASI & Susu Formula. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nur, Yulia M. 2021. Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu dan Fototerapi terhadap
Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Pasaman Barat. Jurnal
Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ), Vol. 10, No. 1.
Setianingsih, H. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Yuliawati, Fatma. 2018. Studi Komparatif Kadar Bilirubin Pada Bayi Baru Lahir
Dengan Fototerapi Yang Diberikan Asi Esklusif Dan Non Esklusif Di Rst
Malang. Jurnal Nursing News, Vol. 3 No.1.
55
A. Identitas Responden
1. Nama (Inisial) : …………………………
2. Umur : < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun
3. Pendidikan : SD SMP SMA Sarjana
B. Pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula
Petunjuk: Isilah semua kolom dibawah ini secara lengkap dengan
menuliskan:
- tanda ceklis ( √ ) → bila YA diberikan pada usia tersebut
- tanda strip ( - ) → bila TIDAK diberikan pada usia tersebut
MASTER TABEL
Jenis Kadar Bilirubin Bayi
NO Berat Badan Kelompok
Kelamin Sebelum Sesudah
1 1 1 1 22,73 14.24
2 1 2 1 13,89 10.78
3 2 2 1 15,8 14.32
4 1 3 1 14,57 12.29
5 1 3 1 18,25 14.45
6 2 3 1 20,18 14.01
7 1 3 1 17,42 13.06
8 1 1 2 19,52 8,6
9 2 2 2 13,9 8,29
10 1 1 2 14,13 6,4
11 1 2 2 14,47 8,23
12 1 2 2 15,78 9,05
13 2 3 2 13,6 9,24
14 2 3 2 14,33 8,29
KETERANGAN:
Jenis Kelamin: Berat Badan: Kelompok:
1 = ASI
1 = Laki-Laki 1 = 2000-2500 gram
Eksklusif
2 = Susu
2 = Perempuan 2 = 2500 - 3000 gram
Formula
3 = > 3000 gram
58
Statistics
Jenis Kelamin Berat Lahir
N Valid 7 7
Missing 0 0
Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 5 71.4 71.4 71.4
Perempuan 2 28.6 28.6 100.0
Total 7 100.0 100.0
Berat Lahir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2000-2500 gram 1 14.3 14.3 14.3
2500-3000 gram 2 28.6 28.6 42.9
> 3000 gram 4 57.1 57.1 100.0
Total 7 100.0 100.0
59
Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 4 57.1 57.1 57.1
Perempuan 3 42.9 42.9 100.0
Total 7 100.0 100.0
Berat Lahir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2000-2500 gram 2 28.6 28.6 28.6
2500-3000 gram 3 42.9 42.9 71.4
> 3000 gram 2 28.6 28.6 100.0
Total 7 100.0 100.0
60
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Kadar Bilirubin ASI Eksklusif 7 11.00 77.00
Susu Formula 7 4.00 28.00
Total 14
Test Statisticsa
Kadar Bilirubin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 28.000
Z -3.134
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.