You are on page 1of 23

TEKNIK PEMBEBASAN, PENDANGIRAN DAN

PENGUKURAN TANAMAN BALANGERAN


(Shorea Balangeran)

Disusun Oleh:
Nama Nim
Al Achtur Dava Makaganza 213030404141
Dewinda Delawana Nainggolan 213020404144
Esi Veraninsa Br Sembiring 213020404133
Roberto Karlos Tamba 213020404122
Wiro Dagau 213030404168

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVESITAS PALANGKARAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah
Silvikultur ini yang berjudul Teknik Pembebasan, Pendangiran dan Pengukuran
Tanaman Balangeran (Shorea Balangeran). Laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk kelulusan mata kuliah Silvikultur.
Adapun penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih dan berharap agar laporan ini bermanfaat, kritik dan saran sangat
dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik.

Palangkaraya, Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Maksud Dan Tujuan.................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
2.1 Pengertian Balangeran..............................................................................................7
2,2 Teknik Pembebasan..................................................................................................7
2.3 Pendangiran..............................................................................................................8
2.4 Pengukuran Tanaman...............................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM...............................................................................10
3.1 Waktu Dan Tempat................................................................................................10
3.2 Bahan Dan Peralatan..............................................................................................10
3.3 Tahapan Praktikum.................................................................................................11
3.4 Analisis Data..........................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................14
4.1 Hasil.......................................................................................................................14
4.2 Pembahasan............................................................................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................................18
5.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
DOKUMENTASI...........................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan penanaman pohon sering dilakukan pada lahan kosong atau areal
tidak produktif yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan
meningkatkan produktivitas lahan. Kegiatan penanaman pohon yang dilakukan
pada kawasan hutan disebut reboisasi atau reforestasi (reforestation), sedangkan
kegiatan penanaman pohon yang dilakukan di luar kawasan hutan disebut
penghijauan (regreenery). Dalam rangka mengelola tanaman termasuk
memonitor pertumbuhan tanaman, maka perlu dilakukan perawatan tanaman,
pengukuran dan pengamatan pertumbuhannya secara kontinyu. Tahap awal yang
dilakukan adalah melakukan pemeliharaan periodik 6 bulanan dengan membuat
piringan dan pendangiran serta membasmi gulma. Kemudian melakukan
pemetaan posisi tanaman dengan membuat peta tanaman skala 1:400. Tahap
berikutnya adalah mengukur pertumbuhan tanaman dengan variabel diemeter
setinggi dada (cm) dan tinggi tanaman (m). Pengukuran pertumbuhan tanaman
tahunan sangat diperlukan untuk memperoleh data series sehingga dapat
diketahui karakteristik pertumbuhan sigmoida pada tanaman tersebut. Pada bulan
April 2015 terjadi panen raya pohon balangeran (Shorea balangeran). Buah
balangeran dikumpulkan dan disemaiakan di persemaian Jurusan Kehutanan
Faperta Unversitas Palangka Raya pada pertengahan tahun 2015. Pada bulan
Pebruari 2016 dilakukan penanaman bibit balangeran di hutan pendidikan UPR,
yang kemudian dikenal dengan nama KBR, terletak di Jl. Yos Sudarso Ujung
dengan sistem jalur manual. Tanaman tersebut secara berkala dilakukan
pendangiran berbentuk piringan dengan menaikkan permukaan tanah disekitar
tanaman dengan radius 50 cm, yang dilakukan oleh mahasiswa praktikum silvika
dan silvikultur. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperbaiki permukaan
tanah di sekitar tanaman, menghindari penggenangan tanaman balangeran secara
langsung pada musim hujan, menggemburkan tanah serta membunuh gulma
pada musim kemarau. Kegiatan perawatan tanaman terdiri dari kegiatan
penyulaman, pemupukan, pendangiran, pembebasan, perempelan dan

4
penjarangan. Teknik

5
silvikultur pembebasan tanaman ditujukan untuk menyingkirkan tumbuhan
pengganggu dan gulma pada tanaman pokok sehingga pertumbuhannya dapat
berjalan secara optimal. Oleh karena itu kegiatan pembebasan ini disebut juga
dengan kegiatan penggulmaan.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Maksud kegiatan pembebasan ini adalah mengurangi atau menghilangkan
persaingan tempat tumbuh tanaman pokok (Shorea balangeran) yang disebabkan
oleh tumbuhan liar atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Persaingan
tersebut dapat berupa persaingan ruang tumbuh di atas permukaan tanah,
terutama dalam memperoleh sinar matahari secara langsung serta ruang
perakaran di bawah permukaan tanah. Ruang perakaran yang baik berisi unsur-
unsur hara, oksigen dan air yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Maksud
kegiatan pendangiran adalah meningkatkan tingkat kegemburan tanah disekitar
tanaman agar aerasi, porositas tanah dan kemampuan infiltrasi tanah meningkat
karena perakaran memerlukan sirkulasi udara yang baik serta air untuk
menunjang proses metabolisme tanaman, terutama absorsi unsur hara dari tanah.
Apabila lokasi tanaman tergenang air, maka dilakukan pembuatan guludan atau
meninggikan permukaan tanah di sekitar atau mengelilingi tanaman dengan
radius sekitar 0,5 meter. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada tanaman pada
tingkat semai, pancang dan tiang. Pada tingkat pohon tidak perlu dilakukan
pendangiran atau pembuatan guludan karena tanaman tersebut telah mampu
beradaptasi dengan lingkungannya secara baik. Maksud kegiatan pengukuran
tanaman adalah untuk mendapatkan data tingkat petumbuhan tanaman, baik
pertumbuhan diameter, tinggi bebas cabang, tinggi pucuk dan data lainnya
sebagai bahan evaluasi kegiatan penanaman, baik kualitas tapak, kesesuaian jenis
serta efektifitas teknik teknik silvikultur yang telah dilakukan.

Tujuan kegiatan praktikum ini adalah :


1. Melakukan perawatan tanaman dalam bentuk pembebasan tanaman
pokok dengan cara menebang dan atau menebas tumbuhan
pengganggu serta penebasan gulma pengganggu tanaman pokok.

6
2. Melakukan pendangiran dan atau pembuatan guludan pada seiap
tanaman agar tingkat aerasi, porositas dan infiltrasi tanah meningkat
3. Mendapatakan data series pertumbuhan tanaman balangeran di KBR

Kriteria keberhasilan kegiatan praktikum ini adalah:


1. Semua tumbuhan liar dan penyaing tanaman pokok balangeran
dalam jalur tanaman telah terpotong dan atau ditebas mendekati
permukaan tanah.
2. Semua gulma (alang-alang, kirinyu, herba, perdu dan semak liar)
dalam jalur tanaman telah ditebas mendekati permukaan tanah.
3. Semua tanaman telah didangir dan atau dibuat guludan
4. Tersedia data hasil pengukuran tanaman balangeran setiap kelompok

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Balangeran


Shorea balangeran atau balangeran (blangiran) adalah salah satu spesies
pioneer penyusun hutan rawa gambut lantaran ia memiliki daya adaptasi yang
baik. Jenis ini dipilih untuk berbagai kegiatan penanaman guna rehabilitasi hutan
rawa gambut. Adapun, keberhasilan hidup bibit yang ditanam di area restorasi
tergantung pada adaptasi pohon terhadap kondisi tinggi muka air/ketergenangan,
kekeringan, dan kebakaran. Terdapat beberapa jenis tumbuhan pionir rawa
gambut lainnya yang dapat tumbuh pada areal terdegradasi dan bekas terbakar,
antara lain adalah Combretocarpus rotundatus dan Cratoxylum glaucum.

Kembali ke balangeran, pohon ini sendiri mampu tumbuh hingga 20-25 m


dengan diameter mencapai 50 cm. Kulit berwarna tua sampai hitam dengan tebal
1-3 cm, memiliki alur dangkal, dan kulit tidak mengelupas. Sementara bentuk
daun ujungnya meruncing, pangkalnya membundar, permukaan atas daun hijau
mengkilap, serta bagian bawah coklat agak keemasan. Balangeran tumbuh
tersebar pada hutan primer basah yang sewaktu-waktu tergenang air, di daerah
rawa atau di pinggir sungai pada ketinggian 0-100 m di atas permukaan laut.
Shorea balangeran secara alami memang tumbuh di hutan rawa gambut dengan
kondisi genangan sedang, juga dapat tumbuh dengan baik pada hutan kerangas
dengan suhu dan intensitas cahaya yang tinggi dan areal kering. Kondisi ini
menjadikan balangeran memungkinkan untuk digunakan sebagai tanaman
restorasi. Selain itu, balangeran merupakan jenis asli gambut dan jenis cepat
tumbuh serta jenis yang memerlukan cahaya matahari. Hal tersebut menjadikan
balangeran cocok untuk kegiatan restorasi karena kondisi area yang terdegradasi
umumnya merupakan area terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi.
2.2 Teknik Pembebasan

Kembali ke balangeran, pohon ini sendiri mampu tumbuh hingga 20-25 m


dengan diameter mencapai 50 cm. Kulit berwarna tua sampai hitam dengan tebal
1-3 cm, memiliki alur dangkal, dan kulit tidak mengelupas. Sementara bentuk
daun ujungnya meruncing, pangkalnya membundar, permukaan atas daun

8
hijau mengkilap, serta bagian bawah coklat agak keemasan. Balangeran tumbuh
tersebar pada hutan primer basah yang sewaktu-waktu tergenang air, di daerah
rawa atau di pinggir sungai pada ketinggian 0-100 m di atas permukaan laut.
Shorea balangeran secara alami memang tumbuh di hutan rawa gambut dengan
kondisi genangan sedang, juga dapat tumbuh dengan baik pada hutan kerangas
dengan suhu dan intensitas cahaya yang tinggi dan areal kering. Kondisi ini
menjadikan balangeran memungkinkan untuk digunakan sebagai tanaman
restorasi. Selain itu, balangeran merupakan jenis asli gambut dan jenis cepat
tumbuh serta jenis yang memerlukan cahaya matahari. Hal tersebut menjadikan
balangeran cocok untuk kegiatan restorasi karena kondisi area yang terdegradasi
umumnya merupakan area terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi.
2.3 Pendangiran

Pendangira merupakan langkah atau kegiatan yang dilakukan teknik


silvikultur untuk menggemburkan lahan tanaman. Tujuan penggemburan tanah
ahar area tanah menjadi lebih baik, unsur hara dan air mudah teresap ke akar
tanaman, tanah menjadi subur dan tidak tandus.Pendangiran yang cukup baik
dapat menaikkan tingkat kesuburan tanahnya menjadi lebih tinggi sekitar 20-
30%. Kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman dalam upaya
memperbaiki sifat fisik tanah aerase tanah. Adapun tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pendangiran dilaksanakan pada
tanaman yang sudah berumur 1-4 tahun, terutama pada tanaman yang mengalami
stagnasi pertumbuhan atau pada tanah bertektur berat mengandung liat tinggi
serta pada lahan yang saat persiapan lahannya tidak dilakukan kegiatan
pengolahan tanah. Kegiatan pendangiran dilakukan pada waktu musim kemarau,
menjelang tibanya musim hujan. Pelaksanaannya 1-2 kali setahun, tergantung
tingkat tekstur tanah, makin berat tekstur, makin sering dilakukan pendangiran.
Intensitasnya tergantung jarak tanam dan kisarannya antara 1-3 m sekeliling
tanaman, tanahnya harus didangir. Cara pendangiran dilakukan secara manual
dengan menggunakan cangkul pada sekitar tanaman dengan radius 25-50 cm
tergantung pada jarak tanamnya. Pencangkulan tanah jangan terlalu dalam untuk
menghindari terjadinya pemotongan akar tanaman pokok.

9
2.4 Pengukuran Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman budidaya penting untuk dilakukan karena


berkaitan dengan evaluasi pertumbuhan tanaman dan berkaitan dengan aspek
komersial. Data tinggi tanaman menjadi indikator yang signifikan dalam
mencerminkan kapasitas produktif suatu lahan terhadap tanaman yang
dibudidayakan. Kapasitas produktif adalah total biomasa yang dihasilkan oleh
tanaman yang tumbuh disuatu lahan sehingga tahapan tertentu dari
perkembangannya menjadi informasi penting apakah tanaman sudah sepenuhnya
memanfaatkan sumberdaya dan nutrisi secara penuh yang tersedia di lahan.
Sama halnya dengan pengukuran tajuk pohon yang berguna sebagai indikator
penyerapan karbon, naungan, resiko kerusakan akibat angin dan pertumbuhan
tanaman. Ukuran dan bentuk tajuk tanaman dipengaruhi pada asupan nutrisi,
varietas, usia tanaman, dan jarak tanam. Bentuk dan posisi tajuk pada tanaman
buah dapat mempengaruhi produksi buah, tanaman dengan tajuk yang penuh dan
terkena cahaya matahari penuh menghasilkan produksi buah yang lebih banyak
dibandingan dengan tanaman yang memiliki tajuk tidak penuh dan ternaungi
sinar matahari

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Kegiatan praktikum pembebasan, pendangiran dan pengukuran tanaman
balangeran dilakukan tanggal 13-14 Mei 2023 mulai pukul 07.00 sampai dengan
17.00 Wib dengan kegiatan Isoma pukul 11.00-12.30 Wib. Berlokasi di KBR
Jurusan Kehutanan, Faperta, Universitas Palangka Raya.

3.2 Bahan Dan Peralatan


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman
balangeran di KBR Universitas Palangka Raya, Yos Sudarso ujung, Kota
Palangka Raya.
Peralatan praktikum yang digunakan dalam melakukan praktikum adalah:
1. GPS untuk menentukan posisi jalur
2. Kompas untuk mengetahui arah jalur
3. Parang atau sabit untuk pembebasan tumbuhan
pengganggu dan membunuh/memotong gulma. Tiap
mahasiswa membawa
4. Cangkul untuk pendangiran atau pembuatan guludan. Tiap kelompok
minimal 3 (tiga).
5. Meteran atau Phiband atau Kaliper untuk mengukur diameter pohon
6. Galah berskala sepanjang 3 m untuk mengukur tinggi pohon
7. Penggaris
8. Spidol permanen dan cat kuning untuk memberi tanda lokasi
pengukuran diameter setinggi dada atau 130 cm dari permukaan tanah
9. Label plastik untuk memberi identitas pada tanaman (Nomor jalur,
Nomor Pohon, Diameter, Tinggi bebas cabang, Tinggi Pucuk.
10. Thally sheet atau buku pengukuran serta alat tulis
11. Obat-obatan
12. Peralatan keamanan
13. Kamera
14. Komputer atau laptop untuk membuat laporan praktikum

11
3.3 Tahapan Praktikum
Tahapan kegiatan praktikum pembebasan tanaman balangeran adalah
sebagai berikut:
15. Mahasiswa peserta mata kuliah silvikultur dibagi menjadi beberapa
kelompok yang disesuikan dengan jumlah jalur tanaman balangeran.
16. Tiap kelompok bekerja pada jalur-jalur yang telah ditetapkan
17. Tiap jalur diberi/ditancapkan patok kayu dengan panjang di atas
permukaan tanah 150 cm (masuk dalam tanah 25-50 cm),
berdiameter 10-20 cm, setinggi 1,5 meter. Pada bagian atas patok
dicat kuning sepanjang 25 cm dan setelah kering diberi tulisan berisi
Nomor Jalur dan Jumlah Tanaman Hidup dalam jalur tersebut.
18. Kegiatan pembebasan tanaman dilakukan dengan memotong
tumbuhan liar serta semua gulma yang mengganggu tanaman pokok
(balangeran) dalam jalur tanaman dengan lebar 2 meter.
19. Pemotongan tumbuhan liar (akasia, tumih, geronggang dll) dilakukan
dengan golok atau parang
20. Penebasan gulma (alang-alang, kirinyu, herba, perdu dan semak liar)
dalam jalur tanaman dilaukan menggunakan sabit atau parang
21. Pemotongan tumbuhan liar dan penebasan gulam dilakukan serendah
mungkin sampai mendekati permukaan tanah.
22. Melakukan pendangiran atau membuat guludan menggunakan cangkul
23. Menghitung dan mencatat jumlah tanaman balangeran yang
dibebaskan dalam setiap jalur dalam thally sheet
24. Mengukur diameter setinggi dada, tinggi bebas cabang dan tinggi
pucuk setiap tanaman balangeran yang telah dibebaskan
25. Membuat laporan praktikum.

12
3.4 Analisis Data

Jenis Tanaman : Balangeran


Nomor Jalur : Jalur 34 & Jalur 35
Panjang Jalur : 30 m / jalur
Jumlah tanaman yang hidup dalam jalur : 34
tanaman Jarak Tanaman : 2 meter
Waktu Pengukuran :
Pukul 09:00 Lokasi : KBR
UPR Waktu Pembebasan
: 16
Mei 2023 Kelas Silvikultur
:C
Kelompok : 3 (Tiga)

Nomor Nomor Jenis Diameter Tinggi Tinggi pck Ket.


Jalur Pohon Tanaman (cm) Bc(m) (m)
J 34 J34.1 Balangeran 18,47 3 8 Didangir
J34.2 Balangeran 19,10 4 8 Didangir
J34.3 Balangeran 15,92 5 7 Didangir
J34.4 Balangeran 11,14 4 6 Didangir
J34.5 Balangeran 7,96 4 5 Guludan
J34.6 Balangeran 7,96 4 6 Guludan
J34.7 Balangeran 8,28 4 8 Didangir
J34.8 Balangeran 8,91 3 6 Didangir
J34.9 Balangeran 10,50 1,5 8 Didangir
Mati - - - - -
J34.11 Balangeran 5,73 2 6 Guludan
J34.12 Balangeran 8,28 3 6 Didangir
J34.13 Balangeran 3,5 1,5 4 Guludan
Mati - - - - -
J34.15 Balangeran 6,36 1 6 Guludan

13
J 35 J35.1 Balangeran 15,28 4 11 Didangir
J35.2 Balangeran 12,10 3 10 Didangir
J35.3 Balangeran 13,37 3 10 Didangir
J35.4 Balangeran 12,10 2 9 Didangir
J35.5 Balangeran 4,45 2 6 Guludan
J35.6 Balangeran 9,55 2 10 Didangir
J35.7 Balangeran 5,09 2 5 Guludan
J35.8 Balangeran 10,82 3 12 Didangir
J35.9 Balangeran 9,52 4 9 Didangir
J35.10 Balangeran 8,91 1 6 Didangir
J35.11 Balangeran 10,50 4 11 Didangir
J35.12 Balangeran 6,36 4 6 Guludan
J35.13 Balangeran 5,73 2 5 Guludan
J35.14 Balangeran 7,32 2 7 Guludan
J35.15 Balangeran 4,77 2 6 Guludan
J36.16 Balangeran 6,36 3 8 Guludan

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Jumlah pohon yang ditanam sebelumnya adalah sebanyak 15tanaman,
kemudian diamati pada tanggal 16 mei 2023 yang tumbuh di jalur j34 adalah
sebanyak 13 tanaman,sedangkan yang mati sebanyak 2 tanaman dan pada jalur
j35,tanaman yang tumbuh adalah sebanyak 16 tanaman.
Nomor Nomor Jenis Diameter Tinggi Tinggi pck Ket.
Jalur Pohon Tanaman (cm) Bc(m) (m)
J 34 J34.1 Balangeran 18,47 3 8 Didangir
J34.2 Balangeran 19,10 4 8 Didangir
J34.3 Balangeran 15,92 5 7 Didangir
J34.4 Balangeran 11,14 4 6 Didangir
J34.5 Balangeran 7,96 4 5 Guludan
J34.6 Balangeran 7,96 4 6 Guludan
J34.7 Balangeran 8,28 4 8 Didangir
J34.8 Balangeran 8,91 3 6 Didangir
J34.9 Balangeran 10,50 1,5 8 Didangir
Mati - - - - -
J34.11 Balangeran 5,73 2 6 Guludan
J34.12 Balangeran 8,28 3 6 Didangir
J34.13 Balangeran 3,5 1,5 4 Guludan
Mati - - - - -
J34.15 Balangeran 6,36 1 6 Guludan
J 35 J35.1 Balangeran 15,28 4 11 Didangir
J35.2 Balangeran 12,10 3 10 Didangir
J35.3 Balangeran 13,37 3 10 Didangir
J35.4 Balangeran 12,10 2 9 Didangir
J35.5 Balangeran 4,45 2 6 Guludan
J35.6 Balangeran 9,55 2 10 Didangir
J35.7 Balangeran 5,09 2 5 Guludan

15
J35.8 Balangeran 10,82 3 12 Didangir
J35.9 Balangeran 9,52 4 9 Didangir
J35.10 Balangeran 8,91 1 6 Didangir
J35.11 Balangeran 10,50 4 11 Didangir
J35.12 Balangeran 6,36 4 6 Guludan
J35.13 Balangeran 5,73 2 5 Guludan
J35.14 Balangeran 7,32 2 7 Guludan
J35.15 Balangeran 4,77 2 6 Guludan
J36.16 Balangeran 6,36 3 8 Guludan

16
40

35

30

25

20

15

10

0
RATA RATA DIAMETER
JALUR 34 DAN JALUR
35

JALUR 34 JALUR 35

4.2 Pembahasan
Ada beberapa pembahasan yang mencantum analisis data yang di
peroleh yaitu sebagai berikut:
1. Penyebab Kematian Tanaman
Kerusakan yang ditimbulkan oleh oleh jenis-jenis hama tanaman S.
balangeran yang masih tergolong rusak sedang namun sebaiknya hal
tersebut jangan dibiarkan, apabila hal tersebut tidak diperhatikan secara
serius dan dibiarkan terus menerus maka kemungkinan akibat yang
ditimbulkan dapat lebih parah bahkan sampai kematian tanaman, hal ini
dapat menjadi salah satu fakor lingkungan yang mendukung untuk
perkembangan hama-hama.
2. Perlunya Kegiatan Pembebasan atau Guludan
Maksud kegiatan pembebasan ini adalah mengurangi atau
menghilangkan persaingan tempat tumbuh tanaman pokok (Shorea
balangeran) yang disebabkan oleh tumbuhan liar atau gulma yang
tumbuh disekitar tanaman. Persaingan tersebut dapat berupa persaingan
ruang tumbuh di atas permukaan tanah, terutama dalam memperoleh
sinar matahari secara langsung serta ruang perakaran di bawah
permukaan tanah. Ruang perakaran yang baik berisi unsur- unsur hara,
oksigen dan air

17
Yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
3. Perlunya Kegiatan Pembebasan atau Guludan
Maksud kegiatan pembebasan ini adalah mengurangi atau
menghilangkan persaingan tempat tumbuh tanaman pokok (Shorea
balangeran) yang disebabkan oleh tumbuhan liar atau gulma yang
tumbuh disekitar tanaman. Persaingan tersebut dapat berupa persaingan
ruang tumbuh di atas permukaan tanah, terutama dalam memperoleh
sinar matahari secara langsung serta ruang perakaran di bawah
permukaan tanah. Ruang perakaran yang baik berisi unsur- unsur hara,
oksigen dan air yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Pendangiran
Maksud kegiatan pendangiran adalah meningkatkan tingkat kegemburan
tanah disekitar tanaman agar aerasi, porositas tanah dan kemampuan
infiltrasi tanah meningkat karena perakaran memerlukan sirkulasi udara
yang baik serta air untuk menunjang proses metabolisme tanaman,
terutama absorsi unsur hara dari tanah. Apabila lokasi tanaman
tergenang air, maka dilakukan pembuatan guludan atau meninggikan
permukaan tanah di sekitar atau mengelilingi tanaman dengan radius
sekitar 0,5 meter. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada tanaman pada
tingkat semai, pancang dan tiang. Pada tingkat pohon tidak perlu
dilakukan pendangiran atau pembuatan guludan karena tanaman
tersebut telah mampu beradaptasi dengan lingkungannya secara baik.
5. Pengukuran
Maksud kegiatan pengukuran tanaman adalah untuk mendapatkan data
tingkat petumbuhan tanaman, baik pertumbuhan diameter, tinggi bebas
cabang, tinggi pucuk dan data lainnya sebagai bahan evaluasi kegiatan
penanaman, baik kualitas tapak, kesesuaian jenis serta efektifitas teknik
teknik silvikultur yang telah dilakukan.

18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan analisis data lapangan terhadap tanaman kehututanan di KBR
Dapat disimpulkan bahwa Jumlah pohon yang ditanam sebelumnya adalah
sebanyak 15tanaman, kemudian diamati pada tanggal 16 mei 2023 yang tumbuh
di jalur j34 adalah sebanyak 13 tanaman,sedangkan yang mati sebanyak 2
tanaman dan pada jalur j35,tanaman yang tumbuh adalah sebanyak 16 tanaman.
Tanaman yang mati tersebut diakibatkan oleh kurangnya pakan/pupuk dan
serangan berbagai hama terhadap pertumbuhan tanaman belangeran.

5.2 Saran
Didalam membudidayakan tanaman kampus selanjutnya agar melakukan
pengecekan atau perawatan seperti penyemprotan insektisida pada tanaman
balangeran. karena persentasi kesehatannya sangan rendah dan intensitas kerusakan
tanaman S. balangeran yang masih tergolong rusak sedang namun sebaiknya hal
tersebut jangan dibiarkan, apabila hal tersebut tidak diperhatikan secara serius dan
dibiarkan terus menerus maka kemungkinan akibat yang ditimbulkan dapat lebih parah
bahkan sampai kematian tanaman. Tanaman yang sudah mati juga sebaiknya ditanam
kembali agar lahannya tidak kosong begitu saja.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fisher R.F, Binkley. 2000. Ecology and Management of Forest Soil. Third
Edition. John Wiley & Sons, Inc., NewYork.

Nyland R.D. 1996. Silviculture. Concept and Applications. The McGraw- Hill
Companies, Inc. New York-Toronto

Permen LHK No.P8/2021 tentang Pengelolaan Hutan

Soekotjo, 2007. Teknik Silvikultur Intensif. Gajah Mada University Press

Tata H.L. dan Susmianto A, 2016. Paludikultur pada Ekosistem Gambut

Indonesia. Forda Press

Wahyudi, 2013. Sistem Silvikultur di Indonesia, Teori dan Implementasi.


Jurusan Kehutanan, Faperta,UPR
(https://www.academia.edu/23749490/Sistem_Silvikultur)

Wahyudi, JM.Rotinsulu, R. Rahmawati, P.E. Putir, 2019. Petunjuk Praktikum


Silvikultur Rawa Gambut Semeser Genap 2021/2023

Wibisono I.T, L. Siboro, 2005. Panduan Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur di


Lahan Gambut. WetlandInternational.

20
DOKUMENTAS
I
Sebelum melakukan pembebasan,pendangiran dan pengukuran
tanaman

Waktu Pembersihan tanaman

21
Menghitung Diameter Pohon. Tinggi Pohon, Tinggi Bebas Cabang, Tinggi
Pucuk Pohon.

22
Sesudah melakukan pembebasan, pendangiran dan pengukuran tanaman

23

You might also like