You are on page 1of 13

Dahulu pernah ada seorang yang sangat memusuhi Islam

Ia memiliki tiga pertanyaan masyhur yang tak seorang pun dapat


menjawabnya. Waktu itu tak ada seorang ulama pun di baghdad yang bisa
menjawabnya. Karenanya ia menertawakan Islam di depan umum. Ia terus
mencemoohkan Islam dan kaum muslimin.
Suatu hari datanglah seorang bocah yang baru berumur 10
tahun. Ia mendengar orang itu berteriak-teriak mencaci maki
kaum muslimin di jalanan. Orang itu menantang orang-orang
secara terbuka untuk menjawab 3 pertanyaannya. Bocah itu
berdiri tenang dan menyimak. Kemudian ia memutuskan akan
menantang orang itu.
Ia mendaki menghampiri orang itu dan berkata, “Aku terima
tantanganmu”.
Orang itu mentertawakannya dan makin melecehkan kaum muslim. Ia
berkata: “Anak bocah 10 tahun menantangku. Bocah inikah yang kalian
semua ajukan?” Tapi bocah itu dengan sabar berkali-kali menyatakan
pendiriannya. Ia tetap menantang orang itu dan dengan pertolongan dan
petunjuk Allah, ia akan mengakhiri tingkahnya. Akhirnya orang itu
melayaninya.
Ditengah-tengah kota itu ada sebuah bukit kecil yang biasa
dipakai untuk pidato umum. Orang itu naik ke puncaknya, dan
dengan suara lantang ia mengajukan pertanyaan pertamanya.
“Apa yang sedang dikerjakan Tuhanmu sekarang?” Bocah itu
berpikir sebentar dan kemudian meminta orang itu turun dari
bukit dan membiarkannya naik untuk menjawab.
Orang itu berkata: “Apa? Kau minta aku turun?”
Bocah menjawab: “Ya, aku ingin jawab sekarang?” Orang itupun turun
Dan si bocah, dengan kakinya yang kecil memanjat.
Jawab bocah itu, “Ya Allah Yang Maha Agung! Engkaulah saksiku di depan
seluruh orang-orang ini. Engkau baru saja berkehendak menurunkan
seorang kafir serendah-rendahnya, dan mengangkat seorang muslim
setinggi-tingginya.”

Orang-orang bersorak-sorai
dan memekikkan takbir
“Allahu Akbar…!”
Dan orang itupun malu.
Tapi ia memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan kedua:
“Apa yang ada sebelum ada Tuhanmu?”. Bocah berpikir keras. Lalu ia
meminta orang itu berhitung balik. “Coba hitung balik dari angka 10!”.
Lalu orang itu berhitung… “10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, 0!”
Bocah itu bertanya, “Lalu sebelum 0?”
“Saya tak tahu…tak ada”,
jawab orang itu. “Persis itulah.
Tak ada apa-apa sebelum Allah,
karena Dia Abadi dan Mutlak.”
Orang-orang bersorak-sorai kembali, “Allahu Akbar…!”
Kini, dengan penuh frustasi orang itu
mengajukan pertanyaan terakhirnya. “ Ke arah
manakah Tuhanmu menghadap?” Bocah itu
kembali memeras otak. Lalu ia meminta sebuah
lilin. Lilin pun diberikan kepadanya. Bocah
terberkati itu menyerahkannya ke orang itu dan
memintanya untuk menyalakannya.
Orang itu pun menurutinya dan berkata, “Ah,
bukti apaan ini?” Bocah bertanya, “Ke arah
manakah cahaya lilin itu menghadap?” Orang
itu menjawab, “Ia menghadap ke seluruh arah”
Bocah itu berkata, “Kau telah menjawab sendiri
pertanyaanmu. Cahaya Allah menghadap ke
seluruh arah. Dia ada dimana-mana. Tak ada
tempat yang tidak ada Dia.”
Orang-orang kembali bersorak-sorai,
“Allahu akbar…!”
Orang itu begitu terkesan dan tergerak hatinya oleh pengetahuan
dan spirituallitas si Bocah, hingga ia memeluk Islam dan menjadi
muridnya. Begitulah akhir debat itu.
Siapakah Bocah itu?
Bocah itu adalah salah seorang imam dan ulama besar kita,
Imam abu hanifah (Semoga Allah memberkati dan menyucikan rahasianya)

Ingatlah contoh-contoh yang harus kita ikuti dan pandanglah selalu para wali
agung supaya kita menemukan kebenaran dan petunjuk yang Allah
anugerahkan kepada umat ini.

You might also like