You are on page 1of 15

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. “M”
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 46 tahun
Alamat : Jalan Taraweang Kabba pangkep
Pekerjaan : Juru masak
No. RM : 60 28 32
Tgl. Pemeriksaan : 22 Februari 2017
Pemeriksa : Azhar fauzan, S.Ked
Supervisior : dr. Andi Sengngeng Relle, Sp.M

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Benjolan pada kelopak mata kanan bawah
2. Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien laki – laki datang ke Poliklinik Mata RS TK II Pelamonia
dengan keluhan benjolan pada mata kanan bawah atas sejak ± 1 tahun yang
lalu. Keluhan ini dirasakan hilang timbul sejak awal dideritanya. Pasien juga
mengeluhkan keluarnya air mata secara berlebihan, riwayat trauma disangkal,
riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama tidak ada.

3. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat Diabetes Melitus : (-)
 Riwayat hipertensi : (-)
 Riwayat penggunaan kacamata : (-)
 Riwayat trauma pada mata : (-)
 Riwayat penggunaan steroid jangka lama : (-)
 Riwayat alergi makanan dan obat : (-)

1
4. Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat penyakit serupa : (-)
 Riwayat Hipertensi : (-)
 Riwayat Cancer : (-)
 Riwayat Diabetes Melitus : (-)
 Riwayat alergi : (-)

C. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
Nadi : 96x/menit.
Respirasi Rate : 20x/ menit

D. Status Oftalmologi
1. Pemeriksaan Inspeksi

OS OD
Palpebra Edema (-) Edema (+) inf
Silia Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)
Apparatus
lakrimasi (-) lakrimasi (-)
Lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (-). Hiperemis(-)
Bola mata Normal Normal
Kornea Arcus Senilis (+) Arcus Senilis (+)
Permukaan Licin Permukaan Licin
BilikMata
Normal Normal
Depan
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral Bulat, Sentral
Lensa Jernih Jernih

2
Mekanisme Pergerakan normal ke Pergerakan normal ke segala
muscular segala arah arah

2. Pemeriksaan Palpasi

Palpasi OS OD
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
Massa tumor (-). (-)
Glandula preaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

3. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Visus
VOD : 6/6
VOS : 6/6
5. Pemeriksaan Slit Lamp
a. SLOD : Tepi palpebral edema bagian inferior , Konjungtiva hiperimis (-)
selaput (-), lensa jernih, BMD Normal, Iris Coklat, Kripte (+), Pupil Bulat
letak sentral
b. SLOS : Tepi palpebra normal, Konjungtiva hiperimis (-) selaput (-), lensa
jernih, BMD Normal, Iris Coklat, Kripte (+), Pupil Bulat letak sentral

3
E. Ringkasan Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik
Seorang laki – laki berusia 46 tahun datang dengan dengan dengan keluhan
benjolan pada mata kanan bawah sejak ± 1 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan
hilang timbul sejak pertama dideritanya, pasien juga mengeluh mengeluh
mengeluarkan air mata secara berlebihan.
Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan benjolan bagian OD palpebra
Inferior. Pemeriksaan refraksi didapatkan visus OD: 6/6 dan OS: 6/6. Pada
Pemeriksaan Slit Lamp OD Tepi palpebra edema bagian inferior palpebra.
F. Diagnosis Kerja
OD Dakriosistitis
G. Diagnosis Banding
OD Hordeolum Interna
OD Selulitis Orbita

4
H. Penatalaksanaan
- Kompres Air Hangat 10-15 menit, 3 kali sehari
- Metronidazole 500mg 3x1
- Methyl prednisolone4 mg 3x1
- Polydes ED 4x1 tetes OD
I. Prognosis
Ad Vitam : bonam
Ad Sanationam : bonam
Ad Visam : bonam
Ad Kosmetik : bonam

5
A. Anatomi dan Fisiologi
Kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal
aksesorius, kanakuli, saccus lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis. Kelenjar
lakrimal terdiri atas struktur – struktur berikut ini1 :
1. Bagian orbita : berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandulae
lacrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari
bagian palpebral oleh kornu lateralis musculus levator palpebrae. Untuk
mencapai bagian kelenjar ini dengan pembedahan, harus diiris kulit,
musculus orbicularis oculi, dan septum orbitale.1
2. Bagian palpebral : yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara
pada sekitar sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian orbita dan
bagian palpebral kelenjar lakrimalis dengan forniks konjungtiva superior.
Pengangkatan bagian palpebral kelenjar akan memutus semua saluran
penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi.1
Kelenjar lakrimal aksesorius (glandula Krause dan wolfring) terletak di
dalam substansia propria di konjungtiva palpebrae1,2,3 dan menyapu permukaan
mata dengan setiap kedipan. penguapan air mata terjadi (kira-kira 25%). Marginal
saluran air mata Strip melalui kanalikuli inferior sekitar (70%) dan 30% melalui
kanalikuli superior.4
Air mata mengalir dari lacus lacrimalis melalui punctum superius dan
kanakuli ke saccus lacrimalis, yang terletak dalam fossa glandulae lacrimalis.
Ductus nasolacrimalis berlanjut ke bawah dari sacus dan bermuara ke meatus
inferior rongga hidung, lateral terhadap turbinatus inferior. Air mata diarahkan ke
dalam punktum oleh lapisan kapiler, gravitasi, dan kedipan palpebrae. Kombinasi
kekuatan isapan kapiler dalam kanalikuli gravitasi, dan aktivitas memompa otot
horner perluasan musculus orbicularis oculi ke belakang saccus lacrimalis akan
meneruskan aliran air mata ke bawah melalui ductus naso lacrimalis ke dalam
hidung.1,2,3

6
Pendarahan kelenjar air mata berasal dari arteria lacrimalis. Vena dari
kelenjar bergabung dengan vena ophtalmica. Drainase limfe bersatu dengan
pembuluh linfe konjungtiva dan mengalir ke kelenjar getah bening preaurikuler.1
Persarafan kelenjar air mata di persarafi oleh (1) nervus lacrimalis
(sensoris), suatu cabang dari divisi pertama trigeminus; (2) nervus petrosus
superficialis magna (sekretoris), yang datang dari nukleus salivarius superior dan
(3) saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lacrimalis.1

Gambar 2. Anatomi sistem lakrimalis.4

Gambar 3. fisiologi air mata.4


B. Definisi
Dakriosistitis adalah infeksi saccus lacrimalis. 5,6,7,8,9, adalah penyakit umum
yang biasanya terdapat pada bayi atau wanita pascamenopause. Paling sering
unilateral dan selalu sekunder akibat obstruksi ductus nasolacrimalis. Pada banyak

7
kasus dewasa, penyebab obstruksi itu tidak diketahui. Dakriosistitis jarang
terdapat pada golongan usia pertengahan, kecuali sesudah trauma atau disebabkan
oleh suatu dakriolit. Penyembuhan spontan terjadi setelah dakriolit terlepas, tetapi
biasanya kambuh lagi.1,2,3
Pada bayi, infeksi kronik menyertai obstruksi ductus nasolacrimalis, tetapi
dakriosistitis akut jarang terjadi. Dakriosistitis akut pada anak sering terjadi akibat
infeksi haemophilus influenza. Terapi harus segera dilakukan secara agresif
karena berisiko menimbulkan selulitis orbital.1,2
Dakriosistitis akut pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus atau kadang – kadang streptococcus B-hemolyticus. Pada
kronik, organisme dominannya adalah streptococcus pneumonia atau, jarang
sekali, candida albicans – infeksi campur tidak dijumpai. Penyebab infeksi dapat
ditemukan secara mikroskopis dengan pemulasan sediaan hapus konjungtiva yang
diambil setelah memeras saccus lacrimalis.1,3

Gambar 4. Dakriosistitis.4
C. Etiologi
Dakriosistitis sering disebabkan oleh obstruksi nasolacrimalis atau infeksi.
Lesi inflamasi merupakan diagnosis yang paling sering di 75% dari biopsi
kantung lakrimal. Penyebab yang paling umum disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Stafilokok,
pneumokok, streptokok, Neisseria catarrkalis, Actinomyces. basil Gram-negatif

8
lainnya. H. injluenzae: sering terjadi pada anak. Cairan stagnan di nasolakrimalis
dapat menjadi infeksi sekunder karena drainase yang buruk.5,6,9
D. Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di atas
40 tahun, terutama perempuan 1,2,3

E. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi duktus
nasolakrimalis 10:
 Terdapat benda yang menutupi lumen duktus, seperti pengendapan kalsium,
atau koloni jamur yang mengelilingi suatu korpus alienum.
 Terjadi striktur atau kongesti pada dinding duktus.
 Penekanan dari luar oleh karena terjadi fraktur atau adanya tumor pada sinus
maksilaris.
 Obstruksi akibat adanya deviasi septum atau polip.
 Wajah yang sempit, hidung yang rata dan Brachycephalic head.8
F. Patogenesis
Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi
pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak
biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang
dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip
hidung.3,5,8,10
Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis. Tahapan-tahapan
tersebut antara lain10:
 Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga yang
keluar hanyalah air mata yang berlebihan.
 Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus, mukopurulen,
atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya.

9
 Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal ini
dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga
membentuk suatu kista.

G. Gejala klinik
Gejala utama dakriosistitis adalah berair mata dan belekan (bertahi mata).
Pada bentuk akut, di daerah saccus lacrimalis terdapat gejala radang, sakit,
bengkak, dan nyeri tekan.2 Substansi purulen dapat diperas dari saccus. Pada yang
kronik, tanda satu –satunya adalah berair mata. Substansi mukoid biasanya bisa
diperas keluar dari saccus. Yang menarik adalah dakriosistitis jarang disertai
komplikasi konjungtivitis walaupun saccus konjungtivalis terus menerus
bermandikan pus (nanah) yang keluar dari punctum lacrimale. Pada dakriosistitis
pneumonia, sesekali timbul ulkus kornea setelah trauma kornea ringan.
Dakriosistitis kronik meningkatkan risiko terjadinya endoftalmitis pascaoperasi
katarak.1,3,8
dakriosistitis akut: sangat nyeri, mata berair. Kemerahan. discharge purulen.
Lembut, bengkak kantung lakrimal.5
Silent atau kronis dakriosistitis: mata berair, inflamasi minimal. Kronis
konjungtivitis berulang.5
H. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dakriosistitis dibutuhkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan
dengan cara autoanamnesis dan heteroanamnesis. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan fisik. Jika, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik masih belum
bisa dipastikan penyakitnya, maka boleh dilakukan pemeriksaan penunjang.
Untuk mengkonfirmasi adanya obstruksi10:
1. Fluorescein uji cukai: Setetes fluorescein biasanya harus
menghilang dari kantung konjungtiva dalam waktu 5 menit.

10
Gambar 5. Uji flourescein.4

2. uji John dye: Jika sepotong kapas diletakkan di meatus inferior


hidung dan penurunan fluorescein di mata, sepotong kapas biasanya
harus menerima fluorescein dalam waktu 5 menit.
Untuk mengidentifikasi lokasi dan penyebab obstruksi:
1. Probing: punctum ini melebar oleh dilator punctal, maka probe
dimasukkan ke kantung. Jika> 8 mm probe dapat lulus dalam,
sehingga tidak ada halangan canalicular. Jika hanya kurang dari 8
mm, sehingga ada obstruksi canalicular.

Gambar 6. Probing.4
2. irigasi lacrimal dengan garam (anel test): Saline disuntikkan ke
dalam bagian lakrimal dengan jarum bengkok yang khusus tumpul.
Jika bisa mencapai hidung di bawah tekanan, sehingga ada
obstruksi parsial.

11
3. irigasi lacrimal dengan garam dan adrenalin: adrenalin disuntikkan.
Jika tidak bisa mencapai hidung, penyebab obstruksi adalah
hambatan ductus nasolacrimalis. Jika bisa, penyebabnya adalah
penyempitan.
4. Radiografi:Plain X - ray menunjukkan lesi tulang malunion fraktur
rahang atas. Dacryocystography: Sebuah dye disuntikkan ke dalam
bagian lakrimal dan X- ray film diambil. Ini mungkin
menunjukkan:

* Tiba-tiba obstruksi ductus nasolacrimalis pada kasus tumor.


* Rat tail penampilan dalam kasus striktur dari ductus nasolacrimalis.
* Tidak ada halangan, namun tertunda pengosongan kantung lakrimal dalam
kasus obstruksi lakrimal fungsional.
* Zat warna tidak bisa masuk kantung dalam kasus obstruksi canalicular.
scintillography lakrimal:
* Tetes mata radioaktif ditanamkan dan gerakannya melalui bagian lakrimal
dipantau (sangat akurat).
5. Pemeriksaan THT: Penting untuk: Untuk menemukan penyebab
obstruksi ductus nasolacrimalis.
I. Diagnosis banding
1. Selulitis orbita
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat jarang
intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita akan memberikan
gejala demam, mata merah, kelopak sangat edema dan kemotik, mata
proptosis, atau eksoftalmus diplopia, sakit terutama bila digerakkan, dan
tajam penglihatan menurun bila terjadi penyakit neuritis retrobulbar. Pada
retina terlihat tanda stasis pembuluh vena dengan edema papil.1,3

12
Gambar 7. Selulitis orbita.4

2. Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Horedeolum
eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum
internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam
tarsus. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau
radang kelenjar Zeis atau Moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke
daerah kulit kelopak. 1,3

Gambar 8. Hordeolum.4
J. Terapi
Dakriosistitis akut biasanya berespon terhadap antibiotik sistemik yang
memadai, kompres air hangat, dan bentuk kroniknya sering dapat dipertahankan

13
laten dengan tetesan antibiotik. Meskipun begitu, menghilangkan obstruksi adalah
penyembuhan satu – satunya.1,2,5,6,8
Pada orang dewasa, adanya mukokel adalah pertanda bahwa tempat
obstruksi adalah di ductus nasolacrimalis dan diindikasikan tindakan
dakriosistorinostomi. Terbukanya sistem kanalikuli dipastikan jika mukus atau
pus keluar melalui punctum saat saccus ditekan. Pemeriksaan hidung penting
untuk menjamin cukupnya ruang drainase antara septum dan dinding lateral
hidung. Dengan pendekatan eksternal, pembukaan saluran dicapai dengan
melakukan insisi pada crista lacrimalis anterior. Dibentuk saluran berdinding
tulang di lateral hidung, dan mukosa hidung dijahitkan ke mukosa saccus
lacrimalis. Pendekatan endoskopik melalui hidung dengan memakai laser untuk
membentuk anastomosis antara saccus lacrimalis dan rongga hidung atau untuk
menghindari insisi eksternal. Dilatasi sistem nasolacrimal distal dengan balon
transluminal mungkin juga berguna untuk pasien yang tidak dapat dioperasi.
Berair mata secara berlebihan (epifora) terkadang disebabkan oleh stenosis
kanalikuli atau obstruksi di perbatasan antara kanalikulus komunis dan saccus
lacrimalis. Pada kedua kasus ini, kompresi pada saccus tidak menyebabkan
keluarnya cairan, mucus, atau pus melalui puncta, dan tidak didapatkan mukokel.
Intubasi dan irigasi sistem kanalikuli dengan suatu kanula lakrimal dan studi sinar
– x memakai media kontras (dakriosistografi) dapat menentukan lokasi obstruksi.
Obstruksi kanakuli tersebut dengan sten silicon selama 3-6 bulan. Akan tetapi,
adanya jaringan parut obstruksi yang tebal mengharuskan dilakukannya
dakriosistorinostomi dan kanalukuloplasti dengan intubasi silicon di sistem
kanalikuli.1
Pada dakriosistitis infantile, lokasi stenosis biasanya di katup hasner.
Kegagalan kanalisasi adalah kejadian yang umum ditemukan (4-7% dari
neonatus), tetapi duktus tersebut biasanya membuka spontan dalam bulan
pertama. Saccus lacrimalis yang ditekan kuat kadang – kadang dapat merobek
membrane sehingga saluran terbuka. Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan,
atau jika timbul dakriosistitis, dilakukannya tindakan ini efektif pada 75% kasus.
Sisanya hampir selalu dapat disembuhkan dengan pengulangan tindakan, dengan

14
merusak concha inferior ke dalam, atau dengan bidai lakrimal silicon temporer.
Tindakan pelebaran jangan dilakukan bila ada infeksi akut.1

Gambar 9. Dakriosistorinostomi.4

Penyulit dalam kasus dakriosistitis dapat terbentuk pecahnya pus yang


mengakibatkan fistel sakus lakrimal, abses kelopak, ulkus kornea, dan selulitis
orbita. Dakriosistitis dapat menjadi kronik sehingga sukar diobati. Adanya
dakriosistitis merupakan kontraindikasi untuk melakukan tindakan bedah
membuka bola mata seperti operasi katarak, glaucoma karena dapat menimbulkan
infeksi intraocular seperti endoftalmitis ataupun panoftalmitis.3
K. Prognosis
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi
terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara
tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan
pembedahan baik itu dengan dakriosistorinostomi eksternal atau
dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang terjadi sehingga
prognosisnya dubia ad bonam. 12

15

You might also like