Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 2
Prodi DIV Kebidanan Alih Jenjang
Antik Kristiyani P27224023238
Endah Sugiarti P27224023254
Limaningsih P27224023257
Rini Rahayu P27224023269
Rini Setiyaningsih P27224023270
Tantrie Rosariningtyas P27224023274
Tri Wahyuni P27224023296
Umi Lestari P27224023277
Nur Handayani P27224023265
Yanuar Murdianigsih P27224023278
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologik dimana uterus
mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah
masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Menurut dari cara persalinannya dibagi menjadi dua, yaitu: Persalinan
biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan
cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang,
presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan
seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam
tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. Serta persalinan
abnormal merupakan persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar
yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang
belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique)
dibawah rambut pubis. Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan
bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan
tetap berada pada posisi anterior posterior, pada bayi yang besar akan
terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis. Distosia bahu terutama
disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
kedalam panggul (misalnya pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif
dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala yang
terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir
atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk kedalam
panggul. Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram.
Frekuensi bayi yang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 %
dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi
lahir pervaginam 10,8 – 11,3 Kg (Lewellpyn, 2001).
Dari kasus tersebut, dapat diartikan distosia merupakan suatu
penyulit dalam persalinan, sedangkan distosia bahu adalah penyulit
persalinan pada bahu janin. Angka kejadian distosia bahu tergantung pada
kriteria diagnosa yang digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia
bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu
harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan
masalah dari makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan obstetri?
2. Bagaimana diagnosa kegawatdaruratan obstetri?
3. Bagaimana asuhan kegawatdaruratan pada kasus : distosia bahu,
malpresentasi dan ruptur uteri?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui kegawatdaruratan obstetri
2. Mengetahui diagnosa kegawatdaruratan obstetri
3. Mengetahui asuhan kegawatdaruratan pada kasus : distosia bahu,
malpresentasi dan ruptur uteri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kesimpulan
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai
oleh terlalu lama lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum,
persalinan yang abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi
antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.
Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu
anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk
ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi
mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu merupakan kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan
tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Malposisi merupakan posisi abnormal verteks kepala janin (dengan
oksiput sebagai titik acuan) terhadap panggul ibu. Malpresentasi
merupakan presentasi janin selain verteks.
Ruptur uterus dapat terjadi secara spontan di dalam rahim yang
tidak rusak tetapi lebih mungkin terjadi pada wanita dengan operasi rahim
sebelumnya misalnya operasi caesar, histerotomi, miomektomi, perforasi
uterus pertengahan trimester. Ini biasanya terjadi pada persalinan tetapi
dapat terjadi pada akhir kehamilan.
B. Saran
Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar
melakukan kunjungan / pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk
mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak
sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat
penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa
bersalin secara normal atau tidak normal.
DAFTAR PUSTAKA