You are on page 1of 8

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA

JALAN TAMAN SUROPATI NOMOR 2 JAKARTA 10310


TELEPON (021) 31936207, 3905650; FAKSIMILE (021) 3145374
www.bappenas.go.id
Nomor : 10164/PP 01.03/D.7/08/2021 Jakarta, 18 Agustus 2021
Sifat : Segera
Lampiran : 2 (dua) Berkas
Hal : Undangan Focus Group Discussion (FGD) Seri Penyempurnaan Hukum
Ekonomi: Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU

Yth.
(Mohon lihat daftar terlampir)
di tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan upaya pencapaian sasaran RPJMN 2020-2024 dan RKP


2021 khususnya pada agenda Penyempurnaan Hukum Ekonomi Untuk Mendukung
Kemudahan Berusaha, bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu sebagai peserta pada
FGD Seri Penyempurnaan Hukum Ekonomi: Reformasi Hukum Kepailitan dan
PKPU yang akan diselenggarakan pada:
Hari : Selasa, 24 Agustus 2021
Waktu : 08.30 s.d. selesai
Tempat : Zoom Meeting
(tautan: https://tinyurl.com/FGDKepailitan)
Topik : Reformasi Sistem Hukum Kepailitan dan PKPU

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami sampaikan Kerangka Acuan


Kegiatan. Untuk konfirmasi dan koordinasi lebih lanjut dapat menghubungi Sdri. Naomi
Simanjuntak (0822-3295-4398) atau Sdri. Silvia Kusuma (0813-7707-0044).
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, kami
ucapkan terima kasih.
Lampiran :I
Surat Nomor : 10164/PP.01.03/D.7/08/2021

DAFTAR PENERIMA UNDANGAN

A. Kementerian PPN/Bappenas
1. Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan;
2. Deputi Bidang Ekonomi;
3. Dr. Slamet Seno Adji,MA., Perencana Ahli Utama.

B. Mahkamah Agung
4. Ketua Kamar Perdata;
5. Anggota Pokja Kepailitan dan PKPU.

C. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian


6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi;
7. Reza Yamora Siregar, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
8. Raden Pardede, Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
9. Taufik Maroef Mappaenre, Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

D. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


10. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional;
11. Direktur Perancangan Peraturan Perundang-Undangan.

E. Kementerian Keuangan
12. Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Kelembagaan;
13. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal;
14. Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal;
15. Sekretaris Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Lampiran : II
Surat Nomor : 10164/PP.01.03/D.7/08/2021

Kerangka Acuan Kerja


Focus Group Discussion Seri Penyempurnaan Hukum Ekonomi:
Reformasi Sistem Hukum Kepailitan dan PKPU

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong perbaikan sistem hukum dan


peradilan, khususnya dalam reformasi sistem kepailitan guna menjamin kepastian
hukum, memperbaiki iklim berusaha, dan investasi. Hal ini didorong melalui
penyusunan Grand Design Penyempurnaan Hukum Ekonomi pada tahun 2019 di
bawah koordinasi Direktorat Hukum dan Regulasi Bappenas yang bertujuan
memetakan kebutuhan reformasi hukum ekonomi baik untuk menunjang peningkatan
peringkat Indonesia pada Survei Kemudahan Berusaha Bank Dunia, peningkatan
Indeks Kompetisi Global (Global Competitiveness Index), pencapaian United Nations
Sustainable Development Goals (SDGs), serta menunjang kebutuhan dunia usaha
Indonesia mengenai perbaikan hukum ekonomi. Sejumlah permasalahan yang dapat
diidentifikasi, antara lain ditemukan pada aspek berikut:
1. Aspek birokrasi kepailitan
Reformasi sistem kepailitan pada tahun 1998 dan 2004 bersifat tambal sulam dengan
menambah-kurangi aturan lama. Pada negara maju sudah terdapat pengaturan-
pengaturan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik debitur, sedangkan di
Indonesia hanya ada satu ketentuan. Hal ini menjelaskan minimnya UMKM atau debitur
individu yang menggunakan prosedur ini. Pemerintah perlu mengatur penggunaan
instrumen kepailitan, melihat sistem ini berjalan sepenuhnya oleh dinamika pasar yang
sangat berisiko.
2. Pemberesan kepailitan
Kondisi kepailitan di Indonesia saat ini belum ideal karena terjadi ketimpangan rasio
antara jumlah penduduk dengan jumlah perkara yang diterima di pengadilan.
Berdasarakan data dari Malaysia Departement of Insovency, Indonesia memiliki jumlah
penduduk mencapai 260 juta orang, sedangkan pengadilan hanya menerima kurang dari
300 perkara kepailitan setahun. Jumlah tersebut menunjukkan adanya masalah dalam
pemanfaatan sistem hukum kepailitan. Dibandingkan dengan Australia, yang memiliki 16
juta penduduk, sistem kepailitan Australia telah menerima 7.000 kepailitan individu/tahun
dan sekitar 10.000 kepailitan badan hukum/tahun, serta Malaysia pada tahun 2018
menerima 16.482 permohonan kepailitan.
3. Insentif bagi masyarakat
Sistem kepailitan saat ini tidak memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk
menggunakan instrumen kepailitan. Undang-Undang Kepailitan tidak memiliki kebijakan
efektif terhadap pemulihan usaha bagi pengusaha kecil yang gagal menjalankan usaha.
Jaminan kepastian hukum terhadap debitur dalam proses kepailitan belum berjalan secara
ideal. Upaya terbaik pada sistem kepailitan modern adalah mengembalikan pelaku usaha
yang masih produktif ke pasar, dan kembali berusaha tanpa terbebani hutang.
4. Biaya kepailitan relatif tinggi
Sistem kepailitan tidak efisien dan berbiaya tinggi. Situasi ini berdampak pada sulitnya
pengusaha kecil dan UMKM memanfaatkan fasilitas kepailitan karena biaya yang harus
dibayar lebih tinggi daripada nilai utang.
5. Akses terhadap informasi proses pasca kepailitan
Tidak terdapat publikasi terkait proses yang terjadi pasca dibukanya proses kepailitan,
kecuali dimintakan secara khusus kepada pengadilan. Saat ini yang tersedia hanya
informasi terkait registrasi perkara dan putusan pada situs Sistem Informasi Penelusuran
Perkara (SIPP).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, reformasi hukum kepailitan dan PKPU


disertakan sebagai salah satu program dalam strategi penyempurnaan hukum
ekonomi untuk mendukung kemudahan berusaha. Strategi ini dilakukan untuk
mencapai terselenggaranya sistem peradilan yang efektif, transparan, dan akuntabel
sebagai salah satu sasaran pembangunan bidang hukum dalam kerangka penegakan
hukum nasional yang dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) 2020-2024.

RPJMN menargetkan Indonesia dapat mencapai peringkat 40 pada survei


Kemudahan Berusaha/Ease of Doing Business Survey (EoDB) yang dilakukan oleh
Bank Dunia di tahun 2024. Untuk mencapai peringkat tersebut, Indonesia perlu
meningkatkan semua aspek kemudahan berusaha, khususnya dalam 3 (tiga) aspek
yang menjadi fokus RPJMN, yaitu aspek penyelesaian perkara kepailitan (resolving
insolvency), aspek penegakan kontrak (enforcing contracts), dan aspek mendapatkan
kredit (getting credits). Agenda pembangunan 2020-2024 telah menempatkan
perbaikan sistem hukum perdata sebagai salah satu strategi yang perlu diupayakan.
Berbagai kebijakan perlu didorong, antara lain melalui reformasi sistem hukum
kepailitan dan PKPU guna menjamin kepastian hukum dan memperbaiki iklim
berusaha serta investasi.

Berdasarkan hal tersebut reformasi sistem hukum kepailitan perlu disertakan


sebagai salah satu program dalam strategi penyempurnaan hukum ekonomi untuk
mendukung kemudahan berusaha. Program tersebut perlu dituangkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2022, sehingga dapat mendorong
pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepailitan yang bertujuan untuk
mendapatkan masukan dari semua pemangku kepentingan dalam tahap
penyempurnaan kembali RUU Kepailitan.
Dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 hingga
saat ini, telah berdampak pada pelaksanaan banyak program prioritas sehingga
diperlukan solusi alternatif dan penajaman atas pemetaan program yang dituangkan
dalam RKP 2021. Harapannya hasil penajaman program/kegiatan dapat diakomodir
dalam RKP tahun 2022. Untuk itu, Direktorat Hukum dan Regulasi Bappenas
bermaksud untuk menyelenggarakan FGD melalui Teleconference yang akan
berfokus untuk membahas aspek substansi Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU.

B. Tujuan

Pelaksanaan FGD Reformasi Sistem Hukum Kepailitan dan PKPU di atas bertujuan
untuk:
1. Melakukan konfirmasi ulang atas pemetaaan kebutuhan pada aspek reformasi
sistem hukum kepailitan dan PKPU untuk menunjang kemudahan berusaha
Indonesia.
2. Mengkoordinasikan serta melakukan sinergi untuk program reformasi sistem
hukum kepailitan dan PKPU.
3. Memberikan alternatif pilihan untuk perbaikan sistem hukum kepailitan dan PKPU.

C. Format Acara dan Jadwal Kegiatan

FGD Reformasi Sistem Hukum Kepailitan dan PKPU akan dilakukan melalui media
teleconference dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

Selasa, 24 Agustus 2021


Waktu Kegiatan Pelaksana

Persiapan penerimaan
08.30 – 08.40 peserta melalui Panitia Bappenas: MC
teleconference

Cahyo Rahadian Muzhar, S.H., LL.M.


(Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum, Kementerian Hukum dan HAM)
Tema: Reformasi Regulasi Kepailitan
dan PKPU
1. Perubahan UU Kepailitan dan PKPU
08.40 – 08.55 2. Transparansi dan akuntabilitas
Presentasi dari narasumber
proses pengurusan dan
pemberesan dari perspektif
pemerintah
3. Peningkatan recovery rate dan
penurunan biaya kepailitan
4. Prospek pemanfaatan instrumen
kepailitan bagi industri UMKM
YM I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H.
08.55 – 09.10 Presentasi dari Narasumber (Ketua Kamar Perdata, Mahkamah Agung)
Tema: Tantangan dan Pembelajaran
Penanganan Perkara Kepailitan dan PKPU
1. Tantangan penanganan perkara
kepailitan dan PKPU
2. Pembelajaran penanganan perkara
kepailitan dan PKPU
a. Pemeriksaan kepailitan dan PKPU
b. Proses kepailitan dan PKPU pasca
putusan
c. Revitalisasi pengelolaan data
perkara kepailitan dan PKPU
d. Peningkatan kapasitas hakim niaga
dan petugas pengadilan hakim
niaga

Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S.


(Guru Besar Hukum Dagang Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada)
Tema: Sistem Kepailitan dan PKPU yang
Ideal
1. Indikator sistem kepailitan dan PKPU
yang ideal
2. Faktor pendukung keberhasilan
mekanisme kepailitan dan PKPU
09.10 – 09.25 Presentasi dari Narasumber 3. Reformasi sistem kepailitan dan PKPU,
melalui:
a. Perubahan UU Kepailitan dan
PKPU
b. Transparansi dan akuntabilitas
proses pengurusan dan
pemberesan dari perspektif
pemerintah
c. Peningkatan recovery rate dan
penurunan biaya kepailitan
d. Prospek pemanfaatan instrumen
Kepailitan bagi Industri UMKM.

Moderator memandu
diskusi. 1. Moderator: Aria Suyudi, S.H.,
09.25 – 12.10 Penanggap memberikan LL.M.
tanggapan masing-masing 2. Penanggap Diskusi
15 menit.

Dewo Broto Joko Putranto, S.H.,


12.10 – 12.30 LL.M.
Paparan Penutup
(Direktur Hukum dan Regulasi,
Kementerian PPN/Bappenas)

12.30 – 12.50 Dr. Ir. Slamet Soedarsono, MPP,


Penutupan
QIA, CRMP, CGAP.
(Deputi Polhukhankam Kementerian
PPN/Bappenas)

D. Narasumber, Penanggap, dan Peserta

Narasumber, penanggap, dan peserta dalam Diskusi Reformasi Sistem Kepailitan,


sebagai berikut:

• Narasumber:
1. YM I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H., Ketua Kamar Perdata Mahkamah
Agung RI;
2. Cahyo Rahadian Muzhar, S.H., LL.M., Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum, Kementerian Hukum dan HAM;
3. Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S., Guru Besar Hukum Dagang Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada.

• Penanggap:
16. Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan Republik
Indonesia;
17. Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan, Kementerian Badan Usaha
Milik Negara;
18. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
19. Deputi Bidang Pengendalian Iklim Penanaman Modal, Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia;
20. Direktur Jenderal Peraturan dan Perundang-undangan, Kementerian Hukum
dan HAM;
21. Staf Ahli Bidang Regulasi, Penegakan Hukum, dan Ketahanan Ekonomi,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
22. Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional;
23. Ketua Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI);
24. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).

• Peserta
1. Kementerian PPN/Bappenas
a. Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan;
b. Deputi Bidang Ekonomi;
c. Dr. Slamet Seno Adji,MA., Perencana Ahli Utama.
2. Mahkamah Agung
a) Ketua Kamar Perdata;
b) Anggota Pokja Kepailitan dan PKPU.
3. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
a) Kepala Biro Hukum dan Organisasi;
b) Reza Yamora Siregar, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian;
c) Raden Pardede, Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
d) Taufik Maroef Mappaenre, Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
a) Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional;
b) Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan;
5. Kementerian Keuangan
a) Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Kelembagaan;
b) Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal;
c) Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal;
d) Sekretaris Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

You might also like