Professional Documents
Culture Documents
Peran Guru Dalam Pengembangan Model Paud Anti Bias
Peran Guru Dalam Pengembangan Model Paud Anti Bias
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara yang dimana didalamnya terdapat
banyak sekali perbedaan, untuk itu sikap saling menghargai sangat dibutuhkan
untuk kerukunan dari bangsa Indonesia. Dalam pendidikan Anak Usia Dini
terdapat pedidikan multikulturslidme, dalam diadakannya pendidikan
multikulturalisme dapat memberikan pemahaman mengani keberagaman ras,
suku, bahasa, dll yang ada. Sehingga anak dapat menghadapi masalah dengan
cerdas apabila terdapat perbedaan didalamnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Siapa Anak yang Dilayani di PAUD
Program pendidikan anak usia dini melayani semua jenis anak dari semua
jenis keluarga dan banyak jenis lingkungan yang efisisen. Anak-anak memiliki
bahasa, karakteristik, latar belakang yang berbeda-beda, dan hidup dengan budaya
yang berbeda. Dengan kata lain anak-anak yang mengikuti program PAUD saat
ini beragam.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman di dalamnya,
baik dalam suku, ras bahasa, dll.dalam hai ini pendidikan mengambil peran
penting dalam usaha mempersatukan masyarakat. Pada dasarnya pendidikan
mengenai keberagaman harus diterapkan terhadap anak sejak dini pula agar tidak
tidak munculnya penolakan terhadap keberagaman yang mereka hadapi
dikemudian hari, baik keberagaman suku, ras, sastra sosial, dan lainnya. Melalui
konsep pendidikan multicultural anak diberikan pendidikan mengenai konsep
keberagaman dalam populasi sekolah, sebagaimana tuntutan dari setiap kelompok.
Lebih lanjut, James Banks dalam Mahfud menjelaskan, bahwa pendidika
multicultural memiliki peran yang saling berkaitan satu dengan yang lain yaitu :
1. Conten Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok
untuk mengilus trasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata
pelajaran atau disiplin ilmu.
2. The Knowledge construction process, yaitu memahami siswa untuk implikasi
budaya kedalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
3. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara
belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang
beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun sosial (social).
4. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan
menentukan metode mengajar mereka.
2. Anak – Anak yang Beresiko/Bermasalah
Seorang anak dapat beresiko lebih besar mengalami sebuah masalah jika
mereka lebih banyak mendapatkan kesulitan ketika dihadapkan pada tantangan
2
dan peristiwa traumatis. Mereka cenderung akan mengalami kesulitan dalam
belajar.
3
3
Latar belakang anak, juga karakteristik anak dapan menjadi salah satu pemicu
dalam terjadinya sebuah masalah dalam diri mereka. Ada beberapa contoh anak
yang mengalami kesulitan dalam belajar, beserta penyebab hal tersebut dapat
terjadi, yaitu:
a. Anak-anak dari keluarga bercerai. Anak dengan latar belakang tersebut
dapat mengalami kesulitan dalam hal belajar karena mereka cenderung
mengalami tekanan, depresi, kesepian, dll. Hal tersebut dapat berdampak
menjadikan anak sebagai remaja yang nakal.
b. Anak dari orang tua remaja. Anak yang mengalami hal tersebut cenderung
mengalami kesulitan dalam belajar, dikarenkan kurangnya pengetahuan
orang tua dalam pola mengasuh anak.
c. Anak yang hidup dalam situasi stress lainnya. Dimana anak yang hidup
dalam lingkungan orang dewasa yang bertingkah laku negative seperti
selalu marah-marah ataupun orang dewasa yang tidak bisa menahan
emosinya dapat beresiko menyebabkan anak tersebut mengalami kesulitan
belajar karena adanya tekanan dalam diri mereka sehingga menyebabkan
mereka tidak bisa focus dalam belajar.
2.2 Pengaturan Kompleks untuk Model Program PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini)
A. Hakikat Pendidikan Anti-Bias
Pendidikan Anti-Bias atau yang lebih dikenal dengan pendidikan
multikultural adalah suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan
masalah-masalah keadilan sosial , demokarasi dan hak asasi manusia. Menurut
beberapa para ahli adalah sebagai berikut :
● Azyumardi mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk
atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan
kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan.
● Crandall mengemukakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta
didik baik dari aspek keragaman suku etnis, ras, agama (aliran kepercayaam)
dan budaya (kultur). Secara lebih singkat Andersen dan Custer (1994)
4
kepada anak. Orang tua memegang kunci pertama bagi keberhasilan anak,hingga
dianggap sebagai pendidik pertama dan utama. Pendidikan anak menjadi
tanggung jawab semua pihak baik orang tua,para pendidik,masyarakat ataupun
pemerintah. Pada awalnya orangtua dan keluarga adalah sekolah pertama bagi
anak, orantu tua khususnya ibu merupakan guru prtama dan utama bagi anak
sebelum anak-anak memasuki suatu pendidikan formal yaitu sekolah anak-anak
diperkenalkan segala sesuatunya oleh ibu.
● Taman Penitipan Anak (Day Care)
Taman Penitipan Anak (TPA) adalahlembaga kesejahteraan social yang
memberikan pelayanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan pendidikan bagi
anak balita selama anak tersebut ditinggal kerja oleh orang tuanya.. TPA bertujuan
membantu orang tua agar dapat bekerja yang optimal. Selain itu juga
menghindarkan anak dari kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, rohani dan social. Pada umumnya TPA membuka penitipan untuk anak
usia tiga bulan sampai dengan usia lima tahun.
TPA yang ada sekarang dibedakan menjadi lima macam, yaitu TPA
perkantoran, TPA pasar,TPA perkebunan dan TPA keluarga. Berdasarkan data
yang ada TPA yang paling banyak adalah TPA perkebunan.
● Kelompok Bermain (Play Group)
Taman bermain merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak sebelum
memasuki Taman Kanak-kanak. Play Group menampung anak usia 3-4 tahun.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara Kelompok Bermain dan Taman
Kanak-kanak, Persamaannya adalah :
a. Bertujuan mengembangkan seluruh aspek fisik,mental,emosi dan social
anak.
b. Isi program merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan masing-masing.
c. Tenaga pendidik umumnya lulusan SPG,SGTK, dan SMU.
Sedangkan perbedaannya adalah:
a. Frekuensi kehadiran, Taman Kanak-kanak masuk setiap hari, sedangkan
Kelompok Bermain hanya beberapa hari, misalnya tiga hari.
6
tersebut idealnya pola pendidikan yang diterapkan tidak jauh berbeda dengan pola
pendidikan yang digunakan di Taman Kanak-kanak.
● Kelima, didiklah setiap anak. Setiap anak hendaknya mendapatkan akses yang
sama terhadap pendidikan yang berkualitas, sehingga dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal.
● Keenam, melindungi anak dari pengayaan dan eksploitasi. Anak harus
dilindungi dari setiap tindakan kekerasan, penganiayaan, eksploitasi, dan
diskriminasi, serta dari segala bentuk terorisme dan penyanderaan.
● Ketujuh, melindungi anak dari peperangan. Anak-anak harus dilindungi dari
konflik bersenjata serta ketentuan-ketentuan hukum konflik internasional.
● Kedelapan, menyelamatkan anak dari HIV/AIDS. Anak-anak dan keluarga
harus dilindungi dari penyakit HIV/AIDS serta dampak mengerikan yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu, perlu pemastian bahwa setiap anak
mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Di samping itu, sesungguhnya
anak juga perlu dihindarkan dari berbagai penyakit atau berbahaya lainnya,
misalnya penyakit infeksi, kelaparan, dan sebagainya
● Kesembilan, mendengarkan setiap pendapat anak dan pastikan partisipasi
mereka. Setiap anak berhak untuk mengemukakan pendapat serta perasaan, dan
ikut serta dalam segala hal yang menyangkut mereka sesuai dengan usia dan
kematangan.
● Kesepuluh, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak.
Lingkungan dengan keragaman hidup dan budayanya merupakan pendukung
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga hendaknya dapat menjadi
tempat yang baik bagi anak (Rilantono, 2009). Dengan demikian, gerakan
global ini merupakan upaya untuk menyelamatkan dan meningkatkan kualitas
hidup anak, sehingga tumbuh menjadi generasi yang berkualitas pula.
4. Program PAUD di Indonesia
Pendekatan Pendidikan Anti-Bias (Multikulturalisme) di lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini harus memperhatikan 3 unsur yang saling berkaitan
yaitu : Keterkaitan antara Multikulturalisme dengan Pendidik, Peran Pendidik
dalam Pendidikan Multikulturalisme, dan Pengembangan Profesionalisme
Pendidik PAUD yang Multikulturalisme.
10
▪ Kurikulum multicultural
Kurikulum berbasis multicultural perlu memasukkan materi dan bahan ajar
yang berorientasi pada menghargai kepada orang lain dan kelompok lain. Demi
terwujudnya kurikulum tersebut, ada empatha yang harus diperhatikan oleh guru,
yaitu:
● Peran guru untuk melibatkan orang tua dalam pengembangan model kurikulum
PAUD
Sebagai mana telah dibahas diata, berbagai faktor dapat berpengaruh
terhadap proses pembelajaran anak. Faktor keluarga merupakan salah satu faktor
yang dapat berpengaruh. Dimana orang tua menjadi pemeran utama dalam
membantu proses perkembangan anak.
Dalam hal ini, guru harus lebih tanggap dan peka terhadap kebutuhan yang
mungkin dibawa anak kesekolah. Kerjasama antara guru dan orang tua harus
dilakukan agar pertumbuhan anak dapat berkembang dengan baik. guru dapat
melakukan parenting dengan orang tua, dimana guru dapat mengetahui kegiatan
anak di rumah dari orang tua, orang tua dapat memberikan masukan yang
berharga terhadap kurikulum sekolah, orang tua dapat membantu guru untuk
memahami minat dan tujuan anak untuk proses perkembangan mereka. kemudian
guru juga dapat memberi tahu terhadap orang tua mengenai program
pembelajaran yang sedang dilakukan.
● Peran guru mengatasi tantangan kesenjangan anatara teori dan praktek dalam
pengembangan model kurikulum PAUD
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Jufri, A. W. J. Pijar MIPA. Pendidikan Tindak Kelas: Antara Teori Dan Praktek.
Vol 5(2). Hal 49-52
Junaidi, Mahbub. (2017) Pendidikan Multikultular Dan Pendidikan Inklusi
Gender. Diakses dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.ejo
urnal.iaidalwa.ac.id/index.php/jpi/article/download/48/23&ved=2ahUKEwjj
3e7DqdzrAhWPXSsKHSBtAlIQFjALegQIBBAB&usg=AOvVaw1MrEAiF
yC5YqOdH5ajMbro
Larassati, A. M. (2012) Pengertian Pendidikan Multikultural. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/minten_ayu_larassati/550d9a71a333112d1c2e
3dfa/pengertian-pendidikan-multikultural
Puspita, A. W. (2013) Multikulturalisme Dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.nel
iti.com/media/publications/260142-multikulturalisme-dalam-pendidikan-ana
k-e8eb5bf4.pdf&ved=2ahUKEwjpncjKo9zrAhVab30KHfMsD04QFjAAeg
QIAhAB&usg=AOvVaw0SqvdoQDJOt-wBMKy4y67l
Rahmani, F. A. (2017) Bentuk-bentuk Program PAUD. Diakses dari
http://adinafaeda88.blogspot.com/2017/06/bentuk-bentuk-program-paud.ht
ml?m=1
Rosyada, Dede. (2014) Pendidikan Multikultural Di Indonesia Sebuah
Pandangan Konsepsional. Diakses dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.ui
njkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK/article/download/1200/1077&ved=2ahU
KEwix1qfAqtzrAhUaWX0KHRv7CKYQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw
3OeBeBPlsEWFa7M7uisjzs
Suniti. (2014) Jurnal Edueksos. Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultiral.
Vol.3(2). Hal 23-44
Wortham, S. C. (2006) Early Childhood Curricuriculum. Upper Saddle Rive:
New Jersey
15