You are on page 1of 17

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MODEL PAUD ANTI BIAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara yang dimana didalamnya terdapat
banyak sekali perbedaan, untuk itu sikap saling menghargai sangat dibutuhkan
untuk kerukunan dari bangsa Indonesia. Dalam pendidikan Anak Usia Dini
terdapat pedidikan multikulturslidme, dalam diadakannya pendidikan
multikulturalisme dapat memberikan pemahaman mengani keberagaman ras,
suku, bahasa, dll yang ada. Sehingga anak dapat menghadapi masalah dengan
cerdas apabila terdapat perbedaan didalamnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Siapa yang akan dilayani di PAUD?
1.2.3 Apa itu pendidikan Anti Bias?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui siapa yang menjadi sasaran dari PAUD.
1.3.2 Dapat mengetahu pendidikan Anti Bias.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Siapa Anak yang Dilayani di PAUD
Program pendidikan anak usia dini melayani semua jenis anak dari semua
jenis keluarga dan banyak jenis lingkungan yang efisisen. Anak-anak memiliki
bahasa, karakteristik, latar belakang yang berbeda-beda, dan hidup dengan budaya
yang berbeda. Dengan kata lain anak-anak yang mengikuti program PAUD saat
ini beragam.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman di dalamnya,
baik dalam suku, ras bahasa, dll.dalam hai ini pendidikan mengambil peran
penting dalam usaha mempersatukan masyarakat. Pada dasarnya pendidikan
mengenai keberagaman harus diterapkan terhadap anak sejak dini pula agar tidak
tidak munculnya penolakan terhadap keberagaman yang mereka hadapi
dikemudian hari, baik keberagaman suku, ras, sastra sosial, dan lainnya. Melalui
konsep pendidikan multicultural anak diberikan pendidikan mengenai konsep
keberagaman dalam populasi sekolah, sebagaimana tuntutan dari setiap kelompok.
Lebih lanjut, James Banks dalam Mahfud menjelaskan, bahwa pendidika
multicultural memiliki peran yang saling berkaitan satu dengan yang lain yaitu :
1. Conten Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok
untuk mengilus trasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata
pelajaran atau disiplin ilmu.
2. The Knowledge construction process, yaitu memahami siswa untuk implikasi
budaya kedalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
3. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara
belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang
beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun sosial (social).
4. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan
menentukan metode mengajar mereka.
2. Anak – Anak yang Beresiko/Bermasalah
Seorang anak dapat beresiko lebih besar mengalami sebuah masalah jika
mereka lebih banyak mendapatkan kesulitan ketika dihadapkan pada tantangan

2
dan peristiwa traumatis. Mereka cenderung akan mengalami kesulitan dalam
belajar.

3
3

Latar belakang anak, juga karakteristik anak dapan menjadi salah satu pemicu
dalam terjadinya sebuah masalah dalam diri mereka. Ada beberapa contoh anak
yang mengalami kesulitan dalam belajar, beserta penyebab hal tersebut dapat
terjadi, yaitu:
a. Anak-anak dari keluarga bercerai. Anak dengan latar belakang tersebut
dapat mengalami kesulitan dalam hal belajar karena mereka cenderung
mengalami tekanan, depresi, kesepian, dll. Hal tersebut dapat berdampak
menjadikan anak sebagai remaja yang nakal.
b. Anak dari orang tua remaja. Anak yang mengalami hal tersebut cenderung
mengalami kesulitan dalam belajar, dikarenkan kurangnya pengetahuan
orang tua dalam pola mengasuh anak.
c. Anak yang hidup dalam situasi stress lainnya. Dimana anak yang hidup
dalam lingkungan orang dewasa yang bertingkah laku negative seperti
selalu marah-marah ataupun orang dewasa yang tidak bisa menahan
emosinya dapat beresiko menyebabkan anak tersebut mengalami kesulitan
belajar karena adanya tekanan dalam diri mereka sehingga menyebabkan
mereka tidak bisa focus dalam belajar.
2.2 Pengaturan Kompleks untuk Model Program PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini)
A. Hakikat Pendidikan Anti-Bias
Pendidikan Anti-Bias atau yang lebih dikenal dengan pendidikan
multikultural adalah suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan
masalah-masalah keadilan sosial , demokarasi dan hak asasi manusia. Menurut
beberapa para ahli adalah sebagai berikut :
● Azyumardi mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk
atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan
kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan.
● Crandall mengemukakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta
didik baik dari aspek keragaman suku etnis, ras, agama (aliran kepercayaam)
dan budaya (kultur). Secara lebih singkat Andersen dan Custer (1994)
4

menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah pedidikan mengenai


keragaman budaya.
● Asy'ari juga menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah penanaman
cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya
yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
B. Pendidikan Multikultural
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.Multikultural berarti berenekaragam kebudayaan.
Multikulturalisme secara sederhana dapat diartikan sebagai pengakuan
atas pluralisme budaya. Akar dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu
kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah
membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme adalah berbagai
pengalaman yang membentuk persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status
sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.
Dilihat dari kedua pengertian diatas, pendidikan multikultural adalah
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang
mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta
kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman
budaya.
C. Bentuk-bentuk Program PAUD
● Pendidikan Keluarga (0-3 tahun)
Pada tahap ini pendidikan anak masih berada pada lingkup terkecil,yakni
keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi
anak,sebab pendidikan keluarga merupakan pondasi bagi anak untuk membangun
struktur kepribadian selanjutnya. Dalam hal ini orang tua memegang peran utama.
Tidak hanya ibu, tetapi juga ayah yang perlu memberikan nilai-nilai pendidikan
5

kepada anak. Orang tua memegang kunci pertama bagi keberhasilan anak,hingga
dianggap sebagai pendidik pertama dan utama. Pendidikan anak menjadi
tanggung jawab semua pihak baik orang tua,para pendidik,masyarakat ataupun
pemerintah. Pada awalnya orangtua dan keluarga adalah sekolah pertama bagi
anak, orantu tua khususnya ibu merupakan guru prtama dan utama bagi anak
sebelum anak-anak memasuki suatu pendidikan formal yaitu sekolah anak-anak
diperkenalkan segala sesuatunya oleh ibu.
● Taman Penitipan Anak (Day Care)
Taman Penitipan Anak (TPA) adalahlembaga kesejahteraan social yang
memberikan pelayanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan pendidikan bagi
anak balita selama anak tersebut ditinggal kerja oleh orang tuanya.. TPA bertujuan
membantu orang tua agar dapat bekerja yang optimal. Selain itu juga
menghindarkan anak dari kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, rohani dan social. Pada umumnya TPA membuka penitipan untuk anak
usia tiga bulan sampai dengan usia lima tahun.
TPA yang ada sekarang dibedakan menjadi lima macam, yaitu TPA
perkantoran, TPA pasar,TPA perkebunan dan TPA keluarga. Berdasarkan data
yang ada TPA yang paling banyak adalah TPA perkebunan.
● Kelompok Bermain (Play Group)
Taman bermain merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak sebelum
memasuki Taman Kanak-kanak. Play Group menampung anak usia 3-4 tahun.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara Kelompok Bermain dan Taman
Kanak-kanak, Persamaannya adalah :
a. Bertujuan mengembangkan seluruh aspek fisik,mental,emosi dan social
anak.
b. Isi program merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan masing-masing.
c. Tenaga pendidik umumnya lulusan SPG,SGTK, dan SMU.
Sedangkan perbedaannya adalah:
a. Frekuensi kehadiran, Taman Kanak-kanak masuk setiap hari, sedangkan
Kelompok Bermain hanya beberapa hari, misalnya tiga hari.
6

b. Taman Kanak-kanak memiliki kurikulum yang baku, sedangkan


Kelompok Bermain tidak. Kalaupun memiliki kurikulum maka
penerapannya akan lebih fleksibel.
c. Kelompok Bermain menampung anak usia 3-4 tahun, sedangkan taman
kanak-kanak menampung anak usia 4-6 tahun.
● Taman Kanak-kanak
Taman Kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan setelah play group
sebelum anak masuk sekolah dasar. Walaupun TK bukan jenjang pendidikan yang
wajib diikuti, namun memberikan banyak manfaat bagi penyiapan anak untuk
masuk ke Sekolah Dasr (SD). Taman Kanak-kanak tidaklah mengambil alih
pendidikan dalam keluarga melaikan membantu orang tua untuk mengembangkan
potensi anak. Begitu juga karena faktor waktu di sekolah yang lebih sedikit dari
pada dirumah,sekolah juga tidak mungkin berbuat maksimal tanpa kerjasama
dengan orang tua anak. Maka keduanya mesti bekrjasama demi kesejahteraan si
anak. Kerja sama orang tua dapat berupa keterlibatan dan partisipasi terhadap TK.
Terlibat adalah kerjasama mainumum sedang partisipasi lebih merupakan
kerjasama yang luas.
● TKA (Taman Kanak-kanak Al-Quran)
TKA adalah program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun yang materinya
lebih menekankan pada materi Al-Quran ataupun materi-materi yang berkaitan
dengan nilai agama lainnya. Seperti belajar cara membaca Al-Quran,cara
sholat,wudlhu dan yang lainnya.
● TPA
TPA merupakan program pendidikan bagi anak yang berusia 7-12 tahun.
Yang materinya lebih menekankan pada materi Al-Quran, seperti halnya pada
TKA (Taman Kanak-kanak Al-Quran) di TPA juga diajarkan sesuatu yang
berkaitan dengan agama, perbedaannya hanya di umurnya saja.
● SD (Sekolah Dasar)
Sekolah Dasar adalah jenjang pendidikan formal setelah Taman
Kanak-kanak. Sekolah Dasar menampung anak usia dini lebih dari 7-13 tahun.
Dalam hal ini termasuk dalam kategori anak usia dini adalah sampai dengan usai
8 tahun, yakni Sekolah Dasar kelas 1 dan 2 ataupun kelas 3. Sehingga pada kelas
7

tersebut idealnya pola pendidikan yang diterapkan tidak jauh berbeda dengan pola
pendidikan yang digunakan di Taman Kanak-kanak.

2.3 Implementasi Pendidikan Anti-Bias


1. Public School Program dulu dan saat ini
Pendidikan multikultural di sekolah menurut James A Banks harus
dilakukan secara komprehensif, tidak hanya penyikapan yang adil di antara
siswa-siswa yang berbeda agama, ras, etnik dan budayanya, tapi juga harus
didukung dengan kurikulum baik kurikulum tertulis maupun terselubung, evaluasi
yang integratif dan guru yang memiliki pemahaman, sikap dan tindakan yang
produktif dalam memberikan layanan pendidikan multikultural pada para
siswanya. Agar dapat memberikan layanan terbaik bagi seluruh school client-nya,
maka sekolah harus merancang, merencanakan dan mengontrol seluruh elemen
sekolah yang dapat mendukung proses pendidikan multikultural dengan baik.
Sekolah harus merencanakan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan
sikap multikultural siswa agar dapat menjadi angota masyarakat yang demokratis,
menghargai HAM dan keadilan. Sekolah harus mendesain proses pembelajaran,
mempersiapkan kurikulum dan desain evaluasi, serta mempersiapkan guru yang
memiliki persepsi, sikap dan perilaku multikultur, sehingga menjadi bagian yang
memberikan kontribusi positif terhadap pembinaan sikap multikultur para
siswanya.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan sebelum
melaksanakan pendidikan multikulturalisme di sekolah sebagai berikut :
● Mencari Format Pendekatan dan Teknik Pembelajaran yang Relevan
● Kurikulum
● Guru
2. Non Public School Program dan saat ini
Pendidikan Multikultural sebagai wahana pengembangan pendidikan yang
sangat penting, terutama dalam menejemen pendidikan. Karena pendidikan ini
melibaatkan aktivitas orang tua, kepalah sekolah, guru, banguna fisik sekolah,
proses belajar mengajar, perlakuan terhadap murid, kesempatan terlibat dalam
kegiatan kelompok belajar memperlakukan perbandingan dari berbagai macam
8

kultur dalam pendidikan bermuatan multikultural. Pendidikan Inklusi Gender


tidak memperkerdil minat belajar pendidikan bagi perempuan sebab: 1.
Pendidikan inklusi bukan merupakan suatu strategi yang terpisah dari sistem
pendidikan Nasional untuk dipergunakan dalam mendidik anak penyandang cacat
maupun gender. 2. Pendidikan inklusi ditujukan untuk mengubah sistem sekolah,
bukan untuk memberi label kepada individu atau kelompok anak tertentu ataupun
untuk mengubahnya termasuk gender. 3. Pendidikan inklusi gender lebih luas
daripada persekolahan. 4. Pendidikan inklusi gender merupakan bagian dari
tujuan yang lebih luas untuk menciptakan suatu Masyarakat yang Inklusi.
Dengan demikian, Pendidikan Multicultural dan pendidikan inklusi gender
mempunyai korelasi tujuan, menjunjung tinggi exsistensi dan urgrensi pendidikan,
tanpa ada yang menafikan karena itu natural (Sunatullah).
3. Child Care dan saat ini
Pendidik memahami multikulturalisme dengan tepat, maka hal ini sangat
mendukung gerakan global untuk anak, yang pada dasarnya menyangkut
prinsip-prinsip sebagai berikut.
● Pertama, dahulukan kepentingan anak. Dalam segala tindakan yang
berhubungan dengan anak, kepentingan terbaik anak hendaknya menjadi
pertimbangan utama.
● Kedua, berantas kemiskinan. Kemiskinan memberikan pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.
Memberantas kemiskinan berarti memenuhi hak-hak dasar anak untuk hidup,
serta menghindarkan anak dari berbagai bentuk perburuhan dan perdagangan
anak.
● Ketiga, jangan sampai seorang anak pun tertinggal. Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan merdeka dan setara dalam martabat dan hak asasi, dengan
demikian, segala bentuk diskriminasi harus diakhiri.
● Keempat, perawatan bagi setiap anak. Anak harus mendapatkan perawatan
yang terbaik di awal kehidupannya. Ketahanan (survival), perlindungan,
pertumbuhan, perkembangan, kesehatan serta nutrisi yang baik harus diterima
oleh setiap anak karena merupakan landasan bagi anak untuk hidup dengan
baik.
9

● Kelima, didiklah setiap anak. Setiap anak hendaknya mendapatkan akses yang
sama terhadap pendidikan yang berkualitas, sehingga dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal.
● Keenam, melindungi anak dari pengayaan dan eksploitasi. Anak harus
dilindungi dari setiap tindakan kekerasan, penganiayaan, eksploitasi, dan
diskriminasi, serta dari segala bentuk terorisme dan penyanderaan.
● Ketujuh, melindungi anak dari peperangan. Anak-anak harus dilindungi dari
konflik bersenjata serta ketentuan-ketentuan hukum konflik internasional.
● Kedelapan, menyelamatkan anak dari HIV/AIDS. Anak-anak dan keluarga
harus dilindungi dari penyakit HIV/AIDS serta dampak mengerikan yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu, perlu pemastian bahwa setiap anak
mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Di samping itu, sesungguhnya
anak juga perlu dihindarkan dari berbagai penyakit atau berbahaya lainnya,
misalnya penyakit infeksi, kelaparan, dan sebagainya
● Kesembilan, mendengarkan setiap pendapat anak dan pastikan partisipasi
mereka. Setiap anak berhak untuk mengemukakan pendapat serta perasaan, dan
ikut serta dalam segala hal yang menyangkut mereka sesuai dengan usia dan
kematangan.
● Kesepuluh, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak.
Lingkungan dengan keragaman hidup dan budayanya merupakan pendukung
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga hendaknya dapat menjadi
tempat yang baik bagi anak (Rilantono, 2009). Dengan demikian, gerakan
global ini merupakan upaya untuk menyelamatkan dan meningkatkan kualitas
hidup anak, sehingga tumbuh menjadi generasi yang berkualitas pula.
4. Program PAUD di Indonesia
Pendekatan Pendidikan Anti-Bias (Multikulturalisme) di lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini harus memperhatikan 3 unsur yang saling berkaitan
yaitu : Keterkaitan antara Multikulturalisme dengan Pendidik, Peran Pendidik
dalam Pendidikan Multikulturalisme, dan Pengembangan Profesionalisme
Pendidik PAUD yang Multikulturalisme.
10

● Pertama, multikulturalisme menyangkut internalisasi penerimaan keberagaman


di lingkungan, sehingga kelak anak dapat tumbuh dalam perbedaan, menerima
dan menghargai keberagaman, serta bersikap adil terhadap sesama.
● Kedua, pendidik dituntut memiliki dua hal penting, yaitu multikulturalisme dan
profesionalisme. Keduanya membantu pendidik untuk mengembangkan
program pembelajaran yang sesuai bagi anak, dengan menghargai perbedaan
atau keragaman.
● Ketiga, pendidik dapat mengembangkan program pembelajaran dan mendesain
kelas yang bersifat multikultur melalui kerja sama dengan anak, sesama
pendidik PAUD, orang tua, masyarakat ataupun organisasi kemasyarakatan.
● Keempat, pendidikan anak usia dini yang multikultur membentuk kemampuan
anak untuk bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat yang majemuk, serta
mampu melihat keberagaman sebagai kekayaan.

2.4 Pengembangan model program kurikulum PAUD

1. Peran guru dalam pegembangan kurikulum untuk populasi yang beragam


Pada dasarnya setiap anak itu berbeda, terlepas dari seperti apa latar
belakang anak, mereka berasal dari latar belakang yang bermacam-macam seperti
hal nya keluarga. keluarga masing-masing mereka berbeda, atau bahkan mungkin
juga masing-masing dari mereka berbeda-beda suku, budaya, atau bahkan berbeda
ras. Dengan ini jika anak berasal dari kelompok etnis dan budaya bervariasi,
keragaman akan lebih terasa. Sehingga disini guru berperan untuk bisa
megembangkan kurikulum yang dapat digunakan untuk pembelajaran dengan
latar belakang anak yang beragam.

▪ Kurikulum multicultural
Kurikulum berbasis multicultural perlu memasukkan materi dan bahan ajar
yang berorientasi pada menghargai kepada orang lain dan kelompok lain. Demi
terwujudnya kurikulum tersebut, ada empatha yang harus diperhatikan oleh guru,
yaitu:

1. Posisi anak didik sebagai subjek dalam belajar


2. Cara belajar anak didik yang ditentukan oleh latar belakang budayanya
11

3. Lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan pribadi anak didik adalah


entry behavior kultur anak didik
4. Lingkungan budaya anak didik adalah suumber belajar
Indonesia adlah Negara yang kaya akan budaya, seperti dinyatakan dalam
ungapan “Bhineka Tunggal Ika”. Apabila kebudayaan dijadikan salah satu
landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum, maka proses pengembangan
kurikulum di Indonesis adalah suatu keharusan yang tak dapat diabaikan.
Pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan multicultural haruslah
didasarkan pada prinsip-prisip sebagai berikut:

1. Keragaman budaya menjadi dasar dalam mennetukan filsafat, teori model,


dan hubungan sekolah dengan lingkungan sosial-budaya
2. Keragaman budaya menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai
komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses dan evaluasi.
3. Budaya di lingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan obyek
studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar mengajar.
4. Kurikulum berperan sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan
daerah dan kebudayaan nasional.
● Kurikulum untuk anak dari lingkungan keluarga beragam
Beberapa anak mungkin berasal dari latar belakang yang beragam.
beberapa dari anak dapat berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan dan
cukup aman, sedangkan anak lainnya mungkin saja mengalami stress yang dapat
berasal dari berbagai macam penyebab. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa
dari setiap anak yang berasal dari kelompok sosial ekonomi yang berbeda, anak
yang berasal dari tingkat ekonomi rendah lebih rentan mengalami stress karena
berbagai tekanan. Sehingga guru harus peka terhadap anak-anak muridnya. Dan
guru harus dapat memberikan support, arahan, dan nasihat saat dibutuhkan peserta
didiknya.

▪ Kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus


Anak berkebutuhan khusus ialah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak lain pada umumnya tanpa selalu menunjukkan
ketidakmampuan mental, emosional, atau fisik, termasuk penyandang cacat
(tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras). KBBI
12

Atau dalam pengertian lainnya anak berkebutuhan khusus ialah anak


dengan kesulitan belajar, gangguan perilaku, atau gangguan kesehatan.

Untuk anak berkebutuhan khusus apabila ia dimasukan disekolah pada


umumnya seperti anak-anak lainnya, kemungkinannya anak tersebut akan
kesulitan dalam belajar dan guru pun akan kesulitan untuk menyesuaikan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. Baiknya untuk anak
berkebutuhan khusus bisa dimasukan ke sekolah yang memang disediakan untuk
anak berkebutuhan khusus dan sekolah ini pula memang dikhususkan untuk anak
berkebutuhan khusus.

Sebagai guru anak berkebutuhan khusus guru harus dapat menyadari


adaptasi yang harus dilakukan untuk membuat anak dapat mengikuti
pembelajaran dikelas dan juga harus mempersiapkan pembelajaran yang susuai
untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar untuk anak berkebutuhan khusus. '

● Peran guru untuk melibatkan orang tua dalam pengembangan model kurikulum
PAUD
Sebagai mana telah dibahas diata, berbagai faktor dapat berpengaruh
terhadap proses pembelajaran anak. Faktor keluarga merupakan salah satu faktor
yang dapat berpengaruh. Dimana orang tua menjadi pemeran utama dalam
membantu proses perkembangan anak.
Dalam hal ini, guru harus lebih tanggap dan peka terhadap kebutuhan yang
mungkin dibawa anak kesekolah. Kerjasama antara guru dan orang tua harus
dilakukan agar pertumbuhan anak dapat berkembang dengan baik. guru dapat
melakukan parenting dengan orang tua, dimana guru dapat mengetahui kegiatan
anak di rumah dari orang tua, orang tua dapat memberikan masukan yang
berharga terhadap kurikulum sekolah, orang tua dapat membantu guru untuk
memahami minat dan tujuan anak untuk proses perkembangan mereka. kemudian
guru juga dapat memberi tahu terhadap orang tua mengenai program
pembelajaran yang sedang dilakukan.
● Peran guru mengatasi tantangan kesenjangan anatara teori dan praktek dalam
pengembangan model kurikulum PAUD
13

Masalah eksternal yang banyak terjadi dalam proses pendidikan


menyebabkan banyak kesenjangan didalamnya, seperti kesenjangan dalam
pelaksaan praktek serta teori. Dalam mengatasi hal demikian perlu adanya
pendukung dalam perkembangan profesional guru melalui penelitian tindak kelas,
yaitu :
1. Memotivasi guru untuk melakukan penelitian sendiri.
2. Melibatkan guru sebagai peneliti pendamping (co-researcher) dalam
pengembangan teori baru.
3. Menyediakan akses untuk desiminasi literature terkait penelitian.
4. Menyediakan dukungan sesuai dengan kebutuhan guru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pengembangan
model PAUD anti bias, maka pendidik perlu tau “apa itu pendidikan anti bias?”
setelah itu pesertadidik harus memperhatikan siapa saja anak yang perlu dilayani,
seperti apa anak yang beresiko bermasalah, setelah tau maka pendidik perlu
memahami seperti apa pendidikan anti bias itu. maka pendidik perlu berperan
sebagai pendamping, berperan sebagai pengembang kurikulum dalam artian
mengembangkan dan merencanakan kurikulum berdasarkan kebutuhan anak.
Berperan dalam proses komunikasi, berperan dalam memberikan motivasi. Yang
paling berpengaruh adalah tindak laku dari seorang pendidik yang menunjukan
sikap dalam upaya pengembangan model PAUD anti bias. Pendidik harus
bersikap professional dalam artian memperhatikan perkembangan multicultural
dalam dirinya sendiri, membuat semua anak merasa diterima, membuat semua
orang tua merasa diterima, menjalin komunikasi yang baik dengan semua orang
tua supaya lebih memahami keberagaman setiap anak, serta berperan aktif dalam
upaya pengembangan model PAUD anti bias.

14
DAFTAR PUSTAKA
Jufri, A. W. J. Pijar MIPA. Pendidikan Tindak Kelas: Antara Teori Dan Praktek.
Vol 5(2). Hal 49-52
Junaidi, Mahbub. (2017) Pendidikan Multikultular Dan Pendidikan Inklusi
Gender. Diakses dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.ejo
urnal.iaidalwa.ac.id/index.php/jpi/article/download/48/23&ved=2ahUKEwjj
3e7DqdzrAhWPXSsKHSBtAlIQFjALegQIBBAB&usg=AOvVaw1MrEAiF
yC5YqOdH5ajMbro
Larassati, A. M. (2012) Pengertian Pendidikan Multikultural. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/minten_ayu_larassati/550d9a71a333112d1c2e
3dfa/pengertian-pendidikan-multikultural
Puspita, A. W. (2013) Multikulturalisme Dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.nel
iti.com/media/publications/260142-multikulturalisme-dalam-pendidikan-ana
k-e8eb5bf4.pdf&ved=2ahUKEwjpncjKo9zrAhVab30KHfMsD04QFjAAeg
QIAhAB&usg=AOvVaw0SqvdoQDJOt-wBMKy4y67l
Rahmani, F. A. (2017) Bentuk-bentuk Program PAUD. Diakses dari
http://adinafaeda88.blogspot.com/2017/06/bentuk-bentuk-program-paud.ht
ml?m=1
Rosyada, Dede. (2014) Pendidikan Multikultural Di Indonesia Sebuah
Pandangan Konsepsional. Diakses dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.ui
njkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK/article/download/1200/1077&ved=2ahU
KEwix1qfAqtzrAhUaWX0KHRv7CKYQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw
3OeBeBPlsEWFa7M7uisjzs
Suniti. (2014) Jurnal Edueksos. Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultiral.
Vol.3(2). Hal 23-44
Wortham, S. C. (2006) Early Childhood Curricuriculum. Upper Saddle Rive:
New Jersey

15

You might also like