You are on page 1of 6

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

ESAI
MATA PELAJARAN :
STRATEGI PEMBERANTASAN KEJAHATAN NARKOTIKA

DOSEN :
KOMBES POL. Drs. AGUS RIA IRAWAN, S.H.

OLEH:
NAMA : YUDHA KESIT DWI JAYANTO, S.H., S.IK.
No. SERDIK : 201905002194
POKJAR : XII (DUA BELAS)

PESERTA DIDIK SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH POLRI


DIKREG KE-59 T.A 2019
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

ESAI
MP : STRATEGI PEMBERANTASAN KEJAHATAN NARKOTIKA
DOSEN : KOMBES POL. Drs. AGUS RIA IRAWAN, S.H.

1. PENDAHULUAN
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan
berbahaya. Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan
khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif. Dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang
Narkotika pada pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika disatu
sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan karena dipergunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan ketat dan seksama yang seringkali
disalahgunakan oleh kalangan masyarakat.
Kejahatan narkotika merupakan kejahatan yang tidak
mengenal batas wilayah, dengan modus operandi yang sangat rapi
serta mobilitas tinggi, sangat membahayakan bagi kelangsungan
hidup generai mendatang, sehingga diperlukan peran Polri dalam
memberantas kejahatan narkotika. Mengingat tingginya tingkat
ancaman bahaya penyalahgunaan kejahatan narkotika bagi
generasi muda bangsa Indonesia yang dapat mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1
2

2. PEMBAHASAN
Kejahatan Narkoba merupakan kejahatan serius (serious
crime) yang bersifat lintas negara (transnational crime), kejahatan
terorganisir (organized crime), yang dapat menimpa dan
mengancam setiap negara dan bangsa dan dapat mengakibatkan
dampak buruk yang sangat masif. Indonesia menetapkan kejahatan
narkotika sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) dengan
ancaman hukuman bagi pengedar adalah hukuman mati.
Dampak dan pengaruh yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan narkotika bagi generasi muda ialah sebagai berikut:
a. Terhadap Pribadi atau Individu
1) Narkotika mampu mengubah kepribadian secara
drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah
bahkan melawan terhadap apapun ataupun siapapun;
2) Menimbulkan sikap masa bodoh sekalipun terhadap
dirinya seperti tidak lagi memperhatikan pakaian,
tempat dimana tidur dan sebagainya;
3) Semangat belajar menjadi menurun dan suatu ketika
bisa saja si korban bersikap seperti orang gila (reaksi
dari penggunaan narkotika tersebut);
4) Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin
menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat
ketergantungan terhadap obat bius.
b. Terhadap Keluarga
1) Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual
barang-barang rumah yang bisa diuangkan;
2) Tidak dapat menjaga sikap sopan santun dirumah
bahkan melawan kepada orang tua;
3) Mencemarkan nama baik keluarga.
c. Terhadap Masyarakat
1) Berbuat tidak senonoh dengan orang lain, yang
berakibat tidak saja bagi diri yang berbuat melainkan
3

mendapatkan hukuman masyarakat yang


berkepentingan;
2) Mengambil milik orang lain demi memperoleh uang
untuk membeli atau mendapatkan narkotika;
3) Menggangu ketertiban umum, seperti mengendarai
kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi;
4) Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan
keselamatan masyarakat umum.
d. Terhadap Bangsa dan Negara
1) Akibat dari penyalahgunaan narkotika adalah rusaknya
generasi muda sebagai pewaris bangsa dan
seyogyanya siap untuk menerima tongkat estafet
generasi dalam rangka meneruskan cita-cita bangsa
dan tujuan nasional;
2) Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta tanah air
yang pada gilirannya mudah dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan yang akan menjadi ancaman
terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional.
Langkah strategi pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika yang dilakukan Polri dapat digolongkan
menjadi 3 upaya yang meliputi upaya Pre-emtif, Preventif, dan
Represif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini:
a. Upaya pre-emtif
Dilakukan dengan cara edukatif pembinaan dan
pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat,
menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama
masyarakat dan antara masyarakat dengan Polri melalui
upaya penyuluhan, sosialisasi agar dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam turut serta menjaga keamanan
ditengah masyarakat itu sendiri, dan memberikan pencerahan
bahwa menggunakan, membeli bahkan sampai memperjual
belikan narkotika adalah perbuatan melanggar norma hukum
4

dan norma agama melalui kegiatan kunjungan, seminar dan


lain sebagainya dengan melibatkan BNN/BNK, Pemerintah
daerah, LSM dan para tokoh yang ada di masyarakat.
b. Upaya preventif
Dilakukan melalui upaya penyelidikan, pengamanan
dan penggalangan. Upaya preventif dapat dilakukan oleh
fungsi Bimbingan Masyarakat (Bimmas) dan fungsi intelijen
Polri. Disamping itu, upaya-upaya edukasi, pembinaan dan
pengembangan lingkungan hidup juga dapat dilakukan oleh
Polair Polri terhadap masyarakat perairan dan masyarakat
kepulauan di pulau-pulau yang sulit terjangkau. Upaya
preventif dapat dilakukan melalui upaya mencegah masuknya
narkotika dari luar negeri dengan melakukan pengawasan
secara ketat di daerah-daerah perbatasan seperti di bandara,
pelabuhan laut, dan perbatasan-perbatasan darat.
Disamping itu, untuk penanggulangan penyalahgunaan
dan peredaran narkotika di dalam negeri dengan melakukan
kegiatan-kegiatan seperti operasi khusus/ razia di jalan-jalan
terhadap kendaraan roda 2 dan roda 4 pada daerah rentan
penyalahgunaan dan peredaran narkotika melalui sistem zig-
zag sehingga tidak terbaca oleh jaringan pengedar narkotika,
melakukan razia di tempat-tempat rawan adanya
penyalahgunaan dan peredaran narkotika seperti tempat-
tempat hiburan (diskotik, karaoke, Pub, cafe, warung remang
dan lain-lain), mengadakan patroli pencarian sumber
narkotika atau ladang ganja meliputi seluruh wilayah terpencil,
mencegah kebocoran narkotika dari sumber-sumber resmi
seperti rumah sakit, apotik, barang bukti dari aparat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lainnya.
c. Upaya represif
Merupakan upaya penindakan/penegakan hukum
terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
5

dapat dilakukan dengan upaya penyelidikan dan penyidikan


secara profesional oleh fungsi Reskrim/Res Narkoba Polri.
Adapun upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan
perangkat hukum yang ada secara maksimal dan tepat
sasaran agar tercipta keseimbangan antara perbuatan yang
dilakukan dengan sanksi hukuman yang diterapkan serta
menindak bagi siapa saja yang menghalangi atau
mempersulit penyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan
perkara tindak pidana narkotika.

3. PENUTUP
a. Kesimpulan
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) adalah salah satu
pihak yang dikedepankan dalam pemberantasan narkotika di
Indonesia. Pendekatan penegakan hukum yang komprehensif
dalam memberantas Narkoba di Indonesia harus menjadi
prioritas ke depan karena masalah ini sangat kompleks.
Apalagi yang kita hadapi adalah kejahatan sangat serius
(most serious crime) dan kejahatan lintas batas (transnational
organized crime) yang pada umumnya dilakukan sindikat
internasional. Dampak penyalahgunaan Narkotika pada
seseorang secara umum dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial seseorang akibat dari kecanduan narkotika.
b. Saran
Merekomendasikan kepada Kapolda Up.
Dirresnarkoba dan Karo Rena untuk mengajukan peningkatan
anggaran operasional pemberantasan dan penanggulangan
kejahatan narkotika di tingkat kewilayahan agar
pelaksanaannya dapat berjalan optimal.

You might also like