Professional Documents
Culture Documents
Httpdigilib - Unhas.ac - Iduploaded FilestemporaryDigitalCollectionNTRlMzNiYzFlNzA3OTY1YjMzOWU0MDIxODhiZmJlMzhjMDVlNDVhZQ .P
Httpdigilib - Unhas.ac - Iduploaded FilestemporaryDigitalCollectionNTRlMzNiYzFlNzA3OTY1YjMzOWU0MDIxODhiZmJlMzhjMDVlNDVhZQ .P
2017
OLEH:
ANDI WAHYULIANA YUSUF
C 111 14 017
PEMBIMBING
v
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
2017
Andi Wahyuliana Yusuf
dr. Ashari Bahar, M.Kes., Sp.S., FINS
CORRELATION BETWEEN DEGREES OF HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
WITH DEGREES OF LOW BACK PAIN IN RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
(x + 47 pages + lampiran)
ABSTRAK
Method : this research is observasional analitic study, held on september 31st until
october 31st 2017 at the Medical Record Installation of Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, which aims to determine the relationship between the degree of Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) with the degree of low back pain in General Hospital Center
dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. There were 44 samples collected by using total
sampling technique. The result of research was secondary data obtained from patient
medical record and presented in table form with explanation result.
Result and conclusion : Number of HNP patients that came to General Hospital dr .
Wahidin Sudirohusodo Makassar on November 2016 - September 2017 is 44 people.
The results showed that HNP patients who came to Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar in the period of November 2016 - September 2017 is mostly in the age
group of 51-60 years (29.5%), male (59.1%), HNP degree that performs the most
MRI examination is at protrusio levels with 27 sample (61,4%), the pain degree using
NPRS rating mostly happen in moderate pain degree with 19 samples (43,2%), and
there was no significant correlation between degree of HNP on MRI examination
with degree of low back pain on NPRS examination (p < 0.332), however there is a
very weak correlation strength (r = 0.150) and there is a positive correlation
coefficient value between degree of HNP on MRI examination with degree of low
back pain on NPRS examination.
Key word : hernia nucleus pulposus, MRI, low back pain, NPRS
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya, sehinga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Sarjana (S1) Kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan
judul: Hubungan antara Derajat Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dengan Derajat
Nyeri Punggung Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
Begitu banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam tahap
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini. Namun dengan bimbingan, kerja
sama, serta bantuan moril dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. dr. Ashari Bahar, M.Kes., Sp.S., FINS selaku pembimbing yang atas
kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses
pembelajaran dan penyelesaian skripsi.
2. Dr. dr. Andi Kurnia Bintang, Sp.S (K) MARS dan Dr. dr. Audry Devisanty
Wuysang, M.Si, Sp.S selaku penguji atas kesediaan dan saran-saran yang
diberikan pada saat seminar proposal hingga seminar akhir yang sangat
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kordinator dan seluruh staf pengajar Blok Skripsi Pendidikan Dokter
Umum dan Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama
penyusunan skripsi ini.
4. Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
5. Orang tua penulis, Drs. Muhammad Yusuf D, M. Pd dan Andi Besse, BA
serta seluruh keluarga yang senntiasa mendoakan, memberi dukungan moril,
kasih sayang, dan materil selama penyusunan skripsi.
vii
6. Teman seperjuangan skripsi, Hasri Ainun Syawal, Anildhah Wahab, Edberg
Thendean, Ayub Ade Yusuf, Hilman Hafiz, dan As‟ad Akbar yang
senantiasa membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Serta semua pihak terutama teman-teman „bisur‟ dan keluarga “acara HSF”
yang mungkin tidak sempat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih
untuk semua bantuan, baik moril maupun materil, semoga menjadi pemberat
amal kebaikan di akhirat kelak.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
bernilai pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari, tulisan ini tidak luput dari salah
dan khilaf, karena itu saran, kritik, dan masukan dari pembaca adalah sesuatu yang
senantiasa penulis harapkan demi kemajuan bersama.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapat
berkah dari Allah SWT.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
4.5 Kriteria Sampel ................................................................................................. 25
4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 26
4.7 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 26
4.8 Cara Pengumpulan Data ................................................................................... 28
4.9 Pengolahan dan Penyajian Data ....................................................................... 28
4.2 Etik Penelitian ................................................................................................. 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 30
5.2 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................................ 31
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 ............................................................................................... 37
6.2 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 ............................................................................................... 39
6.3 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ................................................................. 40
6.4 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat Nyeri pada Penilaian NPRS di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ................................................................. 41
6.5 Distribusi Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah pada Penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 ............................................................................................... 43
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ........................................................................................................... 46
7.2 Saran ................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 48
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017 .............................................................................. 30
Tabel 5.2 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 .......................................................................................... 31
Tabel 5.3 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ............................................................ 31
Tabel 5.4 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat Nyeri pada Penilaian NPRS di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ............................................................ 32
Tabel 5.5 Distribusi Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah pada Penilaian NPRS di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017 .............................................................................. 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
kehilangan fungsi tubuh pada tulang belakang bagian bawah yang menyebabkan
menyebabkan terjadinya NPB antara lain pekerjaan berat dengan gerakan yang
menimbulkan cedera otot dan saraf, posisi tidak bergerak dalam waktu yang lama,
dan waktu pemulihan yang tidak memadai karena kurang istirahat (Patrianingrum,
2015).
maju (McIntonsh dan Hall, 2011). NPB termasuk dalam sepuluh penyakit
jumlah populasi 632.045 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada laki –
laki lebih tinggi sebesar 9,64% daripada perempuan sebesar 8,70% (Vos et al.,
2010).
berdasarkan diagnosis atau gejala menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 24,7
dengan bertambahnya umur yaitu prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33%
2
dan 54,8%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada perempuan (27,5%) lebih
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung bawah
adalah hernia nukleus pulposus (Awad JN, 2006). Hernia Nukleus Pulposus
penelitian dilaporkan MRI memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
lesi. Gejala klinik yang paling sering adalah iskialgia berupa nyeri radikuler
keluhan subjektif, maka informasi langsung dari pasien merupakan gold standard
untuk melakukan penilaian. Informasi yang diperoleh dari pasien harus mencakup
kondisi saat ini (onset, pola, dan perjalanan penyakit), lokasi (lokasi primer dan
meringankan nyeri, dan beratnya (biasanya diukur dengan verbal rating scale,
nyeri. NPRS dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,
3
jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada Visual Analog Scale
(VAS) terutama untuk menilai nyeri akut. NPRS digambarkan sebagai skala 11
HNP pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah
pada penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
dengan derajat nyeri punggung bawah pada penilaian NPRS di Rumah Sakit
September 2017 ?
antara derajat HNP dengan derajat nyeri punggung bawah di Rumah Sakit
September 2017.
4
September 2017.
September 2017.
punggung bawah.
2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan
3. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra dan diskus
anterior lebih kuat dari pada posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering ke
arah posterior. Pada bagian posterior terdapat struktur saraf yang sangat
sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis, dan ganglion radiks
Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra
(Reijo A, 2006).
7
yang di atas dan di bawahnya oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis
(Sylvia A, 1995).
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam
benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu, juga memainkan
benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di sekeliling tong air
atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus vertebra bersatu melawan
bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis
(Reijo A, 2006).
yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral
bersifat akut, kronik atau berulang. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
suatu penyakit dimana bantalan lunak di antara ruas-ruas tulang belakang (soft
gel disc atau nukleus pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian
posterior atau lateral sehingga nukleus pulposus pecah dan luruh sehingga
2.1.3. Etiologi
nukleus pulposus (Moore dan Agur, 2013). Selain itu, HNP kebanyakan juga
fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
fibroblastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses
rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air.
Jadi tercipta suatu keadaan dimana di satu pihak volume materi nukleus
pulposus berkurang dan di pihak lain volume rongga antar vertebra bertambah
dari perlekatannya dan bagian yang terlepas akan berlipat. Lipatan akan
fibrosus makin mendekati lapisan luar dan akhirnya lapisan paling luar.
tekanan ini akan mampu mendorong nukleus pulposus keluar. Hal ini
dibagi atas :
anulus fibrosus.
fibrosus.
3. Ekstrusi adalah nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah
punggung bawah.
2. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai
13
kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit, rasa nyeri sering
(KPR) dan achilles (APR), bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat
Bila stres vertikal yang kuat mengenai kolumna vertebra maka nukleus
nyeri yang sangat hebat sebagai nyeri punggung bawah yang terlokalisir.
Sementara itu, karena peregangan yang sangat kuat, anulus fibrosus bisa
ruptur atau pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan
radiks saraf menimbulkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri radikuler, yaitu
skiatika. Skiatika disebut juga sebagai iskialgia, adalah nyeri pinggang, yang
menjalar ke bawah pada aspek posterior tungkai bawah. Skiatika juga dapat
diartikan sebagai nyeri pada distribusi saraf iskiadikus. Skiatika sering disertai
dengan rasa tebal (numbness) dan rasa kesemutan (tingling) (Jenie MN,
2006).
terbanyak. Nyeri neuropatik pada NPB dapat disebabkan oleh lesi nociceptive
sprout pada diskus yang mengalami degenerasi, kompresi mekanik pada akar
saraf atau aksi dari mediator inflamasi yang berasal dari diskus yang mengalami
saraf dan menyebabkan disfungsi atau lesi pada serabut saraf dengan segala
nervorum juga mengalami lesi, kompresi, dan inflamasi yang menyebabkan nyeri
(Diduro J, 2009). Mekanisme nyeri pada HNP sangat kompleks dan belum
sepenuhnya diketahui. Hipotesis yang banyak dianut oleh para ahli adalah
interaksi antara faktor kompresi mekanik, inflamasi, dan respon imun (Eko T,
2013).
1. Kompresi Mekanis
neurologis daripada nyeri. Faktor inflamasi dan respon imun lebih berperan
pada proses terjadinya nyeri pada NPB (Eko T, 2013). Penekanan radiks
2. Faktor Inflamasi
sangat penting dalam terjadinya nyeri neuropatik NPB (Leung L dan Cahill
CM, 2010).
a) Phospholipase A2 (PLA2)
Pada pasien HNP dengan nyeri radikuler, kadar PLA2 meningkat. PLA2
PLA2 pada kasus HNP dengan sequester lebih tinggi daripada bulging
disc dan terdapat korelasi yang kuat antara kadar PLA2 plasma dan
b) Sitokin pro-inflamasi
antara lain IL-1, IL-6, dan TNF-α disekresikan pada berbagai kelainan
dioperasi karena skiatika didapatkan kadar yang tinggi dari IL-1β, IL-6,
et al, 2000). TNF-α merupakan sitokin yang paling berperan pada proses
inflamasi pada HNP, hal ini dibuktikan dengan percobaan pada babi,
dimana efek negatif HNP pada konduksi saraf dapat dihambat secara
Larsson K, 1998).
terdapat pada berbagai sel dalam sistem saraf tepi dan saraf pusat. Dalam
Antibodi terhadap GSL meningkat 71% pada pasien dengan skiatika akut,
61,9% pada follow up 4 tahun, dan 54% pasien yang mengalami operasi
disektomi (Brisby H et al, 1999). Marker dari sel glia dan neuron yang
17
protein, S-100 protein dan neuron specific enolase. Pada HNP terjadi
Protein tersebut adalah spesifik untuk sistem saraf, adanya protein tersebut
imun, tetapi pada HNP terjadi respon imun abnormal dimana terbentuk
dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis.
Lebih baik daripada Visual Analog Scale (VAS) terutama untuk menilai nyeri
(Yudiyanta, 2015).
Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Dalam hal ini, pemeriksa menilai nyeri dengan
berarti nyeri sangat hebat, skala nyeri 7-9 termasuk nyeri hebat, skala 4-6
termasuk nyeri sedang, skala nyeri 1-3 termasuk nyeri ringan, skala nyeri 0
2.4. Hubungan antara Derajat HNP dengan Derajat Nyeri Punggung Bawah
hubungan antara derajat HNP dengan derajat nyeri punggung bawah, tetapi
radiks saraf berdasarkan Pfirmann dengan nyeri skiatika berdasarkan VAS yang
dilakukan oleh Rempe dkk. (2010) pada bulan Februari – Juli 2010, didapatkan
bahwa diperoleh nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa korelasi antara derajat
korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup kuat. Pada penelitian ini
terdapat korelasi linear positif antara derajat penekanan radiks saraf pada MRI
VAS pada penderita iskialgia akibat HNP dimana semakin tinggi derajat
penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann, semakin tinggi pula derajat nyeri
dan 2 sesuai dengan VAS sedang sedangkan penekanan radiks saraf berdasarkan
BAB 3
GAMBARAN
HNP KLINIS
Foto polos
Asimptomatik
Mielografi
Nyeri
MRI
1. Peregangan anulus fibrosus, yang
1. HNP Derajat 1 NPRS berbentuk cincin dan kaya inervasi
2. HNP Derajat 2 1. Skala 0 = tidak nyeri nosiseptor.
3. HNP Derajat 3 2. Skala 1-3 = nyeri ringan 2. Faktor kompresi mekanis diskus
3. Skala 4-6 = nyeri sedang intervertebralis yang menekan
4. HNP Derajat 4 saraf iskiadikus.
4. Skala 7-9 = nyeri hebat
5. Skala 10 = nyeri sangat hebat
3. Faktor Inflamasi, pelepasan dari
mediator inflamasi setelah
Keterangan : terjadinya penekanan saraf.
4. Faktor Sistem Imun
= terdiri atas
= menyebabkan
= dinilai dengan
= hubungan antara
21
Derajat Nyeri
Derajat HNP Punggung Bawah
MRI NPRS
Keterangan :
= terdiri atas
= hubungan antara
1. Nyeri punggung bawah adalah keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien
pada daerah bokong dan atau menjalar ke paha, betis atau kaki dengan rasa
nyeri yang bersifat nyeri tajam, terbakar, berdenyut, dan seperti rasa
diskus intervertebralis.
3. Numeric Pain Rating Scale (NPRS) adalah suatu skala yang digunakan
dengan skor 0 – 10 dimana 0 adalah tidak nyeri dan 10 adalah nyeri yang
sangat hebat.
sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada penilaian NPRS di Rumah
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.Variabel Penelitian
bawah pasien HNP di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
4.4.1. Populasi
4.4.2. Sampel
radiologi MRI.
dalam penelitian ini terdiri dari hasil pemeriksaan penunjang foto radiologi MRI
lumbo-sakral pasien HNP dan penilaian derajat nyeri pasien HNP menggunakan
NPRS yang terdapat pada rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
sampel.
sampel penelitian.
berikut :
datanya.
bersama pembimbing.
penelitian.
penelitian ini adalah dua jenis data sekunder berupa hasil foto radiologi MRI
lumbo-sakral pasien HNP dan hasil penilaian derajat nyeri menggunakan NPRS
periode November 2016 - September 2017 yang terdapat pada rekam medik di
Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai
sampel
29
2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiannya atas data yang diperoleh dari
hasil tes dengan tidak menuliskan nama pasien, tetapi hanya berupa
inisal.
30
BAB 5
HASIL PENELITIAN
pengambilan data dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medik pasien
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) pada periode November 2016 – September 2017
Data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum
kriteria inklusi dan eksklusi maka didapatkan sebanyak 44 rekam medik pasien
HNP yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan sampel pada penelitian ini.
SPSS Statistik 18 sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk
tahun yaitu sebanyak 13 sampel atau 29,5 % dari total sampel, kelompok
sampel atau 13,6 % dari total sampel, kelompok umur 31 – 40 tahun yaitu
sebanyak 5 sampel atau 11,4 % dari total sampel, dan pada kelompok
umur 71 – 80 tahun yaitu sebanyak 4 sampel atau 9,1 % dari total sampel.
32
2017 yaitu derajat protrusi sebanyak 27 sampel atau sebesar 61,4 % dari
total jumlah sampel, derajat ekstrusi sebanyak 13 sampel atau sebesar 29,5
% dari total jumlah sampel, dan derajat bulging sebanyak 4 sampel atau
sebesar 9,1 % dari total jumlah sampel. Sedangkan tidak ada satupun
MRI.
derajat nyeri sedang sebanyak 19 sampel atau sebesar 43,2 % dari total
34
jumlah sampel, derajat nyeri ringan sebanyak 16 sampel atau sebesar 36,4
% dari total jumlah sampel, derajat nyeri hebat sebanyak 8 sampel atau
sebesar 18,2 % dari total jumlah sampel, derajat tidak nyeri sebanyak 1
sampel atau sebesar 2,3 % dari total jumlah sampel, dan tidak ada satupun
sampel yang berada pada derajat nyeri sangat hebat saat melakukan
penilaian NPRS.
Tabel 5.5 Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri
35
2017 yaitu untuk derajat HNP dengan derajat protrusi terdapat 14 (51,9%)
sampel, nyeri hebat sebanyak 2 (7,4%) sampel, dan tidak nyeri sebanyak 1
dan nyeri hebat. Sedangkan tidak ada satupun sampel yang berada pada
derajat HNP dengan derajat bulging yang mengalami tidak nyeri, nyeri
ringan, dan nyeri sangat hebat, derajat protrusi yang mengalami nyeri
sangat hebat, derajat ekstrusi yang mengalami tidak nyeri dan nyeri sangat
hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri
terdapat kekuatan korelasi yang sangat lemah antara derajat HNP pada
lemah). Namun, apabila dilihat nilai koefisien korelasi, kedua variabel ini
MRI, maka semakin tinggi pula derajat nyeri pada penilaian NPRS.
37
BAB 6
PEMBAHASAN
pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada
Makassar periode November 2016 - September 2017 dari sumber data sekunder
berupa rekam medik pasien, maka diperoleh sebanyak 44 sampel yang memenuhi
atau 29,5 % dari total sampel dan kurang pada kelompok umur 71 – 80 tahun
Pada beberapa tempat, serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti
oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus menerus sehingga dalam
penyusutan kadar air. Jadi terbentuklah suatu keadaan dimana disatu pihak
38
volume materi nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga
2002).
anulus fibrosus makin mendekati lapisan luar, sehingga bila suatu ketika tekanan
nukleus pulposus keluar. Hal ini merupakan awal terjadinya HNP lumbal. Seiring
menurun dan diskus menjadi kering. Dinding bagian diskus akan tidak berserat
dan mengalami kelemahan dan memungkinkan tidak lagi dapat berisi inti gel
seperti di pusat. Hal ini menyebabkan tonjolan atau pecah melalui robekan di
dinding diskus, menyebabkan rasa sakit ketika menekan saraf. Kejadian nyeri
pada tulang belakang meningkat seiring bertambahnya usia sekitar 50-60 tahun.
Penelitian lain menyebutkan HNP terjadi pada usia 30-50 tahun, saat nukleus
berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi
(2015) bahwa pada penderita HNP sebanyak 79 pasien dengan sebaran umur
31,60%. Penelitian serupa oleh Naufal dkk. (2013) menunjukkan bahwa dari 52
dekade kedua (20-29 tahun) ada 6 orang (15,5%), dekade ketiga (30-39 tahun)
ada 15 orang (28,8%), dekade keempat (40-49) juga didapatkan 15 orang (28,8%)
serta dekade kelima (50-60 tahun) paling banyak ada 16 orang (30,8%).
pasien HNP berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 26 sampel atau 59,1 %
dari jumlah total sampel. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah
pasien perempuan yaitu sebanyak 18 sampel atau sebesar 40,9 % dari jumlah total
sampel.
menunjukkan bahwa diperoleh dari 40 pasien, yang terdiri atas 24 (60%) laki-laki
menunjukkan bahwa jumlah penderita HNP laki – laki (58,5%) lebih predominan
Hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa kejadian HNP
pada kehidupan manusia lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Lumbal et
al, 2014). Kejadian HNP dua kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada
wanita (Bruce et al, 2015). Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi dari
cidera tulang belakang lebih tinggi pada pria daripada wanita, dimana cidera
muskuloskeletal pada ekstremitas atas lebih sering pada wanita. Hal ini
didasarkan pada jenis pekerjaan dan aktivitas fisik yang berbeda antara laki - laki
dan perempuan (Kemuningtyas, 2009). HNP pada umumnya lebih banyak terjadi
Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada
derajat HNP yang melakukan pemeriksaan MRI yaitu terbanyak pada derajat
protrusi sebanyak 27 sampel atau sebesar 61,4 % dari total jumlah sampel dan
kurang pada derajat sequestrasi sebanyak 0 sampel atau sebesar 0 % dari total
jumlah sampel.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Cukke dkk. (2010)
sequestrasi, dimana derajat bulging terdiri atas 32 orang (80%), derajat protrusi
terdiri atas 26 orang (65%), dan derajat ekstrusi terdiri dari 6 orang (15%). Hal ini
menyatakan bahwa derajat bulging lebih banyak daripada derajat protrusi dan
derajat ekstrusi.
sampel yang tidak merata diantara semua derajat HNP pada pemeriksaan MRI
data rekam medik yang tidak lengkap. Selain itu, kemungkinan karena sampel
pada penelitian ini merupakan derajat yang terbesar apabila terdapat dua macam
derajat nyeri dengan penilaian NPRS terbanyak pada derajat nyeri sedang
sebanyak 19 sampel atau sebesar 43,2 % dari total jumlah sampel dan kurang
pada derajat nyeri sangat hebat sebanyak 0 sampel atau sebesar 0 % dari total
jumlah sampel.
menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang mengalami nyeri punggung dan diukur
(NPRS) dimana pasien diminta untuk memberi tanda keluhan nyeri yang dialami
yang mana nilai 0 merepresentasikan tidak adanya nyeri, 1-3 adalah nyeri ringan,
dirasakan penderita merupakan suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita
nyeri punggung bawah, walaupun hal ini merupakan salah satu aspek nyeri yang
sulit karena tidak dapat diukur secara pasti. Evaluasi intensitas nyeri tergantung
pasien dan status fisiknya, sebab seringkali dijumpai keluhan subjektif tidak
diketahui. Hipotesis yang banyak dianut oleh para ahli adalah interaksi antara
faktor inflamasi yaitu berupa pelepasan dari mediator inflamasi setelah terjadinya
penekanan saraf, dan respon imun dimana nukleus pulposus juga mensekresi
dengan menggunakan uji spearman untuk menilai hubungan antara derajat HNP
pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan
NPRS didapatkan nilai p = 0.332 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat
nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS. Pada penelitian ini juga terdapat
kekuatan korelasi yang sangat lemah antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI
dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS, dengan r = 0.150
(r = 0.00 – 0.199 merupakan korelasi sangat lemah). Namun, apabila dilihat nilai
koefisien korelasi, kedua variabel ini berkorelasi positif dimana semakin tinggi
derajat HNP pada pemeriksaan MRI, maka semakin tinggi pula derajat nyeri pada
penilaian NPRS.
hubungan antara derajat HNP dengan derajat nyeri punggung bawah, tetapi
radiks saraf berdasarkan Pfirmann dengan nyeri skiatika berdasarkan VAS yang
dilakukan oleh Rempe dkk (2010) diperoleh nilai p = 0,001 yang menunjukkan
yang cukup kuat. Pada penelitian ini terdapat korelasi linear positif antara derajat
derajat nyeri skiatika berdasarkan VAS pada penderita iskialgia akibat HNP
semakin tinggi pula derajat nyeri skiatika berdasarkan VAS. Penelitian serupa
radiks saraf berkorelasi dengan derajat nyeri subjektif yang dirasakan oleh pasien
dan atau level dari kelainan fungsional baik dengan menggunakan VAS.
dapat berupa bulging, protrusi, ekstrusi, dan sequestrasi (Diduro J, 2006). Jadi
dapat disimpulkan bahwa penonjolan dari diskus intervertebralis dalam hal ini
derajat HNP dapat menekan radiks saraf sehingga akan menimbulkan keluhan
nyeri. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dimana
tidak terdapat hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan
derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS. Selain itu, pada
penelitian ini juga terdapat kekuatan korelasi yang sangat lemah (r = 0.00 – 0.199
merupakan korelasi sangat lemah). Namun, apabila dilihat nilai koefisien korelasi,
45
kedua variabel ini berkorelasi positif dimana semakin tinggi derajat HNP pada
pemeriksaan MRI, maka semakin tinggi pula derajat nyeri pada penilaian NPRS.
sampel yang tidak merata diantara semua derajat HNP pada pemeriksaan MRI
dan derajat nyeri pada penilaian NPRS oleh karena keterbatasan sampel yang
digunakan dalam penelitian dikarenakan data rekam medik yang tidak lengkap.
Sehingga resiko terjadinya bias cukup tinggi. Hal lain yang dapat menjadi
penyebab terjadinya bias pada penelitian ini adalah berdasarkan teori yang
menunjukkan bahwa berat nyeri yang dirasakan penderita merupakan suatu hal
yang penting dalam evaluasi penderita nyeri punggung bawah, walaupun hal ini
merupakan salah satu aspek nyeri yang sulit karena tidak dapat diukur secara
sangat hebat, tetapi sebaliknya pada yang lain dengan kelainan struktur yang
BAB 7
7.1. Simpulan
pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada
sebagai berikut:
2. Berdasarkan jenis kelamin, pasien HNP sebagian besar berjenis kelamin laki
pada penilaian NPRS sebagian besar pada derajat nyeri sedang yaitu sebesar
43,2 %.
sangat lemah antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat
semakin tinggi derajat HNP pada pemeriksaan MRI, maka semakin tinggi
pula derajat nyeri pada penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
2017.
7.2. Saran
teliti sehingga tidak ada pendataan pasien yang tidak lengkap dan
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar sehingga dapat memenuhi seluruh variabel yang dinilai dan hubungan
DAFTAR PUSTAKA
Awad, J., & Moskovich, R. (2006). Lumbar Disc Herniation. Clinical Ortopedic and
Related Reasearch, 183-197.
Brisby, H., Byrod, G., Olmarker, K., & al., e. (2000). Nitric Oxide as a mediator of
nucleus pulposus-induced effects on spinal nerve roots. J Ortjop Red(18),
815-820.
Brisby, H., Olmarker, K., Rosengren, L., & al, e. (1999). Markers of nerve tissue
injury in the cerebrospinal fluid in patients with lumbar disc herniation and
sciatica. J Orthop Red(24), 742-746.
Cukke, M., Ilyas, M., Murtala, B., & al., e. (n.d.). Kesesuaian antara Tanda-Tanda
Degenerasi Diskus Pada Foto Polos Dengan Magnetic Resonace Imaging
Lumbosakral Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah.
Diduro, J. (2009). Neuropathic Low Back Pain: Where Does It Hurt? Dynamic
Chiropractic(27), 26.
Garfin, S., & Rydevik, B. B. (1991). Compressive neuropathy of spinal nerve roots.
Spine (Phila Pa 1976)(16), 162-166.
Hjermstad, M., Fayers, P., Haugen, D., & al, e. (2011). Studies Comparing Numerical
Rating Scales, and Visual Analogue Scales for Assessment of Pain Intensity
in Adult: A Systematic Literature Review. Journal of Pain Symptom
Management., XVI(41).
49
Ikhsanawati, A., Tiksnadi, B., Soenggono, A., & al, e. (2012). Herniated Nucleus
Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung Indonesia. Althea
Medical Journal, II(2).
JD, L. (2001). Medical Evaluation of The Patient with Pain. Bonica's Management of
Pain Part II, Lippincot Williams & Winkins, 1-3.
Jennie, M. (2006). Hernia Nukleus Pulposus lumbalis. In Nyeri Punggung bawah (pp.
48-53). Semarang: Badan Penerbit universitas Diponegoro.
Karppinen, J., & Sciatica. (2001). Studies of Symptoms, Genetic Factots and
Treatment with Periradicular Infiltration. Oulu University Press.
Leksana. (2013). Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan pada Janda lanjut usia
yang tinggal dengan keponakan dengan usia yang sama. Medula, II(2).
Leung, L., & Cahill, C. (2010). TNF-α and neuropatic pain- a review. J of
Neuroinflammation, VII(27).
Lumbal, H., & al, e. (2014). Surgical Of Lumbar Disc Herniation At Zainoel Abidin
General Hospital Banda Aceh : Experience With 28 Patient. 146-151.
Mayhew, M. S. (2010). Medication to Treat Low Back Pain. The Journal for Nurse
Practitioners, 640-641.
50
Mulleman, D., S, M., I, G., & al, e. (2005). Pathophysiology of disk-related low back
pain and sciatica. II. Evidence supporting treatment with TNF-alpha
antagonists. In Joint, Bone, Spine.
N, N., RV, O., & HP, J. (2016). Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Dengan Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) Lumbal. Jurnal Kedokteran Diponegoro, IV(5), 1364-1367.
N, N., RV, O., & HP, J. (2016). Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Dengan Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) Lumbal. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 1364-1377.
Naufal, R., Fibriani, A., & Widhiyastuti, E. (2013). Hubungan antara Intensitas
Iskhialgia dengan Disabilitas Aktivitas sehari-hari pada Pasien Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Olmarker, K., Blomquist, J., Stroumberg, J., & al., e. (1995). Inflammatogenic
properties of nucleus pulposus. 665-669.
51
Pakadang, & Radius. (2014). The Relationship between degree of Facet Tropism with
degree of nerve radix compression in patient with Hernia Nucleus Pulposus
by MRI Lumbosacral examination. Makassar: Konsentrasi Pendidikan Dokter
Spesialis Terpadu PRogram Studi Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Patrianingrum, M., Oktaliansah, E., & dan Surahman, E. (2015). Prevalensi dan
Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi
Perioperatif, IV(1), 47-56.
Pinzon, R. (2012). Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta, XXXIX, 749-751.
Piperno, M., Graverand, H., P, R., & al, e. (1997). Phospholipase A2 activity in
herniated lumbar discs. 2061-2065.
R, N., A.R, F., & E, W. (2013). Hubungan antara Intensitas Iskhialgia dengan
Disabilitas Aktivitas sehari-hari pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Rempe, Y., M, I., B, M., & al, e. (2010). Kesesuaian Derajat Penekanan Radiks
Saraf pada MRI lumbo-sakral Lumbosakral berdasarkan Pfirmann dengan
52
Skouen, J., Brisby, H., Otani, K., & al, e. (1999). Protein markers in cerebrospinal
fluid in experimental nerve root injury. 2195-2200.
Sylvia, A., Price, Lorraine, & Wilson, M. (1999). Patofisiologi Konsep-konsep proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Vos, T., Flaxman, A. D., Naghavi, M., & al, e. (2010). Years Lived with Disability
(YLDs) for 1160 Sequelae of 289 Diseases and Injuries 1990-2010: A
Systematic Analysis for The Global Burden of Disease Study 2010. Lancet,
2168.
Widhiana. (2002). Sensitivitas dan spesifisitas tes provokasi batuk, bersin, dan
mengejan dalam mendiagnosis Hernia Nukleus Pulposus Lumbal. Semarang:
Program Pendidikan Dokter spesialis I Ilmu penyakit syaraf FK UNDIP.
Lampiran 1
Agama : Islam
Anak Ke :3
Telepon : 085340010062
Email : andiwahyuliana@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Anggrek (2001-2002)
Pengalaman Organisasi:
Lampiran 2
56
Lampiran 3
Kelompok Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Derajat HNP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Derajat Nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Derajat HNP
Nyeri Count 0 14 2 16
Ringan % within Derajat HNP .0% 51.9% 15.4% 36.4%
Nyeri Count 2 10 7 19
Sedang % within Derajat HNP 50.0% 37.0% 53.8% 43.2%
Nyeri Count 2 2 4 8
Hebat % within Derajat HNP 50.0% 7.4% 30.8% 18.2%
Total Count 4 27 13 44
Correlations
N 44 44
N 44 44
58
Lampiran 4
59
Lampiran 5
60
Lampiran 6