You are on page 1of 9

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Gedung H lt 4 Kampus, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001 Website:
www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR
SOAL UJIAN
No. Dokumen Review Kajur/Kaprodi
Tanggal Terbit Tgl Tanda Tangan
No. Revisi 02 Hal 1 dari 1
FM-02-AKD-22 1 Juni 2016

PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER


TAHUN AJARAN 2021/2022
FAKULTAS ILMU SOSIAL

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi


SKS, Semester : 2 (dua)/4 (Empat)
Prodi/Jurusan : Politik /PKn
Pengampu : Dr. Eko Handoyo, M.Si.., Natal Kristiono, S.Pd.,M. H.
Hafiz Raffiudin, S.Pd.,S.Pd.I., M.H.
Hari/Tanggal :-
Waktu : 07.00-08.30

Petunjuk pengerjaan :
1. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan singkat tetapi jelas;
2. Pengerjaan soal harus mengikuti nomor urut
3. Diperbolehkan membuka buku dan mengakses internet

Soal Ujian :

1. Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
pada hampir seluruh sendi kehidupan.
a. Jelaskan faktor penyebab korupsi dalam perspektif faktor politik, hukum, ekonomi,
birokrasi dan transnasional?
b. Jelaskan kiat-kiat untuk memberantas dan melawan korupsi?

2. Korupsi merupakan penyakit yang sudah merambah semua orang tidak pandang usia,
bukan hanya orang tua bahkan anak-anak muda pun sudah mulai terkena penyakit ini.
a. Jelaskan teori dari Robert Merton untuk memahami akar dari penyebab korupsi!
b. Jelaskan apakah dengan diterapkan hukuman mati bagi para koruptor kelas kakap
dapat menghentikan tindak pidana korupsi!
3. Beberapa elit politik dan pejabat publik terbukti terlibat tindak pidana korupsi, seperti
Juliari P Batubara, Edhy Prabowo, Lukman Hakim S, Harun Masiku, dan lainnya.
a. Jelaskan metode atau strategi yang paling signifikan untuk menghentikan korupsi
politik yang terjadi di Indonesia!
b. Jelaskan apakah model wistle blower system dan e-procurement dapat mengurangi
praktik korupsi, utamanya dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah!

4. Analisislah dua Kasus dibawah ini dengan ketentuan :


a. Buktikan apakah kasus dibawah ini merupakan perbuatan korupsi!
b. Tunjukan dasar hukumnya jika termasuk perbuatan korupsi !
c. Berikan alasan anda atas jawaban (a) dan (b) diatas !
Kasus I. Pemberian Fasilitas Penginapan Oleh Pemda Setempat Kepada
Penyelenggara Negara/Pegawai Negeri Pada Saat Kunjungan Di Daerah.
Penyelenggara negara/pegawai negeri diberikan fasilitas penginapan berupa mess
Pemda setempat karena pada saat melakukan kunjungan di daerah terpencil, tidak
ada penginapan yang dapat disewa di daerah tersebut.
Kasus II. Pemberian oleh-oleh kepada pegawai inspektorat jendral yang baru
selesai memeriksa laporan keuangan di suatu perguruan tinggi.

5. Di Indonesia ada dua kasus besar tindak pidana korupsi yang menyita perhatian publik,
yaitu kasus Bansos dan kasus ekspor Lobster.
a. Jelaskan mengapa kasus-kasus tersebut hingga kini belum masuk dalam tahap
persidangan dan bagaimana perkembangan penyidikan kasusnya sejauh ini !
b. Jelaskan apa yang menjadi penyebab utama kasus korupsi bansos dan ekspor
lobster!.

Jawaban

Nama: Princess Ngozi Chika


Nim: 3312421166
1. A. Hukum
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Penyebab
korupsi di Indonesia ini meliputi hukum yang tidak dijalankan sesuai prosedur yang
benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh
masyarakat.
• Politik
Monopoli kekuasaan merupakan penyebab korupsi di Indonesia, karena tidak adanya
kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat
dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan wewenang yang berlebih dalam
hal ini terjadinya KKN. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih sangat tinggi
dan tidak adanya sistem kontrol yang baik menyebabkan masyarakat meng anggap bahwa
korupsi merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi. Penyebab korupsi di Indonesia ini
sudah seharusnya dimusnahkan.

• Birokrasi
korupsi dalam birokrasi bisa disebabkan oleh relasi antarberbagai sistem yang terkait,
misalnya kooptasi dan intervensi politik. Dalam banyak kasus korupsi birokrasi di daerah,
tekanan politik menjadi salah satu sumber penyebab korupsi

• Ekonomi
Adanya sifat serakah dalam diri manusia, gaya hidup yang konsumtif dan himpitan
ekonomi dapat membuat seseorang melakukan korupsi. - Dalam aspek sosial, keluarga
dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku korupsi

• Transnasional
Transnasional seperti perdagangan dan penyelundupan manusia sudah semakin rapi dan
sulit diatasi. Jenis kejahatan ini akan terus berkembang dan semakin berbahaya jika mental
korupsi tidak segera dihilangkan

B. Berikan hukuman berat bagi pelaku korupsi

• Harus ada kesadaran bahwa korupsi itu tidak benar


• Harus membangun karakter moral sejak dini
• Tanamkan nilai-nilai aturan secara intensif
• Supremasi hukum
• Penegakkan hukum
2. A. Teori ini menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang
diakibatkan oleh tekanan sosial sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma

B. Jika dilihat dari bahaya yang ditimbulkannya, pelaku kejahatan korupsi memang
pantas untuk dihukum mati. Pertimbangannya, kejahatan ini ternyata menyebabkan
kehancuran yang luar biasa hebat bagi kelangsungan hidup bangsa. Masyarakat hingga
anak cucu bangsa ini di kemudian hari menderita dan menanggung akibatnya.
Keberadaan bangsa ini pun menjadi terpojok dan dipermalukan di dunia internasional,
karena maraknya budaya korupsi yang tak terkendali.

Secara yuridis formal, penerapan hukuman mati di Indonesia memang dibenarkan. Hal
ini bisa ditelusuri dari beberapa pasal dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana
(KUHP) yang memuat ancaman hukuman mati. Di luar KUHP, tercatat setidaknya ada
enam peraturan perundang-undangan yang memiliki ancaman hukuman mati, semisal
UU Narkotika, UU Anti Korupsi, UU Anti terorisme, dan UU Pengadilan HAM, UU
Intelijen dan UU Rahasia Negara. Selain itu, secara filosofis, penerapan hukuman mati
juga diakui dan diakomodasi oleh konsep negara hukum Pancasila. Hal ini
menunjukkan bahwa hukuman mati di Indonesia tetap eksis dalam tata peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Lebih dari itu, eksekusi hukuman mati di Indonesia
menunjukkan kecenderungan meningkat sejak era reformasi. Meski masih
mempertahankan hukuman mati dalam sistem hukum positifnya, namun sebagai negara
yang menjunjung tinggi nilai-nilai HAM, negara Indonesia memberlakukan hukuman
mati secara khusus, hati-hati, dan selektif.

3. A. Strategi pemberantasan pemberantasan tindak pidana


Strategi Pemberantasan Korupsi melalui Pendekatan Politik Hukum, Penegakan
Hukum dan Budaya Hukum
korupsi di Indonesia melalui pendekatan politik hukum:
(a) Pemerintah telah meratifikasi United Nations Convention Against Corruption
(UNCAC) 2003 melalui Undang-Undang No. 7 Th 2006 dan telah
mengimpelentasikan UNCAC dengan membuat Undang- Undang khususnya
Undang-Undang No. 31 Th. 1999 jo UU no. 20 Th 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi,
(b) Membentuk KPK melalui Undang-Undang No. 30 Th 2002 dan membentuk
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melalui Undang-
Undang No. 08 Th 2010,
(c) Membuat UU No. 11 Th 1980 tentang Tindak Pidana Suap, walaupun hal itu
belum cukup untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia.

Konsistensi penegakan hukum dalam Upaya pemberantasan korupsi:


(a) pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi, tidak konsisten dengan Undang-Undang No. 02 Th 2002 tentang
Kepolisian Negara RI dan Undang-Undang No. 16 Th. 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia dalam konteks penyidikan dan penuntutan yang semula
menjadi kewenangan Kepolisian dan Kejaksaan, saat ini menjadi kewenangan
KPK sehingga kewenangan KPK menjadi tidak terbatas,

(b) Penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi juga tidak akan berjalan dengan
benar dan memenuhi rasa keadian masyarakat apabila sampai saat ini masih
banyak oknum penegak hukum yang melanggar hukum dan belum mempunyai
keserasian antara antara penegak hukum dengan norma hokum. karena
mempunyai sikap mental yang kurang baik, ingin cepat kaya, mempunyai ambisi
kekuasaan sehingga melupakan tugasnya untuk menegakkan hukum yang bena

B. penyelenggaraan whistleblower system dalam proses pengadaan barang/jasa


pemerintah sudah cukup baik, namum peraturan hukum tentang whistleblower system
harus lebih diperjelas dan diperlengkap, karena pada dasarnya whistleblower system
harus bisa diterapkan di sektor publik dan sektor privat, sehingga diperlukan peraturan
hukum yang komprehensif terkait whistleblower system. Whistleblower system juga
harus diatur dalam undang- undang tersendiri dan harus memenuhi unsur-unsur
peraturan hukum tentang whistleblower yang komprehensif.

Indonesia harus meningkatkan penyelenggaraan whistleblower system baik di sektor


publik maupun privat. Hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan
penyelenggaraan whistleblower system adalah dengan cara membuat peraturan hukum
yang komprehensif tentang whistleblower system dan mendirikan lembaga khusus
untuk menangani laporan whistleblower sebagaimana yang sudah diterapkan di
Amerika Serikat.

Perlindungan hukum terhadap whistleblower yang melaporkan adanya suatu


pelanggaran harus lebih ditingkatkan, karena whistleblower memiliki informasi atau
akses informasi terkait suatu pelanggaran yang tidak diketahui oleh pihak luar.
Perlindungan hukum terhadap whistleblower diperlukan karena whistleblower sering
mendapatkan pembalasan dari pihak yang dilaporkan berupa tindakan pemecatan,
penurunan jabatan, pencemaran nama baik, dan lain-lain. Perlindungan hukum terhadap
whistleblower juga harus dilakukan oleh lembaga khusus yang diberi kewenangan
untuk memberikan perlindungan hukum terhadap whistleblower, sebagaimana Office
Of Special Counsel (OSC) dan Merit Systems Protection Board (MSPB) di Amerika
Serikat.

4. A. Buktikan apakah kasus dibawah ini merupakan perbuatan korupsi!


Kasus I : Kasus I tidak termasuk perbuatan korupsi dibukktikan dengan tidak adanya
penyalahgunaan jabatan, suap menyuap, perbuatan curang, gratifikasi maupun
tindakan-tindakan yang termasuk ke dalam kategori korupsi.

Kasus II: Kasus II termasuk perbuatan korupsi dibuktikkan dengan adanya gratifikasi
oleh suatu perguruan tinggi kepada pegawai inspektorat jendral yang baru selesai
memeriksa laporan keuangan perguruan tinggi tersebut, tindakan ini telah terindikasi
perbuatan korupsi.

B. Tunjukan dasar hukumnya jika termasuk perbuatan korupsi !

• Kasus I : Kasus I tidak termasuk perbuatan korupsi.


• Kasus II : UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.;
• Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Melawan Hukum
untuk Memperkaya Diri;
• Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Menyalahgunakan Kewenangan;
• Pasal 5 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Menyuap Pegawai Negeri;
• Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pegawai Negeri
Menerima Hadiah/Janji Berhubungan dengan Jabatannya;
C. Berikan alasan anda atas jawaban (a) dan (b) diatas !

Kasus I (a) karena berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Tindak pidana korupsi pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

1. Kerugian keuangan negara

2. Suap-menyuap

3. Penggelapan dalam jabatan

4. Pemerasan

5. Perbuatan curang

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan

7. Gratifikasi

dan pada kasus I tidak termasuk dalam pengelompokkan tindak pidana korupsi
dikarenakan tidak untuk kepentingan pribadi/ bertujuan memperkaya diri sendiri,
pemberian fasilitas penginapan oleh pemda setempat menggunakan mess pemda
sehingga tidak menyebabkan kerugian pada keuangan negara dan juga hal tersebut
dilakukan karena tidak ada penginapan yang dapat disewa di daerah tersebut karena
daerah yang terpencil, hal ini juga tidak termasuk ke dalam penggelapan dalam jabatan
dikarenakan untuk kegiatan kedinasan kunjungan di daerah. Kasus I (b) Tidak termasuk
ke dalam perbuatan korupsi dikarenakan tidak melanggar hukum sehingga tidak ada
dasar hukumnya.

Kasus II (a) karena berdasarkan UU No.20 Tahun 2001, tindakan ini termasuk ke dalam
perbuatan korupsi karena adanya benturan konflik kepentingan antara pihak perguruan
tinggi dengan pegawai insperktorat jenderal yang baru selesai memeriksa laporan
keuangan perguruan tinggi tersebut, tindakan ini merugikan keuangan negara karena
memungkinkan hasil audit laporan keuangan tersebut tidak sesuai dengan yang
sebenarnya, hal ini juga termasuk ke dalam tindakan gratifikasi dan juga sebagai bentuk
suap kepada pegawai inpektorat jenderal yang juga merupakan pegawai negeri, serta
tindakan ini merupakan tindakan memperkaya diri sendiri dengan melawan hukum
serta penyalahgunaan kewenangan jabatan. Kasus II (b) UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dikarenakan tindakan ini termasuk ke dalam
pengelompokkan tindakan korupsi, Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001 tentang Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri karena tindakan ini
bertujuan untuk memperkaya diri pihak-pihak yang terlibat dengan cara melawan
hukum, Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Menyalahgunakan Kewenangan karena kewenangan yang dimiliki oleh pegawai
inspektorat jendral dan juga petinggi perguruan tinggi dalam upaya korupsi ini, Pasal 5
ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Menyuap Pegawai
Negeri karena pegawai inspektorat jendral termasuk ke dalam pegawa negeri dan
tindakan ini termasuk ke dalam tindakan suap, Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Pegawai Negeri Menerima Hadiah/Janji Berhubungan
dengan Jabatannya karena pegawai inspektorat jenderal menerima hadiah berhubungan
dengan jabatannya sebagai pegawai inspektorat jenderal.

5. A. Jelaskan mengapa kasus-kasus tersebut hingga kini belum masuk dalam tahap
persidangan dan bagaimana perkembangan penyidikan kasusnya sejauh ini !

Kasus Korupsi Bansos : Kasus korupsi bansos telah masuk ke dalam tahap persidangan,
akan tetapi yang membuat kasus tersebut terhambat sehingga memerlukan waktu yang
lama hingga masuk ke tahap persidangan karena tersangka yang terlibat memiliki
jabatan tinggi, yaitu Menteri Sosial dan juga kasus tersebut melibatkan partai besar yang
berkuasa yang juga terseret menerima aliran dana dari kasus tersebut untuk kepentingan
golongan/ partai, perkembangan penyidikan kasusnya sejauh ini sudah tidak nampak
lagi kelanjutannya setelah terdakwa divonis 11 tahun penjara dan denda 500 juta pada
9 Agustus 2021 dan juga dituntut untuk membayar uang kerugian sebesar Rp 14,5 miliar
dan pencabutan hak politik selama 4 tahun yang mana tentu saja tidak sebanding dengan
kerugian negara yang ditanggung akibat korupsi yang dilakukannya.

Kasus Ekspor Lobster : Kasus Ekspor Lobster telah masuk ke dalam tahap persidangan,
akan tetapi kasus tersebut sempat terhambat untuk masuk ke tahap persidangan karena
melibatkan pejabat sekelas Menteri KKP, dimana beliau juga memiliki kerabat yang
memiliki posisi kuat dalam pemerintah. Perkembangan penyidikan kasusnya sejauh ini
sudah tidak ada perkembangannya lagi sejak terdakwa telah divonis 5 tahun dan denda
400 juta serta membayar uang pengganti sebesar Rp 9 miliar pada 29 Juni 2021.
B. Jelaskan apa yang menjadi penyebab utama kasus korupsi bansos dan ekspor lobster!

Yang menjadi penyebab utama kasus korupsi dan ekspor lobster adalah adanya suap-
menyuap dan juga penyalahgunaan kewenangan serta jabatan dimana kedua kasus
tersebut sama-sama disebabkan karena adanya suap untuk memperlancar para pihak
dalam usahanya memperkaya diri sendiri dan juga golongan dengan melawan hukum
dengan cara tersebut maka tender pengadaan alat dan jasa serta perijinan dipermudah
karena sama-sama mendapat keuntungan dari proyek tersebut.

You might also like