Professional Documents
Culture Documents
Tugas 2 Kebijakan Hutan (Al Achtur Dava Makaganza)
Tugas 2 Kebijakan Hutan (Al Achtur Dava Makaganza)
NIM : 213020404141
KELAS :C
MAKUL : KEBIJAKAN HUTAN
DOSEN : AGUNG WIBOWO, S.Hut.M.Si.Ph.D
a. Carilah berita tentang konflik yang saat ini terjadi di Desa Wadas. Sertakan link
sumber informasi/berita yang Anda peroleh.
Pembangunan Bendungan Bener menjadi salah satu dari 58 Program Strategis Nasional
Sektor Bendungan dan Irigasi yang disahkan melalui Perpres Nomor 109 Tahun 2020 oleh
Presiden Joko Widodo. Proyek ini terletak sekitar 8,5 kilometer dari pusat Kota Purworejo,
Jawa Tengah. Penanggung jawab proyek Bendungan Bener diemban oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS) Serayu Opak.
Selain lembaga pemerintah, proyek ini melibatkan tiga BUMN, yakni PT Brantas Abipraya
(Persero), PT PP (Persero), dan PT Waskita Karya (Persero). Sementara itu, total investasi
proyek ini bernilai Rp 2,06 triliun yang diperoleh dari APBN dan APBD. Proyeksinya,
Bendungan Bener akan menyuplai air untuk lahan irigasi sawah seluas 13.589 hektar di area
lama dan 1.110 hektar di area baru.
Dalam kerangka lebih luas, pembangunan bendungan ini merupakan bagian dari usaha
pemerintah untuk pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Selain mengurangi banjir di
kawasan Purworejo, bendungan air ini berfungsi sebagai sumber listrik tenaga air yang
diperkirakan mampu menghasilkan listrik sebesar 6,0 megawatt. Pembangunan ini rencananya
memakan durasi hingga tiga tahun.
Rencana inovatif nan ekologis itu ternyata bertabrakan dengan praktik di lapangan.
Alasannya, pembangunan bendungan memerlukan material andesit yang diambil dari Desa
Wadas. Menurut Pejabat Pembuat Komitmen Bendungan I BBWS Serayu Opak, M Yushar
Yahya Alfarobi, Desa Wadas memiliki volume batu andesit yang memadai, spesifikasi yang
paling cocok, dan jaraknya paling dekat dari proyek bendungan Bener. Intinya, efisiensi.
Yushar menyebut ada sebanyak 617 bidang atau sekitar 114 hektar lahan di Desa Wadas
sebagai lokasi penambangan batu andesit. Ia mengklaim bahwa proyek bendungan
memanfaatkan tidak sampai setengah dari cadangan andesit di Desa Wadas. Setelah
pembangunan bendungan pun, bekas tambang dapat direklamasi dan dimanfaatkan kembali
oleh warga desa.
Masalahnya, upaya efisiensi pembangunan ini menutup mata pada persoalan laten seputar
lokasi tambang di Indonesia selama ini. Bekas lubang tambang yang ditelantarkan, hilangnya
kesuburan tanah akibat aktivitas penambangan, dan rusaknya ekosistem adalah persoalan laten
kawasan tambang di Indonesia. Semua konsekuensi logis ini belum tampak rencana
antisipasinya dalam proyek pembangunan Bendungan Bener.
Permasalahan lainnya ialah konflik sosial dari penolakan tambang oleh warga Desa Wadas
yang tidak setuju tanah desanya di eksploitasi. Hingga saat ini, warga tidak keberatan dengan
pembangunan Bendungan Bener yang digadang-gadang memberikan banyak manfaatnya.
Persoalannya hanya satu, rencana penambangan di Desa Wadas
https://www.kompas.id/baca/linimasa/2022/02/18/isu-wadas-dari-bendungan-sampai-
ganjar-pranowo
Bila langkah hukum atau legal formal itu yang digunakan, terkadang keputusan hukum
tidak selamanya menjamin penyelesaian persoalan, termasuk pada konflik wadas mengingat
dalam putusan hukum biasanya hanya ada Kalah dan Menang.
Selain itu, salah satu pemicu konflik, karena perbedaan pandangan mengenai rencana
penambangan baik substansi maupun teknis.
Semoga persoalan ini, menemui titik terang penyelesaian, sehingga tidak ada lagi muncul
gambaran kekerasan dan intimidasi yang berujung pada konflik horizontal antar masyarakat.
.