Professional Documents
Culture Documents
Sindrom Ekstrapiramidal Referat
Sindrom Ekstrapiramidal Referat
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
B. DEFINISI
C. EPIDEMIOLOGI
D. ETIOLOGI
E. PATOFISIOLOGI
Susunan Piramidal
Susunan Ekstrapiramidal
Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungan
segenap neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan
korpus striatum/globus palidus dengan thalamus dan (c) hubungan thalamus
dengan korteks area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolah-olah
diserahkan kepada korpus striatum/globus paidus/thalamus untuk diproses dan
hasil pengolahan itu merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks
motorik tambahan. Oleh karena komponen-komponen susunan ekstrapiramidal
lainnya menyusun sirkuit yang pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata
utama, maka sirkuit-sirkuit itu disebut sirkuit striatal asesorik.1,3
F. MANIFESTASI KLINIS
Reaksi Distonia
Merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skelet
yang timbul beberapa meni dan dapat pula berlangsung lama, biasanya
menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal. Kelompok otot yang paling
sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler, bermanifestasi
sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan yang tidak
biasa hingga opistotonus (melibatkan seluruh otot tubuh). Hal ini akan
menggangu pasien, dapat menimbulkan nyeri hingga mengancam nyawa seperti
distonia laring atau diafragmatik. Reaksi distonia akut sering terjadi dalam satu
atau dua hari setelah pengobatan dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Distonia
lebih banyak diakibatkan oleh psikotik tipikal terutama yang mempunyai potensi
tinggi dan dosis tinggi seperti haloperidol, trifluoroperazin dan fluphenazine.
Terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda.2,5
Otot-otot yang sering mengalami spasme adalah otot leher (torticolis dan
retrocolis), otot rahang (trismus, gaping, grimacing), lidah (protrusionI, memuntir)
atau spasme pada seluruh otot tubuh (opistotonus). Pada mata terjadi krisis
okulogirik. Distonia glosofaringeal yang menyebabkan disartri, disfagia, kesulitan
bernafas hingga sianosis bahkan kematian. Spasme otot dan postur yang
abnormal, umumnya yang dipengaruhi adalah otot-otot di daerah kepala dan leher
tetapi terkadang juga daerah batang tubuh dan ekstremitas bawah.2
Kriteria diagnostik dan riset untuk distonia akut akibat neuroleptik menurut DSM-
IV adalah sebagai berikut:1
Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang
tubuh yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan
dosis medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi yang digunakan
untuk mengobati gejala ekstrapiramidal).
1. Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh (misalnya
tortikolis)
4. Penebalan atau bicara cadel karena lidah hipertonik atau membesar (disartria,
makroglosia)
5. Penonjolan lidah atau disfungsi lidah
b. Tanda atau gejala dalam kriteria A berkembang dalam tujuh hari setelah
memulai atau dengan cepat menaikkan dosis medikasi neuroleptik, atau
menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati (atau mencegah) gejala
ekstrapiramidal akut (misalnya obat antikolinergik).
c. Gejala dalam kriteria A tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
(misalnya gejala katatonik pada skizofrenia). Tanda-tanda bahwa gejala lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental dapat berupa berikut : gejala mendahului
pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai dengan pola intervensi
farmakologis (misalnya tidak ada perbaikan setelah menurunkan neuroleptik atau
pemberian antikolinergik).
Akatisia
Manifestasi berupa keadaan gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk
tetap bergerak, atau rasa gatal pada otot. Manifestasi klinis berupa perasaan
subjektif kegelisahan (restlessness) yang panjang, dengan gerakan yang gelisah,
umumnya kaki yang tidak bisa tenang. Penderita dengan akatisia berat tidak
mampu untuk duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritabel. Akatisia
sering sulit dinilai dan sering salah diagnosis dengan anxietas atau agitasi dari
pasien psikotik, yang disebabkan dosis antipsikotik yang kurang. Pasien dapat
mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat disalah tafsirkan
sebagai gejala psikotik yang memburuk. Sebaliknya, akatisia dapat menyebabkan
eksaserbasi gejala psikotik yang memburuk. Sebaliknya akatisia dapat
menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang
ekstrim. Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifesatsi fisik lain dari akatisia
hanya dapat ditemukan pada kasus yang berat.3,6
Sindrom Parkinson
G. TATALAKSANA
H. DIAGNOSIS BANDING
2. Parkinson disease
3. Tetanus
5. Distonia primer
I. KOMPLIKASI
J. PROGNOSIS
KESIMPULAN