You are on page 1of 45

i

HUBUNGAN PRAMENSTRUASI SINDROM DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI
DI SMP NEGERI 1 BOHODOPI

PROPOSAL

HASNA
201801274

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PRAMENSTRUASI SINDROM DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI
DI SMP NEGERI 1 BOHODOPI

PROPOSAL

HASNA
201801274

Tanggal 31 Mei 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Hadidjah Bando.SST.,M.Kes Ni Nyoman Elfiyunai,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIK.20080901003 NIK. 20210901130

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

DAFTAR ISI
Yuhana Damantalm, S.Kep.,Ns.,.M.Erg
NIK. 20110901019
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 25
C. Hipotesis 25
BAB III METODE PENELITIAN 26
A. Desain Penelitian 26
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 26
C. Populasi Dan Sampel 26
D. Variabel Penelitian 28
E. Definisi Operasional 28
F. Instrumen Penelitian 29
G. Teknik Pengumpulan Data 30
H. Analisis Data 30
I. Bagan Alur Penelitian 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 25


Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 32
v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pengambilan Data Awal


2. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
3. Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden ( Informant Concent )
4. Permohonan Menjadi Responden
5. Kuesioner
6. Lembar Konsul Revisi Proposal
7. Jadwal Penelitian Skripsi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa remaja terjadi lebih dini pada remaja putri
dibanding remaja putra, dan kemungkinan terjadinya perbedaan ini dikarenakan
remaja putri lebih cepat matang dalam hal psikologikal dan emosionalnya. Pada
masa ini remaja putri akan mengalami perubahan yang sangat penting, yaitu
perubahan fisik dan psikologis1.
Perubahan fisik yang dimaksud adalah proses kematangan yang terjadi
pada organ reproduksi remaja putri yang ditandai dengan peristiwa menstruasi,
yaitu peristiwa pengeluaran darah dari dalam rahim bila sel telur tidak dibuahi.
Menstruasi atau pendarahan periodik normal uterus merupakan proses
katabolisme yang terjadi akibat adanya pengaruh dari hormon hipofisis seperti
hormon esterogen dan progesteron. Umumnya menstruasi akan terjadi secara
normal setiap bulan1.
Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi
jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada
tahun 2018 remaja dengan rentang usia 10-19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta
remaja tersebut tinggal di negara berkembang5. Menurut Biro Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2019 Jumlah remaja putri di Indonesia tercatat 22.080.000
jiwa. Jumlah penduduk usia remaja perempuan rentang usia 10-24 tahun di
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2019 adalah 381.379 jiwa. Penduduk Kabupaten
Morowali pada tahun 2020 sebesar 123.377 jiwa. Remaja perempuan rentang
usia 10-24 pada tahun 2020 di Kabupaten Morowali adalah 33.448 jiwa.
Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa besarnya penduduk usia remaja

1
2

khususnya putri perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat mereka


termasuk dalam usia sekolah dan memasuki usia reproduksi6.
Data WHO pada tahun 2018 menunjukkan ada sekitar 450 juta jiwa yang
mengalami gangguan kecemasan. Masalah kesehatan jiwa di Indonesia cukup
besar yaitu 7 per mil untuk gangguan jiwa skizofrenia, prevalensi kecemasan
pada penduduk umur ≥15 thn adalah 12,3% dalam hal ini sulteng menduduki
urutan pertama, prevalensi gangguan mental emosional di atas 15 tahun dan 9,8
% untuk gangguan jiwa berat5.
Wanita yang telah mengalami menstruasi menandakan bahwa fungsi
tubuhnya berjalan dengan baik dan normal. Adanya perubahan fungsi tubuh ini,
tidak semua remaja putri menerima perubahannya dengan baik. Banyak diantara
mereka yang mengalami kecemasan dengan perubahan tersebut2.
Biasanya 7-10 hari sebelum terjadi menstruasi, wanita akan mengalami
beberapa gejala perubahan tertentu dari segi fisik (nyeri payudara, sakit kepala,
jerawat, nyeri pinggul bahkan edema) maupun emosional (perubahan mood,
penurunan fungsi sosial, penurunan konsentrasi bahkan depresi dan kecemasan)
yang akan mereda ketika siklus menstruasi dimulai. Namun pada beberapa
wanita juga dapat terjadi gejala yang terus berkelanjutan hingga 24 – 48 jam
pertama siklus menstruasi dan akan meredah selama beberapa hari ke depan.
Gejala-gejala tersebut dikenal dengan Premenstrual Syndrome.
Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik,
psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara
konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi. Penyebab dari
adanya PMS ini diperkirakan karena adanya efek progesterone dalam
neurotransmitter seperti pada seorotonin, opioid, katekolamin dan Gamma
Aminobutyric Acid (GABA), peningkatan sensitifitas akibat peningkatan
resistensi insulin dan defisiensi nutrisi (Kalium, Magnesium dan B6)1.
Ada wanita yang menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari
sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai
3

gejala dari depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami PMS
yang menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama3.
Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja
hipotalamus, hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya
menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak
menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan
seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan
dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya4.
Kecemasan sebagai salah satu gejala utama dan gangguan tidur seperti
insomnia atau hiperinsomnia merupakan gejala penyerta PMS. Kecemasan
adalah salah satu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai
dengan tanda somatik yaitu terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom.
Kecemasan merupakan gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan
sering kali merupakan suatu emosi yang normal. Remaja yang mengalami
pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya
karena hal yang sangat kecil. Pada awal siklus menstruasi, remaja akan lebih
rentan untuk mengalami PMS. Hal ini dapat diperkuat dengan adanya penurunan
serotonin saat fase luteal yang dapat menstimulasi gangguan mood. Selain itu,
tingkat gangguan mood akan cenderung meningkat dengan adanya perubahan
hormon pada remaja1.
Hasil Riskesdas tahun 2018 di Indonesia sendiri tingkat kecemasan pada
rentang usia 15-24 tahun pravelensinya mencapai 6,2%, di Sulawesi tengah
sendiri jumlah remaja putri yang mengalami kecemasan mencapai 14.758 jiwa
pada perempuan yang mengalami kecemasan sebanyak 7.242 jiwa, sedangkan di
Kabupaten Morowali jumlah remaja putri yang mengalami kecemasan sebanyak
572 jiwa.
Menurut penelitian Charisma tentang Gambaran Premenstrual Syndrome
pada Remaja Periode Akhir di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
memperlihatkan bahwa jenis gejala PMS yang paling banyak dialami ialah
gejala psikologis yaitu sebanyak 136 orang (95,8%). Gejala psikologis
4

merupakan kunci utama pada gejala PMS. Menurut beberapa peneliti, faktor
utama yang memengaruhi gejala psikologis ialah adanya ketidakseimbangan
antara kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sebelum memasuki
fase menstruasi itu berlangsung9.
Untuk gejala psikologis yang paling banyak dialami sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Heryaningtyas et al. yang mendapatkan 115 orang
(92,7%) mengalami mood swing. Hal tersebut terjadi oleh karna perubahan pada
hormon estrogen akan memengaruhi hormon serotonin. Kadar serotonin akan
berpengaruh terhadap suasana hati. Berkurangnya hormon serotonin juga akan
menimbulkan efek depresi, kemarahan, agresivitas, iritabilitas dan perasaan
lemah8.
Hasil studi pendahuluan melalui wawancara langsung terhadap 10 remaja
putri di SMP Negeri 1 Bohodopi, didapatkan 8 remaja putri menyatakan bahwa
dirinya sering mengalami gangguan tidur, perubahan fisik, emosional dan
kecemasan yang tiba-tiba dan tanpa sebab saat akan menstruasi. Bahkan,
perubahan tersebut mengakibatkan harus berdiam di Unit Kesehatan Sekolah dan
tidak mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian latar belakang di atas sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri di SMP
Negeri 1 Bohodopi.?
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah
Apakah ada Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat Kecemasan pada
Remaja Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi.?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk
menguraikan antara Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat
Kecemasan pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi ?
2. Tujuan Khusus :
5

a. Mengidentifikasi prevelensi Pramenstruasi Sindrom pada Remaja Putri di


SMP Negeri 1 Bohodopi
b. Mengidentifikasi Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri di SMP Negeri 1
Bohodopi
c. Mengidentifikasi apakah ada Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan
Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi (STIKes Widya Nusantara Palu)
Dapat di jadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya dan sebagai
dasar pemikiran dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi
perpustakaan Stikes Widya Nusantara Palu.
2. Bagi Siswi SMP Negeri 1 Bahodopi
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan tambahan pengetahuan
wawasan para remaja putri sehingga dapat mengetahui gejala kecemasan
akibat Pramenstruasi Sindrom.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengendalian tingkat kecemasan dalam menghadapi pramenstruasi sindrom
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kreatifitas serta derajat kesehatan
pelajar secara optimal.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Premenstrual Syndrome


a. Definisi Premenstrual Syndrome
Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan siklus yang
umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan
gejala fisik dan emosional yang konsisten. Sindrome premenstruasi
(Premenstrual Syndrome, PMS, atau Premenstrual Tension, PMT)
merupakan kumpulan gejala fisik dan mental yang khas, yang
berhubungan dengan siklus menstruasi. PMS adalah kumpulan gejala
yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada
pekerjaan dan gaya hidup seseorang10.
Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain
cemas, susah konsenstrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit
perut, dan sakit pada payudara. PMS biasanya ditemukan 7-10 hari
menjelang haid. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga hormon
estrogen, progesteron, prolaktin, dan aldosteron berperan dalam terjadinya
PMS. Gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron akan
menyebabkan retensi cairan dan natrium sehingga berpotensi
menyebabkan terjadi keluhan PMS, perempuan yang peka terhadap faktor
psikologis, perubahan hormon sering mengalami gangguan PMS11.
PMS adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari
sebelum mengalami menstruasi, PMS merupakan salah satu gangguan
umum yang terjadi pada wanita keluhan yang sering terjadi adalah cemas,
lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi, nyeri kepala, nyeri
perut dan nyeri pada payudara. Walaupun PMS tidak mengancam nyawa
namun dapat mempengaruhi produktivitas dan mental wanita11.

6
7

PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang


terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen
perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala PMS yang
dapat menggangu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut
dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler pada dua minggu
periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya
perdarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya12.
PMS merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi
secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi. Gejala biasanya
timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi
dimulai. PMS berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Estrogen menyebabkan
berat badan, pembengkakan jaringan, nyeri payudara dan perut
kembung13.
Selama ini masih ada keengganan untuk menerima PMS sebagai
suatu kondisi yang serius. Hal ini terjadi karena kegagalan untuk
membedakan PMS yang sesungguhnya dari gejala-gejala pramenstruasi
fisiologi yang lebih ringan, yang terjadi pada siklus menstruasi normal 80-
90% wanita dalam usia subur. Keduanya memiliki beragam gejala yang
terjadi pada masa luteal siklus dan mereda pada akhir menstruasi. Apa
yang membedakan PMS adalah bahwa gejala-gejala yang dialami
sedemikian berat sehingga fungsi normal wanita dan hubungan antar
pribadinya terganggu (terutama di lingkungan kerja dan keluarga). Juga
terdapat wanita yang memang sudah memiliki gangguan psikologis yang
terjadi bersama PMS dan juga mungkin terjadi eksaserbasi gangguan
psikologis (yang sebelumnya sudah ada) pada masa pramenstruasi14.
Mayoritas wanita pada usia reproduktif biasanya mengalami satu
atau lebih gejala PMS pada sebagian besar siklus menstruasi. Keparahan
dan frekuensi gejala yang dialami bisa berbeda di antara masing-masing
siklus14.
8

PMS merupakan suatu gejala ataupun perubahan fisik, psikologis


dan perilaku yang muncul secara teratur dan berulang selama fase siklus
haid ataupun menghilang setelah haid datang, Tidak seluruh wanita akan
mengalami kondisi ini sehingga hanya wanita yang lebih peka terhadap
perubahan hormonal dalam siklus haid16.
b. Etiologi
Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori
menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam
fase luteal dari siklus menstruasi. Selama bertahun-tahun teori ini
mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi progesteron ini
biasanya di gunakan untuk mengatasi PMS. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa terapi progesteron kelihatan tidak efektif bagi
kebanyakan wanita, selain kadar progesteron pada penderita tidak
menurun secara konsisten. Bila kadar progesteron yang menurun dapat
ditemukan hampir pada semua wanita yang menderita PMS, maka dapat
dipahami bahwa kekurangan hormon ini merupakan sebab utama.
Sebagian wanita yang menderita PMS terjadi penurunan kadar
progesteron dan dapat sembuh dengan penambahan progesteron, akan
tetapi banyak juga wanita yang menderita gangguan PMS hebat tapi kadar
progesteronnya normal17.
Banyak kondisi atau faktor yang berperan dalam terjadinya PMS
pada remaja. Rendahnya kadar progesteron diduga menjadi penyebab
utama terjadinya PMS. Faktor yang terkait dengan PMS adalah kenaikan
perbandingan estrogen terhadap progesteron, tepat sebelum fase
menstruasi terjadi18. Penyebab dari PMS adalah :
1) Faktor Hormonal
PMS terjadi pada sekitar 70-90% wanita usia subur dan lebih
sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun. Peran hormon
ovarium tidak begitu jelas, tetapi gejala PMS sering berkembang
ketika ovarium tertekan. Faktor hormonal yaitu terjadi
9

ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Kadar


hormon estrogen sangat berlebihan dan melampaui batas normal
sedangkan kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan
perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan system pembawa
pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.
2) Faktor Kimiawi
Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-
bahan kimia tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubah-ubah
selama siklus menstruasi. Serotonin sangat mempengaruhi suasana
hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,
ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur,
agresif dan peningkatan selera.
3) Faktor Genetik
Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting,
yaitu insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur
(monozigot) dibandingkan kembar dua telur.
4) Faktor Psikologis
Faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap
kejadian PMS. Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di
dalam diri seorang wanita mengalami tekanan.
5) Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup didalam diri seseorang terhadap pengaturan
pola makan juga memegang peran yang tidak kalah penting. Makan
terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan terhadap gejala-
gejala PMS.
Pada umumnya, PMS terjadi pada wanita di akhir umur 20 tahun
sampai awal umur 40 tahun. Beberapa faktor tersebut adalah faktor
keturunan; wanita yang ibunya memiliki riwayat PMS, kemungkinan
besar akan mengalami PMS juga. Faktor psikologis;
10

wanita yang memiliki gangguan mood, kecemasan, depresi, atau stres


(baik riwayat sekarang maupun dulu) dapat meningkatka risiko
terjadinya PMS19.
c. Gejala Premenstrual Syndrome
Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari bulan ke
bulan. Pada umumnya gejala yang datang adalah menifestasi dari produksi
hormon progesteron pada bagian akhir dari siklus menstruasi, lebih dekat
dengan datangnya masa menstruasi. Pada dasarnya, gejala PMS
berhubungan dengan berbagai perubahan diantaranya ialah perubahan
fisik, perubahan suasana hati, dan perubahan mental20.
Perubahan fisik, diantaranya; sakit punggung, perut kembung,
payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit,
pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul terasa berat atau tertekan,
hot flashes (kulit wajah, leher, dan dada tampak merah serta terasa hangat
saat dirpaba), susah tidur, tidak bertenaga, mual dan muntah, kelelahan
yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat), pembengkakan jaringan atau
nyeri persendian, dan penambahan berat badan.
Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas, depresi,
mudah tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira secara bergantian.
perubahan mental, diantaranya; merasa kalut, sulit berkonsentrasi, dan
pelupa20.
Gejala PMS yang sering terjadi adalah :
1) Berjerawat
2) Payudara bengkak dan nyeri tekan
3) Merasa lelah tanpa sebab
4) Mempunyai masalah tidur
5) Kelainan perut (kram, nyeri, merasa penuh dan kembung)
6) Badan dan ektremitas membengkak
7) Konstipasi atau diare
8) Nyeri kepala atau punggung
11

9) Perubahan selera makan atau selelra makan tinggi


10) Nyeri pada sendi atau otot
11) Susah konsentrasi atau susah mengingat
12) Ketegangan; mudah marah, perubahan mood atau ingin menangis
13) Cemas, gelisah, panik atau depresi.
Gejala-gejala PMS dikelompokkan ke dalam tiga symptoms yaitu :
1) Behaviour symptoms
Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan berlebihan ,
dan perubahan gairah seksual.
2) Psychologic symptoms
Gejala ini mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih,
cenggeng, cemas, susah konsentrasi, binggung, sulit istirahat dan
merasa kesepian
3) Physical symptoms
Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak serta
teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak
pada kaki dan tangan , mual, nyeri otot dan persendian8.
Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya kecemasan
Pada gangguan cemas memiliki serotinin transporter yang tidaknormal.
Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktifias dari neuro
transmmiter Gamma Amino Butyric cid (GABA), yang mengontrol
aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran
kecemasan21.
Gejala-gejala lain dari PMS dapat berupa kenaikan berat badan,
nausea, kurang koordinasi, kurang toleransi terhadap suara dan cahaya,
kebinggungan, mudah memusuhi orang atau agresif, paranoid, mudah
merasa bersalah atau takut, keinginan seksual tidak ada dan kurang percaya
diri10.
12

d. Jenis – jenis Premenstrual Syndrome


Tipe dan gejala PMS bermacam-macam, menurut gejalanya yakni
PMS tipe A, H,C, dan D. 80% gangguan PMS termaksud tipe A, penderita
tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang
seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara
bersamaan12.
1) PMS tipe A (anxiety)
Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan
sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen
terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian
hormon progesterone kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi
beberapa peniliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi
kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya
banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau
membatasi minum kopi.
2) PMS tipe H (hyperhydration)
Memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri
pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat
badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan
dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya
air pada jaringan diluar sel (ekstasel) karena tingginya asupan garam
atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya
mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini
penderita di anjurkan menggurangi asupan garam dan gula pada diet
makanan serta membatasi minum sehari-hari.
13

3) PMS tipe C (craving)


Ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya
gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam
jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung
berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia
timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat.
Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres,
tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak
esensial (omeha 6), atau kurangnya magnesium.
4) PMS tipe D (depression)
Ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau
mencoba bunuh diri. Biasanya berlangsung bersamaan dengan PMS
tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe
D.
5) PMS tipe D murni
Disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan
estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi
dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan
tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan
asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh,
atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan
magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang
terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
14

e. Pencegahan
Pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara :
1) Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala
yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti
mengurangi kafein memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari
kelelahan dan mengurangi stress berperan dalam terapi PMS.
2) Pola Diet
Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita PMS
bervariasi pada setiap wanita, dan karena wanita yang mengalami PMS
dapat memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan tekanan
darah tinggi, pengaturan dan penelitian khusus perlu dipriritaskan untuk
membuat suatu rekomendasi makanan. Penurunan asupan gula, garam,
karbohidrat (nasi,kentang,tori) dapat mencegah edema (bengkak), serta
penurunan konsumsi kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat
menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur)
3) Olahraga
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Dapat
berupa jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa wanita
mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat
membantu relaksasi dan tidur di malam hari10.
2. Konsep tentang Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, keadaan yang berhubungan
dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan
tidak aman dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya
merupakan sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif,
namun faktor dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak di
sadari21. Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang
15

disertai oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak
diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari
antisipasi diri terhadap bahaya8. Kecemasan adalah berupa rasa
kekhawatiran atau rasa takut yang tidak dapat dihindari dari sesuatu yang
berbahaya dan dapat menimbulkan gejala atau respon tubuh23.
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup 24.
Kecemasan dapat timbul karena berbagai penyebab, tetapi secara umum
kecemasan timbul oleh bahaya yang terdapat dalam diri manusia sendiri
yaitu suatu keadaan berbahaya dari luar yang bersangkutan ditafsirkan
lain, adanya pandangan persepsi dari realitas lingkungannya25.
b. Respon Kecemasan
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
pembentukan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan
respon anxietas yaitu:
1) Respon fisiologis
a) Sistem kardiovaskuler: palpasi, tekanan darah meningkat, berdebar-
debar meningkat.
b) Sistem pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal,
terengah-engah.
c) Sistem neuromuskuler; meningkatnya reflek, reaksi terkejut,
insomnia, tremor, gelisah, gugup, wajah tegang, tungkai lemah.
d) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak
nyaman, diare, nausea, anoreksia.
2) Respon Perilaku
Respon perilaku yang terjadi adalah gelisah, ketegangan fisik,
reaksi terkejut, bicara cepat, cenderung mengalami cedera, menarik
diri, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, sangat waspada.
16

3) Respon Kognitif
Respon kognitif yang terjadi adalah perhatian terganggu, sulit
konsentrasi, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, sulit berpikir,
kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada,
dan takut kehilangan kendali.
4) Respon Afektif
Respon afektif yang terjadi adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, cepat marah, ketakutan, waspada, khawatir, fokus pada
diri sendiri10.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Kecemasan ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain :
1) Usia
Usia merupakan faktor internal yang berkontribusi terhadap timbulnya
kecemasan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda
lebih mudah mengalami kecemasan dari pada usia tua.
2) Jenis Kelamin
Perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-
laki. Hal ini dikarenakan perempuan dirasa lebih sensitif terhadap
permasalahan, sehingga mekanisme koping perempuan kurang baik
dibandingkan laki-laki.
3) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan
orang tersebut lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan
dengan mereka yang memiliki status pendidikan yang tinggi.
4) Status Ekonomi
Ekonomi adalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap
timbulnya kecemasan.
17

Teori yang menjelaskan terkait kecemasan adalah :


1) Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena
konflik antara elemen kepribadian yaitu id (Insting) dan super ego
(nurani). Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan.
2) Teori Interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpesonal.
3) Teori Behaviour
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
4) Teori Perspektif Keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif
dalam keluarga.
5) Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk meningkatkan Benzodiapine.
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan terbagi menjadi berbagai tingkatan :
1) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
18

kelelahan, iretabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi,


mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai
situasi.
2) Kecemasan Sedang
Memungkinkan orang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi
yang terjadi pada tingkat ini adalah kelelahan meningkat, kecepatan
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat,
bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu
untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun,
mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan
tidak dapat berpikit tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi,
lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus
pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan
tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.
4) Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak dapat
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Menifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
19

terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami


halusinasi dan delusi10.
e. Pengukuran Tingkat Kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya syptoms pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada
individu yang mengalami kecemasan. Setiap iyem yang diobservasi diberi
5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4
(severe)26.
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
1) Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
teringgung.
2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan
lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, geratakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
20

9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi


mengeras dan detak jantung hilang sekejab.
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas di perut.
12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,
bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat
dan napas pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = satu dari gejala yang ada
2 = sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan
item 1-14 dengan hasil :
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7-14 = kecemasan ringan.
3. Skor 15-27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
21

3. Tinjauan Remaja
a. Definisi Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat pada masa remaja meliputi aspek fisik, kognitif dan sosial27.
Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami
perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan
seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang
merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi28.
Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam
kehidupan seorang individu. Masa yang merupakan periode transisi dari
masa anak ke dewasa ini di tandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional, sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. Menurut WHO remaja merupakan anak usia 10-19 tahun.
Undang-Undang perburuhan, remaja adalah anak yang telah mencapai
umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal
sendiri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menggangap remaja jika
sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah
menegah. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak di
anggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16
tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Remaja
adalah anak dalam rentang usia remaja sangat bervariasi, akan tetapi awal
dari masa emaja relatif sama sedangkan masaberakhirnya masa remaja
lebih bervariasi. Awal usia masa remaja berkisar 10 tahun dan akhir masa
remaja berkisar 21 tahun.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu terjadinya
pertumbuhan yang cepat, timbul ciri-ciri seks sekunder, dan tercapai
22

fertilitas. Perubahan psikososial yang menyertai pubertas disebut adolesen,


adolesen adalah masa dalam kehidupan seseorang dimana masyarakat
tidak lagi memandang individu sebagai seorang anak, tetapi juga di akui
sebgai seorang yang sudah dewasa dengan segala hak dan kewajiban
mereka.
Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa
pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses
biologis yang menyebabkan perkembangan fisik yang dapat diukur.
Perkembangan merupakan suatu proses seorang individu dalam aspek
keterampilan dan fungsi yang kompleks. Individu berkembang dalam
pengaturan neuromuskuler, keterampilan menggunakan anggota tubuh,
serta perkembangan kepribadian, mental, serta emosi.
Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase remaja awal, fase pertengahan, dan fase akhir.
1) Remaja Awal (10-14 Tahun)
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual
dengan cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaannya dan pada
kelompok sebaya. Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik
dan perhatian pada keadaan normal. Perilaku seksual remaja pada
masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga
kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada masa
ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran
yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan
privasi.
2) Remaja Pertengahan (15-17 Tahun)
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya
sendiri maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses
kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran
oprasional formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan
ide, memikirkan apa yang dapat dibuat dengan barang-barang yang
23

ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan perasaan kepada


orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas yang
tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai
bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan
mulai mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari
ekperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak bergantung,
menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai
maksimal mengakibatkan berbagai permasalah yang dengan orang tua,
guru, maupun figur yang lain.
3) Remaja Akhir (18-21)
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional
formal penuh, termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu
pendidikan, kejuruan, dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih
berkomitmen pada pasangan seksualnya dari apda remaha
pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas dari fase
sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika mengalami perpisahan
fisik dengan keluarganya. Dalam perjalanan kehidupannya, remaja
tidak akan lepas dari berbagai macam konflik dalam
perkembangannya. Setiap tingkatan memiliki konflik sesuai dengan
kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering
dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan
yang mereka alami pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri
mereka yaitu dimensi biologis, dimensi kognitig, dimensi moral dan
dimensi psikologis29.
4. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome (PMS)
Wanita menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai dua
minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari
24

depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang


menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama 25.
Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja
hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya
menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak
menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan
seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan
tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan
sebagainya29.
Semakin berat tingkat kecemasannya, maka Premenstrual Syndrome
semakin berat, sebaliknya semakin ringan tingkat kecemasannya, maka PMS
nya juga semakin ringan. Keluhan-keluhan seperti ini apabila tidak teratasi
akan berdampak kepada responden bahkan orang lain. Responden selain bisa
mengalami kecemasan bisa mengalami stress dan akan berakibat depresi4.
Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi PMS
diantaranya adalah faktor hormonal pada tubuh wanita, yaitu
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Beberapa
keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri
pada payudara, gangguan tidur, dan lain-lain. Dari beberapa keluhan yang
dirasakan, akibat tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada wanita yang
mengalami PMS. Apabila kecemasan tidak teratasi dengan baik akan
menimbulkan berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah, keringat dingin,
takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering berkemih, mual
muntah dan lain-lain29.
25

B. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konsep penelitian
adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Premenstrual
Kecemasan
Syndrome

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


Keterangan

: Variabel Independen/bebas

: Variabel Dependen/terikat

: Penghubung variabel

C. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat Kecemasan
pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi.
Ho : Tidak Ada Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat
Kecemasan pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian yang


digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan rancangan Cross Sectional.
Cross Sectional merupakan rancangan penelitian yang mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat bersamaan (point time
approach)30.
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bohodopi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 11 - 18 Juli 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang
mempunyai sifat dan karakteristik tertentu yang akan di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan, populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik yang dimiliki objek/subjek itu30. Pada penelitian ini yang akan
menjadi populasi adalah seluruh Siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bohodopi
sebanyak 58 orang.

26
27

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut31. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling dengan pendekatan accidental sampling. Accidental
sampling adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan
bertemu. Maksudnya, dalam menentukan sampel apabila dijumpai ada, maka
sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.
dengan rumus besar sampling yaitu :

N
n=
1+ N e ²
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : populasi
e : margin of error (5% = 0,05)

58
n=
1+(58)(0,05)²

58
n=
1+(58)(0,0025)

58
n=
1+0,145

58
n=
1,145

n=50,65

n=51
28

Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 51 siswi SMP Negeri 1
Bohodopi, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
1) Remaja Putri Kelas VII SMP Negeri 1 Bodopi
2) Sudah mengalami menstruasi
3) Sehat Jasmani dan Rohani
4) Bersedia Menjadi Responden
b. Kriteria Ekslusi
1) Remaja yang mempunyai penyakit reproduksi
2) Tidak ada di tempat pada saat penelitian berlangsung.
D. Variabel Penelitian
1. Variable Independen (bebas)
Yaitu variabel yang menyebabkan perubahan terhadap variabel yang lain
disebut variabel independen, atau sering disebut sebagai variabel bebas, atau
variabel yang dikategorikan sebagai cause atau penyebab dari berubahnya
variabel yang lain34. Pada penelitian ini yang merupakan variabel independen
adalah tingkat kecemasan remaja putri di SMP Negeri 1 Bohodopi.
2. Variable Dependen (terikat)
Yaitu variabel yang dikenal sebagai akibat (effect) adalah variabel
dependen, atau variabel yang berubah akibat dari perubahan variabel yang
lain33. Pada penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah
Premenstrual Syndrome (PMS).
E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional


karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena29.
1. Kecemasan
Definisi : Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan
remaja putri kelas VII di SMP Negeri 1 Bohodopi yang disertai
oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak
29

diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul


akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya
Alat Ukur : Kuesioner HARS
Cara Ukur : Pembagian Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Tidak ada kecemasan (< 6)
Kecemasan ringan (7-14)
Kecemasan sedang (15-27)
Kecemasan Berat (>27)
2. Premenstrual Syndrome
Definisi : PMS adalah gangguan siklus Menstruasi remaja putri di SMP
Negeri 1 Bohodopi yang umumnya terjadi pada wanita muda
dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional
yang konsisten..
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Pembagian Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Tidak PMS (< Mean/Median)
PMS (≥ Mean/Median)
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, alat ukur untuk mengukur tingkat kecemasan
menggunakan kuesioner yang sudah baku dari Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS), kuesioner HARS disusun dari 14 indikator antara lain: perasaan
ansietas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan
depresi, gejala somatik (otot), gejala sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala
respiratori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, tingkah laku.
Pengukuran tingkat kecemasan, responden diminta untuk memberikan tanggapan
atas pernyataan sesuai dengan gejala 0, 1, 2, 3, atau 4 ; 0 = jika tidak ditemukan
gejala atau keluhan, 1 = Gejala ringan (jika ditemukan minimal 1 dari
gejala/keluhan yang ada), 2 = Gejala sedang (jika ditemukan 50% dari
30

gejala/keluhan yang ada sesuai dengan indikator), 3 = Gejala berat (jika


ditemukan lebih dari 50% dari keseluruhan gejala/keluhan yang ada), 4 = Gejala
sangat berat (jika ditemukan seluruh/semua gejala yang ada). Penentuan derajat
kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item.
Sedangan untuk variabel Pramenstruasi Sindrom responden diminta untuk
memberikan tanggapan atas pernyataan sesuai dengan gejala 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 :
1 = tidak ada keluhan, 2 = sangat ringan (gejala yang dialami hanya sedikit
terasa), 3 = ringan (gejala terasa, namun tidak menganggu aktivtas sehari-hari), 4
= sedang (gejala terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari), 5 = berat (gejala
terasa sekali dan terjadi penurunan fungsi, beberapa aktivitas sehari-hari tidak
bisa dilakukan), 6 = berat sekali (gejala sangat terasa sekali, terjadi penurunan
fungsi fisik dan psikis sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari).
G. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data primer adalah data yang di peroleh dari responden dengan menggunakan
kuesioner dan hasil wawancara.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rekam medis atau dokumentasi
yang berkaitan dengan penelitian.
H. Analisa Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penulisan adalah untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan
langkah-langkah analisis univariat adalah dengan mendeskripsikan

f
Rumus : P = x 100%
n
karakteristik dari masing-masing variabel bebas kedalam distribusi frekuensi
dan presentase masing-masing variabel dari semua jawaban responden dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase, dengan rumus sebagai
berikut:
31

Keterangan : P = Presentase
f = Jumlah Frekuensi
n = Jumlah Responden32
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan
hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji chi-squaer
(X²), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel
dgunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p <0,05), karena pada umumnya
penelitian-penelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan
0,0532.

( 0−E ) 2
Rumus : X2 = ∑
E
Keterangan :
x²= Chi-Squaer
O = Frekuensi observasi
E = Frekuensi harapan
Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah :
a. Ho diterima, jika x2 hitung < x2 (Jika p value > 0,05) tabel artinya tidak
ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan tingkat kecemasan
dengan kejadian Premenstrual Syndrome.
b. Ha ditolak, Jika x2 hitung ≥ x2 tabel (jika p value < 0,05) ada hubungan
antara variabel yang diteliti dengan tingkat kecemasan dengan kejadian
Premenstrual Syndrome.
32

I. Bagan Alur Penelitian

Studi Pendahuluan/Identifikasi masalah


(Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja
Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi)

Survey Literatur

Studi Pustaka

Menentukan Sumber Data

a. Populasi
b. Sampel
c. Pengambilan Sampel
d. Subjek yang akan diteliti

Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian

Observasi Lapangan Dan Penelitian

Pengumpulan Data

Penelitian
Data Primer Juni 2022 Data Sekunder
Lembar Kuesioner SMPN 1 Bohodopi

Pengolahan Data

Analisi Data Uji Chi-Square

Hasil Penelitian Mengetahui ada Hubungan Pramenstruasi Sindrom dengan Tingkat


Kecemasan pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Bohodopi

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

1. Susanti, H.D.,Ilmiasih, R., Arvianti, A. .2018. Hubungan Tingkat Keparahan


PMS Dengan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Pada Remaja Putri. Jurnal:
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Lestari, C.P. .2018. Hubungan Sindrom Pramenstruasi Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul
Yogyakarta. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’ Aisyiyah Yogyakarta
3. Wahyuni, R. .2020. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Sindroma
Pramenstruasi Pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Jurnal : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Surakarta.
4. Siyamti, S., Pertiwi, H.W. .2021. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan
Sindrom Premenstruasi Pada Mahasiwi tingkat II. Jurnal : Akademi Kebidanan
Estu Utomo Boyolali.
5. World Health Organization (WHO). 2018. Adolescent Development : Topicc at
Glance.
6. Badan Pusat Statistik (BPS). 2022. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin,. [Internet] : https://www.bps.go.id.
7. DINKES SULTENG. 2021. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah 2021.
https://dinkes.sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2022/05/PROFIL-DINAS-
KESEHATAN-2021.pdf
8. Heryaningtyas F, Putra I, Sudiman J. Karakteristik premenstrual syndrome pada
mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2019 di Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. EJurnal Med Udayana. 2020;9(5):58–61.
9. Lumingkewas, C., Suparman, E. and Mongan, S.P. (2021) ‘Gambaran
Premenstrual Syndrome pada Remaja Periode Akhir di Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi’,e-CliniC,9(1),pp. 45–50. doi:10.35790/ecl.v9i1.31855
10. Data Primer SMAN 1 Bohodopi. 2022.
11. Maulidah, N. 2018. Hubungan Pengetahuan Tentang Premenstrual Syndrome
Dengan Kecemasan Remaja Putri Saat Menghadapi Premenstrual SYndrome Di
SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi: Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta.
12. Prawirohardjo, S. .2019. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
13. Safitri, R., Herawati., Rachmawati, K. .2018. Faktor-Faktor Risiko
KejadianPremenstrual Syndrome Pada Remaja SMA Darul Hijrah Puteri. Jurnal:
Universitas Lambung Magkurat.
14. Sibagariang, E.E., Pusmaika, R., Rismalinda. .2020. Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: Trans Info media.
15. Nugroho, T., Utama, B.I. .2018. Masalah Kesehatan Reproduksi
Wanita.Yogyakarta : Nuha Medika.
16. Glasier, A., Gebbie, A. .2018. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: EGC.
17. Ramadani, M. .2018. Premenstual Syndrome. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
18. Puspitasari, R.L.,Elfida, S., Rahayu, K.M. .2018. Pengetahuan Mahasiswa
Universitas Al Azhar Indonesia Terhadap Premenstrual Syndrome Jurnal :
Universitas Al Azhar Indonesia.
19. Damayanti, S. .2018. Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Premenstrual
Syndrom Pada Mahasiswa D-IV Kebidanan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
U’Budiyah Banda Aceh. Skripsi: STIKES U’Budiyah Banda Aceh.
20. Rodiani., Rusfiana, A. 2018. Hubungan Premenstrual Syndrome Terhadap Faktor
Psikologis Pada Remaja. Jurnal: Universitas Lampung.
21. Finurina, I., Susiyadi. 2019 Pengaruh Sindrom Premenstruasi Terhadap
Kecemasan Mahasisiwi. Jurnal: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
22. Mufidah, N. 2018. Pengaruh Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswi FKMS Di UIN Malang. Skripsi: Universitas Islam Negeri
(UIN).
23. Fikriya, U., Safitri, Y.A., Wijayanti, T.R.A. 2019. Pemberian Vitamin B6 Sebagai
Upaya Mengurangi Kecemasan Pada Remaja Akhir Dengan Premenstruasi
Syndrome. Jurnal; Politeknik Kesehatan RS dr.Soepraoen Kesdam Brawijaya
Malang.
24. Prihatanti, N.R. 2020. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian
Dismenorea Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Imam Syuhodo Polokarto
Sukoharjo.Skripsi: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
25. Widyaningrum, D.A., Sari, D.I.P. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual
syndrome. Jurnal: STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
26. Wahyuni. .2018. Gambaran Sindroma Pramenstruasi Dari Gejala Emosional Dan
Fisik Pada Siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Jurnal : STIKES Aisyiyah
Surakarta.
27. Wahyuni, R. .2020. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Sindroma
Pramenstruasi Pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Jurnal : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Surakarta.
28. Tawi, M. 2018. Pengukuran Tingkat Kecemasan.
https://syehaceh.wordpress.com//pengukuran-tingkatkecemasan (Diakses pada
Tanggal 16 Maret 2022).
29. Zuhana, N., Ersila, W. .2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Remaja Putri Dalam Menghada[i Sindrom Premenstruasi Di
SMP 1 Sragi Kabupaten Pekalongan. Jurnal: Akbid Purworejo.
30. Prajati, R.N. (2014) Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri
Dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP Mataram Kasihan
Bantul. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’ Aisyiyah Yogyakarta.
31. Laili, S. I., Dewi, L.L. 2020. Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam
Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP 2 SOOKO Mojokerto. Jurnal :
STIKES PPNI Bina sehat Mojokerto.
32. Notoatmodjo, Soekidjo. 2019. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
33. Sugiyono. 2018. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta
34. Chandra, Budiman. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
KUESIONER KECEMASAN REMAJA PUTRI SAAT MENGHADAPI
PREMENSTRUAL SYNDROME

Nama / Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :

Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan atau benar-benar anda
alami pada saat Premenstrual Syndrome (PMS) dengan cara memberi tanda
ceklist (√) dikolom yang tersedia.
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)

0 = tidak ada gejala sama sekali


1 = satu dari gejala yang ada
2 = sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala yang ada

Nilai angka
No. Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. firasat buruk
b. takut akan pikiran sendiri
c. mudah tersinggung

2 Ketegangan
a. merasa tegang
b. lesuh
c. mudah terkejut
d. tak bisa istirahat dengan tenang
e. mudah menangis
f. gemetar
g. gelisah
3 Ketakutan
a. pada gelap
b. ditinggal sendiri
c. pada orang asing
d. pada binatang besar
e. pada keramaian lalu lintas
f. pada kerumunan orang banyak
4 Ganguan tidur
a. sukar memulai tidur
b. terbangun malam hari
c. tidak pulas
d. mimpi buruk
e. mimpi yang menakutkan

5 Gangguan kecerdasan
a. daya ingat buruk
b. sukar berkonsentrasi
c. sering binggung

6 Perasaan depresi
a. hilangnya minat
b.berkurangnya kesenangan pada hobi
c. sedih
d. bangun dini hari
e. perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatik (otot-otot)


a. sakit dan nyeri di otot-otot b.
kaku
c. kedutan otot
d. gigi gemeretak
e. suara tidak stabil

8 Gejala somatik (sensorik)


a. muka merah dan pucat b.
merasa lelah
c. telinga berdengung d.
penglihatan kabur
e. perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala kardiovaskuler
a. denyut nadi cepat b.
berdebar-debar
c. nyeri dada
d. denyut nadi mengeras
e. detak jantung hilang sekejab
f. rasa lemah seperti mau pingsan
10 Gejala pernapasan
a. rasa tertekan di dada
b. perasaan tercekik
c. merasa napas pendek atau sesak
d. sering menarik napas panjang

11 Gejala gastrointestinal
a. mual muntah
b. sulit menelan
c. berat badan menurun
d. kontisipasi/ sulit buang air besar
e. perut melilit
f. nyeri lambung sebelum/sesudah
makan
g. gangguan pencernaan
h. rasa pana diperut
i. perut terasa penuh/kembang

12 Gejala urogenetalia (perkemihan)


a. sering kencing
b. frigiditas
c. amenor/menstruasi yang tidak
teratur
d. tidak dapat menahan kencing

13 Gejala vegetatif/otonom
a. mulut kering
b. muka kering
c. mudah berkeringat
d. pusing/sakit kepala bulu roma berdiri
14 Apakah Anda merasakan
a. gelisah
b. tidak tenang
c. mengerutkan dahi muka tegang
d. muka merah
e. ketegangan otot meningkat
f. napas pendek dan cepat
Iin Husmar Anandari (2018)
KUESIONER KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROM

Berikut gejala-gejala yang muncul beberapa hari (kurang lebih 5 sampai 7


hari) saat menjelang haid (datang bulan/menstruasi). Petunjuk: berilah tanda ceklis
pada kolom skor, setiap gejala premensttrual yang Anda rasakan. Skor menunjukkan
tingkat keparahan yang dialami :

1 =
Tidak Ada Keluhan
2 =
Sangat Ringan (Gejala Yang Dialami Hanya Sedikit Terasa)
3 =
Ringan (Gejala Terasa, Namun Tidak Menganggu Aktivtas Sehari-Hari)
4 =
Sedang (Gejala Terasa Dan Mempengaruhi Aktivitas Sehari-Hari)
5 =
Berat (Gejala Terasa Sekali Dan Terjadi Penurunan Fungsi, Beberapa
Aktivitas Sehari-Hari Tidak Bisa Dilakukan)
6 = Berat Sekali (Gejala Sangat Terasa Sekali, Terjadi Penurunan Fungsi
Fisik Dan Psikis Sehingga Tidak Mampu Melakukan Aktivitas Sehari-
Hari)

Score
No. Gejala
1 2 3 4 5 6
1 Payudara terasa
tegang / nyeri,
membesar atau
bengkak
2 Merasa tidak berdaya
untuk mengatasi
masalah yang
ringan/biasa
3 Merasa tertekan/strees
4 Mudah
tersinggung/marah

5 Merasa sedih/depresi
6 Nyeri otot/kaku sendi
7 Berat badan bertambah
8 Rasa sesak, tidak
nyaman atau nyeri perut
9 Mengalami bengkak
(oedema) pada tangan
atau kaki

10 Merasa kembung
Iin Husmar Anandari (2018)

You might also like