Professional Documents
Culture Documents
Panduan Medication Safety
Panduan Medication Safety
DUA
PANDUAN MEDICATION
SAFETY DAN KESELAMATAN
NRUMAH SAKIT
PASIEN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BIMA
NOMOR: …/PER-DIR/RSPKUM/VII/2022
TENTANG
PANDUAN MEDICATION SAFETY DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BIMA
DAFTAR ISI..............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................5
B. Tujuan........................................................................................................5
C. Definisi.......................................................................................................6
BAB II RUANG LINGKUP.......................................................................................8
BAB III TATA LAKSANA.....................................................................................70
BAB IV DOKUMENTASI......................................................................................71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen
obat yang aman (medication safety). Hal ini diakibatkan penggunaan obat adalah salah
satu faktor penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan kematian.
Penelitian mengenai kejadian medication error telah banyak dilakukan dan
terbukti bahwa medication error dapat terjadi di berbagai tahap dalam proses
penggunaan obat mulai dari peresepan, dispensing oleh farmasi, pemberian kepada
pasien dan penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka kejadian prescribing error
bervariasi dari 1,5% sampai 15%. Potensi prescribing error yang berbahaya bagi
pasien berkisar antara 0,4% - 19,6%. Angka kejadian dispensing error juga bervariasi
yaitu 2,1% - 15,2%. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat
(administration error) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS menemukan
terjadinya kesalahan sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian obat. Kesalahan
yang paling banyak terjadi adalah wrong time, ommission dan wrong dose, dan 7% dari
kesalahan tersebut potensial bermakna secara klinis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari
obat pada pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk
mengurangi risiko dan kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat panduan agar
setiap profesi dapat melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya sehingga
mengurangi risiko terjadinya medication error.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan medication safety dalam setiap tahap pelayanan obat.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap tahap
manajemen dan penggunaan obat
b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medication error
C. Definisi
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan
kesalahan obat dan KNC (near miss). Proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan
obat dan KNC, menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan mengedukasi
staf tentang proses dan pentingnya pelaporan. Definisi dan proses dikembangkan
melalui proses kerjasama yang mengikutsertakan semua yang terlibat di berbagai
langkah dalam manajemen obat. Proses pelaporan adalah bagian dari program mutu
dan program keselamatan pasien rumah sakit. Laporan-laporan diarahkan kepada
seorang petugas atau lebih yang akuntabel untuk mengambil tindakan.
Program ini memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui pemahaman jenis
kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan mengapa terjadi KNC. Perbaikan dalam proses
pengobatan dan pelatihan staf digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari.
Unit farmasi mengambil bagian dalam pelatihan staf yang demikian. Elemen penilaiannya
adalah:
1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku
3. Mereka yang bertanggung jawab mengambil tindakan untuk pelaporan diidentifikasi
Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan KNC untuk
memperbaiki proses penggunaan obat.
A. Definisi
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat
menyebabkan penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat
berada dalam kontrol petugas kesehatan, pasien atau konsumen.
B. Kategori Medication Error
Akibat dari medication error dapat dikelompokkan menjadi sembilan kategori
berdasarkan dampak klinisnya. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel.
2. Dispensing Error
Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik bergantung
pada metode dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing
metode distribusi obat floor stock, semi floor stock, unit dose, menggunakan mesin
otomatis, metode distribusi injeksi yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb
mempunyai konsekuensi masing-masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang
dapat terjadi. Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :
- Salah obat
- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai
- Salah bentuk sediaan
- Salah jumlah
- Salah kekuatan/konsentrasi
b. Salah teknik persiapan :
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi
c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll
- Kesalahan saat proses transportasi
- Kesalahan penyerahan
3. Administration Error
Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat kepada
pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada tahap
pemberian obat dapat dilihat pada tabel.
Anauthorized error Pemberian obat kepada pasien tanpa instruksi resmi dari
dokter
4. Compliance Error
Compliance error adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan
ketaatan pasien.
5. Monitoring Error
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen
yang diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
A. Kebijakan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 144, tambahn lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 5063).
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
6. Perturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.
Kebijakan Rumah Sakit Tentang Medication Safety
1. Medication Error/kesalahan obat adalah setiap kejadian yang sebenarnya dapat
dicegah yang dapat menyebabkan atau membawa kepada penggunaan obat yang
tidak layak atau membahayakan pasien, ketika obat berada dalam kontrol petugas
kesehatan, pasien atau konsumen.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan atau terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau kepala unit/kepala
ruang.
3. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan format Laporan
Insiden Keselamatan Pasien yang sudah ditetapkan oleh Panitia Keselamatan
Pasien.
4. Kerangka waktu pelaporan, risk grading, tindak lanjut dan pencegahan medication
error mengikuti aturan pelaporan insiden keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
Panitia Keselamatan Pasien.
5. Tipe kesalahan obat (medication error) yang harus dilaporkan adalah Kejadian
Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event dan Sentinel Event.
6. Indeks medication error untuk kategorisasi error (berdasarkan dampak) no error,
error no harm, error harm.
7. Tipe kesalahan obat (medication error) berdasarkan alur proses pengobatan adalah
unauthorized drug, improper dose/quantity, wrong dose preparation method,
wrong dosage form, wrong patient, omission error, extra dose, prescribing error,
extra dose, prescribing error, wrong administration technique, wrong time.
d. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi stres
dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
e. Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam
menurunkan insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting
ketika dilibatkan dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.
3. Langkah Keselamatan Pasien dalan Medication Safety
Apoteker di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya dapat
menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan
Kefarmasian yang mengacu pada buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety) (diterbitkan oleh Depkes tahun 2006) :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
1) Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
2) Adanya kebijakan Instalasi Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan
lainnya tentang Keselamatan Pasien yang meliputi kejadian yang tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian Sentinel dan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga farmasi,
pasien dan keluarga jika terjadi insiden.
3) Buat, sosialisasikan penerapan SPO sebagai tindak lanjut setiap kebijakan
4) Buat buku catatan tentang KPC, KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
kemudian laporkan ke atasan langsung
b. Pimpin dan Dukung Staf Anda
1) Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien di tempat pelayanan (instalasi farmasi/apotek)
2) Adanya suatu tim di Instalasi Farmasi/Apotek yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan pasien (sesuai dengan kondisi)
3) Tunjuk staf Instalasi Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak dan
mampu mensosialisasikan program (leader)
4) Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh seluruh
staf dan tempatkan staf sesuai kompetensi
5) Staf farmasi harus mendapat edukasi tentang kebijakan dan SPO yang
berkaitan dengan proses dispensing yang akurat, mengenai nama dan bentuk
obat-obat yang membingungkan, obat-obat formularium/non formularium,
obat-obat yang ditanggung asuransi/non-asuransi, obat-obat baru dan obat-
obat yang memerlukan perhatian khusus. Disamping itu, petugas farmasi
harus mewaspadai dan mencegah medication error yang dapat terjadi.
6) Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan (no blaming culture) agar staf
berani melaporkan setiap insiden yang terjadi.
c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
1) Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi
dan asesmen hal yang potensial bermasalah
2) Buat kajian setiap adanya laporan KPC, KTD, KNC dan Kejadian Sentinel