You are on page 1of 23

`Tugas Makalah Keperawatan Medical Bedah

“INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT(ISPA)”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah

Nama- Nama Kelompok 1 :


1. Adonia Anggiayu Elizabeth T P00320021098
2. Alfianus Frediko Bata P00320021000
3. Andi Ziqra Faiqah P00320021101
4. Anisa Fitri Musa P00320021102
5. Annisa Ul Hasanah P00320021103
6. Siti Nor’ Aini P00320021137
7. Wanda Ayu Cantika P00320021143

KELAS 2C
JURUSAN D- III KEPERAWATAN
POLTEKNIK KESEHATAN KENDARI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety. Kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi para pembaca agar
dapat mengetahui tentang INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca
sehingga dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.Amin Ya Rabbal Alamin.

Kendari , 01 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….1
C. Tujuan………………………………………………………………………1
D. Manfaat……………………………………………………………………..1
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………4
A. Definisi ISPA……………………………………………………………….4
B. Etiologi ISPA ………………………………………………………………4
C. Menifestasi klinik pada ISPA ………………………………………………5
D. Patofisiologi pada ISPA ……………………………………………………7
E. Pemeriksaan penunjang pada ISPA…………………………………………8
F. Pengobatan pada penyakit ISPA ……………………………………………8
G. Konsep Asuhan keperawatan pada kasus penyakit ISPA………...…………9

Bab III Pentup………………………………………………………………………17


A. Kesimpulan…………………………………………………………………17
B. Saran………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ini diawali dengan
panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek batuk
kering atau berdahak.
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh
inhalasi bahan-bahan organik atau uap kimia dan inhalasi bahan- bahan debu yang
mengandung allergen. Debu merupakan salah satu penyebab penyakit akibat kerja (PAK)
yang masuk ke dalam tubuh melalui jalan pernapasan. Debu-debu yang berukuran 5-10
mikron akan ditahan oleh jalan napas bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron
ditahan dibagian tengah jalan napas. Partikel-partikel yang berukuran 1-3 mikron akan
ditempatkan langsung dipermukaan jaringan dalam paru-paru.
Infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalag organ mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ seperti sinus, rogga telinga tengan, dan pleura. Infeksi akut
adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari diambil untuk mrnunjukkan proses
akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapa digolongan dalam ISPA, proses ini
berlangsung selama 14 hari. Sedangkan pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru.
Salah satu faktor penyebab ISPA juga yaitu keadaan lingkungan fisik dan
pemeliharaan lingkungan rumah. Pemeliharaan lingkungan rumah dengan cara menjaga
kebersihan didalam rumah, mengatur pertukaran udara dalam rumah, menjaga kebersihan
lingkungan luar rumah dan mengusahakan sinar matahari masuk ke dalam rumah disiang
hari, supaya pertahanan udara didalam rumah tetap bersih sehingga dapat mencegah kuman

iv
dan termasuk menghindari kepadatan penghuni karena dianggap meningkatnya terjadinya
ISPA.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau
bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu.
Namun demikian, didalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke
manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek),
sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang
dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus, respiratory syncytial virus,
paraininfluenzaenza virus, severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-
CoV), dan virus Influenza.
Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah sbb :
1. Apa yang dimaksud dengan ISPA?
2. Apa yang dimaksud dengan etiologi ISPA ?
3. Apa yang dimaksud denga menifestasi klinik pada ISPA ?
4. Apa saja patofisiologi pada ISPA ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada ISPA?
6. Bagaimana pengobatan pada penyakit ISPA ?
7. Bagaimana pengkajian pada kasus penyakit ISPA?

C. TUJUAN MAKALAH

v
1. Untuk mengetahui definisi ISPA
2. Untuk mengetahui etiologi pada ISPA
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manifestasi klinik pada ISPA
4. Untuk mengetahui penyebab pada penyakit ISPA
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penyakit pada ISPA
6. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan pada penyakit ISPA
7. Untuk mrngetahui bagaimana asuhan pada kasus tersebut.

vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita
rata- rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Menurut Darmawan dalam Rusnaini(2013), Istilah Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dimana pengertiannya
sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.

B. ETIOLOGIINFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab seperti bakteri, virus, micoplasma, jamur, dan lain-lain. Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah

vii
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan micoplasma. Umumnya Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) bagian bawah disebabkan oleh bakteri, keadaan tersebut mempunyai
manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
penanganannya. Bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) antara lain genus
StreptococcusStaphylococcusPneumococcusHemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan Mexovirus,Adenovirus, Coronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain.
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan
meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel
pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari
saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
a. Tanda-tanda bahaya secara umum.
1. Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit wajah kebiruan, suara
napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar
keras
2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah,
tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.
3. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang, dan koma.
4. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
b. Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat dilakukan dengan :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Imunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah kontak dengan penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

C. MANIFESTASI KLINIK PADA ISPA

viii
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah
dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya
penyulit. Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai beriku:
a. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :
1. Batuk.
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.
b. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur kurang dari
2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
2. Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan
atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

ix
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.

D. PATOFISIOLOGI PADA ISPA


Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan
batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia. Saluran pernafasan
selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan
suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap
infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia,
makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-
sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu.
keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan
utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi
(25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain
bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak
ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah
terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,
perkontinuitatum dan udara nafas.

x
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA ISPA
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan yaitu :
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian
dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu
4oC. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat
juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia
digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).
b. Reaksi Serologis
Reaksi serologis yang digunakan antara lain adalah peningkatan komplemen, reaksi
hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi,
Radioimmunoassay (RIA) serta Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
c. Diagnostik Virus secara langsung
Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus
influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia mikropon electron juga dipergunakan pada
pemeriksaan virus corona. Selain itu, dapat juga deilakukan dengan cara yang lebih
sederhana yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis
dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi
sehunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah
leukosit atau rendah (Alsagaff & Mukty, 2010).

F. PENGOBATAN PADA PENYAKIT ISPA


Pengobatan atau Penanganan infeksi saluran pernapasan akut bergantung pada penyebab dan
gejala yang dialami. Beberapa langkah penanganan yang umumnya dianjurkan oleh dokter
adalah:

Pemberian obat penurun panas dan antinyeri untuk mengatasi keluhan demam, sakit kepala,
maupun pegal pada tubuh.
Pemberian obat pereda batuk untuk mengatasi keluhan batuk. Pilihan obat batuk pun bisa
berbeda pada masing-masing orang bergantung pada jenis batuk yang dialami.

xi
Pemberian obat pereda keluhan pilek yang dapat diberikan secara oral (diminum) atau
melalui semprotan hidung.
Bila infeksi disebabkan oleh bakteri, dokter juga dapat meresepkan obat antibiotik.

Pencegahan ISPA
Salah satu cara yang mudah dan ampuh untuk mencegah penularan infeksi saluran
pernapasan akut adalah mempraktekkan kebersihan diri yang baik. Di antaranya dengan
mencuci tangan menggunakan sabun secara rutin.

Selain itu, jalani gaya hidup sehat dengan pola makan gizi seimbang, rutin melakukan
aktivitas fisik yang benar dan baik, serta menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari
infeksi.
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA PENYAKIT ISPA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan,
perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting,
keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien.
Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang diperoleh
sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.

Klasifikasi dan Analisa Data

xii
a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu
dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahanya. Klasifikasi ini dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam mentukan masalah kesehatan dan
keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data, Penyebab, dan
Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif dan faktor resiko.Kolom penyebab
berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang menjadi penyebab utama dari masalah. Kolom masalah
berisi : pernyataan masalah keperawatan

Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :


a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk
pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam hari,
karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda : kadang – kadang
terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB. Tanda : kelemahan,
turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat

2. Diagnosa Keperawatan

xiii
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2014).
Berdasarkan NANDA (2014), diagnosa keperawatan terbagi atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon manusia
terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu, kelompok,
atau komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang motivasi dan
keinginan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk meningkatkan kesehjateraan
dan mewujudkan potensi kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat dari paparan
terhadap faktor-faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau kehilangan.

d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok khusus


diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat dihadapi secara bersama-sama
dan melalui intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang sudah
dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk
menuliskan diagnosa keperawatan Gordon menguraikan komponen yang harus ada sebagai
berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi
dan memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas perawat pada tahap ini adalah
merumuskan suatu diagnosa keperawatan (Nursalam, 2015).
Menurut Nurarif, dkk (2015) masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ispa:

xiv
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon pada
dinding bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status kesehatan.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan secara
tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana
tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang
akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien
(Nursalam, 2015).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
(Wong, 2016).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan kriteria
hasil berdasarkan “SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang prilaku klien,
dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan

xv
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan T: Time, harus memiliki batas
waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi, periksa,
ukur, catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah, pertahankn,
latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan, sarankan,
informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk, instrusikan,
laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.

xvi
Adapun intervensi keperawatan pada pasien ispa, berupa : Tabel Intervensi Keperawatan

xvii
N Diagnosa Tujuan dan Rencana Asuhan Keperawatan
o Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji tanda- 1. Beberapa
bersihan jalan Setelah dilakukan tanda vital dan derajat spasme
nafas, tindakan auskultasi bunyi bronkus terjadi
berhubungan keperawatan napas. dengan
dengan selama 3x24 jam obstruksi jalan
peningkatan jalan napas napas.
jumlah sekret. menjadi efektif. 2. Berikan pasien 2. Peninggian
untuk posisi yang kepala tempat
Kriteria hasil : nyaman dengan tidur
Menyatakan/ posisi semi mempermudah
menunjukkan fowler. fungsi
hilangnya dispnea. pernapasan.
Mempertahankan
jalan nafas paten 3. Pertahankan 3. Pencetus tipe
dengan bunyi lingkungan yang reaksi alergi
nafas bersih. nyaman. pernapasan
Mengeluarkan yang dapat
sekret tanpa mentriger
kesulitan. episode akut.
Menunjukkan
perilaku untuk 4. Tingkatkan 4. Membantu
memperbaiki/ masukan cairan, mempermudah
mempertahankan dengan memberi pengeluaran
bersihan jalan air hangat. sekret.
nafas
5. Dorong atau 5. Memberikan
bantu latihan cara untuk
napas dalam mengatasi dan
atau batuk mengontrol
efektif. dispnea,
mengeluarkan
sekret.

6. Kolaborasi 6. Menurunkan
dalam pemberian kekentalan
obat dan sekret dan
humidifikasi, mengeluarkan
seperti nebulizer. sekret.

xviii
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi keperawatan
dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana keperawatan pasien.
Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi
tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien
terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap penguasaan teknis
keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual untuk
menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan
perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu :

a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :

a. Evaluasi Proses (Formatif)

xix
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien
segera stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan
klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan
menjelaskan perkembangan kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah tujuan telah
tercapai.

xx
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ini diawali dengan
panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek batuk
kering atau berdahak.
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh inhalasi
bahan-bahan organik atau uap kimia dan inhalasi bahan- bahan debu yang mengandung
allergen. Debu merupakan salah satu penyebab penyakit akibat kerja (PAK) yang masuk ke
dalam tubuh melalui jalan pernapasan. Debu-debu yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan
oleh jalan napas bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan dibagian tengah
jalan napas.
B. SARAN
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan ISPA. Perawat
diharapkan dapat memberikan pelayanan profesonal dan komprehensif.

xxi
Daftar Pustaka
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta
Rineka cipta
Rizki, S.R. 2014. Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian ISPA pada Pekerja di
Bagian Produksi Block Rubber PT. Si Trang Lingga Indonesia Tahun
2014. Skripsi. Universityas Sriwijaya.
Rusnaini. 2013. Faktor-faktor yang mempengruhi penyakit Ispa pada
Masyarakat. Skripsi : UTU. Aceh Barat.
Wulandari DR., Hadisaputro S., Suhartono.2014. Berbagai Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Fungsi Paru dalam Ruang
Kerja (Studi Kasus Pekerja Industri Rumahan Electroplating di
Kecamatan Talang Kabupaten Tegal). JumalKesehatan Lingkungan
Indonesia. Vol.12. No. 1. Oktober 2012-18 Maret2013.
Wardhani, Pharmawati, Sururi. 2010. Hubungan Faktor Lingkungan, Sosial-
Ekonomi, dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Insfeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita di Kelurahan Cicadas Kota
Bandung.lnstitut Teknologi Nasional Bandung. Prosiding:Seminar
Nasional Sains & Teknologi - IllLembaga Penelitian - Universitas
Lampung, 18- 19 Oktober 2010.
Naini. 2009. Pajanan Debu Kapuk dengan Kejadian ISPA pada Pekerja
Industri Kasur Kapuk di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang Tahun
2009. Skripsi. Depok. UI
Fitria. 2012. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA
PADA Pekerja Industri Mebel Dukuh Tukrejo Desa Bondo Kecamatan
Bangsri Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tenga Tahun 2012. Skripsi.
FKM UL.
Wijayanto. 2008. Pajanan Debu dan Kejadia ISPA pada Pekerja Pabrik
Pembuatan Batako di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008. Skripsi.
Depok. Ul
Tarwoto, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.

xxii
Jakarta: Trans Info Medikal.

xxiii

You might also like