You are on page 1of 8

TUGAS MATA KULIAH

KEPEMIMPINAN DAN CARA BERPIKIR SISTEM KESMAS


(BERPIKIR SISTEM SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJAR)

Oleh:
Kelompok 4

Mulia Syakira Ramadhani 25010116140173


Arida Bitanajsha Zuqriefa 25010116130186
Devina Alya Maulida 25010116130227
Ihzam Ubaidillah 25010116140229
Prima Muslimah Nauli Siregar 25010116140245
Ayu Shafira Rachmani 25010116140252

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
I. Fenomena Gunung Es
Pemimpin selalu menjadi sorotan karena banyak alasan. Alasan yang palingumum
adalah bahwa pemimpin dianggap sebagai penanggung jawab utama atas keberhasilan
atau kegagalan kelompoknya atau masyarakatnya. Jika kelompok berhasil maka
pemimpin akan dipuji, sebaliknya jika kelompok gagal maka pemimpin akan dihujat
(Meindl dan Ehrlich, 1987).
Pemimpin juga menjadi inspirator atau panutan para pengikutnya, sehingga sering
dipakai sebagai alasan atau pembenaran atas perilaku pengikutnya, “pemimpinnya saja
seperti itu, ya wajarlah kalau pengikutnya juga”. Pandangan seperti ini akan sangat
berbahaya jika menyangkut masalah moral. Moralitas pemimpin menjadi sangat penting,
karena hal itu akan menentukan moralitas para pengikutnya. Perdebatan mengenai
pentingnya moralitas ini banyak mewarnai literatur tentang kepemimpinan (Bass dan
Steidlmeier, 1999; Price, 2003).
Perilaku buruk para pemimpin kita itu tentunya hanyalah merupakan pucuk dari
“gunung es”, yaitu cerminan dari perilaku sebagian masyarakat kita yang juga diragukan
moralitasnya. Kita mulai khawatir jangan-jangan bencana alam dan kecelakaan besar
yang secara beruntun kita alami merupakan akibat dari perilaku tak bermoral tersebut.
Hal ini bukanlah kekhawatiran yang mengada-ada, karena secara empiris pun sudah
diteliti. Penelitian O’Connor dankawan-kawan (1995) menunjukkan adanya hubungan
yang positif antara moralitas pemimpin dengan kesejahteraan masyarakatnya. Jika
demikian, maka adalah menjadi kewajiban kita bersama untuk mengatasi permasalahan
moralitas ini, jika kita tidak ingin bangsa Indonesia mengalami kehancuran.

II. Berpikir Sistem dan Non-Sistem


Untuk menjadi seorang pemimpin yang berpikir secara sistematik, pemimpin
sebaiknya melihat dan memberitahu mengenai tentang situasi yang ada dengan membantu
untuk lebih mengerti dan memberikan aktivitas ke dalam organisasi ataupun LSM yang
dapat mempengaruhi masyarakat yang ada dalam komunitas tertentu. Sebagai seorang
pemimpin dari kesehatan masyarakat, kita harus melihat atau memperhatikan kepada
wabah penyakit yang menular dan penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat untuk
menganalisis mengenai penyebaran dari penyakit tersebut, penyebab, dan dampak yang
ditimbulkan dari masalah penyakit tersebut.
Berdasarkan Peter Senge, berpikir sistem merupakan disiplin yang menggabungkan
beberapa orang untuk menjadikan mereka suatu tubuh yang selaras antara teori dan
praktik. Kemampuan sistem teori ini ditujukan guna memahami dan mengatasi
keseluruhan, serta memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian yang menyediakan, baik
insentif dan sarana untuk mengintegrasikan disiplin ilmu. Peter Senge berpendapat salah
satu masalah utama dalam sebuah organisasi atau manajemen adalah menerapkan system
kerja yang kompleks pada suatu kerangka kerja yang sederhana dan sebaliknya. Atau
dengan kata lain, system yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi di
lapangan. Orang cenderung berfokus pada bagian parsial daripada melihat keseluruhan
dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses dinamis. Dengan demikian argumen
tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak mengarah pada tindakan
yang lebih tepat.
Pola yang dibentuk dalam berpikir sistem, sebagai berikut:
 Pola Konektivitas, menghubungkan secara runtut dengan komponen-komponen yang ada
 Pola Iteratif, membutuhkan usaha yang berulang-ulang untuk mendukung atau mencari
hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain
 Pola Kontekstual, menyesuaikan dengan waktu dan tempat sesuai dengan perubahan dari
pola konektivitasnya
III. SENI MELIHAT HUTAN DAN POHON
Berpikir sistem sangat bermanfaat dalam membantu kita membedakan pengaruh
perubahan yang tinggi dan rendah dalam situasi yang sangat kompleks. Akibatnya, seni
berfikir sistem terletak dalam melihat kompleksitas terhadap struktur dasar yang
membuat perubahan. Berpikir sistem tidak berarti mengabaikan kompleksitas. Sebaliknya
hal ini berarti mengorganisir kompleksitas ke dalam suatu cerita kohoren yang menerangi
sebab masalah dan bagaimana mereka diperbaiki dalam cara tetap. Meningkatnya
kompleksitas dunia sekarang ini mendorong manajer berasumsi bahwa mereka
kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk bertindak efektif. Masalah yang dihadapi
manajer adalah bukan terlalu sedkitnya informasi, namun terlalu banyaknya informasi.
Apa yang paling dibutuhkan adalah cara mengetahui apa yang penting dan tidak penting.
Variabel apa yang harus difokuskan dan mana yang kurang dan kita membutuhkan cara
untuk membantu kelompok mengembangjan pemahaman bersama.
Pemahaman tentang apa yang salah membutuhkan identifikasi dari berbagai faktor, antara
lain:
1. SDM
a. Karyawan dan staff
b. Moral
c. Pengalaman
d. Manajemen tim dan rotasi pekerjaan
e. Kepemilikan saham
f. SDM temporer
2. Faktor Persaingan
a. Besaran dan segementasi pasar
b. Reputasi dan mutu pelayanan
c. Biaya/harga
d. Manajemen beban
e. Harga pesaing
3. Variabel Keuangan
a. Pendapatan dan laba
b. Biaya operasi dan pemasaran
c. Nilai saham
d. Gaji
e. Tingkat pertumbuhan
f. Hutang dan tingkat bunga
4. Kebijakan yang Berpengaruh
a. Keputusan pembelian ataupun penjualan
b. Keputusan mengenai harga
c. Skope pelayanan (tentang pelayanan saham yang ditawarkan.

Penguraian kompleksitas dimulai dengan mengidentifikasi kekuatan yang


mempertajan evolusi dan struktur yang mungkin melatarbelakangi kekuatan tersebut. Hal
ini bisa mendorong ke suatu gambaran yang sangat berbeda atas masalah organisasi
dibanding dengan hanya melihat pada peristiwa.

Kegagalan dalam suatu program terjadi karena adanya dinamika dan pertumbuhan
dan investasi yang rendah, pola dasar sistem yang menjelaskan satu dari pendekatan yang
paling umum dimana organisasi kurang berhati-hati dalam membatasi pertumbuhan
mereka sendiri. Kegagalan juga jarang terjadi karena tidak mampu melakukan ekspansi
jumlah personil, tetapi lebih sering karena tidak mampu membangun bauran orang,
ketrampilan dan infrasktruktur organisasi untuk memenuhi permintaan dengan tingkat
mutu yang tinggi.

Penjagaan mutu program yang tinggi dengan harga yang rendah merupakan hal
yang sulit dilakukan. Sebaliknya, ketika mutu program tidak dapat dipertahankan
(menurun), menjadikan harga hanya sebagai faktor persaingan yang membuatnya mudah
untuk dikalahkan oleh pesaing. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan
membatasi pertumbuhan permintaan dan berkomitmen menjaga mutu program. Meskipun
sederhana, perubahan pengaruh yang tinggi menciptakan suatu komitmen mutu pelayanan
sebagai keunggulan persaingan.

Menguasai pola dasar pertumbuhan dan investasi merupakan langkah pertama


dalam mengembangkan kemampuan melihat hutan dan pohon, yaitu dalam melihat
informasi dari sisi yang luas dan detail, dengan hanya melihat keduanya kita bisa
menjawab tantangan kompleksitas dalam perubahan. Tetapi akhirnya, menguasai bahasa
pemikiran sistem juga membutuhkan disiplin pembelajaran komplemenari. Masing-
masing memberikan kontribusi prinsip yang penting dan alat yang membuat individu, tim
dan organisasi lebih bisa melakukan pengalihan dari melihat dunia terutama dari
perspektif linear untuk melihat dan bertindak secara sistemik.

IV. 11 Hukum Fifth Discipline


1. Today’s problem come from yesterday’s solutions
Masalah hari ini datang dari solusi yang lalu. Manusia sering tidak berfikir bahwa
suatu solusi memiliki konsekuensi. Solusi yang lalu dapat menyerang kembali dan
dapat menciptakan masalah yang baru. Contoh kasusnya adalah sebagai berikut:
a) Antibiotik yang menyembuhkan penyakit kemudian menimbulkan kuman yang
resisten
b) Moral hazard layanan kesehatan saat ini karena layanan gratis sebelumnya
c) Orientasi kuratif masyarakat saat ini oleh karena orientasi kuratif layanan kesehatan
masa lalu
d) Membuat masyarakat sadar hukum, akan meningkatkan kasus penuntutan hukum
2. The harder you push, the harder the system pushes back
Semakin keras kita bekerja, semakin banyak pekerjaan yang harus dilakukan atau
semakin besar usaha yang seseorang lakukan untuk mencoba meningkatkan sesuatu,
tampaknya semakin besar usaha yang dibutuhkan. Contohnya adalah sebagai berikut:
a) Larangan aborsi ilegal
b) Larangan perdagangan obat ilegal
Perangai normal sebuah sistem yang melawan setiap usaha perubahan. Yang perlu
dilakukan adalah cari pengungkit yang tepat
3. Behavior grows better before it grows worse
Solusi jangka pendek memberikan waktu untuk istirahat sejenak dan perbaikan
sementara, tetapi tidak menghilangkan masalah mendasar. Masalah-masalah ini akan
membuat situasi lebih buruk dalam jangka panjang.
4. The easy way out usually leads back in
Solusi yang mudah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi padahal solusi
tersebut dapat menjadi bumerang dan permasalahan menjadi lebih kompleks. Contoh:
menutup lokalisasi
5. The cure can be worse than the disease
Solusi dapat diibaratkan obat bagi setiap permasalahan. Jika solusi yang diberikan
melibihi kapasitasnya, permasalahan yang dihadapi dapat menjadi tidak efektif
bahkan menjadi ketergantungan atau kecanduan dan berbahaya. Contoh: penggunaan
pestisida dan pupuk kimia untuk pertanian
6. Faster is slower
Sesuatu yang instan tanpa melalui proses yang selayaknya, sebenarnya adalah
mengalami perlambatan. Promosi yang berlebihan tanpa disertai dengan adanya
perbaikan kualitas pelayanan yang memadai
7. Cause and effect are not closely related in time and space
Orang-orang sering mengansumsikan setiap ada sebab pasti ada akibat yang tidak
jauh dari sebabnya, padahal semua itu karena adanya gejala yang jelas yang
mengindikasikan bahwa terdapat masalah.
Contoh: Dampak krisis ekonomi mengakibatkan terjadinya lost-of-generation yang
akan tampak pada beberapa dekade kemudian
8. Small changes can produce big results-but the areas of highest leverage are often the
least obvious
Perubahan kecil dapat menghasilkan yang besar- tapi area yang sangat signifikan
sering kurang jelas. Dalam berpikir sistem, perubahan kecil yang berfokus akan
memberikan dampak yang signifikan, namun sangat sulit untuk menemukan hal yang
kecil tersebut karena terkadang tidak nampak jelas sehingga orang tidak menyadari
perubahan yang telah dilakukan
9. You can have your cake and eat it too –but not all at once
Dalam berpikir sistem, sangat memperhatikan proses perubahan yang terjadi dan
memerlukan kesabaran karena jika kita sabar maka beberapa tujuan bisa diraih
10. Deviding an elephant in half does not produce two small elephants
Ketidakmampuan untuk melihat sistem secara keseluruhan sering dapat
menyebabkan keputusan suboptimal.
11. There is no blame
Berpikir sistem menunjukkan bahwa tidak ada orang luar, tetapi kita dan penyebab
masalah kita adalah bagian dari sistem.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatno A. Berpikir Sistem: Pola Pikir untuk Pemahaman Masalah yang Lebih Baik.
https://www.researchgate.net/profile/Akhmad_Hidayatno/publication/
302412744_Berpikir_Sistem_Pola_Berpikir_untuk_Pemahaman_Masalah_yang_lebih_bai
k/links/5730642508ae3736095cdb88/Berpikir-Sistem-Pola-Berpikir-untuk-Pemahaman-
Masalah-yang-lebih-baik.pdf Tanggal Akses 3 Maret 2018
Riyono, Bagus. 2009. Pentingnya Psikologi Spiritual Untuk Pengembangan Kepemimpinan
Bermoral. Buletin Psikologi. 17:12. Diakses pada 12 Maret 2018 di
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/viewFile/11477/8541
Rowitz L. 2014. Public Health Leadership Putting Principles into Practice. Chicago: Jones &
Bartlett Learning (hal.49)

You might also like