You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang berlaku hingga
sekarang ini. Eksistensi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di
Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang hingga akhirnya diterima
sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia. Undang-
Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis yang di tuangkan dalam sebuah dokumen
formal dimana dokumen tersebut telah dipersiapkan jauh sebelum Indonesia
merdeka. Kemudian dirancang oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaaan Indonesia (BPUPKI), dengan dua masa sidang yaitu tanggal 29
Mei-1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli-17 Juli 1945. UUD 1945 ditetapkan dan
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Setelah itu masih banyak lagi perubahan dan perkembangan
UUD 1945 hingga sekarang.
Akan tetapi di dalam makalah ini penulis hanya akan membahas sejarah
ketatanegaraan Indonesia yang terjadi pada periode 18 Agustus 1945-27
Desember 1949 dan periode 27 Desember 1949-15 Agustus 1950. Periode 18
Agustus 1945-27 Desember 1949 adalah periode berlakunya konstitusi yang
disahkan oleh PPKI pada saat ngara Indonesia berdiri sendiri. Sedangkan periode
27 Desember 1949-15 Agustus 1950 adalah pada saat negara Indonesia bergabung
sebagai negara bagian dari negara federasi Republik Indonesia Serikat1. Penulis
akan menjelaskan mengenai hal-hal yang terjadi pada masa tersebut. Pada masa
tersebut terjadi pergantian konstitusi dari UUD 1945 menjadi UUD RIS.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Ketatanegaraan Indonesia pada periode 18 Agustus 1945-
27 Desember 1949 ?

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_lembaga_kepresidenan_Indonesia

1
2. Bagaimana Sejarah Ketatanegaraan Indonesia pada periode 27 Desember 1949-
15 Agustus 1950 ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah ketatanegaraan Indonesia periode 18 Agustus 1945-
27 Desember 1949.
2. Untuk mengetahui sejarah ketatanegaraan Indonesia periode 27 Desember
1949-15 Agustus 1950.

D. Manfaat
Selain untuk mencapai tujuan, penulis juga memiliki manfaat yang jelas
dari penulisan makalah ini. Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan
kepada penulis, masyarakat dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, tentang
perkembangan ketatanegaraan Indonesia.
2. Secara teoritis, makalah ini diharapkan mampu menjadikan inspirasi dalam
pembuatan makalah. Setidaknya tulisan ini mampu memberikan gambaran dan
referensi untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE 18 AGUSTUS


1945-27 DESEMBER 1949
Dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan 1945, dilihat
dari segi hukum tata negara, berarti bangsa Indonesia telah memutuskan
ikatan dengan tatanan hukum sebelumnya, baik tatanan Hindia Belanda
maupun tatanan hukum pendudukan Jepang. Dengan perkataan lain, Bangsa
Indonesia mulai saat itu telah mendirikan tatanan hukum yang baru, yaitu
tatanan hukum Indonesia, yang berisikan hukum Indonesia, yang ditentukan
dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia2.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1945, Konstitusi Indonesia sebagai suatu “revolusi grondwet” telah
disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. UUD 1945 dikenal sebagai naskah yang singkat karena hanya hal-hal
dan aturan-aturan pokok saja yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945,
sedangkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelenggarakan aturan-aturan pokok
itu harus diserahkan pada Undan-Undang yang lebih rendah (Ni’matul, 2012:
117). Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, maka
hal-hal yang dilakukan adalah :
1. Menetapkan UUD Negara RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Menetapkan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
3. Pembentukan Departemen-Departemen oleh Presiden.
4. Pengangkatan anggota Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) oleh Presiden
Sistematika UUD 1945 terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Pembukaan terdiri dari empat alinea.

2
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Zulkarnain,%20S.Pd.,%20M.Pd./
B.3.JURNAL.pdf

3
Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea itu, juga mempunyai
pokok-pokok pikiran yang sangat penting, yaitu:
a. Negara Indonesia adalah suatu negara yang berdasarkan paham negara
persatuan.
b. Dasar negara adalah Pancasila, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Batang Tubuh terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal. IV Aturan Peralihan dan II Aturan
Tambahan.
Batang tubuh UUD 1945, yang dipertegas dalam penjelasan UUD 1945,
mengatur tentang sistem pemerintahan negara, yaitu:
a. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Pasal 1).
b. Sistem kostitusional, yaitu pemerintah berdasar atas konstitusi (hukum
dasar), jadi tidak bersifat kekuasaan yang tidak terbatas. (Pasal 1)
c. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara menurut Undang-Undang
Dasar (Pasal 4).
d. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden(Pasal 17).
e. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas, kepala negara harus tunduk
pada Konsitusi (Pasal
f. DPR tidak dapat dibubarkan oleh Presiden (Pasal 7).
3. Penjelasan.

1. Tata Kenegaraan Indonesia Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949


a. Bentuk Negara:

4
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) jadi bentuk negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, seperti yang di jelaskan
dalam Pasal 1 ayat (1) UUD’
b. UUD yang dijalankan:
UUD yang di gunakan adalah UUD 1945 yang di rancang pada sidang
BPUPKI dan di sahkan pada sidang PPKI I. UUD 1945 terdiri atas
tiga bagian yaitu Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Perlu
dikemukakan bahwa Batang Tubuh terdiri atas 16 bab yang terbagi menjadi
37 pasal, serta 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan.
c. Sistem Pemerintahan:
Sistem pemerintahan yang digunakan adalah Presidensial, dalam
arti Kepala Pemerintahan adalah Presiden dan di pihak lain ia tidak
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Artinya kedudukan
Presiden tidak tergantung kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Alenia Kedua
Angka V, Pendelasan UUD 1945). Kecuali presiden dibantu oleh wakil
presiden, ia juga dibantu oleh menteri-menteri negara, yang memimpin
Departemen Pemerintahan. Menteri-menteri ini tidak bertanggung jawab
kepada DPR. Kedudukannya tidak tergantung kepada DPR, akan tetapi
tergantung kepada Presiden, mereka adalah Pembantu Presiden (Angka VI
Penjelasan UUD 1945). Meskipun kedudukan wakil presiden dan para
menteri itu sama-sama sebagai pembantu presiden, sifat pembantuan di
antara keduanya berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari: pertama, wakil
presiden dipilih oleh MPR, sedangkan menteri diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden. Kedua, wakil presiden bukan pembantu Kepala
Pemerintahan, tetapi merupakan pembantu Kepala Negara (Penjelasan butir
3 UUD 1945). Menteri-menteri sebagai pembantu Kepala Pemerintahan.
Ketiga, apabila presiden berhalangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
UUD 1945, Wakil Presiden dapat menggantikan Presiden. Jika presiden
berhalangan Menteri tidak dapat menggantikan presiden, kecuali dalam
waktu yang sama wakil presiden juga berhalangan (Ni’matul, 2012: 119).

5
Dalam masa peralihan ini kekuasaan presiden sangat besar karena
seluruh kekuasaan MPR, DPR, dan DPA, sebelum lembaga itu terbentuk.
Dijalankan oleh presiden dengan bantuan Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) yang di bentuk pada sidang PPKI II dan di lantik pada tanggal
29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian Pasar Baru. Namun tugas berat juga
dibebankan kepada presiden untuk mengatur dan menyelenggarakan segala
hal yang ditetapkan UUD 1945 (Ni’matul, 2012:122).
d. Kepala Negara:
Persiden Ir.Soekarno dan wakil presiden Muh. Hatta yang dipilih dan
diangkat menjadi presiden dan wakil presiden. 
e. Kepala Pemerintahan:
Pemerintahan dipimpin oleh Persiden Ir. Soekarno sesuai dengan UUD
1945.
f. Kabinet yang digunakan:
Kabinet di Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berubah-ubah.
Kabinet RI yang pertama terdiri dari 12 menteri memimpin departemen dan
4 menteri negara. Namun kabinet ini dipimpin oleh Presiden Soekarno, para
mentri bertanggung jawab kepada Presiden sehingga indonesia menganut
Presidensiil. Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk beberapa partai
politik di Indonesia. Ada banyaknya partai politik maka dikeluarkan
maklumat Pemerintah 14 November 1945 kabinet berubah menjadi kabinet
parlementer dengan Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia.
Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia mendapat dukungan
dari negara-negara barat yang menganut paham demokrassi dan kabinet
parlementer.
2. Penyimpangan-penyimpangan yang Terjadi pada Periode 18 Agustus
1945 – 27 Desember 1949
Pada awal kemerdekaan negara Indonesia masih dalam masa peralihan
hukum dan pemerintahan, yang bertekad mempertahankan kemerdekaan yang
baru diproklamasikan. Segala perhatian ditujukan untuk memenangkan
kemerdekaan sehingga dalam pelaksanaan UUD 1945 terjadi penyimpangan-

6
penyimpangan konstitusional. Sistem pemerintahan belum dilaksanakan
sepenuhnya. Pada saat itu, berlaku pasal IV Aturan Peralihan yang menetapkan
segala kekuasaan negara dijalankan oleh presiden dengan bantuan Komite
Nasional (sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD 1945).
Komite Nasional adalah penjelmaan kebulatan tujuan dan cita-cita bangsa
untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan
rakyat. Usaha Komite Nasional adalah:
a) Menyatakan kemauan rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa yang
merdeka
b) Mempersatukan rakyat dari berbagai lapisan dan jabatan supaya terpadu
pada segala tempat di seluruh Indonesia, persatuan kebangsaan yang bulat
dan erat;
c) Membantu menentramkan rakyat dan turut menjaga keselamatan umum;
d) Membantu pimpinan dalam penyelenggaraan cita-cita bangsa Indonesia dan
di daerah membantu pemerintah daerah untuk kesejahteraan umum;
Penyimpangan konstitusional yang terjadi pada awal kemerdekaan yaitu:
1)  Komite Nasional Pusat berubah fungsi dari pembantu presiden menjadi
badan yang diserahi kekuasaan legislatif yang ikut menentukan Garis-Garis
Besar Haluan Negara, atas dasar Maklumat Wakil Presiden Nomor X
tanggal 16 Oktober 1945 “Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum
terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
garis-garis besar daripada haluan negara, serta meyetujui bahwa pekerjaan
Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung gentingnya keadaan
dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan
bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat”.
2)  Adanya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi cabinet parlementer,
setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945.
Akibatnya dibentuklah kabinet yang pertama negara RI yang dipimpin
Perdana Menteri Sutan Syahri Pemerintahan parlementer tidak berjalan
sebagaimana harapan Maklumat Pemerintahan 14 November 1945, karena
keadaan politik dan keamanan negara, misalnya penculikan Perdana Menteri

7
Sutan Syahrir 2 Oktober 1946, serangan umum Belanda tahun 1947, dan
pemberontakan PKI Madiun. Kejadian ini memaksa presiden untuk
mengambil alih kekuasaan menjadi sistem pemerintahan presidensial.

B. PERIODE 27 DESEMBER 1949-17 AGUSTUS 1950


Pada tanggal 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar
kemudian dilakukan pengesahan pada tanggal 27 Desember 1949 tentang
penyerahan kedaulatan terhadap Indonesia. Dalam KMB terdapat tiga kesepakatan
yaitu3:
1. Mendirikan Republik Indonesia Serikat
2. Penyerahan Kedaulatan kepada RIS yang berisi tiga hal, yaitu; (a)piagam
penyerahan kedaulatan dari kerajaan Belanda kepada pemerintah RIS; (b)
Status uni; (c) persetujuan perpindahan;
3. Mendirikan uni antar Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.
Naskah Konstitusi RIS disusun bersama oleh delegasi Republik
Indonesia dan delegasi Bijeenkomst Voor Federal Overleg (BFO) ke KMB.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Muhammad Roem dan Prof. Dr. Soepomo yang
terlibat dalam perumusan UUD. Kemudian naskah tersebut disepakati kedua belah
pihak untuk diberlakukan dan di Indoenesia dikenal dengan Konstitusi RIS.
Disampaikan kepada KNIP dan mendapat persetujuan pada tanggal 14 Desember
1949 kemudian dinyatakan berlaku pada 27 Desember 1949 (Jimly dalam
Ni’matul, 2012: 134).
Negara RIS terdiri dari 16 negara bagian, tujuh Negara bagian dengan
wilayah menurut status quo yang tercantum dalam Perjanjian Renvile tanggal 17
Jnuari 1948, yaitu Indonesia Timur, Pasundan, Jawa Timur, Madura, Sumatra
Timur, dan Sumatra Selatan. Sembilan satuan kenegaraan yang berdiri sendiri
yaitu, Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar,
Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur. Negara yang terpenting

3
Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi (Jakarta: Rajawali Press,2012), hlm.
133.

8
dan terluas ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara
Pasundan, Negara Indonesia Timur (Ni’matul, 2012: 134-135).
Saat itu presiden pertama RIS ialah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
sebagai Perdana Menteri pertama. Tokoh yang duduk dalam kabinet ini antara
lain; dari pihak Republik Sri Sultan HB IX, Ir. Djuanda, Mr. Wilopo, Prof. Dr.
Soepomo, dr. Leimena, Arnold Manunutu, Ir. Herling Loah, dan dari BFO yaitu
Ide Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid II.Anggota kabinet sebagian besar
mendukung unitarisme hanya dari BFO ynag menginginkan Federal. Hal ini
menyebabkan gerakan pembubaran Negara Federal lebih kuat terutama karena hal
tersebut tidak berdasarkan landasan konsepsional.
Program utama kabinet Abdul Halim dari Negara bagian RI yaitu
membentuk Negara Kesatuan dengan mengadakan sentimen anti-KMB dan RIS,
yang sangat besar di Ygyakarta. Sehingga tidak sampai satu tahun tiga belas
Negara bergabung dengan RI (Yogyakarta). Usaha tersebut berhasil setelah Negra
Bagian Sumatra Timur dan Negara Bagian Indonesia Timur bergabung. Dengan
demikin tinggak stu Negara RI;RIS mengadakan persetujuan dengan Negara RI
untuk mewujudkan Negara Kesatuan dengan mengubah Konstitusi Sementar RIS
menjadi UUDS kemudian disusul dengan proklamasi pemebentukan Negara
Kesatuan RI oleh Presiden Soekarno dihadapan sidang senat dan DPRS tanggal
15 Agustus 1950 di Jakarta. Hal tersebut berdasarkan pasal 43 Konstitusi RIS
yang berbunyi:
“Dalam penyelesaian susuna federasi RIS maka berlakulah asa pedoman, bahwa
kehendak rakyatlah di daerah-daerahbersangkutan yang dinyatakan dengan
merdeka menurut jalan demokrasi, memutuskan status yang kesudahannya akan
diduduki oleh daerah-daerah tersebut dalm federasi.” Maka kembalilah
Indonesia menjadi Negara Kesatuan atas kehendak rakyat.
Hasil dari KMB merupakan bukan cita-cita dari Rakyat Indonesia, hal ini
tidak sesuai dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. Menurut para Founding
Father, KMB merupakan taktik untuk mencapai cita-cita rakyat dengan menerima
hasil tersebut lambat laun Indonesia akan mendapatkan kedaulatan secara utuh,
tanpa ikatan apapun. RIS mengadakan persetujuan dengan Negara RI untuk

9
mewujudkan Negara Kesatuan dengan mengubah Konstitusi Sementara RIS
menjadi UUDS kemudian disusul dengan proklamasi pembentukan Negara
Kesatuan RI oleh Presiden Soekarno dihadapan sidang senat dan DPRS tanggal
15 Agustus 1950 di Jakarta. Hal tersebut berdasarkan pasal 43 Konstitusi RIS.
Dalam rangka terbentuknya kembali negara kesatuan maka perlu menyiapkan
naskah UUD dan dibentuklah panitia yang akan menyusun rancangannya. Setelah
selesai UUD tersebut disahkan oleh KNIP tanggal 12 Agustus 1950 dan oleh DPR
dan Senat Republik Indonesia Serikat tanggal 14 Agustus 1950 dan mulai
diberlakukan pada tanggal 17 Agustus 1950, yaitu dengan ditetapkannya UU No.
7 Tahun 1950. UUDS bersifat sementara sehingga isinya tidak mencerminkan
perubahan terhadap Konstitusi RIS 1949. Tetapi menggantikan naskah Konstitusi
RIS dengan nama Undang-Undang Dasar Sementar 1950.
1. Tata Kenegaraan Indonesia Periode 27 Desember 1949-15 Agustus 1950
a. Bentuk Negara:
Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS
yang berbunyi “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat
adalah negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi”. Dengan
berubah menjadi negara serikat (federasi), maka di dalam RIS terdapat
beberapa negara bagian yang masing-masing memiliki kekuasaan
pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-negara bagian itu adalah
Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa Timur,
Madura, Sumatra Timur dan Sumatra Selatan. Selain itu terdapat pula
satuan-satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu: Jawa Tengah, Bngka,
Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan
Tenggara, dan Kalimantan Timur (Zulkarnain, 2012: 99).
b. UUD yang dijalankan:
Konstitusi yang digunakan adalah konstitusi RIS hasil KMB. Perubahan
bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan
adanya penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD
Republik Indonesia Serikat. Rancangan UUD tersebut dibuat oleh delegasi
RI dan delegasi BFO pada Konferensi Meja Bundar. Pengesahan itu tertera

10
dalam Piagam Penandatanganan Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Desember 1949, dan mulai berlaku pada hari pengakuan
kedaulatan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda kepada pemerintah negara
Republik Indonesia Serikat, yaitu pada tanggal 27 Desember 1949 (Soehino,
1992: 54). Konstitusi tersebut terdiri atas Mukadimah yang berisi 4 alinea,
Batang Tubuh yang berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran
(Zulkarnain, 2012: 98).
c. Sistem Pemerintahan:
Dalam pasal 1 ayat (2) dijelaskan bahwa kekuasaan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat. Tugas penyelenggaraan
pemerintah federal dijalankan oleh Pemerintah. Dalam ketentuan pasal 117
(2) dinyatakan bahwa Pemerintah menyelenggarakan kesejahteraan
Indonesia dan teristimewa mengurus supaya konstitusi, UU Federal, dan
peraturan-peraturan lain yang berlaku untuk Republik Indonesia Serikat.
Asas dasar atas kekuasaan penguasa diatur dalam ketentuan pasal 34
Konstitusi RIS yang berbunyi, “Kemauan Rakyat adalah dasar kekuasaan
penguasa; kemauan itu dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan
dilakukan menurut hak pilih yang sedapat mungkin bersifat umum dan
berkesamaan, serta dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun
menurut cara yang juga menjamin kebebasan mengeluarkan suara”.
Menurut pasal-pasal Konstitusi RIS 1949 sistem pemerintahan negara yang
dianut adalah sistem pemerintahan Kabinet Parlementer. Dalam sistem ini,
Kabinet bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, dan apabila
pertanggungjawaban itu tidak dapat diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dapat membubarkan Kabinet, atau
Menteri yang bersangkutan yang kebijaksanaannya tidak dapat diterima
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sebaliknya, apabila Pemerintah tidak dapat
menerima kebijaksanaan Dewan Perwakilan Rakyat dan menganggap
Dewan Perwakilan Rakyat tidak representative, Pemerintah dapat
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat; dan pembubaran ini diikuti

11
dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat yang baru (Soehino, 1992:
66).
Ketentuan pasal 118 Konstitusi RIS berbunyi, “(1) Presiden tidak
bisa diganggu gugat; (2) Menteri-menteri bertanggungjawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun
masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri dalam hal itu”. Dari
ketentuan tersebut, Republik Indonesia Serikat dikatakan memiliki sistem
pemerintahan parlementer karena yuridis formal yang ada mengatur bahwa
Kabinet bertanggungjawab atas DPR. Hal tersebut sesuai dengan ciri sistem
pemerintahan parlementer.
Namun, ketika pasal 122 Konstitusi RIS ditelaah, maka akan
ditemukan penyimpangan dari sistem pemerintahan parlementer. Ketentuan
pasal 122 Konstitusi RIS berbunyi, “Dewan Perwakilan Rakyat yang
ditunjuk menurut pasal 109 dan 110 tidak dapat memaksa Kabinet dan
masing-masing Menteri meletakkan jabatannya”. Muatan dari ketentuan
tersebut berbeda dengan cirri-ciri sistem pemerintahan parlementer. Sudah
disebutkan di atas bahwa cirri sistem parlementer adalah apabila
pertanggungjawaban Menteri tidak dapat diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dapat membubarkan Kabinet, atau
Menteri yang bersangkutan yang kebijaksanaannya tidak dapat diterima
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi, di dalam penyelenggaraan
ketatanegaraan RIS, ketika Kabinet tidak mampu
mempertanggungjawabkan segala kebijakan yang telah dilakukannya maka
pihak DPR tidak dapat berbuat apa-apa.
d. Kepala Negara:
Persiden Ir.Soekarno dan wakil presiden Muh. Hatta yang dipilih dan
diangkat menjadi presiden dan wakil presiden. 
e. Kepala Pemerintahan:
Pemerintahan dipimpin oleh Persiden Ir. Soekarno sesuai dengan UUD
1945.

12
2. Penyimpangan-penyimpangan yang Terjadi pada Periode 18 Agustus
1945 – 27 Desember 1949
Berdirinya negara RIS dengan Konstitusi RIS (yang terdiri dari
Mukadimah 4 alinea, 6 bab, 197 pasal dan lampiran) sebagai undang-undang
dasarnya, menimbulkan penyimpangan, antara lain:
a) Negara RI hanya berstatus sebagai salah satu negara bagian, dengan wilayah
kekuasaan daerah sebagaimana dalam persetujuan Renville dan sesuai
dengan bunyi pasal 2 Konstitusi RIS.
b) UUD 1945 sejak tanggal 27 Desember 1949 hanya berstatus sebagai UUD
negara bagian RI.
c) Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi liberal.
d) Berlakunya sistem parlementer yaitu pemerintahan bertanggung jawab
kepada parlemen (DPR). Pemerintahan dikepalai seorang Perdana Menteri,
sedangkan Presiden sebagai Kepala Negara.
e) Sebagai akibat sistem parlementer, kabinet tidak mampu melaksanakan
programnya dengan baik dan dinilai negatif oleh DPR.
f) Terjadinya pertentangan politik di antara partai-partai politik saat itu (yang
bercorak agama, nasionalis, kedaerahan dan sosialis, dengan sistem
multipartai).
Negara bagian bukanlah bentuk negara yang diharapkan oleh seluruh
rakyat Indonesia, sehingga timbul reaksi rakyat untuk kembali ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Satu persatu negara bagian menggabungkan diri
kepada negara RI, yang berpusat di Yogyakarta. Penggabungan negara
berdasarkan pasal 44 Konstitusi RIS 1949 dan Undang-Undang Darurat Nomor
11 Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan Wilayah
RIS, Lembaran Negara No. 16 Tahun 1950 (mulai berlaku 9 Maret 1950).
Akibat penggabungan ini, maka Negara RIS hanya memiliki tiga negara bagian
yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara
Sumatera Timur. Kemudian Negara RI dan RIS (wakil Negara Indonesia
Timur dan Negara Sumatera Timur) bermusyawarah untuk mendirikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Musyawarah antara negara RI dan RIS mencapai

13
kata sepakat untuk membentuk negara kesatuan pada tanggal 19 Mei 1950.
Kesepakatan itu dituangkan dalam Piagam Persetujuan RI-RIS, yang oleh Dr.
Moh.Hatta (pemegang mandat dua negara bagian) dan Mr. A. Halim
(pemerintah RI).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang penulis paparkan pada bab sebelumnya dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang
dalam membangun ketatanegaraannya. Bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka.
Akan tetapi Indonesia mulai mendirikan tatanan hukum yang baru ketika satu hari
setelah kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 dimana disahkannya
UUD 1945 oleh PPKI. UUD 1945 berlaku pada periode 18 Agustus 1945-27
Desember 1949. Kemudian UUD 1945 digantikan oleh UUD RIS pada periode 27
Desember 1949-15 Agustus 1950. Sistematika UUD 1945 terdiri dari tiga bagian
yaitu pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan. Bentuk negara pada periode ini
adalah NKRI, sistem pemerintahan presidensiil, dimana presiden memiliki kuasa
penuh dalam menjalankan pemerintahan. Periode berlakunya UUD 1945 juga
terdapat berbagai penyimpangan sehingga munculah suatu perubahan bentuk
negara menjadi negara serikat.
Republik Indonesia Serikat (RIS) berlaku pada periode 27 Desember
1949-15 Agustus 1950. Pada tanggal 2 November 1949 diadakan Konferensi
Meja Bundar kemudian dilakukan pengesahan pada tanggal 27 Desember 1949
tentang penyerahan kedaulatan terhadap Indonesia. Dalam KMB terdapat tiga
kesepakatan yaitu :
1. Mendirikan Republik Indonesia Serikat
2. Penyerahan Kedaulatan kepada RIS yang berisi tiga hal, yaitu; (a)piagam
penyerahan kedaulatan dari kerajaan Belanda kepada pemerintah RIS; (b)
Status uni; (c) persetujuan perpindahan;
3. Mendirikan uni antar Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.
Pada periode ini bentuk negara Indonesia adalah negara serikat atau
federasi dengan sistem pemerintahan parlementer. Pada saat itu presiden tidak lagi
memiliki kuasa penuh dalam menjalankan pemerintahan. Akan tetapi periode RIS
juga tidak berlangsung lama. Hal ini dikarenakan oleh bentuk negara serikat tidak

15
sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Indonesia harusnya berbentuk kesatuan
bukan terpisah-pisah seperti pada negara serikat atau federasi. Selain itu pada
periide tersebut juga terjadi beberapa penyimpangan. Oleh karena itu Konstitusi
RIS hanya berlaku satu tahun yaitu sampai tanggal 15 Agustus 1950.

B. Saran
1. Sebaiknya dalam pembentukan suatu ketatanegaraan Negara harusnya
disepakati oleh pihak pemerintah dan masyarakat luas, agar tidak menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.
2. Jika ada perubahan dalam bentuk pemerintahan suatu Negara, harusnya
melibatkan rakyat langsung agar masyarakat tahu jalannya pemerintahan yang
ada.
3. Jika suatu Negara sudah sepakat dan setuju dengan ketatanegaraan di
negarannya maka tidak perlu lagi perubahan, tapi jika ada yang di ubah harus
melibatkan semua penghuni Negara tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Ni’matul. 2012. Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Press.
Soehino. 1992. Hukum Tata Negara: Sejarah Ketatanegaraan Indonesia.
Yogyakarta: Liberty.
Zulkarnain. 2012. Jalan Meneguhkan Negara (Sejarah Tata Negara Indonesia).
Yogyakarta: Pujangga Press.

Sumber Internet
Zulkarnain._______. Ketatanegaraan Indonesia Pasca Kemerdekaan. “Jurnal”
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Zulkarnain,%20S.Pd.,
%20M.Pd./B.3.JURNAL.pdf) diakses 17 Maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_lembaga_kepresidenan_Indonesia (diakses
17 Maret 2015)

17

You might also like