You are on page 1of 28

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : FAUSTINE AMELIA HANDOKO

NIM : 041714847

PROGRAM STUDI : 78 / BIOLOGI

UPBJJ UT : SURABAYA

MASA REGISTRASI : 2023.2

NAMA INSTRUKTUR : Dra. Wisanti, M.S

S1 BIOLOGI – FST (FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI)

UNIVERSITAS TERBUKA

2023.2
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : FAUSTINE AMELIA HANDOKO

NIM : 041714847

PROGRAM STUDI : 78 / BIOLOGI

UPBJJ – UT : SURABAYA

MASA REGISTRASI : 2023.2

NAMA MK PRAKTIKUM : TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH

NAMA INSTRUKTUR : Dra. Wisanti, M.S

Laporan praktikum ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 21 Mei 2023 di Universitas
Negeri Surabaya

Menyetujui

Instruktur,

Dra. Wisanti, M.S


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa, pada kesempatan ini saya dapat memenuhi
praktikum yang dilaksanakan di Mitra UT Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada tahun
akademik 2023.2 dengan lancar sehingga dapat menyusun laporan ini dengan tepat waktu.
Ucapan terimakasih kepada pembimbing atas bimbingan yang telah diberikan, sehingga
praktikum ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Surabaya, 21 Mei 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Taksonomi tumbuhan sering dibingungkan dengan sistematika tumbuhan
dan klasifikasi tumbuhan. Klasifikasi tumbuhan merupakan bagian dari
taksonomi tumbuhan. Sistematika tumbuhan merupakan ilmu yang erat kaitannya
dengan taksonomi tumbuhan. Namun, sistematika tumbuhan lebih banyak
mempelajari hubungan antara tumbuhan dan proses evolusinya. Dalam
sistematika ilmiah, alat bantu seperti filogeni dan kladistik memiliki banyak
peran. Sebaliknya, taksonomi tumbuhan lebih berfokus pada pengolahan
spesimen tumbuhan (spesimen) dan pengelompokan (klasifikasi) berdasarkan
contoh.
Ilmu taksonomi tumbuhan mengalami banyak perubahan cepat semenjak
digunakannya berbagai teknik biologi molekular dalam berbagai kajiannya.
Pengelompokan spesies ke dalam berbagai takson sering kali berubah-ubah
tergantung dari sistem klasifikasinya.Tumbuhan tingkat rendah merupakan
kelompok tumbuhan yang berstruktur tubuh dan perkembangan organ tubuhnya
masih sangat sederhana. Meskipun sebagian ada yang memiliki organ seperti
batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang
tidak memiliki bunga dan jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati.
Tumbuhan tersebut tidak memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut sehingga
penyaluran materi di dalam tubuh dilakukan dengan cara difusi. Termasuk
kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya ciri-ciri tumbuhan tingkat rendah
memiliki ciri khas tumbuhan tingkat rendah yaitu tumbuhan belah (schizophyta),
tumbuhan talus (thallophyta), tumbuhan lumut (bryophta), serta tumbuhan paku
(pteridophyta) sesuai dengan tumbuhan belah merupakan tumbuhan yang
berkembang biak dengan cara membelah diri dan merupakan tumbuhan bersel
satu. Tumbuhan paku disebut juga pterydophyta. Tumbuhan paku memiliki
tingkatan lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati
sehingga disebut kormofita. Tumbuhan paku memiliki habitat utama ditempat
yang lembab, namun tumbuhan paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti
di air, permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada pohon
Tumbuhan paku merupakan organisme multiseluler dan eukariotik (Sujadmiko,
2019).
Alga dan lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sering ditemui.
Bahkan lumut bisa dikatakan satu indikator pencemaran udara. Alga dan lumut
hidup hampir siluruh permukaan bumi. Untuk memahami seluruh tumbuhan
tingkat rendah sangat perlu untuk memahami ilmu taksonomi nya. Untuk itu perlu
mempelajari dan memahami ilmu taksonomi tumbahn rendah.

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu alga dan bagaiman habitat serta tipe tubuhnya?
2. Apa itu lumut dan bagaiman habitat serta tipe tubuhnya?
3. Bagaimana bentuk morfologi alga dan lumut?
4. Bagaimana kelompok taksonominya?

III. Tujuan Praktikum


1. Mengamati spesimen alga dan lumut mikroskopis dan makroskopis di
bawah mikroskop.
2. Menentukan karakteristik alga dan lumut mikroskopis dan makroskopis
3. Mengidentifikasi tingkat marga,famili dan divisi alga dan lumut secara
mikroskopis dan makroskopis.
4. Mengklasifikasi ke dalam famili dan divisi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada dasarnya alga merupakan organisme yang dapat melakukan fotosintesis, alga
mempunyai klorofil a sebagai pigmen fotosintesis yang utama. Alga dapat merupakan
organisme prokariota atau eukariota. Alga prokariota meliputi divisi Cyanophyta yang dikenal
dengan nama umum alga hijau-biru. Alga prokariota ini, berdasarkan system klasifikasi yang
mengelompokkan organisme menjadi lima dunia (kingdom), dikelompokkan bersama
organisme prokariota lainnya (bacteria dan arkhaea) ke dalam dunia Monera, sehingga
kelompok alga ini juga disebut cyanobacteria. Sementara itu, alga eukariota dimasukkan dalam
dunia Protista dan dikelompokkan menjadi beberapa divisi, sebagai contoh antara lain
Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta yang berturut-turut dikenal dengan nama umum
alga hijau, alga coklat, dan alga merah.

Alga bereproduksi secara seksual dan aseksual dengan alat reproduksi yang sederhana,
yaitu terdiri dari satu sel tanpa sel-sel steril yang menyelubunginya. Jika alat tersebut terdiri
dari banyak sel, maka semua sel merupakan sel-sel fertil. Namun demikian, alga mempunyai
keanekaragaman morfologi dan ukuran tubuh yang menarik perhatian, yaitu dari tubuh yang
uniselular dengan ukuran hanya beberapa um sampai tubuh yang menyerupai tumbuhan tingkat
tinggi dengan ukuran panjang mencapai 60 - 75 m.)

Untuk mempermudah mengenal distribusi dan tempat tinggalnya maka habitat dari alga
dibagi sebagai berikut: habitat aerial, habitat terestrial, habitat akuatik, dan habitat yang tidak
biasa (tidak umum, abnormal) seperti di air panas dan salju.

Alga dengan habitat aerial adalah alga yang memperoleh seluruh atau Sebagian besar
kebutuhan airnya dari kelembaban udara, alga ini juga tahan akan kekeringan tanpa memasuki
stadium istirahat. Alga aerial ditemui pada kulit- kulit pohon, daun-daun sebagai epifil, batu-
batu, dan tembok terutama yang lembab. Sebagian besar dari alga berasal dari kelompok
Chlorophyceae, misalnya Trentepohlia, Protococcus, dan Prasiola.

Alga terestrial lebih banyak mendekati ke arah aerial daripada ke arah akuatik namun
begitu relatif sukar untuk membatasi antara aerial dan terestrial atas dasar sumber air. Jumlah
dari alga penghuni tanah jauh lebih banyak dari perkiraan para ahli selama ini dan yang
termasuk alga terestrial adalah jenis- jenis dari Chlorophyceae, Cyanophyceae,
Xanthophyceae, dan Bacillariophyceae. Alga terestrial juga mampu tumbuh di bawah
permukaan tanah, dan bahkan dapat ditemukan pada kedalaman satu meter atau lebih. Seperti
halnya alga aerial, alga tanah juga tahan terhadap kondisi kekeringan dalam jangka waktu yang
relatif panjang. Kebanyakan alga ini melalui masa/musim kering dalam stadium vegetatif.

Alga akuatik terdiri dari alga air tawar dan alga lautan. Alga akuatik dapat bersifat
planktonik atau melekat sebagai bentos pada suatu substrat di perairan.

Flora alga yang hidup di sepanjang aliran sungai berarus lambat akan berbeda dengan
flora alga yang terdapat di sepanjang sungai berarus deras. Pada sungai dengan aliran air yang
jernih sering kali terdapat batu-batu yang tertutup dengan benang-benang Ulothrix,
Stigeoclonium, Drapanaldia, Cladophora. Di laut terdapat pula alga bentik makroskopik yang
biasa dikenal dengan nama rumput laut (seaweed). Rumput laut hanya dijumpai hidup di
perairan dangkal yang mempunyai tempat untuk melekat, misalnya perairan pantai yang di
bagian dasarnya tersusun oleh batu karang atau substrat keras lainnya. Di pantai yang di bagian
dasarnya terdiri atas pasir, pada umumnya jarang dijumpai rumput laut, rumput laut yang dapat
hidup di pantai seperti ini adalah alga dengan rizoid atau alat pelekat panjang dan bercabang-
cabang, misalnya Caulerpa. Beberapa jenis alga ada pula yang hidup di habitat abnormal,
misalnya di sumber-sumber air panas dan salju.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Alga Faktor-faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan alga antara lain sebagai berikut :

1. Salinitas Bagi golongan air laut/payau, salinitas sangat penting untuk


mempertahankan tekanan osmotik antara protoplasma dari organisme dengan
air sebagai lingkungan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh pada proses
metabolismenya.
2. Suhu, pH dan intensitas cahaya Hal ini merupakan faktor fisik yang
mempengaruhi pertumbuhan alga. Cahaya sangat diperlukan untuk proses
fotosintesis. Beberapa alga melakukan fotosintesis pada pH 7-8.
3. Aerasi Dalam aerasi, selain terjadi proses pemasukan gasgas yang diperlukan
dalam proses fotosintesis juga akan timbul gesekan-gesekan antara gelembung
udara dan molekul- molekul air sehingga terjadi sirkulasi air. Hal ini sangat
penting untuk mempertahankan suhu tetap homogen serta penyinaran dan
nutrien tetap merata. Selain itu sirkulasi juga dapat mencegah pengendapan
plankton.
4. Parameter-parameter biologis Hal-hal ini meliputi saat seeding dan aklimatisasi
juga parasit-parasit yang dapat mengganggu pertumbuhan alga. Selama
pertumbuhannya fitoplankton dapat mengalami beberapa fase pertumbuhan
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995), yaitu:
• Fase Lag (Fase Istirahat) Dimulai setelah penambahan inokulum ke
dalam media kultur hingga beberapa saat sesudahnya. Pada fase ini
peningkatan paling signifikan terlihat pada ukuran sel karena secara
fisiologis fitoplankton menjadi sangat aktif. Proses sintesis protein baru
juga terjadi dalam fase ini. Metabolisme berjalan tetapi pembelahan sel
belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat karena
fitoplankton masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
• Fase Logaritmik (Fase Eksponensial) Fase ini dimulai dengan
pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang meningkat secara
intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju pertumbuhan pada fase
ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju pertumbuhan dapat
digambarkan dengan kurva logaritmik. Menurut Isnansetyo dan
Kurniastuty (1995), Chlorella sp. Dapat mencapai fase ini dalam waktu
5-7 hari.
• Fase Penurunan Laju Pertumbuhan Pembelahan sel tetap terjadi pada
fase ini. Namun tidak seintensif fase sebelumnya, sehingga laju
pertumbuhan juga mengalami penurunan dibandingkan fase
sebelumnya.
• Fase Stasioner Pada fase ini laju reproduksi dan laju kematian relatif
sama. Penambahan dan pengurangan jumlah fitoplankton seimbang
sehingga kepadatannya relatif tetap (stasioner).
• Fase Kematian Fase ini ditandai dengan laju kematian yang lebih besar
daripada laju reproduksi sehingga jumlah sel mengalami penurunan
secara geometrik. Penurunan kepadatan sel fitoplankton ditandai dengan
perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH
media, ketersediaan hara, dan beberapa faktor lain yang saling terkait
satu sama lain.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan dengan keanekaragaman terbesar kedua setelah
tumbuhan berbiji dan sangat penting dalam memahami evolusi tumbuhan darat. Lumut
merupakan tumbuhan non-vaskular yang meliputi lumut daun (mosses), lumut hati
(liverworts), dan lumut tanduk (hornworts).

Lumut merupakan bagian penting dari keanekaragaman hayati pada ekosistem hutan
lembab, lahan basah, pegunungan dan tundra. Lumut juga memiliki manfaat secara ekologis
dan lingkungan, berperan penting dalam penyediaan stok karbon, suksesi tanaman, dan
menyediakan habitat mikro yang penting bagi kelangsungan hidup eukariota, protozoa dan
banyak kelompok invertebrata.

Secara historis, tumbuhan lumut Indonesia masih belum banyak diperhatikan jika
dibandingkan dengan tumbuhan berbiji, maupun organisme lainnya, sehingga menyebabkan
adanya membentuk celah yang luar biasa pada flora Indonesia. Ainun Nadhifah, seorang
peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya (Kebun Raya Cibodas),
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Field Museum, Chicago
mempublikasikan panduan lapangan tumbuhan lumut untuk pertama kalinya dalam Bahasa
Indonesia. (Puspitasari, 2020)

Tumbuhan lumut masuk dalah salah satu kategori dari Plantae. Plantae adalah kingdom
Plantae merupakan organisme multiseluler atau terdiri atas banyak sel. Selain itu, kingdom
Plantae merupakan organisme eukariot. Tumbuhan lumut memiliki nama lain bryophta. Dari
kata bryon artinya lumut dan phyta artinya tumbuhan. Tumbuhan lumut di dunia terdiri dari 25
ribu jenis.

Hepaticopsida (Lumut Hati)

Kelas Hepaticopsida adalah kelompok tumbuhan lumut yang dikenal dengan nama
lumut hati. Ciri-ciri lumut hati antara lain, gametofit berwarna hijau, pipih, dorsiventral,
menempel pada tanah dengan rizoid. Struktur talus ada yang sederhana hanya berupa lembaran,
sering dinamakan sebagai lumut hati yang bertalus, dan ada yang sudah dibedakan atas bagian
yang menyerupai batang dan daun, sering dinamakan sebagai lumut hati yang berdaun. Sporofit
tidak mengandung khloroplas, terdiri atas bagian yang disebut kaki, seta, dan kapsul spora,
tetapi untuk golongan lumut hati primitif bagian kaki dan seta ini tidak ada.
Marchantia diklasifikasikan di bawah divisi Hepaticophyta, yang mencakup semua
lumut hati. Marchantia adalah lumut hati dan ditemukan di tempat yang lembab dan teduh.
Mereka kekurangan akar, batang, dan daun sejati. Tubuh tumbuhan adalah thalloid.

Habitat umum adalah tempat yang lembab dan teduh. Tubuh tumbuhan adalah thalloid.
Thallus dorsiventral, datar dan bercabang dikotomis. Gametofit adalah fase dominan
kehidupan tanaman. Permukaan dorsal mengandung tanda berbentuk berlian, yang memiliki
pori sentral di tengah untuk pertukaran gas. Ada ruang yang hadir secara interna di bawah tanda
poligonal. Permukaan ventral mengandung sisik dan rizoid. Rizoid adalah uniseluler dan
struktur seperti akar. Fungsi utamanya adalah untuk melabuhka tanaman ke substrat dan
menyerap air dan mineral. Tubuh reproduksi hadir di permukaan dorsal.

Mereka memiliki struktur berbentuk cangkir yang disebut gemmae untuk reproduksi
aseksual. Organ reproduksi seksual lahir di batang yang disebut antheridiophore dan
archegoniophore. Mereka mengandung organ reproduksi jantan dan betina yang masing-
masing disebut antheridia dan archegonia.

Epidermis atas terdiri dari pori-pori udara, yang terbuka di ruang udara yang ada di
zona fotosintesis. Epidermis atas juga mengandung sedikit kloroplas. Di bawah ruang udara
dan zona fotosintesis terletak zona penyimpanan. Ia tidak memiliki kloroplas dan terdiri dari
sel-sel parenkim. Mereka menyimpan protein, pati, minyak dan lendir. Rizoid dan sisik
memanjang dari epidermis bawah.

Anthocerotopsida (Lumut Bertanduk)

Kelas Anthocerotopsida merupakan kelompok tumbuhan lumut yang dikenal dengan


nama lumut tanduk atau lumut hati yang bertanduk. Golongan lumut ini semula dikelompokkan
dalam kelas lumut hati yaitu Hepaticae (Engler, 1892) karena mempunyai gametofit yang
menyerupai talus lumut hati yang sederhana, yaitu berupa lembaran berwarna hijau, pipih,
dorsiventral, serta menempel pada tanah dengan rizoid. Kelas ini mempunyai sifat dan ciri
antara lain sporofitnya terdiri dari kaki dan kapsul yang menyerupai tanduk dan mengandung
khloroplas. Di dalam sporofit pada umumnya sudah terdapat jaringan steril yang dinamakan
kolumela. Gametofit anggota golongan ini disusun oleh jaringan homogen, mempunyai
kloroplas dengan pirenoid besar dan di dalam pirenoid terdapat beberapa granula. Organ
seksualnya tertanam dalam jaringan gametofit sisi dorsal. Kelas Anthocerotopsida hanya terdiri
dari satu bangsa Anthocerotales dan terbagi menjadi dua suku yaitu Notothylaceae dan
Anthocerotaceae.

Anthoceros berasal dari kata Anth- yang berasal dari Yunani kuno ἄνθος (anthos) yang
berarti "bunga". Sedangkan cheros berasal dari kata κέρας, "keros" yang berarti "tanduk".
dengan kata lain dapat kita alih-bahasakan sebagai bunga tanduk atau lebih tepatnya lumut
tanduk.

Spesies Anthoceros mempunyai ciri utama memiliki talus kecil hingga sedang, yang
sedikit melengkung melengkung di bagian ujung. Spora berwarna abu-abu gelap, coklat gelap
atau hitam, sementara Phaeoceros genus terkait yag masih satu famili menghasilkan spora yang
berwarna kuning.

Sporofit Anthoceros lebih besar dan jauh lebih kompleks daripada Riccia, Marchantia,
dan Pellia. Dibedakan menjadi kaki, yaitu penyempitan seperti zona perantara dan kapsul.
Tidak memiliki seta. kaki muncul dalam kelompok dari permukaan dorsal thallus masing-
masing dikelilingi di dasar tubular involucre.

Bryopsida (Lumut Daun)

Bryopsida adalah kelas yang paling maju di antara ketiga kelas dari Bryophyta. Anggota
kelas ini dikenal sebagai lumut daun karena tubuh gametofitnya sudah dapat dibedakan antara
batang dengan daun meskipun belum mempunyai akar selain risoid. Gametangium terdapat
pada ujung batang atau cabang dan dikelilingi oleh daun yang letaknya paling ujung. Daun
yang mengelilingi anteridium disebut perigonium, sedang daun-daun yang mengelilingi
arkegonium disebut periketium atau periantium bila bentuk dan susunannya khusus. Sporofit
terdiri atas kaki, seta, dan kapsul. Seta atau tangkai umumnya panjang, sedang kapsul
umumnya bulat panjang dan merupakan kotak spora dengan tutup yang bervariasi. Di dalam
kotak spora terdapat kolumela. Kelas Bryopsida dibagi menjadi 3 anak kelas yaitu Sphagnidae,
Andreaeidae, dan Bryidae.

Lumut Kerak (Lichenes)

Lumut kerak bukanlah kelompok lumut tetapi merupakan hasil simbiosis mutualisme
antara jamur dan kelompok alga tertentu. Jenis jamur yang bersimbiosis terutama dari divisio
Ascomycotina atau Basidiomycotina, sedangkan jenis Alga biasanya dari divisio Chloropyta
atau Cyanophyta (Monera). Disebut lumut kerak kaarena bentuk thalusnya menyerupai kerak
yang menempel di pepohonan, di tebing dan batuan. Lumut kerak biasanya sebagai indicator
biologi pencemaran udara. Jika di sautu daerah banyak tumbuh lumut kerak maka udara di
sekitar tempat tersebut masih bersih. Lumut kerak juga seperti halnya kelompok alga dapat
berperan sebagai organisme perintis (Anshori,2009)

Jika kita menyayat bagian thalus lumut kerak, kemudian dilihat di bawah mikroskop,
maka kita akan melihat adanya jalinan hifa/miselium jamur yang teratur dan di lapisan atasnya
terdapat kelompok alga bersel satu yang dijalin oleh hifa tersebut.Jamur pada lumut kerak
berfungsi mengokohkan tubuhnya danmenyerap air serta mineral dari tempat hidupnya,
sedangkan alga berperan melakukan fotosintesis.

Pada umumnya lumut kerak hiudp sebagai epifit, menempel pada batang dan ranting
pohon, pada batuan serta tanah yang lembab. Lumut kerak berkembangbiak dengan
pemotongan thalus atau fragmentasi atau dengan membentuk organ khusus yang disebut
soredium, yaitu sekelompok sel-sel yang terjalin oleh benang hifa dan dapat lepas jika jatuh
pada tempat yang cocok akantumbuh menjadi individu baru.

• Thalus lumut kerak dapat dikelompokkan berdsarakan bentuknya yaitu:


Foliose: bentuk thalus berupa lembaran dan mudah dipisahkan darisubstratnya,
Contohnya: Peltigera,Parmelia, Physcia dsb.
• Crustose: bentuk thalus pipih, melekat kuat pada substrat sehingga
sulitdipisahkan,
Contohnya: Graphis elegans.
BAB III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Praktikum 1 Alga
a) Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Mei 2023 di Laboratorium
Taksonomi UNESA

b) Alat dan Bahan


• Mikroskop elektrik dan perlengkapannya (pipet pasteur,obyek glass
dan cover glass)
• Specimen (air kolam ikan, air pot teratai, alga di permukaan selokan)
• Spesimen awetan basah

c) Prosedur Kerja
A. Mikroskopis
➢ Mengambil specimen dengan pipet pasteur dan meletakkan
pada obyek glass kemudian ditutup dengan cover glass,
pastikan air berasa tepat dan tida meluber ke area luar cover
glass
➢ Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x
➢ Apabila telah menemukan alga sesuai perkiraan, lensa obyektof
bisa diperbesar 40x
➢ Mengidentikasi dan menggambar dalam lembar laporan

B. Makroskopis
➢ Mengamati specimen herbarium
➢ Menggambar sesuai yang ditemukan pada mikroskop
➢ Menentukan karakteristik
➢ Mengidentifikasi tingkat marga
➢ Mengklasifikasi kedalam famili dan divisi
2. Praktikum 2 Lumut
a) Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Mei 2023 di Laboratorium
Taksonomi UNESA

b) Alat dan Bahan

Spesimen awetan herbarium basah

c) Prosedur Kerja
❖ Mengamati specimen herbarium
❖ Menggambar sesuai hasil pengamatan
❖ Menentukan karakteristik
❖ Mengidentifikasi tingkat marga
❖ Mengklasifikasi kedalam famili dan divisi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Alga

Mikroskopis

Marga : Ulothrix

Family : Ulotrichaeae

Divisi : Cholorphyta

Habitat : Permukaan selokan

Tipe tubuh : Multiseluler

Filamen tidak bercabang

Tersusun memanjang seperti benang

Sel nya berbentuk silindris (seperti sabuk)

Perbesaran lensa : Lensa Obyektif 40 Lensa Okuler 10x


Marga : Bacillaria

Famili : Bacillariophyceae

Divisi : Bacillariophyta

Habitat : Air kolam ikan

Tipe tubuh : diatomate unisesluler pennate

diatomate uniseluler bulat


Diatom banyak ditemukan di sedimen atau melekatpada
zat padat di semua perairan Bumi. Selama reproduksi,
biasanya dengan pembelahan sel, bagian cangkang
yang tumpang tindih terpisah, dan masing - masing
mengeluarkan (biasanya) bagian bawah yang lebih
kecil.

Pembentukan spora secara periodik berfungsi untuk


mengembalikan garis diatom ke ukuran semula.

Perbesaran lensa : Lensa Obyektif 40 Lensa Okuler 10x


Marga : Bacillatea

Family : Bacillariophyceae

Divisi : Bacilloariophyta

Habitat : Air kolam ikan

Tipe tubuh : Diatomomate

Uniseluler- pennate

Ada Kromoplas dan tetes minyak

Diatom ditemukan dalam sedimen atau melekat pada


materi padat di semua perairan di Bumi. Selama
reproduksi, biasanya dengan pembelahan sel, bagian
cangkang yang tumpang tindih terpisah, masing-masing
membentuk (biasanya) bagian bawah yang lebih kecil.
Pembentukan spora fungsi periodik mengembalikan
ukuran asli grafik silikon.

Perbesaran lensa : Lensa Obyektif 40 Lensa Okuler 10x


Marga : Oedogonium

Family : Oedoniaceae

Divisi : Chlorophyta

Habitat Air kolam bunga teratai air

Tipe tubuh Chlorophyta multiseluler

Filamen tidak bercabang

Bentuk kloroplas : bulat


Oedogonium adalah salah satu genus ganggang hijau filamen yang
banyak ditemukan di air tawar.
Ganggang ini lebih banyak hidup menempel pada batu-batu daripada
di dasar.
Perkembangbiakan vegetatif (aseksual)dengan membentuk zoospora.

Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan oogami.

Perbesaran lensa : Lensa Obyektif 40 Lensa Okuler 10x


Makroskopis

Alga Hijau

Divisi : Chlorophyta

Famili : Caulerpaceae

Genus : Caulerpa

Habitat Menempel pada batu karang di zona pasang surut


hingga zona subtidal

Karakteristik Menempel pada batu karang di zona pasangsurut


hingga zona subtidal
Berwarna hijau
Batangnya menjalar dan memiliki cabang yang
tegak
Ramuli memanjang, pipih & menyerupai spiral
dengan pinggiran bergerigi/bergelombang
Tinggi ramuli dapat mencapai 5-8cm
Ramuli ada yang bercabang ada yang tidak
Divisi : Chlorophyta

Famili : Ulvaceae

Genus : Enteromorpha

Habitat : Zona lateral

Karakteristik Bentuk tubuh makroskopis


Talus berwarna hijau berbentuk tabung
Rhizoid melekat pada bebatuan
Divisi : Chlorophyta

Famili : Caulerpaceae

Genus : Caulerpa

Habitat : Zona lateral

Karakteristik : - Memiliki talus warna hijau

- Teksturnya lunak dan panjang

- Memiliki bentuk blade, silindris

- Melekat pada stipe mirip bulu ayam

- Thalus membentuk stolon merambat

- Tumbuh merambat pada substrat


Divisi : Chlorophyta

Famili : Udoteaceae

Genus : Halimeda

Habitat : Hidup di zona pasang surut yang berdasar pasir bercampur


lumpur halus

Karakteristik : - Tumbuh tegak, tinggi mencapai 12cm

- Berwarna hijau, keras berkapur unutk mengimbangi


kondisi hidupnya dalam lingkungan bergaram

- Bentuk pipih

- Talusnya berbentuk filament yang bercabang-cabang

- Tubuh bersegmen

- Tepi atas melekuk ke dalam

- Alat perekat berupa rhizoid

- Kebanyakan membentuk koloni

- Bentuknya seperti kaktus


Alga Cokelat

Divisi : Phaeophyta

Famili : Padinaceae

Genus : Padina

Habitat : Pada zona pasang surut, melekat pada batu karang.

Pantai Sokobana
Karakteristik : - Warna cokelat

- Melekat menggunakan holdfast

- Talus berupa lembaran berbentuk kipas


Divisi : Phaeophycophyta

Ordo : Facales

Famili : Sargacae

Genus : Sargasum

Habitat : Air laut

Karakteristik : - Rhizoid digunakanunutk menempel pada substrat

- Sumbu utama sebagai pemanjangan talus

- Pada percabangan lateral terdapat gelembung udara

- Terdapat daun fotosintetik

- Pada ujung sumbu utama terdapat reseptakel

- Sumbu utama monopodial

- Percabangan muncul dari ketiak daun


Alga Merah

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Family : Gigartinaceae

Marga : Chondrus

Habitat : Ditemukan tumbuh di batu dari tengah zona intertidal ke


sublitoral

Karakteristik : - Daur hidup berfase dua

- Banyak mengandung zat pektin, disamping zat floredian

- Talus pipih

- Percabangan dikotom pendek


- Elastis seperti tulang rawan (chondrus)

- Warna merah keunguan (bila segar)

Lumut

Lumut Hati

Marchantia

▪ Gametofit berupa talus sederhana, berwarna hijau, pipih


▪ Bentuknya sepertti pita bercabang menggarpu
▪ Tumbuh mendatar
▪ Melekat pada alas rizoid
▪ Porsiventral
▪ Pada tiap cabang talus mempunyai lekukan sebagai alur tengah
▪ Pada irisan melintang talus terlihat sel-sel di lapisan permukaan dindingnya
menebal menyerupai epidermis
▪ Lapisan dibawahnya terdapat jaringan asimilasi yang terdiri dari benang-benang
dan dainataranya ada ruang udara
▪ Gametangium terdapat didalam jaringan talus
▪ Sporofit sudah terdiri dari kaki, seta dan kapsul
Lumut Daun

Marga : Polytrichum

Famili : Polytrichaceae

Divisi : Bryophyta

Karakteristik:

• Gametofit tahunan dan tinggi


• Rizoid seperti tali
• Daun sempit dan memiliki lamela membujur pada permukaan atas dari midrib
• Kapsul terminal, bersudut
• Rangkaian sel anulus tunggal muncul pada peristom di area dalam amfitesium
• Terdapat 32 atau 64 gigi piramid pada peristome
• Gigi besar peristom tetap bergabung di atas membran tipis, epihgram menutup
mulut kapsul
• Kalipta bertrikom
Lumut Tanduk

Marga : Anthoceros

Famili : Anthocerotaceae

Divisi : Anthocerotaphyta

Karakteristik:

• Sporongium panjang, silindris dan tumbuh tegak ditenagh permukaan talus


• Bagian pangkal sporofit diselubungi oelh involucrum
• Tubuhnya berbentuk cakram dengan tepi bertorah

You might also like