You are on page 1of 76

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

AM DENGAN KARSINOMA CERVIX STADIUM II B


(INOPERABLE) + POST KEMOTERAPI PAXUS CARBOPLATIN VI SERI + PRO
BRAKITERAPI III + DM TYPE II DI RUANG RADIOTERAPI
RSUP PROF. DR. I.G.N.G. NGOERAH
TANGGAL 25 JULI 2023

Pembimbing :

Ni Wayan Ika Widyastuti, Amd.Kep


Ns. Ni Nyoman Mariani, S.Kep

Di susun oleh :

Maria Hernawati Azi Wea, S.Kep, Ns.


Marlyn Diana Piga Dimu, A.Md.Kep
Ns. Gde Wayan Bayu Wisastrawan, S.Kep
Ns. Nadiyah Rachman, S.Kep
I Gst. Ayu Diah Pusparini, A.Md.Kep

PELATIHAN KEPERAWATAN KANKER DASAR BAGI PERAWAT

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kanker. Berdasarkan
data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun
2018. Sedangkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health
Organization (WHO) mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai
396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus. Dua jenis kanker  terbanyak di
Indonesia yaitu Ca Mamae dan Ca Serviks. Ca Mamae memiliki jumlah kasus baru
tertinggi di Indonesia sebesar 65.858 kasus atau 16,6 % dari total 396.914 kasus kanker.
Ca serviks menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total
kasus kanker (Putri, 2022).
Kanker serviks merupakan kanker yang yang paling sering terjadi pada wanita,
sebesar 7,5% dari semua kematian disebabkan oleh kanker serviks. Diperkirakan lebih
dari 270.000 kematian diakibatkan oleh kanker serviks setiap tahunnya, dan lebih dari
85% terjadi di negara berkembang (WHO, 2014). Berdasarkan data dari International
Agency for Research on Cancer (IARC), 85% kasus kanker banyak terjadi pada negara
berkembang, Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara berkembang dan
menempati urutan nomor 2 penderita kanker serviks terbanyak setelah Cina (Savitri,
2015). Penyakit Ca Serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Purwoastuti, 2015).
Angka harapan hidup pada pasien Ca Serviks tergantung pada stadium yang diderita
pasien dimana stadium 1 memiliki angka harapan hidup 80-93%, stadium 2 memiliki
angka harapan hidup 58-63%, stadium 3 memiliki angka harapan hidup 32-35%, dan pada
stadium 4 memiliki angka harapan hidup ≤16% (Khrisnamurti, 2022). Setelah dilakukan
penegakan diagnosa kanker, maka pasien direncanakan penatalaksanaan berupa terapi
modalitas kanker diantaranya pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi dari ketiganya (Khrisnamurti, 2022). Pilihan radioterapi untuk penderita
kanker serviks adalah radioterapi internal atau yang disebut brachiterapi, dilakukan
dengan cara memancarkan radiasi sedekat mungkin ke area yang terkena kanker.
Brachiterapi yang dilakukan dapat menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, dan
diare, iritasi pada daerah bokong, perineum, sering buang air kecil dan disfungsi seksual.
Mengingat bahwa seorang perawat kesehatan harus bertanggungjawab dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional, maka dalam memberikan pelayanan
atau asuhannya harus selalu memperhatikan manusia sebagai makhluk yang holistik,
yaitu makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Seorang perawat juga harus menggunakan pendekatan pemecahan
masalah yang komprehensif melalui proses keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Reeder, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. AM dengan Ca
Serviks dengan Terapi Modalitas Radioterapi (Brachiterapy) di Ruang Radioterapi RSUP
Prof. I.G.N.G. Ngoerah”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah mengkaji individu secara mendalam yang
dihubungkan dengan penyakitnya melalui proses asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Ca Seviks dengan terapi modalitas radioterapi internal
(brachiterapy) di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis Ca Seviks dengan
terapi modalitas radioterapi internal (brachiterapy).
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diagnosa medis Ca Seviks
dengan terapi modalitas radioterapi internal (brachiterapy).
c. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien diagnosa medis Ca Seviks
dengan terapi modalitas radioterapi internal (brachiterapy).
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien diagnosa medis Ca
Seviks dengan terapi modalitas radioterapi internal (brachiterapy).
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diagnosa medis Ca Seviks
dengan terapi modalitas radioterapi internal (brachiterapy).
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi

Menurut Purwoastati dan Walyani (2015) kanker serviks merupakan kanker yang

terjadi pada serviks uterus, suatu dareah pada organ reproduksi wanita yang

merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan

liang senggama. Penyakit kanker serviks disebabkan oleh bebrapa jenis virus yang

disebut human papilloma virus (HPV). Kanker serviks merupakan kanker yang

menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu area bawah pada rahim yang

menghubungkan rahim dan vagina (Rozi, 2013).

B. Epidemiologi
Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization
(WHO) mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus
dan total kematian sebesar 234.511 kasus. Peringkat kanker di Indonesia menempati
urutan ke 8 di Asia Tengkara dan 28 di Asia ( Kemenkes RI,2019) Hal ini
diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih 13,1 juta pada tahun 2030
(Hopper,2018). Pada tahun 2022, kanker serviks menempati urutan kedua dengan
jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker yang ada di Indonesia (Putri,
2022). Sedangkan data pasien Kanker RSUP Sanglah Denpasar( Rumah Sakit Prof
Dr.I.G.N.G Ngoerah pada tahun 2021 jumlah pasien Kanker servik yang tercatat
sebesar 720 .kasus dengan prevalensi sebesar 19,11% dimana kasus Kanker servik
urutan pertama (SIMARS RSUP Sanglah 2021).
C. Etiologi
Menurut Padila (2015) etiologi kanker serviks adalah :
1. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar
kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang optimal
adalah kehamilan anak tidak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga mempunyai
resiko yang meningkat.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasanganmempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus human papiloma (HPV) diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
5. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah. Hal
inidisebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya kuantitas
dan kualitasmakanan kurang, sehingga mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok memiliki
resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita tidak
merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut
akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi
virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu
bermula dari adanya erosi servik yangkemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker
serviks.
7. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kankerserviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk juga
mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa peneliti
menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan
infeksi HPV
D. Pencegahan
Menurut Hikmah (2014) pencegahan pada kanker serviks adalah:
1. Lakukan pemeriksaan
Kebanyakan kanker serviks disebabkan virus HPV sejenis virus yang tersebar
lewat kontak seksual. Namum jika tidak HPV dapat menyebabkan terbentuknya
sel-sel prakanker. Pemeriksaan pap smear merupakan standar untuk mendeteksi
sel-sel ini, tapi bisa secara lebih mudah menghentikan kanker sebelum dimulai.
Jika hasil test ini positif, dokter akan memperhatikan secara lebih cermat
perubahan-perubahan serviks dan mengangkat sel-sel prakanker yang mungkin
ada.
2. Makan serealia sarapan yang difortifikasi
Makan serealia atau roti yang difortifikasi asam folat sekitar 400mcg setap, atau
dalam bentuk suplemen, dapat membantu.
3. Makan sayuran
4. Makan buah-buahan
5. Jangan merokok
Di dalam rokok terdapat kandungan yang dapat merangsang sel kanker.
6. Menggunakan pelumas vagina saat berhubungan seks.
E. Patofisiologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor
resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV)
yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks
adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang
meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan merokok (Price, 2012). Karsinoma
sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa
endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ atau
High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma
serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para
servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan
terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat
menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga
endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan
metastase ke bagian tubuh yang jauh (Price, 2012)
F. Pathway

‐ Infeksi virus HPV Terjadi lesi pada serviks,inflamasi, Perluasan epitel kolumnar (ekstroserviks
‐ Genetik timbul nodul dan endoserviks)
‐ Hygiene yang tidak bersih di organ
vital
‐ Hubungan seksual <16 tahun
Proses metaplastic (erosive)
- Merokok
- Gonta ganti pasangan
Dysplasia

Karsinoma invasive serviks

Kanker Serviks Penekanan pada Reseptor nyeri


lumbosakral
Nyeri Kronis
Terapi

Non Pembedahan Radiasi External Kerusakan Gangguan Integritas kulit Pembedahan


(Linac/Cobalt) lapisan kulit
Regresi spontan

Kemoterapi Gangguan produksi air liur Kesulitan mengunyah, menelan,


Radioterapi Defisit Nutrisi Perdarahan
pada kelenjar ludah perubahan sensasi rasa

Kurang terpapar Radiasi Internal Prosedur Risiko Infeksi Transport O2 dan nutrisi
Defisit pengetahuan tidak adekuat
informasi Brachiterapy pemasangan
aplikator
Kelemahan pada Iritasi pada Risiko Perdarahan Perfusi perifer
dinding vagina pembuluh darah tidak efektif
G. Manifestasi Klinis
Pasien kanker servik pada stadium dini dan pra kanker biasanya tidak memiliki
gejala. Gejala mulai tampak apabila kanker sudah meninvasi jaringan sekitar
(Desen, 2011; American Cancer Society, 2015). Tanda dan gejala yang umum terjadi
adalah:
1. Perdarahan pervaginam abnormal, seperti perdarahan setelah berhubungan
seks, perdarahan setelah monopouse, bercak atau perdarahan antara periode
menstruasi, periode menstruasi yang panjang atau lebih lama dari biasanya,
perdarahan setelah pemeriksaan panggul. Perdarahan ini terjadi karena
jaringan pada servik mengalami eksfoliasi atau sel-sel nya rapuh.
2. Keluaran cairan atau bercak-bercak dari vagina yang terjadi pada beberapa
periode setelah monopouse. Keluarnya sekret atau bercak disebabkan oleh
lesi kanker dan peradangan pada glandula servik dan hipersekresi.
3. Nyeri, keluhan nyeri biasanya muncul pada stadium sedang, lanjut dan
apabila disertai dengan infeksi. Nyeri yang dirasakan karena adanya lesi pada
servik dan parametrium sehingga menimbulkan kontraksi pada uterus.
Apabila yang terlokalisir dibagian bawah abdomen atau pada kedua sisi
kemungkinan diakibatkan oleh kompresi atau invasi tumor terjadi
penyumbatan pada ureter
4. Sedangkan keluhan nyeri pada pinggang dikaitkan dengan adanya
hidronefrosis karena desakan atau invasi tumor pada saraf kavum pelvis.
5. Keluhan lain seperti gejala pada saluran urinarius dan saluran pencernaan
terkait dengan penyebaran kanker servik tersebut. Seperti adanya uremia
karena terjadi invasi tumor pada ligamen cardinal, invasi ureter dan timbul
hidronefrosis. Dan pada saluran pencernaan terjadi obstipasi apabila terjadi
invasi tumor pada rectum dan gejala sistemik lainnya seperti kelemahan,
anemia, demam dan odema.
H. Prognosis
Prognosis pada kanker serviks tergantung dari stadium kanker. Pada pengobatan
5 tahun pada stadium awal memiliki prognosis yang lebih baik atau invasive sebesar
92%, survival rate 5 tahun secara keseluruhan stadium kanker serviks sebesar 72%.
Prognosis pada kanker yang sudah bermetastasis ke organ lain pasti memiliki
prognosis yang lebih buruk dikarenakan pengobatan pada lesi local lebih baik
dibandingkan pengobatan sistemik seperti kemoterapi. Dengan pengobatan 80-90%
wanita dengan kanker stadium I dan 50%-65% dari mereka dengan kanker stadium II
masih hidup 5 tahun kemudian setelah terdiagnosis. Sekitar 25%-35% pada wanita
dengan kanker stadium III dan 15% atau lebih dari kanker stadium IV yang dapat
hidup setelah 5 tahun.
I. Pemeriksaaan Penunjang
Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama ±10-
15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrining, namun
sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk melakukan
pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan yang mengetahui tentang kanker
serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang melakukan prosedur skrining
(Wuriningsih, 2016).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi
perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada
kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010). Proses skrining dengan
IVA merupakan pemeriksaan yang paling disarankan oleh Departemen Kesehatan.
Salah satu pertimbangannya karena biayanya yang sangat murah. Namun perlu
diingat, pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda
yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera
dilakukan (Wijaya, 2010).
2. Tes Pap Smear
Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini
munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak
sakit, dan dengan biaya yang relative terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya,
2010). Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa
menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari
setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum
pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau penggunaan
pembersih vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan atau
menyembunyikan sel-sel abnormal (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter
atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk membantu membuka
kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan
yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa
jenis sel-selnya di bawah mikroskop (Wijaya, 2010). Hasil pemeriksaan Pap
smear biasanya akan keluar setelah dua atau tiga minggu. Pada akhir pemeriksaan
Pap smear, setiap wanita hendaknya menanyakan kapan dia bisa menerima hasil
pemeriksaan pap smear-nya dan apa yang harus dipelajari darinya (Wijaya, 2010).
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jadi, apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal,
maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli
kandungan. Pemeriksaan tersebut berupa kalposkopi, yaitu pemeriksaan dengan
pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara
langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan
kalposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu,
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010).
J. Penatalaksanaan
Menurut Desen (2011) dan American Cancer Society (2015) secara umum
penatalaksanaan kanker serviks tergantung dari stadium kanker, pada kanker
servik stadium awal dapat dilakukan operasi. Dewasa ini operasi dan radioterapi
menjadi metode terapi utama. Sedangkan pada pasien dengan stadium lanjut
pilihan awal terapi kombinasi radiasi kemoterapi (kemoradiasi) merupakan
pilihan utama, dan untuk pasien kanker servik stadium lanjut hanya di gunakan
kemoterapi. Adapun bentuk penatalaksanaan pada pasien dengan kanker servik
yaitu:
1. Radioterapi
a. Radioterapi radika
Radioterapi radikal dapat dilakukan pada pasien dengan stadium kanker
servik IIB-IV. Tujuan dari pemberian terapi ini agar lesi primer dan
sekunder yang mungkin timbul mendapatlan dosis radiasi secara maksimal,
dan tidak melebihi dosis toleransi organ dalam abdomen dan pelvis.
b. Radioterapi pra operasi
Radioterapi pra operasi biasanya dilakukan pada pasien dengan stadium IB2
atau IIA dengan lesi kanker > 4 cm, atau terdapat invasi dari kanker pada
kanalis servikalis. Tujuan radioterapi ini untuk mengecilkan, meningkatkan
keberhasilan operasi dan menurunkan vitalitas sel kanker dan penyebaran
intraoperative dan menurunkan rekuren sentral. Pada penelitian, Pasien
yang mengalami metastasis ke kelenjar getah bening dan dengan beresiko
invasi dengan perkiraan tumor > 10 mm akan dilakukan radiasi adjuvant
dan di pertimbangkan operasi radikal bersamaan dengan limfadenektomi
panggul (Covens,2002).
c. Radioterapi pasca operasi
Radiasi ini dilakukan pada pasca operasi yang terbukti secara hasil
patologik terdapat metastasis pada kelenjar limfe kavum pelvis, kelenjar
limfe paraaorta, parametrium, invasi tumor pada lapisan dalam servik dan
terjadi tumor residif.
2. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada pasien dengan kanker servik merupakan pilihan
terakhir dan apabila tindakan operasi dan radiasi tidak dapat dilakukan.
Kemoterapi pada pasien kanker servik biasanya menggunakan obat cisplatin,
carboplatin, paclitaxel, tapcan dan Gemcitabine (Gemzar). Pemberian
kemoterapi juga dipertimbangan manfaat pemberiannya, begitu juga untuk
pemberian terapi kemoterapi adjuvant. Penelitian Angioli et al tahun 2012
mengatakan bahwa pemberian regimen kemoterapi adjuvant setelah
kemoterapi neoadjuvant dan operasi radikal merupakan pengobatan yang
efektif pada pasien dengan kanker serviks stadium lanjut yang terlokalisir.
3. Kemo radiasi
Sebagai bagian dari pengobatan utama, pengobatan radiasi dan kemoterapi
diberikan secara bersamaan disebut kemoradiasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling
terkait dan ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015).
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan,
jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan
orangtua.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan
intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila,
2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium
3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluarga yang
memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena
kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya
(Diananda, 2008).
4. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien
dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang
perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks
tidak pernah ditemukan sebelum menarchedan mengalami atropi pada
masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak
pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar
resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
b. Aktivitas dan Istirahat
Gejala:
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
5) lingkungan dan tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan,
menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa
(Mitayani, 2009).
d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya nyeri
(Mitayani, 2009).
e. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori
Gejala: pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
g. Nyeri dan kenyamanan
Gejala: adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan
Gejala: pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda: demam, ruam kulit,
ulserasi (Mitayani, 2009).
i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan,
perasaan acuh (Mitayani, 2009).
6. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015). Selain itu bisa juga
dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada pasien kanker serviks
post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).
7. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut
rontok dan mudah tercabut
b. Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
c. Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
d. Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor
menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
e. Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
f. Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami secret berlebihan, keputihan,
peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan masalah
yang muncul adalah sebagai berikut (PPNI, 2017):
1. D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor.
2. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
4. D.0069 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5. D.0111 Difisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6. D.0129 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi
radiasi
7. D. 0142 Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi (brachiterapy)
8. D. 0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
9. D. 0012 Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(trombositopenia)
10. D. 0057 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyakit ca serviks)
C. Intervensi Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat
dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil
keperawatan berdasarkan SMART, yaitu:
S: Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).
M: Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau).
A: Achievable (dapat dicapai).
R: Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
T: Time (punya batasan waktu yang jelas).
Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:
1. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
2. Berdasarkan kondisi klien.
3. Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik.
No No. Dx Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil SLKI Intervensi SIKI
Kep Keperawatan
SDKI
1 D.0078 Nyeri kronis Tingkat nyeri Menurun Manajemen Nyeri
berhubungan Kriteria hasil: Observasi
dengan infiltrasi Cukup Cukup - Identifikasi lokasi,
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
tumor karakteristik, durasi,
Kemampuan
menuntaskan 1 2 3 4 5 frekuensi, kualitas,
aktifitas intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun - Identifikasi respons
1 2 3 4 5 nyeri non verbal
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5 - Identifikasi faktor yang
Meringis 1 2 3 4 5
memperberat dan
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5 memperingan nyeri
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5 - Identifikasi
Menarik diri 1 2 3 4 5 pengetahuan dan
Berfokus pada diri
1 2 3 4 5 keyakinan tentang neri
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5 - Identifikasi pengruh
Perasaan depresi budaya terhadap
1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut respons nyeri
mengalami cedera 1 2 3 4 5 - Identifikasi pengaruh
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5 nyeri pada kwalitas
Perineum terasa hidup
1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba - Monitor keberhasilan
1 2 3 4 5
membulat terapi komplementer
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
yang sudah diberikan
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5 - Monitor efek samping
Mual 1 2 3 4 5 penggunaan analgetik
Terapeutik
Memburu Cukup Cukup - Berikan teknik
Sedang Membaik
k Memburuk Membaik
nonfarmakologis untuk
1 2 3 4 5
mengurangi rasa nyeri
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5 (mis. TENS, hipnosis,
Pola nafas 1 2 3 4 5 akupuntur, terapi
Tekanan darah 1 2 3 4 5
musik, biofeedback,
Proses berfikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5 terapi pijat, aroma
terapi, kompres
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
hangat/dimgin)
Perilaku 1 2 3 4 5
- Kontrol lingkungan
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5 yang memperberat
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahyaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategis
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknikj
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa neri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 D.0019 Defisit nutrisi Status Nutrisi Membaik Manajemen Nutrisi
berhubungan Kriteria hasil: Observasi
dengan - Identifikasi status
Cukup Sedan Cukup
Menurun Meningkat
ketidakmampuan Menurun g Meningkat nutrisi
menelan 1 2 3 4 5 - Identifikasi alergi dan
makanan Porsi makan intoleransi makanan
yang 1 2 3 4 5
dihabiskan - Identifikasi kebutuhan
Kekuatan otot kalori dan jenis nutrisi
1 2 3 4 5
mengunyah
- Identifikasi perlunya
Kekeuatan otot
1 2 3 4 5 penggunaan selang
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5 NGT
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan - Monitor asupan nutrisi
untuk
- Monitor berat badan
meningkatkan
nutrisi - Monitor hasil
Pengetahuan pemeriksaan
tentang pilihan 1 2 3 4 5
makanan sehat laboratorium
Pengetahuan Terapeutik
tentang pilihan 1 2 3 4 5
minuman sehat - lakukan oral hygiene
Pengetehuan sebelum makan, jika
tentang standar
1 2 3 4 5 perlu
asupan nutrisi
yang tepat - Fasilitasi menentukan
Penyiapan dari
penyimpanan pedoman diet
1 2 3 4 5
minuman yang - Sajikan makanan
aman
Penyiapan dari secara menarik dan
penyimpanan suhu yang sesuai
1 2 3 4 5
makanan yang
aman - Berikan makanan
Sikap terhadap tinggi serat untuk
makanan/
minuman mencegah konstipasi
1 2 3 4 5
sesuai dengan - Berikan makanan
tujuan
kesehatan tinggi kalori dan tinggi
protein
Cukup Sedan Cukup
Meningkat Menurun - Berikan suplemen
Meningkat g Menurun
1 2 3 4 5 makanan, jika perlu
Perasaan cepat - Hentikan pemberian
1 2 3 4 5
kenyang
makanan melalui NGT
Nyeri jika asupan oral dapat
1 2 3 4 5
abdomen
toleransi
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5 Edukasi
Diare 1 2 3 4 5 - Anjurkan posisi duduk
jika mampu
Cukup Sedan Cukup
Memburuk Membaik - Ajarkan diet yang di
Memburuk g Membaik
1 2 3 4 5 programkan
Berat badan 1 2 3 4 5 Kolaborasi
Indeks masa
1 2 3 4 5 - Kolaborasi pemberian
tubuh
Frekuensi medikasi sebelum
1 2 3 4 5
makan
makan (mis. Pereda
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan nyeri, anti emetik), jika
1 2 3 4 5
kulit trisep perlu
Membran
1 2 3 4 5 - Kolaborasi dengan ahli
mukosa
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
3 D.0009 Perfusi perifer Perfusi perifer meningkat Perawatan sirkulasi
tidak efektif Kriteria hasil: Observasi
berhubungan - Periksa sirkulasi perifer
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
dengan Menurun Meningkat (mis. Nadi perifer,
penurunan 1 2 3 4 5 edema, pengisian
konsentrasi Denyut nadi 1 2 3 4 5 kapiler, warna, suhu,
hemoglobin ferifer antebrahial index)
Penyembuhan - Identifikasi faktor
1 2 3 4 5
luka
Sensasi 1 2 3 4 5 resiko gangguan

Cukup Cukup sirkulasi (mis diabetes,


Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun perokok, orang tua,
1 2 3 4 5 hipertensi, kadar
Warna kulit kolesterol tingg)
1 2 3 4 5
pucat
Edeme perifer 1 2 3 4 5 - Monitor panas, nyeri,
Nyeri kemerahan, atau
1 2 3 4 5
ekstremitas
Parastesia 1 2 3 4 5 bengkak pada
Kelemahan ekstremitas)
1 2 3 4 5
otot
Terapeutik
Kram otot 1 2 3 4 5
Bruit femoralis 1 2 3 4 5 - Hindari pemasangan
Nekrosis 1 2 3 4 5 infus atau pengambilan
Cukup Cukup darah diarea
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
1 2 3 4 5 keterbatasan perfusi
Pengisisan - Hindari penekanan dan
1 2 3 4 5
kapiler
pemasangna torniquet
Akral 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5 pada area yang cedera
Tekanan darah - Lakukan pencegahan
1 2 3 4 5
sistolik
Tekanan darah infeksi
1 2 3 4 5
diastolik - Lakukan perawatan
Tekanan arteri
1 2 3 4 5 kaki dan kuku
rata-rata
Indeks ankle 1 2 3 4 5
brachial - Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan olahrag rutin
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
- Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
- Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
- Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan
4 D.0069 Disfungsi seksual Fungsi seksual membaik Edukasi seksualitas
berhubungan Kriteria hasil: Observasi
dengan Cukup - Identifikasi kesiapan
Cukup Sedan Meningka
Menurun Meningka
perubahan Menurun g t dan kemampuan
t
struktur tubuh
1 2 3 4 5 menerima informasi
Kepuasan Terapeutik
hubungan 1 2 3 4 5
seksual - Sediakan materi
Mencari - Jadwalkan pendidikan
informas
untuk kesehatan sesuai
1 2 3 4 5
mencapai kesepakatan
kepuasan
seksual - Berikan kesempatan
untuk bertanya
Cukup Sedan Cukup - Fasilitasi kesadarn
Meningkat Menurun
Meningkat g Menurun
keluarga terhadap anak
1 2 3 4 5 dan remaja serta
Verbalisasi
aktifitas pengaruh media
1 2 3 4 5
seksual Edukasi
berubah
Verbalisasi - Jelaskan anatomi
eksitasi danfisiologi reproduksi
1 2 3 4 5
seksual
berubah laki dan wanita
Verbalisasi - Jelaskan perkembangan
peran
1 2 3 4 5 seksualitas sepanjang
seksual
berubah siklus kehidupan
Verbalisasi
fungsi - Jelaskan
1 2 3 4 5
seksual perekembangan masa
berubah
Keluhan 1 2 3 4 5 emosi anak dan remaja
nyeri saat - Jelaskan resiko
berhubungan
tertualar penyakit
seksual seksual menular
(dispareunia
)
Keluhan
hubungan
1 2 3 4 5
seksual
terbatas
Keluhan
sulit
melakukan 1 2 3 4 5
aktifitas
seksual
Verbalisasi
aktifitas
1 2 3 4 5
seksual
berubah
Verbalisasi
perilaku
1 2 3 4 5
seksual
berubah
Konflik nilai 1 2 3 4 5

Cukup
Memburu Sedan Cukup
Memburu Membaik
k g Membaik
k
1 2 3 4 5
Hasrat
1 2 3 4 5
seksual
Orientasi
1 2 3 4 5
seksual
Ketertarikan
pada 1 2 3 4 5
pasangan
5 D.0111 Defisit Tingkat pengetahuan membaik Edukasi kesehatan
Pengetahuan Kriteria hasil: Observasi
berhubungan Cukup - Identifikasi kesiapan
Cukup Sedan Meningka
Menurun Meningka
dengan kurang Menurun g t dan kemampuan
t
terpapar 1 2 3 4 5 menerima informasi
informasi Perilaku sesuai - Identifikasi faktor-
1 2 3 4 5
anjuran
Verbalisasi faktor yang dapat
minat dalam 1 2 3 4 5 meningkatkan dan
belajar
Kemampuan menurunkan motivasi
menjelaskan perilaku hidup
pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang suatu Terapeutik
topik - Sediakan materi dan
Kemampuan
menggambarka media pendidikan
n pengalaman Kesehatan
1 2 3 4 5
sebelumnya
yang sesuai - Jadwalkan pendidikan
dengan topik kesehatan sesuai
Perilaku sesuai
dengan 1 2 3 4 5 kesepakatan
pengetahuan - Berikan kesempatan
untuk bertanya
Cukup
Meningka Sedan Cukup Edukasi
Meningka Menurun
t g Menurun
t - Jelaskan faktor resiko
1 2 3 4 5
Pertanyaan yang dapat
tentang mempengaruhi
1 2 3 4 5
masalah yang
dihadapi Kesehatan
Persepsi keliru 1 2 3 4 5 - Ajarkan perilaku hidup
terhadap bersih dan sehat
masalah
- Ajarkan strategi yang
Menjalani
pemeriksaan dapat diguinakan untuk
1 2 3 4 5
yang tidak meningkatkan perilaku
tepat
hidup bersih dan sehat
Cukup
Memburu Sedan Cukup
Memburu Membaik
k g Membaik
k
1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
6 D.0129 Gangguan Integritas kulit dan jaringan meningkat Perawatan integritas kulit
integritas kulit Kriteria hasil: Observasi
berhubungan Cukup - Identifikasi
Cukup Sedan Meningka
Menurun Meningka
dengan efek Menurun g t penyebabgangguan
t
samping terapi 1 2 3 4 5 integritas kulit
radiasi Elastisitas 1 2 3 4 5 Terapeutik
Hidrasi 1 2 3 4 5
- Ubah posisi tiap 2 jam
Perfusi
1 2 3 4 5 jika tirah baring
jaringan
- Lakukan pemijatan
Cukup Sedan Cukup
Meningkat Menurun pada area penonjolan
Meningkat g Menurun
1 2 3 4 5 tulang, jika perlu
Kerusakan - Bersihkan perineal
1 2 3 4 5
jaringan
Kerusakan dengan air hangat
1 2 3 4 5
lapisan kulit terutama setelah
Nyeri 1 2 3 4 5
periode diare
Perdarahan 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5 - Gunakan produk
Hematoma 1 2 3 4 5 berbahan petrolium
Pigmentasi
1 2 3 4 5 atau minyak pada kulit
abnormal
Jaringan kering
1 2 3 4 5
parut
- Gunakan produk
Nekrosis 1 2 3 4 5
Abrasi berbahan ringan/alami
1 2 3 4 5
kornea dan hipoalergikpada

Cukup kulit sensitive


Memburu Sedan Cukup
Memburu Membaik - Hindari produk
k g Membaik
k
berbahan dasar alkohol
1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5 pada kulit kering
Sensasi 1 2 3 4 5 Edukasi
Tekstur 1 2 3 4 5 - Anjurkan menggunakan
Pertumbuha
1 2 3 4 5 pelembab
n rambut
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

Perawatan luka
Observasi
- Monitor karakteristik
luka (mis. Drainasew,
warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
- Cukur rambut disekitar
daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan caira
Nacl atau pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan
- Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
- Berikan diet protein
1.25-1.5g/kgBB/hari
dan kalori
30-35kkal/kgBB/hari
- Berikan suplemen
vitamin dan mineral,
sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transkutaneuos), jika
perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
7 D.0142 Risiko infeksi Tingkat infeksi menurun Pencegahan infeksi
berhubungan Kriteria hasil: Observasi
dengan efek Cukup Cukup - Monitor tanda gejala
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
prosedur invasi infeksi lokal da
1 2 3 4 5
(brachiterapy) Kebersihan sistemik
1 2 3 4 5
tangan Terapeutik
Kebersihan
1 2 3 4 5 - Batasi jumlah
badan
Nafsu makan 1 2 3 4 5 pengunjung
- Berikan perawatan kulit
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun pada area edema
Meningkat Menurun
1 2 3 4 5 - Cuci tangan sebelum
Demam 1 2 3 4 5 dan sesudah kontak
Kemerahan 1 2 3 4 5 dengan pasien dan
Nyeri 1 2 3 4 5
lingkungan pasien
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5 - Pertahankan septi
Cairan septic pada pasien
1 2 3 4 5
berbau busuk
beresiko tinggi
Sputum
berwarna 1 2 3 4 5 Edukasi
hijau
- Jelaskan tanda dan
Drainase
1 2 3 4 5
purulen gejala infeksi
Piuna 1 2 3 4 5 - Ajarkan cara mencuci
Periode
1 2 3 4 5 tangan dengan benar
malaise
Periode - Ajarkan etika batuk
1 2 3 4 5
menggigil
- Ajarkan cara
Lelargi 1 2 3 4 5
Gangguan memeriksa kondisi luka
1 2 3 4 5
kognitif atau luka operasi

Memburu Cukup Cukup - Anjurkan


Sedang Membaik
k Memburuk Membaik meningkatkan asupan
1 2 3 4 5
nutrisi
Kadar sel
1 2 3 4 5
darah putih - Anjurkan
Kultur darah 1 2 3 4 5 meningkatkan asupan
Kultur urine 1 2 3 4 5
cairan
Kultur
1 2 3 4 5
sputum Kolaborasi
Kultur area
1 2 3 4 5 - Kolaborasi pemberian
luka
Imuisasi, jika perlu
Kultur feses 1 2 3 4 5
Kadar sel
1 2 3 4 5
darah putih
8 D.0080 Ansietas Tingkat ansietas membaik Reduksi ansietas
berhubungan Kriteria hasil: Observasi
dengan krisis - Identifikasi saat tingkat
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
situasional Meningkat Menurun ansietas berubah
1 2 3 4 5 - Identifikasi
Verbalisasi kemampuan mengambil
1 2 3 4 5
kebingungan
Verbalisasi keputusan
khawatir akibat - Monitor tand tanda
1 2 3 4 5
kondis yang
dihadapi ansietas
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5 Terapeutik
Perilaku tegang 1 2 3 4 5 - Ciptakan suasana
Keluhan pusing 1 2 3 4 5
terapeutik untuk
Anoreksia 1 2 3 4 5
Palpitasi 1 2 3 4 5 menumbuhkan
Frekuensi kepercayaan
1 2 3 4 5
pernafasan
- Temani pasien untuk
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5 mengurangi kecemasan
Diaforesis 1 2 3 4 5 - Pahami situasi yang
Tremor 1 2 3 4 5
membuat ansietas
Pucat 1 2 3 4 5
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik - Gunakan pendekatan
1 2 3 4 5 yang tenang dan
Konsentrasi 1 2 3 4 5 meyakinkan
Pola tidur 1 2 3 4 5
- Tempakan barang
Perasaan
1 2 3 4 5 pribadi yang
keberdayaan
Kontak mata 1 2 3 4 5 memberikan
Pola berkemih 1 2 3 4 5
kenyamanan
Orientasi 1 2 3 4 5
- Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
- Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan ating
Edukasi
- Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
akan dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis pengobatan
dan prognosis
- Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas
9 D.0012 Risiko Tingkat perdarahan membaik Pencegahan perdarahan
perdarahan Kriteria hasil: Observasi
berhubungan Cukup - Monitor tanda dan
Cukup Sedan Meningka
Menurun Meningka
dengan gangguan Menurun g t gejala perdarahan
t
koagulasi 1 2 3 4 5 - Monitor nilai HT/Hb
(trombositopenia) Kelembabab sebelum dan setelah
membran 1 2 3 4 5
mukosa kehilangan darah
Kelembabab - Monitor tanda vital
1 2 3 4 5
kulit
Kognitif 1 2 3 4 5 ortostatik
- Monitor PT, APTT,
Cukup Sedan Cukup BT/Ct
Meningkat Menurun
Meningkat g Menurun
1 2 3 4 5 Terapeutik
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
Hemoptisis 1 2 3 4 5 - Batasi tindakan invasif,
Hemetemesi jika perlu
1 2 3 4 5
s - Gunakan kasur
Hemeturia 1 2 3 4 5
Perdarahan decubitus
1 2 3 4 5
anus - Hindari pengukuran
Distensi
1 2 3 4 5 suhu rectal
abdomen
Perdarahan Edukasi
1 2 3 4 5
vagina
- Jelaskan tanda dan
Perdarahan
pasca 1 2 3 4 5 gejala perdarahan
operasi
- Anjurkan menggunakan
Cukup kaos kaki saat ambulasi
Memburu Sedan Cukup
Memburu Membaik - Anjurkan meningkatkan
k g Membaik
k
1 2 3 4 5 asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
Hemoglobin 1 2 3 4 5
- Anjurkan menghindari
Hematokrit 1 2 3 4 5 aspirin atau
Tekanan antikoagulan
1 2 3 4 5
darah
Denyut nadi - Anjurkan meningkatkan
1 2 3 4 5
apikal asupa makanan dan vit
Suhu tubuh 1 2 3 4 5 C
- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
- Kolaborasi pemberian
produk darah
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
10 D.0057 Keletihan Toleransi aktifitas meningkat Manajemen Energi
berhubungan Kriteria hasil: Observasi
dengan kondisi Cukup Cukup - Identifikasi gangguan
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
fisiologis fungsi tubuh yang
1 2 3 4 5
(penyakit ca Saturasi mengakibatkan
1 2 3 4 5
serviks) oksigen kelelahan
Kemudahan
dalam - monitor kelelahan fisik
melakukan 1 2 3 4 5 dan emosional
aktifitas
sehari-hari - Monitor pola dan jam
Kecepatan tidur
1 2 3 4 5
berjalan
Jarak - Monitor lokasi dan
1 2 3 4 5
berjalan ketidaknyamanan
Kekuatan
selama melakukan
tubuh bagian 1 2 3 4 5
atas aktivitas
Kekuatan 1 2 3 4 5 Terapeutik
tubuh bagian - Sediakan lingkungan
bawah
nyaman dan rendah
Toleransi
dalam stimulus
1 2 3 4 5
menaiki - Lakukan latihan rentang
tangga
gerak fasip dan aktif
- fasilitasi duduk di sisi
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun tempat tidur
Meningkat Menurun
1 2 3 4 5 Edukasi
Keluhan - Anjurkan tirah baring
1 2 3 4 5
lelah
- Mobilisasi bertahap
Dispnea saat
1 2 3 4 5
aktifitas - Anjurkan menghubungi
Dispnea perawat jika kelelahan
setelah 1 2 3 4 5
aktifitas tidak berkurang
Perasaan Kolaborasi
1 2 3 4 5
lemah
Aritmia saat - Kolaborasi dengan ahli
1 2 3 4 5
aktifitas gizi tentang cara
Aritmia
setelah 1 2 3 4 5 meningkatkan asupan
aktifitas makanan
Sianosis 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
1 2 3 4 5
Warna kulit 1 2 3 4 5
Takanan
1 2 3 4 5
darah
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
EKG
1 2 3 4 5
iskemia
D. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah rencana disusun dan diyujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Setiadi, 2012).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi telah teratasi
seluruhnya, teratasi sebagian atau belum teratasi semuanya. Evaluasi juga merupakan
tindakan menilai atau menghargai, dimana dalam konteks ilmu keperawatan evaluasi
adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan
profesi kesehatan menemukan kemajuan klien menuju pencapaiannya atau tujuan
hasil dan keefektifan dari rencana asuhan keperawatan. Evaluasi juga menjadi aspek
penting dalam asuhan keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah rencana atau intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan
atau diubah (Dewi, 2018).
Menurut Nursalam (2013), jenis-jenis evaluasi ada dua, yaitu :
1. Evaluasi proses (evaluasi formatif).
Evaluasi proses merupakan aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan di implementasikan untuk membantu menilai
efektivitas intervensi tersebut.
2. Evaluasi sumatif ( evaluasi hasil).
Evaluasi hasil merupakan perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna dengan menggunakan metode SOAP.
F. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan apakah
pasien sudah dapat dipindahkan dari satu tingkat perawatan yang lebih tinggi ke
tingkat perawatan yang dibawahnya. Pasien sering dipindahkan dari rumah sakit ke
rumah atau ke fasilitas perawatan rehabilitasi, atau bahkan ke sebuah panti jompo
(Shelby, 2010). Sesuai dengan pernyataan dari The Joiny Commission for
Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) proses perencanaan pulang pada
pasien dilakukan sedini mungkin untuk penentuan kebutuhan aktivitas pasien
(Swansburg, 2000). Perencanaan pulang secara optimal dimulai pada saat pasien
masuk. Elemen perencanaan pulang yang sukses harus mencakup sebagai berikut
(Baron, M., Erlenbusch, B., Moran, C.F., O’Connor, K., Rice, K., & Rodriguez,
2008):
1. Perencanaan pulang harus dimulai pada saat pasien masuk.
2. Mempergunakan alat pengkajian perencanaan pulang yang khusus sehingga
informasi yang diambil tidak semata-mata dari catatan pengakuan saja.
3. Merumuskan standard alat pengkajian yang berkisar pada pertanyaan-pertanyaan
prediksi seperti checklist gejala atau format lain yang bisa digunakan.
4. Memilih perencanaan pulang yang paling sesuai dengan pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. AM dengan Karsinoma Cervix Stadium II B


(inoperable) + Post kemoterapi Paxus Carboplatin VI seri + Pro Brakiterapi III + DM
Type II di Ruang Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
Tanggal 25 Juli 2023

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny A.M
Medikal Record : 00951265
Tanggal Lahir : 31 Mei 1971
Pendidikan :SMA
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Nama Suami : Tn. S
Pendidikan Suami : SMA
Pekerjaan Suami : Pensiunan
Alamat/ no telp : Jalan Raya Pemogan Gg. Anggrek No. 2
Denpasar/087760444947
Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2023
Diagnosa medis : Karsinoma Cervix Stadium II B (inoperable) + Post
kemoterapi Paxus Carboplatin VI seri + Pro Brakiterapi III +
DM Type II
II. Keluhan Utama
Pasien mengeluh kehitaman pada area kemaluan.
III. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien merupakan pasien dari Ruang Mahottama 3. Pasien mengatakan saat ini akan
dilakukan Tindakan brakiterapi yang ke 3.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Kemoterapi sebelumnya : kemoterapi Paxus Carboplatin VI seri tgl 24 maret
2023.
b. Penyakit yang pernah diderita :
Pasien mengatakan saat ini menderita kencing manis sejak tahun 2019.
c. Hospitalisasi :
Pasien mengatakan sebelum terdiagnosa Ca Serviks, pasien sempat dirawat di salah
satu rumah sakit di denpasar sekitar 4-5 tahun yang lalu dengan keluhan kecelakaan
yang menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas seperti sebelumnya, setelah itu
pasien terdeteksi memiliki penyakit Diabetes Mellitus. Pada bulan Oktober 2022,
pasien merasakan ada benjolan pada area kemaluan saat mandi, lalu pasien dating ke
dokter untuk memeriksakan benjolan tersebut. Setelah itu pasien dirujuk ke RS Bali
Royal Hospital untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Di RS Bali Royal Hospital
pasien diduga sudah terjadi keganasan sehingga di rujuk ke RSUP Prof. I.G.N.G
Ngoerah. Kemudian pada tanggal 14 November 2022 pasien, dilakukan pemeriksaan
Biopsi di RSUP Prof. I.G.N.G. Ngoerah, dengan hasil Biopsi: Histomorfologi
menunjukan suatu Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma. Kemudian pasien
MRS pada tanggal 18 November 2022 selama 2 hari untuk pemberian kemoterapi
series I. Pasien menyelesaikan kemoterapi 6 series di tanggal 24 Maret 2023.
Selanjutnya, pasien telah melakukan terapi penyinaran dengan radiasi external
sebanyak 25 kali dilanjutkan dengan terapi internal sebanyak 3 kali terhitung tanggal
8/7/2023, 17/7/2023, dan 25/7/023.
d. Operasi : Tidak ada
e. Injuri/ kecelakaan : Pernah
f. Alergi : Pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi
terhadap makanan, obat, debu dan dingin.

V. Riwayat Sosial
a. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien memiliki hubungan yang baik dengan
semua anggota keluarga.
b. Hubungan dalam masyarakat : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien aktif dalam
beraktivitas fisik (senam) di daerah tempat tinggalnya, namun saat ini pasien tidak
dapat lagi melakukan aktivitas tersebut karena peningkatan berat badan setelah sakit
dan juga sudah mudah lelah.

VI. Riwayat Keluarga


a. Sosial ekonomi : Pasien mengatakan mata pencahariannya sebagai instruktur senam,
namun sejak pasien sakit sudah berhenti bekerja. Pasien mempunyai asuransi BPJS
untuk membiayai perawatan di RS.
b. Lingkungan rumah : Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang padat.
c. Penyakit keluarga : Pasien mengatakan dalam keluarganya terdapat ayah pasien
mengalami diabetes. Pasien juga mengatakan bahwa tidak ada kasus kanker dari
keluarga terdahulunya.
d. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien

VII.Pola Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya murni karena penyakit medis.
Pasien mengatakan memanfaatkan pelayanan kesahatan untuk berobat jika sudah
merasa badan tidak sehat. Pasien juga meyakini dengan rutin mengkonsumsi ramuan
herbal yang diolah sendiri dapat mempercepat penyembuhan pasien.
b. Nutrisi (makanan dan cairan) :
1) Sebelum sakit
a) Antropometri :
BB : 64 kg, TB : 162 cm
BBI : (162-100) – (162-100) x 15%
: 62 – 9.3 = 52.7 kg
BB 64 64
IMT : = = = 24.4 kg/m2
TBXTB 1.62 X 1.62 2.62
b) Biokimia : -
c) Clinis :
Rambut hitam tipis, kulit elastis, stomatitis tidak ada, karies gigi tidak ada,
kekuatan otot baik, nafsu makan baik, mual muntah tidak ada.
d) Diet :
Pasien mampu menghabiskan tiap porsi makanan yang disajikan. Pasien
mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, Pasien minum
±2000 ml/hari.
e) Environment :
Pasien makan bersama keluarga, dalam suasana kebersamaan yang nyaman,
lingkungan di rumah pasien bersih, sehingga pasien makan dengan nyaman.
f) Fatigue : Pasien masih dapat beraktivitas sehari-hari dan tidak merasakan
kelelahan yang tidak hilang dengan istirahat.
2) Saat pengkajian
a) Antropometri :
BB : 72 kg, TB : 162 cm
BBI : (162-100) – (162-100) x 15%
: 62 – 9.3 = 52.7 kg
BB 72 72
IMT : = = = 27.48 kg/m2
TBXTB 1.62 X 1.62 2.62
b) Biokimia :
Hasil lab rutin tanggal : 25 Juli 2023
Trigliserida : 225 mg/dl (tinggi)
Cholesterol HDL : 33 mg/dl (rendah)
Hasil darah lengkap tanggal: 9 Juli 2023
HB : 13.8 g/dl
WBC : 5.56
HCT : 39.9%
PLT : 177
c) Clinis :
Muscle wasting ada, rambut hitam lurus, kulit elastis, stomatitis tidak ada,
karies gigi tidak ada, kekuatan otot baik, nafsu makan menurun, mual
muntah tidak ada.
d) Diet :
Pasien mendapatkan diet DM. 3 kali makanan utama diet, Pasien mampu
menghabiskan 1 porsi setiap porsi makanan yang diberikan.
Kebutuhan energi : 30-35 kkal/kgBB = 1680-1960 kkal/hari
Kebutuhan protein : 1.2-1.5 gr/kgBB = 67.2 – 84 gram/hari
Kebutuhan lemak : 20% x 1680-1960 = 336 – 392 kkal/hari
Kebutuhan karbohidrat : 65% x 1680-1960 = 1092 – 1.274 kkal/hari
e) Environment :
Pasien makan hanya ditemani oleh Suami pasien, pasien mengatakan
lingkungan dirumah sangat nyaman dan tenag.
f) Fatigue : Pasien saat masih bisa melakukan aktivitas dengan sendiri tanpa
bantuan orang lain.
g) Aktifitas :
c. Aktivitas
Penilaian Barthel Indeks
No Item Yang Skor Nila
Dinilai i
0 = Tidak Mampu
1 Makan 1 = Butuh Bantuan Memotong, Mengoles 2
Mentega
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung Orang Lain 1
1 = Mandiri
0 = Membutuhkan Bantuan Orang Lain
3 Perawatan 1 = Mandiri Dalam Perawatan 1
Diri Muka, Rambut, Gigi, Dan
Bercukur
0 = Tergantung Orang Lain
4 Berpakaia 1 = Sebagian Dibantu (Misal Mengancing 2
n Baju)
2 = Mandiri
0 = Inkontinensia Atau Pakai Kateter Dan
5 BAK Tidak Terkontrol 2
1 = Kadang Inkontinensia (Maks, 1x24
Jam)
2 = Kontinensia (Teratur Untuk Lebih Dari
7 Hari)
0 = Inkontinensia (Tidak Teratur Atau
6 BAB Perlu Enema) 2
1 = Kadang Inkontensia (Sekali Seminggu)
2 = Kontinensia (Teratur)
0 = Tergantung Bantuan Orang Lain
7 Penggu 1 = Membutuhkan Bantuan, Tapi Dapat 2
naan Melakukan Beberapa Hal Sendiri
Toilet 2 = Mandiri
0 = Tidak Mampu
8 Transfer 1 = Butuh Bantuan Untuk Bisa Duduk (2 3
Orang)
2 = Bantuan Kecil (1 Orang)
3 = Mandiri
0 = Immobile (Tidak Mampu)
1 = Menggunakan Kursi Roda
9 Mobilitas 2 = Berjalan Dengan Bantuan Satu Orang 3
3 = Mandiri (Meskipun
Menggunakan Alat Bantu
Seperti, Tongkat)
Naik 0 = Tidak Mampu
10 Turun 1 = Membutuhkan Bantuan (Alat Bantu) 2
Tangg 2 = Mandiri
a
TOTAL SKOR : Ketergantungan Sedang 20

1). Latihan
- Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit mampu secara bebas melakukan rentang
gerak, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tanpa bantuan
orang lain maupun alat bantu.
- Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit masih bisa melakukan aktivitas secara
mandiri tanpa bantuan keluarga.
d. Tidur dan istirahat :
1). Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa tidur selama selama 7 jam sehari,
mulai tidur pukul 23.00 dan bangun pukul 06.00. Pasien jarang tidur siang,
namun dapat tidur dengan nyenyak pada malam hari, dan bangun di pagi hari
dalam kondisi yang segar.
2). Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit biasa tidur selama selama 7 jam sehari, mulai
tidur pukul 23.00 dan bangun pukul 06.00.
e. Eliminasi :
1). BAB
Sebelum sakit dan saat sakit :
Pasien mengatakan rutin BAB 1x sehari, setiap pagi hari dengan konsistensi
lunak, bau khas feses dan Pasien jarang mengalami gangguan pencernaan
seperti diare atau konstipasi.
2). BAK
Sebelum sakit dan saat sakit :
Pasien mengatakan BAK kurang lebih 5-6 kali sehari, warna kuning jernih.
f. Pola peran dan hubungan :
Pasien mengatakan perannya sebagai istri dan sekaligus ibu dari 2 orang anaknya.
Pasien mengatakan hubungannya dengan anggota keluarga baik-baik saja.
g. Kognitif :
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya yang merupakan keganasan
pada cervix, yang memerlukan pengobatan brakiterapi. Pasien mengatakan tidak
memiliki gangguan pada fungsi panca indranya.
h. Konsep diri :
Citra diri : Pasien mengatakan masih bersyukur dengan semua bagian dari
tubuhnya
Identitas diri : Pasien mengatakan bernama Ny.A.M umur 52 tahun, berasal dari
Denpasar.
Peran diri : Pasien mengatakan merupakan seorang istri sekaligus Ibu dari 2 orang
anaknya.
Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
Harga diri : Pasien mengatakan tidak malu terhadap penyakitnya
i. Seksual dan Reproduksi :
Pasien mengatakan mengatakanterdapat luka lecet karena radiasi dan terdapat
hiperpigmentasi pada area vulpa.
j. Nilai dan Keyakinan :
Pasien beragama Islam , dan selama sakit pasien menjalankan sholat 5 waktu agar
kondisinya segera membaik.

VIII. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum : Baik.
Tingkat kesadaran : Composmentis, E4 V5M6
Tanda vital : Suhu : 36.5 o C, , Nadi : 104 kali/menit, RR: 16 kali/menit, TD :
120/70 mmHg, SO2 : 99.
b. Kepala :
Inspeksi : Bentuk kepala normocephalic, rambut hitam, penyebaran rambut merata,
kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Mata :
Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat edema pada
palpebra, , kornea anikterik, persebaran bulu mata merata, pupil isokor, refleks pupil
+/+
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
d. Telinga :
Inspeksi : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen , tidak
ada pengeluaran darah atau cairan, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu
pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Hidung :
Inspeksi : Hidung simetris, mukosa hidung lembab, tidak ditemukan adanya
sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung, mimisan tidak ada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada keempat sinus
f. Mulut :
Inspeksi : Gigi bersih, karies gigi (-), peradangan (-), pada pemeriksaan bibir,
Keadaan gusi dan gigi bersih, lidah bersih dan pada orofaring tidak terdapat
peradangan dan pembesaran tonsil.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g. Leher :
Inspeksi : Pada leher posisi trakea berada di tengah, simetris dan tidak ada
penyimpangan. Tidak ada pembesaran tiroid, Pasien dapat berbicara.
h. Dada :
1). Paru-paru :
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi dinding.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: Suara paru rhonchi -/-, wheezing -/-
2). Jantung :
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat di ICS 5
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi: Perkusi jantung pekak
Auskultasi: Suara jantung S1S2 Tunggal Reguler
i. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Perkusi abdomen timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus terdengar 25 x/menit
j. Genetalia : Tampak luka lecet pada area vulpa dan terlihat hiperpigmentasi pada area
vulpa
k. Ekstrimitas :
1). Atas
Inspeksi : tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak
ada clubing finger, muscle wasting ada.
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik
2). Bawah
Inspeksi : Kaki kanan dan kiri tidak ada lesi, tidak ada odema, tidak ada clubing
finger.
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
l. Neurologi : Pemeriksaan Nervus I-XII normal

IX. Pemeriksaan Diagnostik Penunjang


RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah :
-Biopsi Tgl 18 November2022
Histomorfologi menunjukan suatu Non Keratizing Sguamust cell Carsinoma
- Hasil Laboratorium tanggal 9 juli 20223
Parameter Hasil Satuan Batas normal Keterangan
Hasil DL
WBC 5.56 103/µL 4.1-11.0
RBC 4.70 103/µL 4.0-5,20 Rendah
Hb 13.80 g/dL 12.0-16.0 Rendah
HCT 39.90 % 36.0-46.0 Rendah
MCV 84.90 fL 80.0-100.0
MCH 29.40 pg 26.0-34.0
MCHC 34.60 g/dL 31-36
PLT 177 103/µL 140-440
RDW 12.20 % 11.6-14.8
MPV 9.80 fL 6.80-10.0
Neutrophil 3.75 103/µL 2.50-7.50
Limfosit 1.27 103/µL 1.00-4.00
monosit 0.49 103/µL 0.10-1.2
eusinofil 0.50 103/µL 0.00-0.50
Basophil 0.40 103/µL 0.0-0.1
Hasil Kimia Rutin
SGOT 42.00 U/L 5-34
SGPT 76.00 U/L 11.00-34.00
Albumin 3.00 g/dL 3.40-4.80 Rendah
BSA 115 mg/dL 70-140
BUN 10.8 mg/dL 8.00-23.00
Creatinin 0.61 mg/dL 0.57-1.11
e-LFG 104.23 ≥ 90
Kalium 4.06 mmol/L 3.50-5.10
Natrium 128 mmol/L 136-145 Rendah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Analisis Data
SIGN & SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : Pasien mengatakan pada area kemaluan Ca Serviks Gangguan
terdapat luka lecet karena gatal pasca integritas
radiasi Terapi modalitas kulit
DO : radioterapi
- Tampak luka lecet pada area vulva
- Terlihat hiperpigmentasi pada area Efek samping radiasi
vulva
Kerusakan jaringan
Luka dan hiperpigmentasi
pada area post radiasi

Gangguan Integritas
Kulit
DS : - Ca Serviks Risiko infeksi
DO :
- Pasien dilakukan pemasangan Terapi modalitas
aplikator untuk Tindakan brachiterapy radioterapi interna
(brachiterapy)

Prosedur invasive

Risiko infeksi
DS : Ca serviks Risiko
Pasien mengatakan saat ini sudah disfungsi
memasuki masa menopause seksual
DO : Terapi modalitas interna
(brachiterapy)

Penurunan cairan pelumas


vagina akibat radiasi

Risiko disfungsi seksual

II. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah :


1. Gangguan integritas kulit (D.0129) berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
dibuktikan dengan pasien mengatakan pada area luka terdapat luka lecet karena gatal
pasca radiasi, tampak luka lecet pada area vulva, terlihat hiperpigmentasi pada area vulva.
2. Risiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan efek prosedur invasive dibuktikan dengan
pasien dilakukan pemasangan aplikator untuk Tindakan brachiterapy.
3. Risiko disfungsi seksual (D.0072) berhubungan dengan keganasan
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Nama/
Keperawatan Kriteria Hasil TTD
1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
(D.0129) berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 3 jam, Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
efek samping terapi radiasi diharapkan Observasi
dibuktikan dengan pasien Luaran utama: Integritas kulit 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
mengatakan pada area luka (L.14125) meningkat, dengan kulit
terdapat luka lecet karena gatal kriteria hasil : Terapeutik
pasca radiasi, tampak luka lecet - Kerusakan lapisan 2. Bersihkan perineal dengan air hangat
kulit
pada area vulva, terlihat menurun 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hiperpigmentasi pada area - Pigmentasi abnormal menurun hipoalergik pada kulit sensitif
vulva. 4. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
kulit kering
Edukasi
5. Anjurkan minum air yang cukup
6. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
7. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
2 Risiko infeksi (D.0142) Setelah diberikan asuhan Intervensi utama:
berhubungan dengan efek keperawatan selama 1 x 3 jam Pencegahan infeksi (I.14539)
prosedur invasive dibuktikan diharapkan: Observasi:
dengan pasien dilakukan Luaran Utama: Tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
pemasangan aplikator untuk (L.14137) menurun sistemik
Tindakan brachiterapy. Dengan Kriteria Hasil : Terapeutik
- Kadar sel darah putih membaik 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
- Kemerahan menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
- Nyeri menurun 3. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
- Bengkak menurun beresiko tinggi
Edukasi :
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
3 Risiko disfungsi seksual Setelah diberikan asuhan Edukasi seksualitas
(D.0072) berhubungan dengan keperawatan selama 1x3 jam Tindakan
keganasan diharapkan: Observasi
Luaran Utama: Identitas seksual 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(L.03030) membaik menerima informasi
Kriteria hasil: Terapeutik
- Verbalisasi hubungan 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
harmonis Edukasi
- Pencarian dukungan sosial 3. Jelaskan perkembangan seksualitas
sepanjang siklus kehidupan
4. Jelaskan resiko tertular penyakit menular
seksual
D. IMPLEMENTASI
Hari/ tanggal/ No Tindakan keperawatan Evaluasi Nama
jam Diagnosa ttd
Selasa 1  Mengidentifikasi DS:
25/7/2023 penyebab gangguan - Pasien mengatakan
pukul 10.30 integritas kulit pada area
 Menganjurkan minum kemaluan masih
air yang cukup kehitaman
 Menganjurkan - Pasien mengatakan
meningkatkan asupan saat ini akan lebih
nutrisi banyak minum air
 menganjurkan putih
menghindari terpapar
suhu ekstrem DO :
- tampak kehitaman
pada daerah radiasi
- pasien dan
keluarga
menyimak
informasi yang
telah disampaikan
Selasa 2  Moemonitor tanda dan DS: pasien mengatakan
25/7/2023 gejala infeksi local dan saat ini tidak ada
pukul 11.30 sistemik demam, belum
merasakan nyeri atau
 Mencuci tangan sebelum bengkak pada area
dan sesudah kontak kemaluan karena masih
dengan pasien dan terasa efek bius
lingkungan pasien
 Mempertahankan DO :
Teknik aseptic pada - Pemasangan
aplikator
pasien beresiko tinggi
brachyterapi
 Menjelaskan tanda dan dilakukan dengan
gejala infeksi Teknik aseptic
 Mengajarkan cara - Perawat telaah
mencuci tangan dengan melaksanakan cuci
benar tangan sebelum
dan sesudah
 Menganjurkan kontak dengan
meningkatkan asupan pasien dan
cairan lingkungan pasien
- Pasien dan
keluarga
menyimak
informasi yang
telah disampaikan
Selasa 3  Mengidentifikasi DS:
25/7/2023 kesiapan dan - pasien mngatakan
pukul 11.30 kemampuan menerima saat ini sudah
memasuki masa
informasi
menopause
 Memberikan - suami pasien
kesempatan untuk mengatakan paham
bertanya terkait siklus
 Menjelaskan seksualitas yang
perkembangan terjadi pada
istrinya dan fokus
seksualitas sepanjang
terhadap
siklus kehidupan kesembuhan pasien
 Menjelaskan resiko
tertular penyakit DO :
menular seksual - pasien dan
keluarga terlihat
harmonis dan
saling mendukung
satu sama lain
- pasien dan
keluarga
menyimak terkait
informasi yang
diberikan oleh
perawat
E. EVALUASI
Tanggal, jam No Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
Selasa 1 S:
25/7/2023 - Pasien mengatakan pada area kemaluan
pukul 13.30 masih kehitaman
- Pasien mengatakan saat ini akan lebih
banyak minum air putih
O:
- tampak kehitaman pada daerah radiasi
- pasien dan keluarga menyimak informasi
yang telah disampaikan
A : Gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi dirumah
Selasa 2 S:
25/7/2023 - pasien mengatakan saat ini tidak ada
pukul 13.30 demam, belum merasakan nyeri atau
bengkak pada area kemaluan karena masih
terasa efek bius
O:
- Pemasangan aplikator brachyterapi
dilakukan dengan teknik aseptic
- Perawat telaah melaksanakan cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- WBC tanggal 9/7/2023 5,56 103/uL
A: Risiko infeksi teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
Selasa 3 S:
25/7/2023 - pasien mengatakan saat ini sudah memasuki
pukul 13.30 masa menopause
- suami pasien mengatakan paham terkait
siklus seksualitas yang terjadi pada istrinya
dan fokus terhadap kesembuhan pasien

O:
- pasien dan keluarga terlihat harmonis dan
saling mendukung satu sama lain
- pasien dan keluarga menyimak terkait
informasi yang diberikan oleh perawat
A: Risiko disfungsi seksual teratasi
P: Mempertahankan kondisi pasien
F. PERSIAPAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING)
No. Pertanyaan Tidak Jika ya, sertakan penjelasan
ya Keterangan
1. Umur > 65 tahun √
2. Bayi BBLR √
3. Tidak dapat mobilisasi √
4. Perlu bantuan medis dan √
keperawatan terus menerus?
5. Perlu bantuan melakukan √ Transportasi
kegiatan sehari-hari?
Adakah yang akan membantu √ Suami dan anak pasien
keperluan tersebut di atas?
6. Apakah pasien tinggal sendiri √
setelah keluar dari rumah sakit?
7. Apakah pasien menggunakan √
peralatan medis di rumah setelah
keluar rumah sakit (cateter,
NGT, double lumen, oksigen)?
8. Apakah pasien memerlukan alat √
bantu setelah keluar dari rumah
sakit (tongkat, kursi roda,
walker, dll)?
9. Apakah memerlukan bantuan / √
perawatan khusus di rumah
setelah keluar rumah sakit
(homecare, home visit)?
10. Apakah pasien bermasalah √ Transportasi
dalam memenuhi kebutuhan
pribadinya setelah keluar dari
rumah sakit (makan, minum,
toileting, dll)?
11. Apakah pasien memiliki nyeri √
kronis dan kelelahan setelah
keluar dari rumah sakit?
12. Apakah pasien dan keluarga √ Follow up / kontrol ke poli
memerlukan edukasi kesehatan oncology terkait evaluasi progress
setelah keluar dari rumah sakit penyembuhan kanker. Follow up /
(obat - obatan, nyeri, diit, control ke poli endokrin terkait
mencari pertolongan, follow up, pengobatan DM Type II
dll)?
13. Apakah pasien dan keluarga √ Injeksi Lantus
memerlukan ketrampilan khusus
setelah keluar dari rumah sakit
(perawatan luka, injeksi,
perawatan bayi, dll)?
Adakah yang akan membantu Suami dan anak pasien
keperluan tersebut di atas?
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian dari kasus NY. A.M. didapatkan data pasien
mengeluh kehitaman dan kulit kering pada kemaluan, riwayat pasien post
Kemoterapi Paxus Carbo seri VI (24/03/2023) hari ini rencana Brakiterapi yang ke 3.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kerusakan lapisan kulit berupa kulit hitam, kering
dan mengelupas pada area radiasi ini merupakan efek samping dari pemberian
modalitas radiotherapy/ radiasi pada pasien kanker berupa eritema, deskuamasi,
kering dan basah.
Saat pengkajian diperoleh adanya masalah seksualitas yang dialami pasien.
Dimana pasien mengatakan melakukan hubungan seksual dengan hati-hati dan
kadang merasa kurang bergairah dan aktifitas seksual berubah. The American
Psychiatric Association juga mendefinisikan gangguan seksual pada pasien kanker
serviks, antara lain mencakup minat atau gairah seksual, masalah orgasme, dan nyeri
penetrasi. Adanya disfungsi seksual dapat memengaruhi kesejahteraan, baik fisik
maupun psikologis pada pasien (Subagya et al., 2022).
Pada pasien dengan brakhiterapi dilakukan pemasangan aplikator di area
kanker. Upaya dan perawatan pada pasien kanker dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering timbul pada pasien kanker
adalah infeksi, terutama pada pengidap kanker stadium lanjut (Aguadoa et al., 2017).
Salah satu pengendalian infeksi pada pasien kanker yaitu kebersihan tangan dan
prinsip diet (Hanggoro Putro et al., 2023).

B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian dan data yang dikumpulkan pada kasus ini dirumuskan tiga
diagnosa hal ini disebabkan oleh respon pasien, maka dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan yang didasarkan pada SDKI, SLKI, dan SIKI yaitu sebagai berikut
1. Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit, berhubungan dengan efek samping radiasi dibuktikan
dengan kerusakan lapisan kulit, Kondisi kulit tampak hitam, kering dan mengelupas
pada area radiasi. Berbagai perubahan disebabkan perubahan vaskuler pada kulit
yang terkena radiasi saat pemberian brachytherapy, yaitu atropi vagina serta ada
keluhan vagina menjadi kering dan nyeri saat berhubungan seksual (Erfina et al.,
2010).

2. Risiko infeksi
Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive dibuktikan dengan
pasien dilakukan pemasangan aplikator untuk Tindakan brachiterapy. Infeksi ini
terjadi akibat kekurangan protein dan zat gizi lainnya, serta penekanan sistem imun
yang sering terjadi setelah pengobatan konvensional. Komplikasi infeksi terus
menjadi salah satu penyebab utama kematian pada pasien kanker (Freifeld and
Kaul, 2020). Tindakan yang berhubungan dengan terjadinya infeksi pada pasien
kanker, di antaranya yaitu pemasangan kateter vena sentral, tindakan transfusi
darah, kemoterapi, antibiotik, pemberian cairan, infus sel punca, nutrisi parenteral
total, pembedahan maupun radiasi (Zakhour, Chaftari and Raad, 2016).
3. Risiko disfungsi seksual
Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh, dibuktikan
dengan pasien mengatakan melakukan hubungan seksual dengan hati-hati dan
kadang merasa kurang bergairah dan aktifitas seksual berubah. Kanker dan
pengobatannya dapat secara langsung mengakibatkan disfungsi seksual. Pasien
dengan kanker serviks akan menjalani beberapa pengobatan, antara lain
kemoterapi, radioterapi, pembedahan atau kemoradioterapi yang dilakukan secara
bersamaan. Adanya pengobatan ini dapat menurunkan fungsi ovarium sehingga
pasien akan mengalami berbagai gangguan seksual, seperti pengurangan lubrikasi
selama berhubungan seksual, hasrat seksual rendah, dan tidak ada gairah untuk
memulai hubungan seksual.

C. PERENCANAAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya nafas (adanya massa paru dextra) dibuktikan dengan pasien
mengatakan merasa sesak, sesak membaik dengan posisi duduk, RR: 34 kali/menit,
SO2 : 96% dengan O2 NRM 10 lpm, ekspirasi memanjang, Pola nafas hiperventilasi
(cepat dan dalam), terdapat retraksi dinding dada, suara paru rhonchi +/+, wheezing
+/+, maka penulis merumuskan tujuan asuhan keperawatan yaitu setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola nafas membaik dengan
kriteria hasil dispnea menurun, pemanjangan fase ekspirasi menurun, frekuensi nafas
membaik (18-20 kali/menit), dan kedalaman nafas membaik.
Pola nafas tidak efektif yang disebabkan oleh sesak nafas (dispneu) menyebabkan
masalah pada salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.
Penatalaksanaan untuk mengatasi oksigenasi pada kanker paru secara garis besar ada
dua yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis (Pramana, 2015). Salah satu
penatalaksanaan non farmakologis pada pasien kanker paru diberikan latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise (PLBE) dan Progressive Muscle Relaxation
(PMR). Pursed Lip Breathing Exercise adalah pernafasan menggunakan bibir yang
dapat memperlambat ekspirasi, mencegah kolaps paru, mengendalikan frekuensi nafas
ke dalam pernafasan dan meningkatkan oksigen dalam hemoglobin (Smeltzer & Bare,
2013). Progressive Muscle Relaxation adalah terapi relaksasi otot dengan melibatkan
ketegangan dan relaksasi otot skeletal utama dengan tujuan mengurangi perasaan
ketegangan, menurunkan stress yang dirasakan dan mendorong relaksasi. Kombinasi
pursed lip breathing exercise dan progressive muscle relaxation dapat meningkatkan
saturasi oksigen dan tingkat relaksasi (Dinaryanti, 2019). Hal ini sejalan dengan study
yang dilakukan oleh Alfianita (2021) dengan hasil studi menunjukkan pengelolaan
asuhan keperawatann pada pasien Ca Paru dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
selama 6 hari implementasi saturasi oksigen yang awalnya 94% setelah diberikan
tindakan meningkat menjadi 98%. Kesimpulan pemberian latihan kombinasi Pursed
Lip Breathing Exercise (PLBE) dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) efektif
untuk meningkatkan saturasi oksigen dan meningkatkan relaksasi pada pasien kanker
paru yang mengalami sesak nafas.
Diagnosa keperawatan yang ke-2 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (neoplasma) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri dada kanan
hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri bertambah
saat menarik nafas, membaik dengan posisi duduk, nyeri skala 4 (0-10) dengan NRS,
pasien tampak meringis, nadi : 104 kali/menit, maka penulis merumuskan tujuan
asuhan keperawatan yaitu setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, frekuensi nadi membaik (100-120 kali/menit), pola napas membaik
(18-24 kali/menit).
Intervensi utama yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Nyeri Akut pada
pasien berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah
Manajemen Nyeri. Penatalaksanaan nyeri pada pasien dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Tindakan nonfarmakologis yang merupakan
tindakan mandiri keperawatan antara lain berupa pemberian relaksasi, salah satu
relaksasi yaitu dengan terapi Benson (Sunaryo & Lestari, 2014).
Terapi Relaksasi benson merupakan suatu teknik relaksasi yang digabungkan
dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Kata atau kalimat tertentu yang dibaca
berulang-ulang dengan melibatkan unsur keimanan dan keyakinan. Ungkapan yang
dipakai dapat berupa Tuhan atau kata – kata lain yang memiliki makna menenangkan
bagi pasien (Benson & Proctor, 2011).
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan dan menunjukkan bahwa relaksasi
benson efektif dalam mengatasi masalah kesehatan pasien. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa relaksasi benson bekerja dengan cara menghambat aktivitas saraf
simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis. Penelitian menyatakan bahwa
relaksasi benson dapat mempercepat kesembuhan pasien sehingga menghemat biaya
perawatan. Relaksasi benson bukanlah terapi alternatif yang menggantikan pengobatan
medis, tetapi merupakan terapi komplementer yaitu sebagai pelengkap yang harus
digunakan bersamaan dengan pengobatan medis standar. Berdasarkan analisa dari 10
artikel tentang manfaat relaksasi benson didapatkan hasil bahwa relaksasi benson
efektif dalam mengatasi masalah keperawatan yaitu nyeri, kecemasan, fatigue, stress
dan depresi, gangguan tidur, kepatuhan diet dan kualitas hidup pasien (Mustika et al.,
2019).
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut
pada pasien Tn. WS, selain melakukan kolaborasi pemberian terapi farmakologis dari
dokter, penulis juga memberikan intervensi mandiri keperawatan melalui relaksasi
Benson.

Diagnosa keperawatan yang ke-3 adalah Defisit nutrisi berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (keengganan untuk makan,
mual) dibuktikan dengan pasien mengatakan nafsu makan menurun, pasien mengeluh
mual setelah pemberian kemoterapi, muntah tidak ada, pasien hanya mampu
menghabiskan 1/2 porsi makanan yang diberikan, pasien mengalami penurunan BB 8
kg (12.5%) dalam 2 bulan terakhir, BB awal 64 kg, BB saat ini : 56 kg dengan TB :
178 cm, IMT : 17.72 kg/m2 (Berat badan kurang / Underweight), Hb : 10.0 g/dL,
Albumin : 2.95 g/dL, maka penulis merumuskan tujuan asuhan keperawatan yaitu
setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Defisit nutrisi
membaik dengan kriteria hasil porsi makan yang dihabiskan meningkat, nafsu makan
membaik, keluhan mual menurun , berat badan membaik, IMT membaik (18.5-25.0),
Hb membaik ( > 10 g/dL), Albumin membaik (3.40-4.80) g/dL.
Intervensi utama yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisit nutrisi berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (PPNI, 2018) yaitu manajemen
nutrisi. Pada pasien Tn. WS, selain akibat proses penyakit, terjadinya penurunan nafsu
makan pasien juga disebabkan oleh karena faktor psikologis (keengganan untuk makan
dan mual). Mual yang dirasakan pasca pemberian kemoterapi, dimana mual yang
dialami pasien merupakan reaksi efek samping lambat, dimana salah satu tindakannya
adalah memberikan atau mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk membantu
mengatasi keluhan mual pasien.
Salah satu teknik nonfarmakologi yang dapat mengurangi sensasi mual adalah
dengan memberikan akupresure di titik P6. Lokasi penekanan pada titik P6 berada pada
tiga jari diatas pergelangan tangan pasien. Akupresur pada titik P6 diberikan selama
tiga menit setiap enam jam sekali selama tiga hari berturut-turut. Setelah pemberian
akupresur pada titik P6 selam tiga hari berturut-turut, didapatkan hasil pada hari ketiga
pasien merasa keluhan mual sudah jauh berkurang dan sudah mampu menghabiskan 1
porsi makanan.
Berdasarkan hasil penelitian Trijayanti, dkk., (2016) dari hasil pencatatan asupan
makanan pada pasien post kemoterapi selama 3 hari didapatkan bahwa 100% subjek
penelitian mengalami penurunan asupan makan setelah melakukan kemoterapi. Subjek
dengan asupan makan rendah sebanyak 20 orang (69%). Diet Tinggi Energi Tinggi
Protein (TKTP) adalah diet yang mengadung energi dan protein diatas kebutuhan
normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah dengan bahan makanan
sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging (Rahmawati, 2013). Asupan energi
diperoleh dari konsumsi makanan seseorang sehari-hari untuk menutupi pengeluaran
energi, baik orang sakit maupun orang sehat, konsumsi pangan harus mengandung
energi yang cukup sesuai dengan kebutuhannya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Edukasi yang diberikan yakni konsultasi gizi dilakukan pada pasien dan keluarga
pasien dengan lama waktu selama kurang lebih lima belas menit, materi yang diberikan
yaitu mengenai diet tinggi kalori tinggi protein dan sedikit materi tentang makanan
yang mengadung zat besi untuk pasien agar pasien mengetahui makanan apa saja yang
baik dikonsumsi disaat Hb rendah, dan menunjukkan adanya respon yang baik yaitu
dibuktikan dengan tanya jawab antara pasien dan suami pasien dengan konselor
mengenai makanan apa saja yang boleh dikonsumsi oleh pasien yang berkaitan dengan
kondisi pasien.
Diagnosa keperawatan yang ke-4 adalah Keletihan berhubungan dengan kondisi
fisiologis (penyakit kronis, sesak, malnutrisi) dibuktikan dengan pasien merasa lemas,
cepat lelah dan merasakan kelelahan yang tidak hilang dengan istirahat, pasien saat ini
hanya beraktivitas di tempat tidur karena kondisi sesak dan lemas, pasien tampak lesu,
pasien tampak pucat, Hb : 10.0 g/dL, maka penulis merumuskan tujuan asuhan
keperawatan yaitu setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil : kemampuan melakukan
aktivitas rutin meningkat, verbalisasi lelah menurun, lesu menurun, selera makan
membaik, Hb membaik (>10 gr/dl), pucat menurun. Intervensi utama yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah keletiham berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) (PPNI, 2018) yaitu manajemen energi. Masalah
keletihan dalam hal ini juga berkaitan dengan kondisi sesak, nyeri dan malnutrisi yang
dialami oleh pasien Tn.WS, sehingga dalam intervensinya selain melakukan latihan
rentang gerak pasif atau aktif, menjurkan melakukan aktifitas secara bertahap,
mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan juga termasuk memperbaiki
pola nafas pasien, masalah nyeri dan status nutrisi pasien.
Diagnosa keperawatan yang ke-5 adalah Ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap kematian dibuktikan dengan Pasien mengeluh merasa khawatir dengan
kondisinya saat ini, takut sewaktu-waktu harus meninggalkan keluarganya untuk
selamanya, pasien tampak tegang, sulit untuk tidur, nadi : 104 kali/menit, maka penulis
merumuskan tujuan asuhan keperawatan yaitu setelah diberikan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan Tingkat Ansietas menurun dengan kriteria hasil :
verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun, perilaku tegang menurun,
frekuensi nadi membaik (80-100 kali/menit). Intervensi utama yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah keletiham berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) (PPNI, 2018) yaitu reduksi ansietas. Penderita kanker paru akan
mengalami dampak biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Respon psikologis yang
dialami penderita kanker paru bervariasi. Penderita akan bosan dengan program
pengobatan kanker paru yang lama serta cemas terhadap keadaan penyakitnya. Salah
satu intervensi untuk mengatasi ansietas adalah dengan teknik relaksasi Benson dan
distraksi hipnosis 5 jari.
Terapi Benson merupakan salah satu teknik relaksasi. Relaksasi merupakan suatu
metode atau cara yang dapat dilakukan kepada pasien dengan cara melepaskan rasa
ketegangan, kecemasan dan stress yang dialami oleh pasien, pasien akan mengalihkan
rasa cemasnya setelah melakukan teknik relaksasi. Setelah dilakukan teknik relaksasi
terjadi gejala penurunan kecemasan yang dirasakan pasien. Relaksasi akan bekerja
dengan cara menghambat aktifitas saraf simpatis yang dapat menurunkan konsumsi
oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga
menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Sehingga terapi benson ini dapat
menurunkan nyeri, kecemasan, dan menghilangkan insomnia (Raudatul, dkk., 2016).
Hal ini didukung oleh penelitian berikutnya oleh Solehati dan Cecep (2015), mereka
mengungkapkan bahwa terapi benson ini dapat menurunkan kecemasan, yaitu dengan
cara melakukan teknik terapi benson, dengan cara tarik nafas dalam pada pasien kanker
di RS Cibabat Cimahi yang menyimpulkan bahwa teknik relaksasi benson dapat
menurunkan kecemasan pasien kanker. Terapi benson merupakan pilihan yang dapat
dipilih karena merupakan salah satu terapi yang sederhana, mudah pelaksanaannya, dan
tidak memerlukan banyak biaya. Terapi ini merupakan penggabungan antara teknik
relaksasi dengan sistem keyakinan individu atau difokuskan pada ungkapan tertentu
berupa nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki makna menenangkan bagi klien itu
sendiri, yang diucapkan secara berulang-ulang dengan ritme teratur disertai sikap
pasrah (Raudatul, dkk., 2016).
Penggunaan hipnosis lima jari adalah seni komunikasi verbal yang bertujuan
membawa gelombang pikiran subjek menuju trance (gelombang alpha/theta)
(Evangelista dkk, 2016) dikenal juga dengan menghipnosis diri yang bertujuan untuk
pemograman diri, menghilangkan kecemasan dengan melibatkan saraf parasimpatis
dan akan menurunkan peningkatan kerja jantung, pernafasan, tekanan darah, kelenjar
keringat (Kozier, 2010). Hipnosis 5 jari adalah salah satu bentuk self hipnosis yang
dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi sehingga akan mengurangi ketegangan
dan stres, ansietas dan pikiran seseorang Pada dasarnya hipnosis 5 jari ini mirip dengan
hipnosis pada umumnya yaitu dengan menidurkan klien (tidur hipnotik) tetapi teknik
lebih efektif untuk relaksasi diri sendiri dan waktu yang dilakukan sekitar 10 menit
(Jenita, 2011) Penelitian yang dilakukan Slametiningsih (2018) yang dilakukan kepada
28 responden dengan ansietas di Puskesmas Keluarga Pademangan Barat I Jakarta
Utara didapatkan setelah dilakukan self hypnosis dapat berhasil menurunkan tingkat
ansietas dari 85,7% dengan ansietas ringan dan 14,3% dengan ansietas sedang, setelah
diberikan self hypnosis terdapat penurunan tingkat ansietas sekitar 42,9% dengan
ansietas ringan dan 7,1% dengan ansietas sedang. Diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan Banon (2014) di Kelurahan Pisangan Timur Jakarta Timur melaporkan hasil
penelitian bahwa hipnosis lima jari menurunkan ansietas. Peran keluarga juga sangat
penting dalam mengatasi ansietas pada pasien kanker. Dalam hal ini diperlukan
kehadiran dan dukungan dari orang yang berarti bagi pasien dalam melewati masa-
masa sulit yang dihadapi pasien.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.
Pasien yang berada pada stadium lanjut dan mengalami metastase memerlukan
perawatan yang komprehensif dan pasien dengan kondisi ini perawatannya lebih ke
arah palliative care. Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan
oleh perawat profesional. Informasi tentang kanker dan pengobatan yang komprehensif
sangat penting bagi penderita kanker dalam mengambil keputusan terutama berkaitan
dengan efek samping pengobatan yang akan dijalani.
Tujuan utama penatalaksaan keperawatan pasien paliatif (End of Life) adalah
dicapainya kematian yang bermartabat. Progeresifitas kanker memerlukan perawatan
yang komprehensif yaitu perawatan pada ujung akhir kehidupan (end of life). Pada
kondisi ini, pasien tidak hanya membutuhkan obat tetapi dia membutuhkan support
emosional dan spiritual dari keluarga dan orang orang terdekat.
Komunikasi antara dokter dan petugas kesehatan lain dengan pasien dan keluarga
serta antara pasien dan keluarga merupakan hal yang penting dalam perawatan paliatif.
Pasien adalah pribadi yang harus dihargai haknya untuk mengetahui atau tidak
mengatahui kondisi penyakitnya. Pasien juga merupakan individu yang berhak
menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya jika pasien masih memilki
kompetensi untuk membuat keputusan. Pada fase akhir kehidupan banyak pasien yang
tidak lagi mampu membuat keputusan, sehingga pembicaraan tentang apa yang akan
atau tidak dilakukan sebaiknya diputuskan pada saat pasien masih memiliki kesadaran
penuh. Walaupun demikian keluarga tetap dapat dilibatkan dalam pengambilan
keputusan. Dalam menyampaikan “Berita Buruk”, hal hal berikut ini harus
diperhatikan: Apa, sejauh mana, kapan, dengan siapa dan bagaimana cara
menyampaikan berita tersebut. Dalam hal ini, dokter dan petugas kesehatan lain harus
memperhatikan kultur yang dianut pasien dan keluarga.
Meningkatnya kualitas hidup pasien kanker merupakan indikator keberhasilan
pelayanan paliatif. Dalam penatalaksanaan gejala, perlu diperhatikan hal berikut seperti
evaluasi terhadap gejala yang muncul, penjelasan terhadap penyebab keluhan yang
muncul sangat bermanfaat untuk mengurangi kecemasan pasien. Jika dokter tidak
menjelaskan, mungkin pasien bertambah cemas karena menganggap dokter tidak tahu
apa yang telah terjadi dalam dirinya, diskusikan dengan pasien pilihan pengobatan
yang ada, hasil yang dapat dicapai dengan pilihan yang tersedia, pemeriksaan yang
diperlukan, dan apa yang akan terjadi jika tidak dilakukan pengobatan. Walaupun
gejala yang ada tidak dapat diatasi penyebabnya, mengatasi keluhan secara simtomatis
dengan memperhatikan hal hal kecil sangat bermanfaat (misalnya jika operasi,
kemoterapi atau radiasi pada kanker esofagus tidak dapat lagi diberikan, pengobatan
untuk jamur di mulut akan bermafaat bagi pasien).
Pada pelayanan paliatif, pasien memiliki peran yang penting dalam membuat
keputusan yang akan diambil. Tujuan pelayanan paliatif bagi setiap pasien berbeda dan
dibuat dengan memperhatikan hal yang ingin dicapai oleh pasien bila memungkinkan,
hal ini biasanya disampaikan dalam bentuk fungsi tubuh misalnya Aku ingin bisa
melakukan….atau kejadian penting misalnya Aku ingin melihat anakku menikah.
Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup,
menghilangkan nyeri dan gejala lain, , memberikan dukungan psikososial dan spiritual
serta memberikan dukungan kepada keluarga selama pasien sakit dan selama masa
dukacita.

E. PERSIAPAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING)


Pasien tinggal dirumah bersama istri dan 2 orang anak pasien, beberapa aktivitas
sehari-hari belum bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien seperti mandi, menyiapkan
makanan, dan transportasi, hal ini akan dibantu oleh istri dan anak pasien. Keluarga
perlu menyiapkan oksigen jika sewaktu-waktu diperlukan saat SO2 < 95% dengan
oksimetri. Keluarga pasien perlu menyiapkan kursi roda karena pasien masih
memerlukan kursi roda selama masih ada sesak dan lemas. Saat ini keluarga sudah
mempunyai kursi roda pribadi. Edukasi pasien terkait follow up / kontrol ke poli paru,
latihan kombinasi pursed lip breathing exercise dan progressive muscle relaxation
untuk mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi oksigen, latihan Relaksasi Benson
dan distraksi hipnosis 5 jari untuk mengurangi masalah nyeri, keletihan, maupun
masalah psikologis seperti kecemasan, pengelolaan aktivitas dan latihan untuk masalah
sesak dan keletihan, pemenuhan nutrisi dan penatalaksanaan nyeri di rumah.

a. Langkah-langkah latihan kombinasi pursed lip breathing exercise dan progressive


muscle relaxation :
1). Posisikan tubuh pada posisi senyaman mungkin, umunya dilakukan dengan
duduk tegak atau berbaring
2). Hirup udara melalui hidung secara perlahan dalam waktu 2 detik
3). Hembuskan napas melalui mulut dengan membentuk bibir seperti gerakan
meniup. Hembuskan napas perlahan selama 4 sampai 6 detik
4). Ulangi pernapasan beberapa kali
5). Dahi
- Kerutkan otot di dahi dan tahan selama 15 detik. Rasakan otot di dahi
menjadi lebih kencang dan tegang.
- Kemudian, lepaskan tegangan di dahi secara perlahan sambil menghitung
selama 30 detik. Perhatikan perbedaan sensasi otot saat Anda mulai
mencoba rileks.
- Terus lepaskan tegangan sampai dahi terasa benar-benar terasa rileks.
Bernapaslah dengan perlahan dan teratur.
6). Rahang
- Kencangkan otot-otot di rahang dengan cara mengatupnya dan tahan selama
15 detik.
- Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan sambil menghitung selama
30 detik.
- Perhatikan sensasi rileks yang muncul dan lanjutkan bernapas dengan
perlahan
7). Leher dan bahu
- Tingkatkan tegangan di leher dan bahu dengan mengangkat bahu ke arah
telinga. Tahan selama 15 detik.
- Lepaskan tegangan secara perlahan sembari menghitung selama 30 detik
- Perhatikan sensasi rileks yang muncul
8). Lengan dan tangan
- Dengan perlahan, tarik kepalan tangan ke dada dan tahan selama 15 detik.
Remas sekencang mungkin.
- Kemudian, lepaskan secara perlahan sambil menghitung selama 30 detik
- Perhatikan sensasi rileks yang muncul
9). Bokong
- Secara perlahan, berikan tegangan di bokong selama 15 detik
- Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan selama 30 detik
- Perhatikan sensasi rileks yang muncul dan lanjutkan bernapas perlahan
10). Kaki bagian atas
- Secara perlahan, berikan tegangan di paha depan dan betis selama 15 detik.
Kencangkan otot ini sekuat yang Anda bisa.
- Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan selama 30 detik.
- Perhatikan sensasi rileks yang muncul.
11). Kaki bagian bawah
- Berikan ketegangan di kaki bagian bawah dan jari kaki dengan perlahan.
Kencangkan otot-otot di bagian ini sekuat yang Anda bisa.
- Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan sambil menghitung selama
30 detik
- Perhatikan sensasi rileks yang muncul dan lanjutkan bernapas dengan
perlahan

b. Langkah-langkah Relaksasi Benson


1). Pilihlah salah satu ungkapan singkat yang mencerminkan keyakinan pasien.
Anjurkan pasien untuk memilih kata atau ungkapan yang memiliki arti khusus
bagi pasien. Fungsi ungkapan ini dapat mengaktifkan keyakinan pasien dan
meningkatkan keinginan pasien untuk menggunakan teknik tersebut.
2). Jangan memaksa pasien untuk menggunakan ungkapan-ungkapan yang dipilih
oleh perawat
3). Atur posisi pasien senyaman mungkin. Mintalah pasien untuk menunjukkan
posisi yang diinginkan pasien untuk melakukan terapi Relaksasi Benson.
4). Pengaturan posisi dapat dilakukan dengan cara duduk, berlutut, ataupun tiduran,
selama tidak mengganggu pikiran pasien.
5). Pikiran pasien jangan sampai terganggu oleh apapun termasuk karena adanya
salah posisi yang tidak nyaman yang mengakibatkan pasien manjadi tidak fokus
pada intervensi
6). Anjurkan dan bimbing pasien untuk memejamkan mata sewajarnya
7). Anjurkan untuk menghindari menutup mata kuat-kuat
8). Tindakan menutup mata dilakukan dengan wajar dan tidak mengeluarkan
banyak tenaga
9). Anjurkan pasien untuk melemaskan otot-ototnya :
10). Bimbinglah dan mulailah pasien untuk melemaskan otot-ototnya mulai dari
kaki, betis, paha sampai dengan perut pasien
11). Anjurkan pasien untuk melemaskan kepala, leher, dan pundak dengan
memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan
12). Untuk lengan dan tangan, anjurkan pasien untuk mengulurkan kedua
tangannya, kemudian mengendurkan otot-otot tangannya, dan biarkan terkulai
wajar di pangkuan.
13). Anjurkan pasien untuk tidak memegang lutut, kaki atau mengaitkan kedua
tangannya dengan erat.
14). Anjurkan pasien untuk menarik napas mulai hidung secara perlahan,
pusatkan kesadaran pasien pada pengembangan perut, tahanlah napas sebentar
sampai hitungan ketiga
15). Setelah hitungan ketiga keluarkan napas melalui mulut secara perlahan-
lahan (posisi mulut seperti bersiul) sambil mengucapkan ungkapan yang telah
dipilih pasien dan diulang-ulang dalam hati selama mengeluarkan napas
tersebut
16). Anjurkan pasien untuk mempertahankan sifat pasif. Sifat pasif merupakan
aspek penting dalam membangkitkan respons relaksasi, anjurkan pasien untuk
tetap berpikir tenang
17). Saat melakukan teknik relaksasi, seringkali berbagai macam pikiran datang
mengganggu konsentrasi pasien. Oleh karena itu, anjurkan pasien untuk tidak
mempedulikannya dan bersikap pasif.
18). Lanjutkan intervensi Relaksasi benson untuk jangka waktu tertentu. Teknik
ini cukup dilakukan selama ± 15 menit.
19). Lakukan teknik ini dengan frekuensi dua kali sehari sampai pasien
mengatakan tidak nyeri atau cemas lagi.

c. Langkah-langkah distraksi hipnosis 5 jari


1). Anjurkan klien untuk mengatur posisi senyaman mungkin
2). Mainkan musik relaksasi.
3). Instruksikan klien untuk melakukan relaksasi napas dalam dengan menghirup
udara melalui hidung, tahan selama 3 detik lalu hembuskan melalui mulut.
Lakukan selama 1 menit dengan memejamkan mata.
4). Satukan ibu jari dengan telunjuk dan bayangkan saat anda berada di keadaan
sehat.
5). Satukan ibu jari dengan jari tengah dan bayangkan orangorang yang anda
sayangi.
6). Satukan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan saat anda mendapatkan
pujian atau penghargaan.
7). Satukan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan anda berada di tempat yang
indah dan ingin dikunjungi.
8). Pada hitungan ketiga, anda akan terbangun dalam kondisi yang sangat segar,
lebih segar dari sebelumnya. Satu...dua...tiga... bangun dan buka mata anda.
9). Matikan tape recorder atau alat yang digunakan untuk memutar
musik relaksasi

d. Apa saja bahan sumber makanan yang dapat dikonsumsi di rumah?


1). Sumber Protein :
Hewani : daging, ayam, ikan, telur, susu
Nabati : tahu, tempe, kacang kedele, kacang-kacangan
2). Sumber Makanan Pokok
Nasi, roti, kentang, pasta, spaghetti, mie, bihun
3). Sumber Gula
Gula, madu, makanan manis
4). Sumber Lemak
Jenuh : lemak hewan, susu full cream
Tidak Jenuh : minyak dari ikan, minyak sayur
5). Sumber Vitamin : Buah dan sayur

e. Bagaimana tatalaksana gangguan pemenuhan nutrisi yang dapat dilakukan?


1). Selera makan berkurang
- Porsi kecil, sering
- Snack padat kalori
- Makanan favorit
- Makan bersama
- Minum tidak bersamaan dengan makan
2). Lemah
- Menerima usaha meningkatkan asupan
- Pemberian makanan padat kalori
3). Mual :
- Mencari udara segar
- Makanan dingin atau suhu kamar sehingga mengurangi bau pada makanan
panas
- Porsi kecil tapi sering
- Hindari makanan berminyak
- Jagalah kepala tetap tegak saat makan
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu dareah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama. Penatalaksanaan kanker serviks
dinamakan terapi modalitas kanker yang terdiri pembedahan, kemoterapi, dan
radioterapi. Berdasarkan analisa masalah didapatkan masalah gangguan integritas kulit,
resiko infeksi, resiko disfungsi seksual. Secara umum penderita kanker serviks yang
menjalani terapi modalitas radioterapi akan mengalami kulit kering dan berwarna
kehitaman pada area yang terkena radiasi. Diagnosa keperawatan gangguan integritas
kulit dijadikan diagnosa prioritas. Penatalaksanaan pasien diberikan dengan
mengedukasi pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien di rumah pasca terapi
modalitas radioterapi.
5.2. SARAN
Outcome pada kasus Ny. AM dengan diagnosa Karsinoma Cervix Stadium II B
(inoperable) + Post kemoterapi Paxus Carboplatin VI seri + Pro Brakiterapi III + DM
Type II dengan gangguan integritas kulit akan memberikan usulan pada keperawatan
kanker sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pasien dengan kanker.
2. Meningkatkan edukasi perawatan kulit di rumah pasca terapi modalitas radioterapi
kepada pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan knowledge dan skill dalam melakukan asuhan keperawatan onkologi
dengan perawatan terapi modalitas radioterapi sehingga menjadi perawat onkologi
yang kompeten.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM.

Budiono, dkk. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Brunner, and S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta:
EGC.

Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati.

Endang Purwoastuti, and E. S. M. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi
Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Kemenkes. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Penyakit
Kanker.

Kemenkes. (2018). Data dan Informasi :Profil Kesehatan Indonesia 2017.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

M.F. Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia Publishing.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta:
EGC.

Putri, Gustri. (2022). Wanita Beresiko Terkena Kanker. Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan-Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses 26 Juli 2023 dari
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/389/wanita-beresiko-terkena-kanker-serviks

Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Edisi 18
Volume 1. Jakarta: EGC.

S. Ariani. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana Medika.


Khrisnamurti, Sinta. (2022). Perawatan Kanker Serviks dengan Tindakan Brachiterapi.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan-Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Diakses 26 Juli 2023 dari
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1138/perawatan-kanker-serviks-dengan-
tindakan-brachiterapi

Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar
Kejora.

WHO. (2014). World Health Organization-Cancer Country Profiles. Who.Int.

WHO. (2014). World Health Organization Prevention Cancer Control.Who.Int

Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan Kanker
Serviks Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope. Jurnal
Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 2(2), 49-6

You might also like