You are on page 1of 20

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Pemikiran Ulama Banjar Bidang Drs. Muhrin, M. Fil.I


Kalam dan Tasawuf

PEMIKIRAN KALAM DAN TASAWUF K.H RAFI’IE HAMDIE

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Nur Abdiyah (200101010309)

Devi Kurniawati (200101010320)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2023 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحىم‬

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena berkat


limpahan rahmat, pertolongan dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurahkan kepada
Baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang menderang seperti saat ini.
Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pemikiran Ulama Banjar
Bidang Kalam dan Tasawuf yakni bapak Drs. Muhrin, M. Fil.I yang telah
membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini. Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini bisa terwujud atas bantuan dan jasa
berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi. Oleh karena hal itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penyusunan
makalah kami agar lebih baik. Kami sadar bahwa sesungguhnya kesempurnaan
hanyalah milik Allah Swt.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal alamiin

Banjarmasin, 12 April 2023

(Kelompok 6)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Rafi’ie Hamdie ................................................. 3


B. Karya-karya KH. Rafi’ie Hamdie .......................................... 5
C. Pemikiran KH. Rafi’ie Hamdie .............................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................... 16
B. Saran .................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan tasawuf di Kalimantan Selatan dipengaruhi salah satunya


oleh seorang tokoh ulama berpikir modern dan pengamal ajaran tasawuf, yaitu M.
Rafi'ie Hamdie. Ia dilahirkan di lingkungan keluarga yang taat beragama Ayahnya
yang bernama Tuan Guru Haji Hamdie adalah seorang ulama terkenal. Demikian
pula kakeknya yang bernama Tuan Guru Haji Abdur Rasul, merupakan ulama besar
waktu itu. Maka tidak mengherankan kalau pada akhirnya M. Rafi'ie Hamdie
menjadi ulama dan da'i yang kondang, sebab dia dibesarkan dalam keluarga ulama
yang selalu membimbingnya ke arah kehidupan keagamaan yang taat. Apalagi bila
dilihat dari silsilah keturunnya, ia masih ada hubungan darah dengan ulama besar
Kalimantan Selatan, yaitu Muhammad Arsyad al-Banjari." M. Rafi'ie Hamdie
mengatakan, bahwa ia sejak kecil berada dalam lingkungan orang-orang yang
memperhatikan kehidupan kerohanian ( tasawuf) Sejak kecil ayahku Tuan Guru
Haji Hamdie membimbingku menyukai zikir dan wirid-wirid, kemudian Tuan Guru
Haji Basyuni bin Abu Thalhah di Marabahan mengajari tarikat Syadziliyah",
sebagai awal pengenalanku ke dalam dunia tasawuf.1

Sebagaimana paparan di atas, bahwa M. Rafi'ie Hamdie dikenal sebagai


ulama yang berpikiran modern, da'i yang kondang dan juga mengamalkan ajaran
tasawuf secara intens, bahkan ia sekaligus sebagai pengikut tarikat Syadziliyah. Di
samping itu, ia juga mengajarkan ajaran Islam yang mengharmoniskan antara aspek
eksoteris (syariat) dan aspek esoteris (tasawuf). Oleh karena itu, menurut hemat
penulis Pemikiran Tasawuf M. Rafi'ie Hamdie cukup layak untuk diteliti, terutama
pada aspek ajarannya.

1
M. Rafi'ie Hamdic, Al-Asaasu Ila Thariq al-Haqq (Dasar-dasar Menuju Jalan
Kebenaran), I, (Banjarmasin : LP-KDP, 1985), hal. ii
1
Ada dua pertimbangan pentingnya mengkaji pemikiran M. Rafi'ie
Hamdie tersebut. Pertama, M. Rafi'ie Hamdie sebagai seorang ulama besar yang
menghasilkan beberapa karya tulis keagamaan tentu membawa pemikiran khas
dalam mengomantari atau menafsirkan teks al-Quran dan Hadis, khususnya yang
berkaitan dengan pemikiran tasawuf Kedua, karya tulisnya membahas persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan berbagai sisi ilmu keislaman seperti fikih, tauhid
dan tasawuf. Oleh sebab itu, menarik ditelusuri kedudukan gagasan keagamaannya,
terutama dalam bidang tasawuf

.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kisah biografi KH. Rafi’ie Hamdie ?
2. Apa saja karya-karya KH. Rafi’ie Hamdie ?
3. Bagaimana pemikiran KH. Rafi’ie Hamdie ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kisah biografi KH. Rafi’ie Hamdie.
2. Untuk mengetahui karya-karya KH. Rafi’ie Hamdie.
3. Untuk mengetahui pemikiran KH. Rafi’ie Hamdie.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi K.H Rafi’ie Hamdie


K.H. Rafi'ie Hamdie, lahir di desa Telaga Itar Kecamatan Kelua
Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan pada tanggal 27 Juli 1940. Dia wafat pada
tanggal 16 Oktober 1990 di Banjarmasin. K.H. Rafi'ie Hamdie di saat wafatnya
meninggalkan seorang isteri yaitu Hajjah Siti Mastina Mumi dan sepuluh orang
anak yang terdiri enam orang lelaki dan empat orang perempuan, yaitu Muhammad
Ilham Masykuri Hamdie, Ahmad Nichwarie Hamdie, Muhammad Taufikur
Rahman Hamdie, Asma Farida Hamdie, Muhammad Kadafie Hamdie, Nazhima
Fitria Hamdie, Zuraida Murdia Hamdie, Muhammad Zakkie Hamdie, Emilia
Madania Hamdie, dan Muhammad Nugraha Saputra Hamdie
K.H. Rafi'ie Hamdie, semasa hidupnya pernah mengecap pendidikan
seperti Pesantren Sinar Islam Kelua Tanjung 3 tahun (1949)pada tahun 1951
menamatkan Sekolah Rakyat Negeri (SM) 6 tahun di Kelua Tanjung, Sekolah
Normal Islam tamat tahun 1955 di Amuntai, dan Pondok Pesantren Modem Gontor
Ponorogo pada tahun 1960.
Ketika di Amuntai, dia juga belajar mengaji sorogan dengan cara
mendatangi para ulama ke rumah, di antaranya dengan Tuan Guru Haji Abran yaitu
belajar ilmu tasawuf. Demikian pula ketika masih mondok di Gontor, dia belajar
dan menggembleng diri dengan para kiai, seperti K.H. Imam Zarkasi (Pimpinan
Pondok Pesantren Modem Gontor Ponorogo), K.H. Nikhrawie, K.H. Abdul Fattah,
K.H. Abdul Gaffar Ismail, K.H. Isa Anshari dan beberapa tokoh agama lainnya.
Selain itu, ia juga belajar ilmu pengetahuan agama di kota intan Martapura
selama dua tahun dengan tuan guru seperti K.H. Seman Mulia, K.H. Abdul Wahab
Sya'rani, dan K.H Ramli Ahmad.
Aktivitas K. H. Rafi'ie Hamdie dalam organisasi adalah sebagai pendiri
dan pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Amuntai tahun 1951 1952,
sebagai wakil Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPI) tahun 1962 di
3
Ponorogo, sebagai Ketua Badan Dakwah Islamiyah (BADAI) Hulu Sungai tahun
1965, Ketua Syarikat Tani Islam Indonesia (STII) Kalimantan Selatan tahun 1967
1968, Wakil Ketua Amal Muslim Kalimantan Selatan tahun 1969-1970pada tahun
1976 - 1978 dia juga termasuk anggota Panitia Sepuluh Pendiri Majelis Ulama
Indonesia, dan anggota GUPPI Kalimantan Selatan tahun 1976.
Selain itu, dia juga mendirikan dan memimpin Lembaga Kader Dakwah
Praktis (LP-KDP) Banjarmasin tahun 1973 - 1990), Sekretaris Umum Badan
Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin (BPMRSM) Banjarmasin tahun 1979-
1982, Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin
tahun 1979-1987, Ketua I Dewan Masjid Indonesia Kalimantan Selatan tahun 1985-
1990.52
Aktivitas K.H. Rafi'ie Hamdie dikenal masyarakat Kalimantan Selatan
sebagai ulama, dai dan pejuang yang gigih mempertahankan kejujuran dan
kebenaran dalam membela kepentingan umat Islam dalam skala regional maupun
nasional. Sehingga tidak mengherankan bila dia mengalami penderitaan yang berat
dan pernah ditahan oleh pemerintah.
Sebagai seorang mubalig, K.H. Rafi'ie Hamdie telah mendatangi berbagai
daerah untuk berdakwah, seperti Kalimantan, Jawa, Sumatera dan lain-lain. Bahkan
dia sempat berdakwah ke negara jiran seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. 2
K.H. Rafi'ie Hamdie telah tersebar mencetak ratusan Muballigh muda
yang telah disebarkan keseluruh wilayah Kalimantan guna menunaikan tugas
dakwah Islam di pelosok-pelosok desa sampai ke daerah suku terasing seperti:
Loksado, Miawa, Katingan, Kasongan, Halong, Riam Adungan, juga termasuk ke
daerah transmigrasi.3
K.H. Rafi'ie Hamdie yang diangkat oleh Sahriansyah menyebutkan bahwa
beliau dikenal sebagai ulama yang berpikiran modern, dai yang kondang dan juga

2
Bayani Dahlan, dkk, Ulama Banjar Karya-Karyanya, (Banjarmasin : Antasari Press,
2009), h. 233-238.
3
Tim MUI Kalsel dan Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin, Ulama Banjar Dari Masa Ke Masa,
(Banjarmasin, Antasari Press, 2018), h. 416.
4
mengamalkan ajaran tasawuf secara intens, juga pengikut tarikat Syadziliyah.
Adapun corak tasawufnya mengutamakan ciri puritan (zuhud) dan aktif (amaliah)
atau dengan istilah lain tasawuf sunni.4

B. Karya-Karya K.H. Rafi’ie Hamdie


Pada abad ke-20, Rafi'ie Hamdie menulis pemikiran tasawuf sunninya
pada tiga buah diktat yang berjudul al-Asas ila Thariq al-Haqq: Menuju Jalan
Kebenaran (tiga jilid) diktat ini diterbitkan tahun 1985 (jilid I) dan tahun 1988 (jilid
II dan III). Al-Asas merupakan kumpulan ceramah yang disampaikan sejak tahun
1972- 1987 di Majelis Taklim LPKDP Banjarmasin. Hampir secara keseluruhan
lebih menitikberatkan pemaparan tasawufnya pada aspek amal-ibadah, akhlak dan
kesucian diri serta kedekatan spiritual kepada Allah. Namun K.H. Rafi'ie Hamdie
juga memiliki kecenderungan neosufis, yakni masih menerima beberapa pemikiran
tasawuf yang filosofis. Misalnya, ia menulis tentang tauhid sufistik sebagaimana
yang diajarkan oleh Muhammad Nafis al-Banjari dan Abdurrahman Shiddiq al-
Banjari, yaitu tawhid al-afal, tawhid al-asma'tawhid al-shifat, dan tawhid al-dzat
serta formula syuhud al-wahdah fi al-kasrah dan syuhud al-katsrah fi al-wahdah.
Namun dalam menguraikan konsep-konsep ini, K.H. Rafi'ie Hamdi memberi
interpretasi yang mudah diterima oleh orang awam.5

C. Pemikiran KH. Rafi’ie Hamdie

Konsep ajaran tasawuf oleh Rafi’ie Hamdie :

1. Tauhid
Tauhid artinya "keesaan" yakni hal mengenai sikap dan cara dalam
mengesakan Tuhan. Tauhid lawannya syirik. Tauhid ini sangat mendasar

4
Hajiannor. Disertasi, Pemikiran dan Kiprah Pendidikan Sufistik KH. Muhammad Rafi’ie
Hamdie (Studi Pembentukan Karakter). (Banjarmasin : UIN Antasari, 2019), h. 10.
5
Rahmadi, Husaini Abbas, Abdul Wahid, Islam Banjar : Dinamika dan Tipologi
Pemikiran Tauhid, Fiqh dan Tasawuf, ( Banjarmasin : IAIN Antasari Press, 2012), h. 179-180.
5
sekali dalam ajaran Islam. Dosa yang tidak diampuni oleh Tuhan hanyalah
dosa syirik atau menyekutukan Allah dengan sesuatu yang dianggap
Tuhan."
Selanjutnya, M. Rafi'ie Hamdie mengutip ayat al-Quran yang
berkaitan dengan syirik, yaitu: "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa orang yang menyekutukan (syirik) Dia, dan mengampuni dosa selain
syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya Barangsiapa yang
menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah sesat
dengan sesat yang sejauh- jauhnya (QS. an-Nisa: 116). Oleh karena itu,
masalah tauhid ini merupakan masalah yang paling pokok dalam agama
Islam. Merupakan kewajiban utama seorang muslim menjauhi sikap,
pandangan dan perbuatan yang membawa syirik.
M. Rafi'ie Hamdie membagi syirik terdiri atas empat macam, (a)
Syirik Azhim, ialah syirik berat dalam bentuk sengaja menyekutukan Allah,
sehingga menjadikan sesuatu sebagai sembahan yang mempunyai kekuatan
dan kekuasaan; (b) Syirik Jali ialah syirik nyata (nampak), seperti sikap
sombong, takabur, dan mengakui diri lebih hebat, (c) Syirik Khafi ialah
syirik yang sifat tersembunyi, seperi riya, dan sum'ah, dan (d) Syirik
Khafiyul Khafi ialah syirik yang tersembunyi dibalik yang tersembunyi,
seperti sifat ujub yaitu merasa bangga dengan kehebatan diri sendiri. "Imam
al-Gazali berpendapat, bahwa: "Ujub itu laksana semut yang hitam, di atas
batu hitam, di malam yang gelap gulita, artinya sangat sulit merabanya".
Syirik Adzhim dan Syirik Jali membatalkan iman, sedangkan syirik
khafi dan khafiyul khafi membatalkan amal Lawan dari syirik adalah
Tauhid artinya mengesakan Allah Tauhid merupakan jalan yang lurus dan
diridai Allah. Hasil daripada tauhid adalah ikhlas, artinya bersih dari segala
macam syirik kepada Allah. Selanjutnya M. Rafi'ie Hamdie menjelaskan
tentang sifat- sifat Allah, sebagai berikut:
1) Sifat Ma'ani dan Ma'nawiyah. Penegakkan keyakinan seseorang
muslim kepada Allah dimulai dengan mengenal sifat-sifat Allah Allah
6
wajib bersifat Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar dan Kalam.
Setiap sifat menjadi satu dengan yang disifati, sehingga berdiri sifat
pada zat. Oleh karena itu, Allah memiliki sifat Ma'nawiyah, yaitu
Allah wajib bersifat Qadirun artinya Dia Yang Maha Kuasa, Muridun
artinya Dia Yang Maha Berkehendak, Alimun artinya Dia yang Maha
Mengerti, Hayyun artinya Dia Yang Maha Hidup, Samiun artinya Dia
Yang Maha Mendengar, Bashirun artinya Dia Yang Maha Melihat,
dan Mutakalimun artinya Dia Yang Maha Berkata-kata ".
Adapun sifat Ma'ani bagi Allah ialah Qudrat artinya Berkuasa, Iradat
artinya Berkehendak, Ilmu artinya Mengetahui, Hayat artinya Hidup,
Sama artinya Mendengar, Bashar artinya Melihat, dan Kalam artinya
Berkata-kata “. Oleh karena itu, sifat Ma'ani ini wajib bagi Allah,
sebab sifat Ma'am itu adalah milik-Nya. Sedangkan bagi manusia sifat
Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama, Bashar, dan Kalam hanya sebagai
pinjaman, pemberian, dan amanah Allah kepada manusia yang
bersifat sementara dipertanggung jawabkan kelak di hadirat-Nya."
2) Sumber Kebenaran artinya Akulah sumber kebenaran. Allah swt
adalah sumber kebenaran. Dia selalu beserta dan membela yang benar.
Oleh karena itu, sesuatu yang benar pasti ditolong Allah Apabila
seseorang berada dalam kebenaran, maka bagaimanapun dan apapun
resikonya harus ditegakkan, sebab Allah selalu beserta kebenaran. Ini
sesuai dengan firman Allah : "Dan janganlah kamu campur adukkan
yang hak dan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak
itu, sedangkan kamu mengetahui" (Q S al-Baqarah, 42)
3) Sumber Pembinaan Diri. Tauhid merupakan keseluruhan isi ajaran
dari Islam, menyeru manusia untuk mempercayai dan meyakini Allah
Yang Maha Esa. Ia adalah suatu keyakinan yang menegaskan bahwa
hanya Allah yang menciptakan, memberi hukum-hukum, mengatur
alam semesta Oleh karena itu, maka hanya Dia-lah yang merupakan
Tuhan satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan
7
pertolongan serta yang harus ditaati. Menurut ilmu tasawuf, orang
yang telah membina dirinya dengan tauhid kepada Allah, maka ia
telah mencapai maqam fana fi at-tauhid yang menjadi tujuan para sufi
untuk dapat mencapainya. Dalam hal ini hidayah Allah sangat
menentukan dan ditunjang oleh pengalaman keagamaan masing-
masing pribadi Orang muslim yang telah mencapai maqam fana fi at-
tawhid ini, berarti telah diakui sebagai ahli tauhid Dengan demikian
mereka ini adalah orang-orang yang akan menemukan keselamatan
pada saat sekaratul maut dan selamat pula pada saat berada di
Mahkamah Pengadilan Tuhan kelak. "
Kemudian M. Rafi'ie Hamdie juga menjelaskan, bahwa Allah adalah
Ismu al-Dzat artinya nama zat Tuhan yang kita sembah, zat wajib al
wujud Nama tidak sama dengan diri, dan nama bukan diri, nama
hanya menunjukkan tentang diri. Nama itu adalah sebutan tentang
diri. Allah swt. sendiri menyebutkan nama-Nya adalah Allah, sesuai
dengan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan
semesta alam" (QS al-Baqarah, 30) 54 Kalau seseorang menyebut
nama Allah, yang tersirat pada zihin (pikiran) dan yang tergores pada
zaug (perasaan batin) adalah menyebut nama yang berkuasa pada
alam semesta yang disembah Karenanya, manusia tidak menyembah
huruf (nama).
4) Esa. Mengesakan Allah di sini bukan berarti mengesakan Allah hanya
sekedar perkataan semata Akan tetapi mengesakan Allah lebih
ditekankan dalam sikap, perbuatan dan tindak- tanduk manusia
sebagai hamba-Nya. Seseorang yang bertauhid hanya dalam
perkataan, maka belumlah ia dinamakan seorang yang telah bertauhid
(mengesakan Allah) dalam arti yang sebenarnya. Konsep tauhid yang
ditawarkan oleh M. Rafi'ie Hamdie adalah tauhid syuhudi ialah
mengenali dalam penglihatan akan adanya Tuhan atau tidak melihat
sesuatu kecuali Allah. Dengan kata lain, wahadat al- syuhud ialah
8
merasakan bersatunya diri dengan Tuhan, tetapi hanya di dalam
pandangan (syuhud)6
2. Syariat
Syariat berarti hukum-hukum agama yang mengikat seluruh
kehidupan seorang muslim. Setiap utusan Allah.. membawa syari'at baru
sesuai lingkungan waktu dan kondisi manusia. M. Rafi'ie Hamdie
mendefinisikan syariat adalah tuntunan Allah secara lahir Ibadat salat,
puasa, zakat, haji, zikir, wirid, mencari nafkah dan sebagainya adalah
pelaksanaan dari aspek syariat dan aspek hakikat."
Hal pokok dalam syariat Islam adalah melakukan rukun Islam
terutama salat. Salat berfungsi sebagai bukti pengakuan seseorang sebagai
hamba Allah, dan salat juga sebagai sarana komunikasi antara hamba
dengan Khalik. Bagi orang yang tidak melakukan salat berarti ia tidak
menyatakan dirinya sebagai hamba Allah dan sekaligus ingkar (kafir)
kepada Allah Nabi Muhammad saw bersabda : Perbedaan antara seseorang
dengan kekafiran adalah meninggalkan salat" (HR. Muslim)
Syariat Islam juga mengajarkan prinsip kemudahan. Allah
menjadikan agama Islam bagi manusia tidak untuk memberatkan mereka.
Sebaliknya tuntunannya mudah untuk mencapai kebenaran, kebahagiaan
dan ketentraman hidup dunia dan akhirat Firman Allah: Dan Dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan" (QS. al-Haj:
78)
Di dalam suatu hadis dikatakan bahwa orang yang masuk surga itu
adalah orang yang sederhana dalam sikap beragama Nabi bersabda :
"Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu,
mendirikan salat, membayar zakat dan menjalin tali silaturrahmi". Secara
lahiriah empat amalan yang disebutkan itu sederhana saja Tetapi pada

6
Sahriansyah, Pemikiran Tasawuf M. Rafi’ie Hamdie, (Banjarmasin : Antasari Press.
2011), hal 56-70.
9
hakikatnya amalan tersebut merupakan refleksi perpaduan secara harmonis
antara syariat dan hakikat yang telah dia temukan dalam hidupnya.
3. Hakikat
Hakikat berarti kebenaran, esensi atau inti Dalam tasawuf kebenaran
Tuhan atau hakikat Tuhan adalah wujud hakiki setiap benda Hakikat juga
diartikan dengan pandangan yang terus- menerus kepada Allah Juga,
hakikat ialah kebenaran sejati dan mutlak, yang kepadanyalah ujung segala
perjalanan, bagaimanapun jauhnya."7
Menurut M. Rafi'ie Hamdie, hasil yang diperoleh dari syariat itu
disebut hakikat Sedangkan hasil yang disarikan dari hakikat disebut
makrifat Oleh karena itu, syariat tanpa hakikat adalah hampa Hakikat tanpa
syariat adalah sia-sia Hakikat berarti kebenaran (berasal dari kata "Haqq").
Karena itu pelaksanaan syariat dan hakikat haruslah seimbang sehingga
akan memperoleh kebenaran Ilahi." Dalam ilmu tasawuf dikenal istilah
"Syariat tanpa hakikat adalah hampa dan hakikat tanpa syariat adalah batal".
Langkah yang ditempuh akan memasuki pintu syariat dan hakikat adalah
(1) selalu bersih dari dosa; (2) melakukan wirid dan zikir, (3) melakukan
amal saleh, dan (4) berusaha dan bekerja mencari nafkah.
Pengertian syariat dan hakikat yang dikemukakan M Rafi'ie Hamdie
tersebut senada dengan pendapat Fazlur Rahman, hakikat berarti kebenaran,
syariat berarti jalan yang harus diikuti manusia. Diin (Hakikat) adalah esensi
dari syariat, atau kehidupan batinnya. Syariat tanpa hakikat adalah kulit
yang kosong, dan hakikat tanpa syariat tidak akan bisa terwujud.
Berdasarkan paparan di atas, jelaslah M. Rafi'ie Hamdie menghendaki
keterpaduan antara syariat dan hakikat, sehingga tercapai keseimbangan
antara kepentingan dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan ayat al-Quran
yang dikutipnya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan

7
Asmaran, As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 1994). hal, 369
10
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS.al-Baqarah:
201).8
4. Hubungan Tuhan dengan Manusia.
Ujung dari tauhid adalah makrifat (mengenal Tuhan) dan akan
berakhir kepada apa yang disebut dengan Liqa' (bertemu Tuhan).
Sedangkan dalam tasawuf dikenal suatu qaidah "Aku mengenal Tuhanku
karena Tuhan". Maksudnya manusia dapat mengenal Tuhan itu adalah
karena hidayah (petunjuk) Tuhan yang diberikan-Nya kepada seseorang
tanpa hidayah seseorang tidak dapat mengenal kepada-Nya (sampai
kehadirat-Nya).
Banyak orang tersesat jalan dalam melaksanakan hubungan dengan
Allah disebabkan karena tidak memperoleh hidayah dari-Nya. Sudah
barang tentu ilmu dan yakin belumlah menjamin seseorang untuk sampai
kepada Tuhan tanpa adanya hidayah Allah kepadanya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah: seluruh makhluk (hamba) ini harus mengakui adanya Allah
Khaliq al-Alam, yaitu Allah yang menciptakan alam. Sedangkan segala
sesuatu selain Allah adalah makhluk artinya yang dijadikan Tuhan. Selain
zat Tuhan adalah makhluk yang diciptakan-Nya dan mempunyai kewajiban
untuk tunduk dan mengabdi kepada-Nya." Ini sesuai dengan firman Allah:
"Tidak kami ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk mengabdi kepada-
Ku (QS. al-Dzariyat 56)."
Dalam pengertian menyembah ada unsur ritual di dalamnya,
sedangkan mengabdi mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada
menyembah. Hubungan manusia dengan manusia yang lain serta
hubungannya dengan alam dilakukan dalam rangka pengabdian kepada
Allah. Pengertian salat yang dikemukakan M. Rafi'ie Hamdie dalam fikih
Islam disebut ibadat khas dan am. Ibadah khas (khusus) ialah apa yang telah
ditetapkan Allah akan perincian- perinciannya, tingkah dan tata caranya

8
Sahriansyah, Pemikiran Tasawuf M. Rafi’ie Hamdie......71-74
11
yang tertentu, seperti salat, puasa, zakat, haji Sedangkan ibadah am (umum)
ialah segala amal yang diizinkan Allah.
Menurut M. Rafi'ie Hamdie, bahwa berkomunikasi dengan orang
lain atau berhubungan dengan alam sekitar, nampaknya mudah
dibandingkan berkomunikasi dengan diri sendiri. Dapat dirasakan bahwa
berhubungan dengan diri sendiri adalah demikian sulitnya, maka al-Quran
menggambarkan bahwa orang yang mau dan dapat berkomunikasi dengan
diri sendiri adalah mereka yang sering bangun tengah malam untuk sujud
kepada Allah, seraya beristigfar meminta ampun atas segala dosa yang telah
diperbuatnya.
Kemudian M Rafi'ie Hamdie mengatakan, bahwa manusia tidak bisa
lepas dari berhubungan dengan alam Hendaklah alam diperlakukan sesuai
dengan aturan Allah atau dilandasi dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
(a) segala yang ada di alam ini adalah milik Allah, (b) segala yang ada di
alam ini selau bertasbih kepada Allah, kecuali iblis dan syaitan, (c)
menyadari sepenuhnya tentang adanya faktor gaibiyah berupa meyakini
tentang adanya "alam ruh, alam jin, dan alam malaikat", yang semua
mempunyai hubungan dengan manusia, dan (d) bertekad tidak merusak
alam ini dan tidak membunuh binatang yang dilakukan secara keji, serta bila
ada orang yang melakukan perbuatan semacam ini termasuk perbuatan
zalim yang dibenci oleh Allah swt.9
5. Jalan Tasawuf
a. Khalwat
Khalwat berasal dari kata "khalla syaian" artinya
mengosongkan diri dari sesuatu. Sedangkan menurut para sufi
khalwat ialah "usaha seseorang hamba Allah untuk mengosongkan
batinnya, dari segala pengaruh apapun selain keterikatan batinnya
kepada Allah yang disembah". Seringkali khalwat diartikan dengan

9
Sahriansyah, Pemikiran Tasawuf M. Rafi’ie Hamdie........hal.80-83.
12
"mengucilkan diri", merasa diri lebih suci dan sudah dekat dengan
Tuhan, sehingga menganggap orang lain kotor, syirik dan kafir
kepada Allah. Berpandangan seperti ini adalah ujub yaitu penyakit
batin yang merasa diri lebih baik, lebih bersih, lebih hebat dari orang
lain.
Kemudian M. Rafi'ie Hamdie mengatakan, bahwa rumus
khalwat dalam cara mengosongkan batin ada tiga macam. (1)
Khalwat maknawi, ialah usaha seorang hamba dalam perjalanannya
setiap waktu dan keadaan untuk mampu mengosongkan batin dari
segala pengaruh yang negatif (2) Khalwat 'urfi, ialah usaha
seseorang hamba dalam mengharuskan dirinya sehingga ia mampu
mengosongkan batin dari segala gangguan pada saat ia melakukan
salat. (3) Khalwat haqiqi, ialah mudawamah (berkekalan batin)
untuk selalu ingat kepada Allah dan terlepas dari segala pengaruh
negatif selain ingat kepada Allah.
b. Uzlah
Uzlah ialah suatu sistem yang dilakukan menurut ajaran
Rasulullah saw. dengan cara mengucilkan diri dari lingkungan
pergaulan persahabatan yang membawa kepada kemurkaan. Allah
guna tetap memelihara jalan keridaan-Nya. Menurut pengertian ini,
bukan berarti seseorang tidak perlu lagi. berhubungan dengan
manusia lainnya, akan tetapi justeru ia harus menjalin tali hubungan
dengan Allah dan tali hubungan dengan manusia.
Manusia yang merupakan makhluk sosial harus bergaul
berhubungan dengan manusia lainnya, bahkan dengan orang jahat
sekalipun. Etika, sopan-santun, tata krama dalam pergaulan harus
dipelihara dan diutamakan. Akan tetapi batinnya selalu berpegang
dan ingat kepada Allah swt. Imam al- Gazali berpendapat: "Bila
engkau melihat orang yang baik, janganlah kamu mencinta
orangnya, akan tetapi cintailah kebaikannya, dan bila engkau
13
melihat orang yang buruk, maka janganlah engkau membenci
orangnya, akan tetapi bencilah keburukannya".
Kemudian M. Rafi'ie Hamdie mengatakan, bahwa uzlah itu
terbagi atas delapan macam, yaitu:

1) Uzlah dari kebiasaan melakukan hal-hal yang buruk.

2) Uzlah dari lungkungan orang-orang jahat menuju kepada


lingkungan orang-orang yang baik.

3) Uzlah dari fitnah dunia, yaitu menjauhkan diri dari kesadaran


yang dapat merusak iman.

4) Uzlah dari pada hal yang melalaikan untuk melakukan ibadat


dan zikir kepada Allah

5) Uzlah karena "taubat", yaitu menyesali terhadap segala dosa dan


maksiat yang pernah dilakukan, sehingga kita beruzlah, dan
menyerahkan diri (taubat) minta ampun kepada Allah

6) Uzlah untuk membersihkan batin, yaitu berkosentrasi untuk


evaluasi diri dari penyakit batin.

7) Uzlah karena suluk, yaitu melatih diri dalam berzikir dan


beramal ke pada Allah.

8) Uzalah karena "safar", yaitu pergi ke suatu tempat untuk


menuntut ilmu dan berbuat amal ibadat, dan melatih penderitaan
dan tawakkal kepada Allah dalam soal rezeki.

c. Munajat (Do'a)
Secara sederhana kata ini mengandung arti melaporkan ke
hadirat Allah. atas segala aktivitas yang dilakukan. Menyampaikan
laporan yang baik maupun yang jelek dengan cara khas seorang sufi.
Dalam munajat itu, di sampaikan segala keluhan, mengadukan nasib

14
dengan untaian kalimat yang indah serta memuji keagungan Allah.
Ini adalah salah satu bentuk do'a yang diucapkan dengan bahasa
yang puitis. Tangis karena merasa banyak dosa berarti air mata
karena rasa rindu ingin berjumpa dengan Tuhan.
Do'a dalam kerohanian Islam (tasawuf) terdapat tiga macam,
yaitu (1) berdo'a kepada Allah sebagai suatu adab antara hamba
dengan Khalik, (2) berdo'a kepada Allah karena kewajiban, dan (3)
berdo'a kepada Allah karena bernilai ibadat.
Menurut Hamka, do'a adalah seluruh ibadat hamba kepada
Allah. Kalau diperhatikan secara teliti bahwa salat itu merupakan
do'a Bacaan dalam setiap gerakannya mengandung do'a sehingga
semua ibadat dalam ajaran Islam adalah do'a Itulah sebabnya, do'a
adalah sebagai ibadat. Tetapi seseorang sama sekali tidak boleh
beranggapan bahwa dengan do'a atau karena do'a menyebabkan
kabulnya sesuatu. Kabulnya sesuatu adalah bersamaan dengan do'a
seseorang kepada Allah.
Selanjutnya, M. Rafi'ie Hamdie mengatakan bahwa do'a
berfungsi (1) mendidik orang muslim sehingga menjadi muslim
yang baik; (2) mendidik seorang muslim untuk menjadi abid, yaitu
orang yang selalu beribadat kepada Allah, dan (3) mendidik orang
muslim untuk menjadi mukhlis, yaitu orang yang ikhlas dalam
melakukan sesuatu, dan hanya mengharap rida Allah swt semata.10

10
Sahriansyah, Pemikiran Tasawuf M. Rafi’ie Hamdie..........hal. 84-92.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Rafi'ie Hamdie, lahir di desa Telaga Itar Kecamatan Kelua Kabupaten


Tabalong Kalimantan Selatan pada tanggal 27 Juli 1940. Dia wafat pada tanggal 16
Oktober 1990 di Banjarmasin Beliau dikenal masyarakat Kalimantan Selatan
sebagai ulama, da'i dan pejuang yang gigih mempertahankan kejujuran dan
kebenaran dalam membela kepentingan umat Islam baik skala regional maupun
nasional.

M. Rafi'ie Hamdie mendefinisikan tasawuf adalah suatu usaha


mengamalkan ajaran Islam secara sungguh-sungguh dan bersihkan batin untuk
mencapai rida Allah swt. Sedangkan sufi tasawui yang dikehendaki M. Rafi'ie
Hamdie ialah orang yang tangkas dalam menghadapi persoalan hidup, kuat
mengamalkan ajaran Islam dan bersih bersinar batinnya dengan zikrullah.

Corak tasawuf yang ditawarkan M. Rafi'ie Hamdie ialah yang


mengutamakan ciri puritan (zuhud) dan aktif (amaliah), artinya tasawuf baik dalam
aspek ajaran maupun prakteknya berpijak kokoh pada sumber Al-Quran dan Hadis,
yang oleh karena itu, terhindar dari praktek-praktek bid'ah. Selain itu, tasawuf tidak
lagi berorientasi kepada kesalehan individu dan kepasifan, tetapi mengutamakan
moral sosial dan keaktifan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

B. Saran

Kami selaku penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Untuk itu kami memohon maaf dan meminta saran teman teman jika
ada suatu hal yang harus ditambahkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmaran, As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 1994).

Dahlan, Bayani, dkk, Ulama Banjar Karya-Karyanya. Banjarmasin : Antasari


Press, 2009.
Hajiannor. Disertasi, Pemikiran dan Kiprah Pendidikan Sufistik KH. Muhammad
Rafi’ie Hamdie (Studi Pembentukan Karakter). Banjarmasin : UIN
Antasari, 2019.

Hamdie, M. Rafi'ie, Al-Asaasu lla Thariq al-Haqq (Dasar- Dasar Menuju Jalan
Kebenaran), Jilid 1 (Banjarmasin LK-KDP, 1985).

Rahmadi, Husaini Abbas, Abdul Wahid. Islam Banjar : Dinamika dan Tipologi
Pemikiran Tauhid, Fiqh dan Tasawuf. Banjarmasin : IAIN Antasari Press,
2012.
Sahriansyah. Pemikiran Tasawuf M. Rafi’ie Hamdie. Banjarmasin : Antasari Press,
2011.
Tim MUI Kalsel dan Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin. Ulama Banjar Dari
Masa Ke Masa. Banjarmasin, Antasari Press, 2018.

17

You might also like