You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN
HIPERPIREKSIA DIRUANG RAMA RSU MITRA PARAMEDIKA

Disusun Oleh:
Nama : Neneng Aditya S
Nim : 04215089

PRODI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERPIREKSIA DI RUANG RAMA RSU
MITRA PARAMEDIKA
Dengan adanya tanda tangan dibawah ini, maka mahasiswa dinyatakan telah
menyeleselesaikan tugas laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pekan kedua.

Disahkan oleh
Yogyakarta,2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Rumah Sakit

(………………………) (........................................)
Konsep Dasar HIPERPIREKSIA
A. Definisi
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga
yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi/hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila timbul dalam
suhu yang tinggi. Demam tinggi adalah demam yang mencapai 41,1°C (106°F) atau lebih.
Pada demam tinggi dapat terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, kerusakan hati,
kelainan EKG, dan berkurangnya aliran darah otak.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada
pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan
sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat
berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi
dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah
disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila
suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430 C sampai 450 C.14
B. Etiologi
Menurut Sofwan R (2010), mengatakan bahwa penyebab demam pada anak yaitu adanya
inflamasi atau peradangan, efek samping obat tertentu, aktivitas fisik yang berlebihan dan
lama berada di lingkungan terlalu panas (Doloksaribu & Siburian, 2018). Selain itu demam
merupakan akibat dari kenaikan set point (oleh sebab infeksi), kenaikan tersebut dibentuk
oleh prostaglandin di hipotalamus (Ismoedijanto, 2016).
Penyakit penyebab demam pada anak saat suhu tubuh meningkat, kecil kemungkinan
bakteri atau virus dalam tubuh bisa bertahan. Itulah bentuk pertahanan tubuh secara alami.
Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab demam pada anak di antaranya (Trifiana,
2020):
1) ISPA
2) Flu
3) Infeksi telinga
4) Roseola Infeksi virus umum pada anak-anak yang dapat menyebabkan demam tinggi dan
ruam
5) Amandel
6) Infeksi saluran kemih
7) Infeksi saat mengalami cedera

C. Tanda dan Gejala


Pada kasus demam pada anak sering muncul tanda dan gejala sebagai berikut (Santoso,
2016):
1) Pucat
2) Sesak
3) Kedinginan
4) Berkeringat
5) Hipotensi
6) Takikardi
7) Sianosis
8) Kulit kering dan kemerahan
Pada kasus Hiperpireksia penderita akan mengalami (Soedarto, 2019):
1) Penurunan kesadaran yaitu dalam keadaan koma atau delirium
2) Sakit kepala
3) Pusing
4) Mudah mengantuk
5) Tidak bisa istirahat/anak rewel terus menerus
6) Anoresia
7) Gangguan bicara dan menelan
8) Suhu tubuh >41,1 c
9) Kulit kering tidak berkeringat
10) Merasa kedinginan bahkan sampai menggigil
11) Dehidrasi hebat yang mengurangi produksi keringat

C. Patofisiologi
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran
darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu terlalu
tinggi (di atas 38,5°C) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah
untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke
ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki tangan teraba dingin. Demam yang tinggi
memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi
napas lebih cepat. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang
rumit. Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls
eferen. Saraf eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu
hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi
paru. Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari
suhu darah yang memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima
reseptor panas di kulit yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu
tubuh ini diolah oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus
untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas. Hipotalamus anterior merupakan
pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior
akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan terjadivasodilatasi di kulit dan keringat akan
dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus
posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja pada keadaan dimana terdapat
penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga
pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot
rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara
vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat.

E. Komplikasi:
Berikut ini merupakan komplikasi dari hiperpireksia (Andriyani et al., 2021)
1. Dehidrasi: demam meningkat menyebabkan penguapan pada cairan tubuh
2. Kejang demam: jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan awal: Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses. pengembalian
cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung
jenis leokosit (Doloksaribu & Siburian, 2018).

G. Penatalaksanaan Medis
Untuk penatalaksanaan hiperpireksia sendiri secara umum dapat dilakuka
dengan(Kapti.2017)
1. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran.
2. Berikan oksigen
3. Berikan anti konvulsan bila ada kejang
4. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal. Tidak boleh
memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin.
5. Berikan kompres
6. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5- 1 mg/kg BB (IV).
7. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin melalui
nasogastric tube ke lambung.
8. Dapat juga per enema Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen
(Imgr/kgBB IV.) maksimal 10 mg/kg BB

H. Pathway
I. Asuhan Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit/trauma dehidrasi ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal
2) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai
dengan nafsu makan menurun

J. Tujuan atau Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Hipertermia 1. Setelah dilakukan tindakan 1.manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan 3x 24 jam diharapkan (I.15506)
dengan proses pengaturan suhu tubuh agar tetap
penyakit/trauma berada pada rentang normal O:
dehidrasi ditandai membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi
dengan suhu tubuh penyebab
diatas nilai normal Luaran utama : termoregulasi hipertermia
(D.0130) (L.14134) (dehidrasi)
No Kriteria Awal Akhir  Monitor suhu tubuh
1. Pucat 4 2  Monitor kadar
2. Suhu kulit 1 4 elektrolit
3. Suhu tubuh 1 4 T:
 Berikan cairan oral
 Sediakan lingkungan
yang dingin
E:
 Anjurkan tirah
baring
K:
 Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit intravena
( RL 12 tpm makro)
 Kolaborasi
pemberian obat
(PCT syrup)
2. Resiko defisit 2. setelah dilakukan tindakan 2. manajemen nutrisi
nutrisi keperawatan 3x 24 jam diharapkan (I.03119)
berhubungan keadekuatan asupan nutrisi untuk
dengan memenuhi kebutuhan metabolisme O:
keidakmampuan membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi status
mencerna nutrisi
makanan ditandai Luaran utama : status nutrisi  Identifikasi makanan
dengan nafsu (L.03030) yang disukai
makan menurun No Kriteria Awal Akhir  Identifikasi
(D.0032) 1. Porsi 1 3 kebutuhan kalori dan
makan jenis nutrien
yang  Monitor asupan
dihabiskan makanan
2. Frekuensi 1 3 T:
makan  Berikan suplemen
3. Nafsu 1 3 makanan
makan E:
 Anjurkan posisi
duduk
K:
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

K. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.

L. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai


kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Daftar Pustaka
PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan 3
(Revisi).
Jakarta
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan I, Jakarta
PPNI.2019.Standar Luaran Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan I. Jakarta
F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies &
Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the
McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange
Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14
Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo

You might also like