You are on page 1of 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COLON

Dosen Pengajar: Giri Udani, S.Kp., M.Kes.

Di Susun Oleh :

Nama :

BAGAS AJI PANGESTU (1914401062)


FENI SILANIA (1914401092)
SYIFA DEVADA PUTRI P (1914401094)
RIANA PUSPITA SARI (1914401095)
RACHMAT GRIYA PERMANA (1914401101)

Kelas : D-III Tingkat 2 Reguler 2

KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN TANJUNGKARANGTA 2020/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.Kanker
kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.Kanker kolon merupakan
penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun
wanita (Cancer Facts and Figures, 1991).Ini adalah penyakit budaya barat.Diperkirakan bahwa
150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya.

Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari
55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat
kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker
kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria.

Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut :

- Asendens : 25%
- Transversa : 10%
- Desendens : 15%
- Sigmoid : 20 %2
- Rectum : 30 %

Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada
distribusinya.Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada
kolon asendens dan desendens meningkat.Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya,
kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari
empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera.Angka kelangsungan
hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya
metastase.

Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan
rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan
colorectal cancer.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kanker colon?
2. Bagaimana etiologi kanker colon?
3. Bagaimana manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan kanker colon?
4. Bagaimana patofisiologi kanker colon?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic kanker colon?
6. Bagaimana pencegahan dari kanker colon?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker colon?
8. Bagaimana komplikasi dari kanker colon?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan
dengan gangguan colorectal cancer.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui dan memahami pengertian kanker colon.
b) Mengetahui dan memahami etiologi kanker colon.
c) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan
kanker colon.
d) Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kanker colon
e) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic dari kanker colon
f) Mengetahui dan memahami pencegahan dari kanker colon
g) Mengetahui dan memahami pencegahan dari kanker colon
h) Mengetahui dan memahami komplikasi dari kanker colon

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. PENGERTIAN

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan barumassa yang tidak normal akibat proliferasi
sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau
ganas.Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan
daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.Prognosa optimistik;
tanda dan gejala awal biasanya tidak ada.(Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar atau rektum.Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
(www.republika.co.id).
Dari beberapa pengertian diatasmaka dapat disimpulkan bahwa kanker kolon adalah
tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum.Lokasi tersering
timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu
penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS
1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui
sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker
Colon.

4
2. ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah teridentifikasi
adalah :

- Usia lebih dari 40 tahun


- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan


kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti
brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air

Adapun Etiologi lainnya adalah sebagai berikut :


- Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang
elektromagnetik.
- Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta
tranfusi darah.
- Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang
meningkatkan risiko menderita kanker kolon.

5
- Obesitas.
- Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi
kendaraan umum
- Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum,
dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
- Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada
kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.

3. MANIFESTASI KLINIK

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat
kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam
penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga
stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan
feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya
dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus
jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin
dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak
pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.

Kanker kolon kiri, dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat
iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri
cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi.

Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat
pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau
rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada
tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering
berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat
timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan
diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

6
4. PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada
stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma
tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan
pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus
besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
- Secara infiltrative langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
- Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
- Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.
- Penyebaran secara transperitoneal.
- Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan
efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus
serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
- Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan
mukosa).
- Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.
- Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di
sekitar usus.
- Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke
organ-organ lain.
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 :
143).
TIS          : Carcinoma in situ

7
T1           : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2       : Sudah mengenai otot dinding
T3           : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4           : Sama dengan T3 dengan fistula
N             : Limfonodus terkena
M            : Ada metastasis

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
- Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Pemeriksaan
kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai
usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak
menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus
mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan
alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat
melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan
kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan
atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan
gambaran pembuluh darahnya.

- Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium
enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
- Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya
metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
- Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah
adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
- Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001
: 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah
terdapat darah pada tinja atau tidak.

8
- Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut
sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
- Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan
siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa
ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter.
Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
- Laboratorium.
Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang
mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai
adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah
lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien
dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap
shigella dan juga amoeba.
- Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
- Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

6. PENCEGAHAN

Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :


- Konsumsi makanan berserat
- Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi
asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. Seperti Asam lemak omega-3, yang terdapat
dalam ikan tertentu, Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin, Susu yang
mengandung lactobacillus acidophilus
- Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air
besar.
- Hidup rileks dan kurangi stress.

9
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi
ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi,
terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan
kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas B dan
C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan d.osis tinggi radiasi pelvis

7. PENATALAKSANAAN

Adapun beberapa penatalaksanaan dari kanker colon, yaitu sebagai berikut :


a. Penatalaksanaanmedis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi
ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatanbedah. Pilihan mencakup
kemoterapi,terapiradiasidanatauimunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi
dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3
macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan
pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

b. Penatalaksanaanbedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan
dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan
kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.Apabila tumorsudah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan,pembuluhdarahdannoduslimfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor
dan porsisigmoiddansemuarektumsertasfingteranal)

10
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjutdarikolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi
a. Difersivekaluntukkankerkolondanrektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang
dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon
secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini
memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan
dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya
invasipadajaringansekitar.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Dukungan adaptasi dan kemandirian.
- Meningkatkan kenyamanan.
- Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
- Mencegah komplikasi.
- Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.

c. Penatalaksanaan Diet
- Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan
pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang
memicu sel kanker.
- Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
- Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat
pada daging hewan.
- Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel
karsinogen / sel kanker.
- Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
- Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

9. KOMPLIKASI

11
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi.
Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok.

Beberapa komplikasinya yaitu :


- Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
- Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
- Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
- Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
- Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
- Pembentukan abses

12
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono,1994 : 10)

a. Identitas, Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis kelamin,alamat,pendidikan,nomor


regitrasi,status pekawinan,agama,pekerjaan,tinggi badan,tanggal MR
b. Keluhan utama : pada pasien Ca Colon biasanya nyeri hebat pada bagian perut skala 10
c. Dapatkan riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah; adanya nyeri
abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau
defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses,
mencakup adanya darah atau mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang
penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet
diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol.Riwayat
penurunan berat badan adalah penting.
d. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rectal; pola eliminasi yang lalu dan sekarang;
terapi obat yang terbaru; riwayat medis yang lalu; deskripsi warna, bau, konsistensi feses dan
adanya darah atau mucus.
e. Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi
abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap
karakter dan adanya darah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Meliputi:

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
3.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.Ditandai dengan:
a.  Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b.   Peningkatan  bunyi usus
c.    Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d.    Mual, muntah, diare.

13
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan
stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

II. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan
hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital
stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

Intervensi :

- Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan
-  Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan
- Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler lambat
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
- Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus
- Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan
merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
- Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki
kehilangan/ anemia
- Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan);
hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol),
Vitamin k

14
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam,
Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko
perdarahan

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau
skala nyeri berkurang.

Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat

Intervensi :

- Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
-  Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
Rasional : Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
-  Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan
koping.
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas
tenggang
Rasional : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian,
sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan
- Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: setelah dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi

15
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
- Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
- Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur
kasar, nasi biasa)
Rasional : Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status
hipermetabolisme klien keganasan.
- Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
Rasional : Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam
folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.
-   Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan  pola eliminasi klien
sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi :
- Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya
rasional : Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
- Observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
Rasional : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
- Berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Rasional : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan
penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering
Intervensi :
- Observasi luka, catat karakteristik drainase
Rasional : Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi
dapat terjadi kapan saja
- Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic

16
Rasional : Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan
iritasi kulit dan potensial ptensi
- Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama
Rasional : Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan.
Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat
penyembuhan
- Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen
peroksida, atau larutan antibiotic
Rasional : Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi
- Kalaborasi rendam duduk
Rasional : Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.

6.  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker


Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani. 
Intervensi :
- Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/
rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi
yang terjadi.
-  Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.
Rasional : Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi
yang dapat dilakukan klien.
- Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang
dalam situasi klien saat ini.
Rasional : Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-
satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.
-    Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan
pertahankan ketenangan lingkungan.
Rasional : Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan
kecemsan
-  Kolaborasi pemberian obat sedatif.

Rasional :Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.Menilai perkembangan masalah klien.

17
- Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
Rasional : Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh, reduksi/peningkatan
nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan informasi tentang diagnose,
prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit, pemeliharaan kesehatan dan
tidak adanya komplikasi.

V. EVALUASI
Yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colorectal setelah perawatan meliputi :
Diagnosa 1 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Diagnosa 2 : Nyeri hilang atau skala nyeri berkurang
Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang
optimal
Diagnosa 4 : Pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah
dan konsistensi serta mempertahankan eliminasi usus yang adekuat Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang optimal
Diagnosa 5 :tidak mengalami infeksi
Diagnosa 6 :Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker kolonadalahsuatukankeryang beradadicolon.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian


di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Kanker usus
bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar
peluangnya.
Etiologi dari kanker kolon yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor risiko
terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat penyakit
usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor
predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat),
kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.

Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan kanker kolon

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:


1. Untuk klien yang menderita penyakit karsinoma colon, agar menjaga pola hidup, nutrisi,
dan selalu menjaga kesehatannya.
2. Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari konsep dasar
penyakit carsinoma colon dan asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan benar dan tepat.
3. Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan
anak yang menderita carsinoma colon

19
DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Baughman, Diane C & Hackley, JoAnn C, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta, 2000
http://Kanker Kolorektal Welcome to Harna’s World. Com
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35842-Kep%20Pencernaan-Askep
%20Colorectal%20Cancer.html
Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet
Suryono Spd,KE

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine M, Patifisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1994

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2001.

Soeparman & Waspadji, Sarwono, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1990.

20

You might also like