You are on page 1of 86

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

CHOKING/TERSEDAK – KEJANG – KERACUNAN -


GIGITAN ULAR - CEDERA

NOVITA NIRMALASARI, M.KEP

0
CHOCKING/ TERSEDAK
Tujuan Intruksional Khusus

1. MAMPU MENGENALI KORBAN DENGAN SUMBATAN JALAN NAFAS


2. MEMBERIKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN DENGAN
SUMBATAN JALAN NAFAS
3. MENCARI PERTOLONGAN MEDIS SECEPATNYA

2
PENDAHULUAN

SUMBATAN JALAN NAFAS DAPAT TERJADI SEWAKTU-WAKTU BAIK PADA ORANG DEWASA ATAUPUN PADA
ANAK-ANAK.ADA 2 JENIS SUMBATAN JALAN NAFAS YANG MUNGKIN TERJADI, SUMBATAN SEBAGIAN
DAN SUMBATAN TOTAL

BILA JALAN NAFAS KORBAN TERSUMBAT SEBAGIAN, BIASANYA BISA DIBERSIHKAN DENGAN CARA
MENGANJURKAN KORBAN UNTUK BATUK. BILA TERJADI SUMBATAN TOTAL YANG DITANDAI DENGAN
TIDAK TERDENGARNYA SUARA ATAU TIDAK ADANYA HEMBUSAN NAFAS, MAKA CARA TADI TIDAK
DAPAT DILAKUKAN.

3
Pengenalan !

Mampu mengenali korban dengan sumbatan


jalan nafas

4
Pengenalan !
1. KORBAN TERLIHAT SEDANG MAKAN
ATAU ANAK SEDANG MEMASUKAN
SESUATU KEDALAM MULUTNYA
2. KORBAN YANG TERSEDAK SERING KALI
MEMEGANGI LEHER DENGAN KEDUA
TANGANNYA
3. PADA SUMBATAN YANG TIDAK TOTAL
(SEBAGIAN), KORBAN TERLIHAT GELISAH
DAN BATUK.MUNGKIN AKAN
TERDENGAR SUARA “MENGI”, YAITU
NAFAS YANG BERBUNYI SAAT KORBAN
MEGHIRUP NAFAS DALAM
4. PADA SUMBATAN TOTAL, KORBAN TIDAK
DAPAT BERBICARA, DAN MENJADI TIDAK
SADAR.
Pengetahuan!

Memberikan pertolongan pertama pada korban


dengan sumbatan jalan nafas
PERTOLONGAN PERTAMA

Bila korban
bernafas, anjurkan
korban untuk batuk,
tidak ada tindakan
lain yang bisa anda
lakukan
PERTOLONGAN PERTAMA

Bila korban menjadi lemah atau berhenti


bernafas/batuk, lakukan tepukan pada
punggung korban, atau black blows dengan
cara:
PERTOLONGAN PERTAMA

PENOLONG BERDIRI DI
SAMPING AGAK KE BELAKANG
DARI PASIEN / KORBAN

Topang dada korban dengan salah


satu tangan anda dan posisi tubuh
korban membungkuk, sehingga
pada saat benda asing tersebut
keluar dari mulut korban tidak
akan kembali menutup jalan nafas
korban
PERTOLONGAN PERTAMA

Berikan 5 kali tepukan pada daerah punggung dengan tumit


tangan anda diantara tulang belikat; dengan tujuan untuk
membebaskan sumbatan jalan nafas dalam setiap tepukan
PERTOLONGAN PERTAMA

Bila tepukan pada punggung


korban tidak berhasil, lakukan
“Abdominal thrust” atau
Manuver Heimlich
PERTOLONGAN PERTAMA

1. BERDIRI DI BELAKANG TUBUH KORBAN DAN KEDUA TANGAN PENOLONG MELINGKARI BAGIAN ATAS PERUTNYA

2. PASTIKAN KORBAN MEMBUNGKUK DENGAN BAIK, SEHINGGA PADA SAAT BENDA ASING TERSEBUT KELUAR DARI
MULUT TIDAK AKAN KEMBALI MENUTUP JALAN NAFAS KORBAN.

3. KEPALKAN TANGAN ANDA DAN LETAKKAN DIANTARA PUSAR DAN ULU HATI.PEGANG TANGAN ANDA DENGAN
TANGAN YANG LAINNYA.

4. TARIK KEPALAN TANGAN KE DALAM DAN KE ARAH ATAS SEBANYAK 6 – 10 KALI HENTAKAN,DENGAN TINDAKAN INI
DIHARAPKAN BENDA YANG MENYUMBAT SEHARUSNYA KELUAR

5. BILA JALAN NAPAS MASIH TERSUMBAT, PERIKSA MULUT KORBAN APAKAH ADA BENDA ASING YANG DAPAT
DIKELUARKAN DENGAN JARI ANDA, KEMUDIAN LANJUTKAN TINDAKAN INI SEBANYAK 5 KALI BERTURUT – TURUT
JIKA TIDAK BERHASIL MAKA KEMBALI LAKUKAN BLACK BLOWS – ABDOMINAL THRUST SETERUSNYA SECARA
BERGANTIAN
PERTOLONGAN PERTAMA

Bila Korban jatuh dalam keadaan


tidak sadar

Pada saat korban tidak sadar, otot disekitar


laring dapat menjadi rileks sehingga ada celah
untuk udara dapat masuk ke dalam paru.
Kemudian lakukan tehnik ini:
PERTOLONGAN PERTAMA
1. Letakan pasien dengan posisi terlentang di lantai
kemudian tengadahkan kepala korban dan keluarkan
benda asing yang terlihat dalam mulut korban
2. Buka jalan napas dengan mengangkat dagu korban
3. Periksa pernapasan korban dengan tekhnik LIHAT,
DENGAR, RASAKAN
4. Penolong berlutut di antara paha pasien atau di salah
satu sisi paha
PERTOLONGAN PERTAMA
5. Letakanlah tumit tangan di abdomen atas di anatar umbilicus dan titik
temu iga bawah
6. Letakan tangan yang lain diatasnya , hati – hati jangan menekan iga tsb
7. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat kearah
atas sebanyak 5 kali untuk mengeluarkan benda asing
8. Kemudian periksa mulut korban dari benda yang menyumbat, bila ada
sumbatan dan terlihat boleh di keluarkan dengan fingger swab /
penyapuan jari
9. Lakukan Abdominal thrust ini sebanyak 5X berturut – turut jika tidak
berhasil kembali lakukan black blows – abdominal thrust dan seterusnya
KEJANG
PENDAHULUAN
BUKAN PENYAKIT TETAPI
KEJANG MANIFESTASI DARI SUATU
PENYAKIT

BERBAGAI PENYAKIT DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA


BANGKITAN KEJANG MISALNYA:

KELAINAN GENETIK DAN FAKTOR KELAHIRAN, DEMAM, INFEKSI OTAK,


TOKSIN, TRAUMA, GANGGUAN PEREDARAN DARAH, GANGGUAN
METABOLISME DAN NUTRISI,TUMOR, KELAINAN DEGENERATIF,FAKTOR
PSIKOGENIK DAN PENYEBAB YANG TIDAK DIKETAHUI DENGAN JELAS.
FAKTOR RESIKO
Demam
Usia
Genetik Riwayat kejang demam pada
orang tua atau saudara sekandung
Perkembangan terlambat (Malnutrisi)
PENINGK
ATAN
PATOFISIOLOGI SUHU
TUBUH
KEJANG DEMAM
Resiko Tinggi
Metabolisme Basal
Gangguan Kebutuhan
Meningkat
Nutrisi

O² ke Otak
Menurun

Kejang TIK
Demam Meningkat

Kejang Demam Kejang Demam


sederhana Komplek Gangguan Perfusi
Jaringan

Resiko Tinggi
Resiko Injuri Resiko Tinggi
Berulang
Gangguan Tumbuh
Kembang
PATOFISIOLOGI KEJANG
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
• KEJANG DEMAM • KEJANG DEMAM
SEDERHANA (SIMPLE KOMPLIKATA (COMPLEX
FEBRILE SEIZURE), DENGAN FEBRILE SEIZURE), DENGAN
CIRI-CIRI GEJALA KLINIS CIRI-CIRI GEJALA KLINIS
SEBAGAI BERIKUT: SEBAGAI BERIKUT:
• KEJANG BERLANGSUNG • KEJANG LAMA, > 15 MENIT
SINGKAT, < 15 MENIT • KEJANG FOKAL ATAU
• KEJANG UMUM TONIK DAN PARSIAL SATU SISI, ATAU
ATAU KLONIK KEJANG UMUM DIDAHULUI
KEJANG PARSIAL
• UMUMNYA BERHENTI
SENDIRI • BERULANG ATAU LEBIH
DARI 1 KALI DALAM 24 JAM
• TANPA GERAKAN FOKAL
ATAU BERULANG DALAM 24
JAM
KLASIFIKASI KEJANG DE MAM
MENURUT LIVINGSTONE
Kejang Demam Sederhana
Kejang bersifat umum
Lamanya kejang berlangsung singkat ( < 15 menit)
Usia waktu kejang demam pertama kali muncul < 6 tahun
Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
EEG normal
Epilepsi yang di cetus oleh demam
Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal/ setempat
Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam pertama
Frekuensi serangan melebihi 4 kali dalam satu tahun
Gambaran EEG yang dibuat setelah anak tidak normal lagi adalah
normal.
SETELAH DIMODIFIKASI
KRITERIA LIVINGSTONE

1. UMUR ANAK KETIKA KEJANG ANTARA 6 BULAN DAN 4


TAHUN
2. KEJANG HANYA SEBENTAR SAJA, TIDAK LEBIH DARI 15
MENIT
3. KEJANG BERSIFAT UMUM.
4. KEJANG TIMBUL DALAM 16 JAM PERTAMA SETELAH
TIMBULNYA DEMAM
5. PEMERIKSAAN SARAF SEBELUM DAN SESUDAH KEJANG
NORMAL.
6. PEMERIKSAAN EEG YANG DIBUAT SEDIKITNYA 1 MINGGU
SESUDAH SUHU NORMAL TIDAK MENUNJUKKAN
KELAINAN. 7.FREKUENSI BANGKITAN KEJANG DI DALAM 1
TAHUN TIDAK MELEBIHI 4 KALI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS:
Kejang:
*Frekuensi dan lama kejang
*Kapan terjadinya
*Pertama kali atau sudah pernah
*Bila sudah pernah, saat umur berapa?
*Sifat kejang
*Gejala penyerta (muntah, lumpuh, kemunduran fungsi
kognitif)
*Kesadaran waktu kejang dan pasca kejang
DIAGNOSIS

Demam:
timbul mendadak dan lamanya, menggigil,
mengigau,
Gejala penyakit penyerta: Mencret, muntah,
sesak nafas, dll
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Rangsang meningeal :
Pemeriksaan kaku kuduk
Tanda brudzinki I dan II
Tanda kernig

Pada kejang demam rangsangan meningeal (-)


PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Refleks Neurologis
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi
SSP ( meningitis, ensefalitis)
Refleks fisiologis
-Biseps, Triceps, KPR, APR (++ / ++)
Refleks patologis
-Babinski, Oppenheim, Chaddok, hoffman (
normal pada bayi < 18 bulan )

Pada kejang demam refleks patologis (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium (Darah perifer lengkap, elektrolit, glukosa
darah) mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab
• Pungsi lumbal menyingkirkan meningitis indikasi berdasarkan
umur :
* < 12 bulan sangat dianjurkan
* 12 – 18 bulan dianjurkan
* > 18 bulan tidak rutin
Elektroensefalografi
kejang demam yang tidak khas (anak > 6th ,
kejang demam fokal)
CT-Scan atau MRI
Tidak rutin & atas indikasi:
- kelainan neurologik fokal yang menetap
- parese N.VI
- Papil edema
PENATALAKSANAAN

PADA PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM


ADA 3 HAL YANG PERLU DIKERJAKAN,YAITU :

1.PENGOBATAN FASE AKUT

2.MENCARI DAN MENGOBATI PENYEBAB


3.PENGOBATAN PROFILAKSIS TERHADAP

BERULANGNYA KEJANG DEMAM


PENGOBATAN

Anti Piretik
*Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali
*Ibuprofen 5 -10 mg/kgbb/kali
Anti Konvulsan
*Diazepam oral 0.3-0.5 mg/kgbb
*Diazepam rectal 0.5 mg/kgbb BB<10Kg:5mg;
>10Kg:10mg
• Jika kejang tidak teratasi ® dapat diulang dengan cara dan dosis
yang sama dengan interval 5 menit

• Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,


dianjurkan ke rumah sakit. Dan diberikan diazepam intravena 0,3-
0,5 mg/kgbb

• Bila kejang belum berhenti diberikan fenitoin 10-20 mg/kgbb/kali


dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau kurang dari 50 mg/menit.

• Kejang berhenti ® Dosis selanjutnya 4-8 mg/kgbb/hari, yaitu 12


jam setelah dosis awal Kejang belum berhenti ® rawat di ruang
intensif.
RUMATAN

Fenobarbital 3 – 4 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis


Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hair dibagi 2-3
dosis
DOC : Asam Valproat
Pengobatan profilaksis /rumatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, dihentikan
bertahap selama 1 – 2 bulan
INDIKASI RUMATAN
Kejang > 15 menit
Kelainan neurologis
Kejang fokal
Rumat dipertimbangkan pada keadaan:
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam pada bayi < 12 bulan
- Kejang demam ≥ 4 kali per tahun
BAGAN PENATALAKSANAAN KEJANG
SEGERA DIBERIKAN DIAZEPAM INTRAVENA
ATAU DIAZEPAM REKTAL DIAZEPAM :
DOSIS RATA-RATA 0,3-0,5MG/KGBB/KALI
(iv) ATAU DOSIS <10 KG: 5 MG
REKTIOL
>10 KG : 10 MG REKTIOL
BILA KEJANG TIDAK BERHENTI DAPAT DIULANG CARA DAN DOSIS
YANG SAMA DENGAN INTERVAL 5 MNT

KEJANG (+) ------ DIAZEPAM 0,3-0,5 MG/KGBB/HARI (iv)

KEJANG (+) FENITOIN 10-20 MG/KGBB/KALI (IV, BOLUS)

KEJANG (+) KEJANG (-)

RUMATAN
Fenobarbital 3 – 4 mg/kgBB/hari
RAWAT ICU
Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hr
PROGNOSIS
Tergantung dari jenis kejang demam dan faktor resiko.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2.Usia kurang dari 12 bulan
3.Tingginya suhu badan sebelum kejang
4.Cepatnya kejang setelah demam
-Ada seluruh faktor resiko kejang demam berulang 80%.
-Tidak ada faktor resiko kejang demam berulang 10-
15%
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsy
dikemudian hari. Faktor resiko terjadinya
epilepsi adalah:
1. Kelainan neurologis
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi dalam keluarga
TATALAKSANA
KERACUNAN DAN
GIGITAN ULAR
RACUN

ADALAH ZAT ATAU BAHAN YANG BILA MASUK KE DALAM TUBUH


MELALUI MULUT, HIDUNG (INHALASI), SUNTIKAN DAN ABSORBSI MELALUI
KULIT, ATAU DIGUNAKAN TERHADAP ORGANISME HIDUP DENGAN DOSIS
RELATIF BESAR AKAN MERUSAK KEHIDUPAN ATAU MENGGANGGU
DENGAN SERIUS SATU ATAU LEBIH ORGAN ATAU JARINGAN
Jenis zat yang berpotensi sebagai racun
berasal dari :

1. RUMAH TANGGA : DISINFEKTAN, INSEKTISIDA


2. PERTANIAN : PESTISIDA
3. MEDIS : NARKOTIKA, OBAT KERAS DAN OBAT LAIN
4. INDUSTRI : LOGAM BERAT, ASAM DAN BASA KUAT
5. ALAM BEBAS : GANJA, JAMUR, BINATANG BERBISA
Klasifikasi Keracunan
1. menurut cara terjadinya keracunan
Self Poisoning Meracuni diri sendiri
Attempted Suicide Usaha bunuh diri
Accidental Poisoning Tidak disengaja
Homicidal Poisoning Akibat pembunuhan

2. menurut mula terjadinya keracunan


Ø Keracunan Akut
Ø Keracunan Kronis
3. menurut organ terkena keracunan
Ø Neurotoksik
Ø Kardiotoksik
Ø Nefrotoksik
Ø Hepatotoksik

4. menurut jenis bahan kimia


Ø Gol. Alkohol
Ø Gol. Fenol
Ø Gol. Logam berat
Accidental Poisoning :
Anak-anak balita
kebiasaan memasukan benda ke dalam
mulut (termasuk obat-obat yang menarik
warna dan rasanya, spt. Tablet berlapis
gula, warna-warni tablet dan sirup, serta
aromanya),minyak tanah dll.
Pada anak muda
biasanya golongan opiat yang
disalahgunakan (untuk mencari
kesenangan)
Pada orang dewasa
golongan barbiturat, gol. Hipnotik &
sedatif lain dan Obat nyamuk cair
merupakan pilihan utama bagi orang yang
mengalami depresi berat untuk bunuh diri
Self Poisoning

Kecelakaan karena kurang hati-hati dalam


penggunaan
Misal: keracunan pestisida atau insektisida

Keracunan oleh toksin tertentu (biasanya


dihasilkan oleh mikroba)
Misal : Enterotoksin yang dihasilkan oleh
kuman stafilokokus
Toksin botulinum yang yang terdapat
dalam makanan kaleng yang sudah
rusak karena pengawetan tidak
sempurna
Keracunan yang disebabkan oleh
makanan sehari-hari yang mengandung
racun
Misal : Sianida dalam singkong
Muskarin pada jamur
As.Jengkolat pada jengkol
penyumbatan tubuli ginjal hematuria
dan anuria.

Keracunan Borax dan Formalin


pengawetan makanan seperti bakso, ikan
tahu dsb.
Tanda-tanda keracunan

Tanda / gejala sangat tergantung kepada jenis


dan kekuatan kerja racun (potensi) serta
tempat kerja (organ sasaran) dari zat racun
tersebut.

Banyak racun yang tidak menimbulkan gejala


spesifik,
Mis. Koma : dapat ditimbulkan oleh keracunan
hipnotik, stimulansia, gol. Salisilat, antidepresi
dsb.
Namun ada beberapa bahan kimia yang
memberikan tanda/gejala khusus bila terjadi
keracunan
Mis. :
Gol. Hipnotik : menimbulkan koma dengan
tonus dan reflek otot menurun

Gol. Antikolinergik : menimbulkan gejala


midriasis, takikardia, retensi urin,halusinasi
kulit merah dan panas
Yang perlu diperhatikan pada
permulaan keracunan

1. Kesadaran
2. Respirasi
3. Tekanan darah
4. Kejang
5. Pupil mata
6. Jantung
7. Bising usus
1. Kesadaran

Penurunan kesadaran merupakan petunjuk penting


tentang beratnya keracunan. Makin dalam koma
,makin berat keracunan dan persentase kematian
juga akan bertambah

Secara toksikologi penurunan kesadaran dibagi atas 4 tingkat

Tingkat I : Penderita mengantuk ,tapi masih bisa diajak bicara.

Tingkat II : Penderita sopor,bereaksi dengan rangsangan minimal

Tingkat III : Penderita sopor-komatus,bereaksi dengan rangsangan maks

Tingkat IV : penderita koma, tidak ada reaksi sama sekali


2. Respirasi.

Salah satu penyebab kematian pada keracunan


adalah terhambatnya aliran nafas oleh sekresi mukus
seperti pada keracunan organo pospat
Depresi pernafasan sering penyebab kematian pada
keracunan obat-obat ssp.

3.Tekanan darah

Penurunan tekanan darah sering sering terjadi pada


keracunan dan dapat pula timbul syok tapi tidak begitu
berat, bisa diatasi dengan tindakan sederhana.Syok
berat umumnya berhubungan dengan kerusakan
pusat vasomotor dan prognosa yang jelek.
4. Kejang.
Kejang merupakan tanda adanya stimulansia pada SSP (mis,amfetamin)
,medula spinalis (striknin), hubungan saraf otot (insektisida organo
pospat)
5. Mata
Pinpoint (opiat), dilatasi pupil (atropin,amfetamin),kemerahan (cannabis)
6. Bising usus
Perubahan bising usus menyertai perubahan derajat kesadaran.Pada
derajat kesadaran tingkat III ,biasanya bising usus negatif,dan tingkat IV
selalu negatif. dapat dipakai untuk pasien yang pura-pura pingsan.
7. Lain-lain
Gejala lain seperti gangguan keseimbangan asam basa,air, tanda
kerusakan hati dan ginjal,retensi urin ,muntah dan diare dll.
• RACUN YANG BEKERJA LOKAL SEPERTI ZAT KOROSIF (ASAM DAN BASA KUAT),
MENIMBULKAN NYERI HEBAT PADA DAERAH YANG TERKENA RACUN.

• RACUN YANG BEKERJA SISTEMIK, MENYERANG ORGAN VITAL SEPERTI


SUSUNAN SYARAF PUSAT, JANTUNG, PARU-PARU, GINJAL DAN HATI YANG
MEMPENGARUHI SELURUH SISTEM TUBUH SEPERTI : NARKOTIK YANG
MENYERANG SSP, AS.OKSALAT MENYERANG KERJA JANTUNG, CO DAN
SIANIDA MENYERANG SISTEM PERNAFASAN, MERKURI MENYERANG GINJAL.
Terapi intoksikasi

Secara umum penanggulangan keracunan


dengan cara :
A. Terapi simtomatis.
B. Mencegah absorbsi selanjutnya dari
racun
C. Mempercepat pengeluaran racun dari
tubuh.
A. Terapi simptomatik
1. Hilangkan gejala-gejala keracunan
2. Pertahankan fungsi vital
3. Bila perlu beri antidotum tertentu bila sudah diketahui jenis
racunnya
4. Mempercepat ekskresi obat.
Saliva dan sekret bronkus yang berlebihan sering menyumbat
saluran nafas (terutama obat kolinergik). Tindakan pertama :
Lakukan pembersihan mulut dan jalan nafas, pasien dibaringkan
dengan posisi miring bergantian kanan dan kiri.Bila perlu berikan
bantuan pernafasan dengan respirator mekanik
B. Pencegahan absorbsi racun
1. Keracunan melalui kulit :
lakukan pencucian dengan sabun dan
air (jangan gunakan pelarut organik)

2. Keracunan melalui inhalasi :


segera pindahkan pasien ke tempat
yang segar dan udaranya bersih
3. Keracunan peroral :

v Pemberian sirup “ipekak” utk merangsang


muntah & efektif jika racun < dr 1 jam.
Kontraindikasi apabila tertelan agen korosif

v Bilas lambung dengan pipa karet berdiameter


besar (mengeluarkan tablet yang belum hancur)

v Pemberian pencahar (meningkatkan peristaltik


usus shg penyerapan lebih lama)

v Pemberian arang aktif (untuk menyerap


obat/racun)
C. Mempercepat pengeluaran racun
1. Transfusi pengganti
2. Dialisis peritoneal
3. Diuresis paksa
4. Hemodialisis
5. Hemoperfusi
— SAMPEL UNTUK MENGETAHUI PERISTIWA KERACUNAN ADALAH SISA
RACUN, SISA MAKANAN JIKA RACUN BERCAMPUR BAHAN MAKANAN,
BEKAS MUNTAHAN, URINE DAN FESES.

— SAMPEL DARI KORBAN ADALAH DARAH DAN JARINGAN TUBUH


(TERUTAMA JIKA KORBAN TELAH MENINGGAL) SEPERTI LAMBUNG DAN
ISI LAMBUNG, HATI DAN ORGAN LAIN YANG DIPERLUKAN.
GIGITAN ULAR BERBISA
PENDAHULUAN

• GIGITAN ULAR MERUPAKAN KEGAWATDARURATAN MEDIS YANG DAPAT


MENYEBABKAN DISABILITAS PERMANEN HINGGA KEMATIAN.

• SEKITAR 5,4 JUTA ORANG MENGALAMI GIGITAN ULAR SETIAP


TAHUNNYA, DAN 2,7 JUTA DIANTARANYA ADALAH GIGITAN ULAR
BERBISA. SEKITAR 81.000 HINGGA 138.000 ORANG MENINGGAL SETIAP
TAHUNNYA AKIBAT GIGITAN ULAR, DAN TIGA KALI BANYAKNYA
AMPUTASI DAN DISABILITAS PERMANEN DISEBABKAN OLEH GIGITAN ULAR
TIAP TAHUNNYA (WHO, 2020)
JENIS ULAR BERBISA DI ASIA TENGGARA

1. ELAPIDAE
2. VIPERIDAE
3. COLUBRIDAE
1.ELAPIDAE
— MEMILIKI TARING DEPAN YANG PENDEK (PROTEROGLYPH), FAMILI INI
TERMASUK KOBRA, KING KOBRA, KRAITS, DAN CORAL SNAKES.
ELAPIDAE MEMILIKI BENTUK TUBUH YANG PANJANG, KURUS, WARNA
UNIFORM DENGAN SISIK HALUS YANG SIMETRIS PADA BAGIAN DORSAL
KEPALANYA.
GAMBAR 1.BUNGARUS CANDIDUS/ULAR WELING
GAMBAR 2 NAJA SUMATRANA/ULAR KOBRA
2. VIPERIDAE
— MEMILIKI TARING PANJANG (SOLENOGLYPH) YANG
NORMALNYA TERLIPAT DATAR KE RAHANG ATAS, DAN AKAN MUNCUL
SAAT MENYERANG. VIPERIDAE CENDERUNG MEMILIKI TUBUH YANG
PENDEK, TEBAL, DENGAN SISIK KECIL YANG KASAR PADA BAGIAN
DORSUM KEPALA.
— CONTOH SPESIES ULAR DARI FAMILI INI ADALAH DABOIA SIAMENSIS
(ULAR BANDOTAN PUSPA), CYRPTELYTROPS ALBOLABRIS (ULAR
HIJAU), DAN CALLOSELASMA RHODOSTOMA (ULAR TANAH)
3. COLUBRIDAE
• BEBERAPA SPESIES YANG PENTING SECARA MEDIS DARI FAMILI
COLUBRIDAE TELAH DIIDENTIFIKASI DI ASIA TENGGARA, CONTOHNYA
ADALAH RHABDOPHIS SUBMINIATUS YANG DAPAT MENYEBABKAN
GANGGUAN ANTI-HEMOSTATIS DAN GAGAL GINJAL AKUT.
TIPE BISA ULAR, ADA 4 YAITU

1. BISA HEMATOXIC
EFEK PADA DARAH DAN SIRKULASI
a. KORBAN MENINGGAL KARENA GAGAL PADA JANTUNG DAN PEDARAHAN
b. BENGKAK, MEMAR, RASA SAKIT YG HEBAT
c. TD ↓
d. PEDARAHAN GUSI, HIDUNG, MATA, OTAK
• CONTOH : SIAMESE RUSSELS DAN MALAYAN VIPER
2. BISA MYOTOXIC

EFEK PADA JARINGAN OTOT


a.“BISA” DAPAT MENONAKTIFKAN KONTRAKSI OTOT SECARA CEPAT.
b.SAKIT PD KAKI, PINGGANG,BAHU DGN KELUMPUHAN DAN DPT
MENYABABKAN NEKROSIS OTOT
CONTOH: RATTLESNAKE, SEA SNAKE
3.BISA NEUROTOXIC

EFEKNYA PADA SISTEM SARAF SEPERTI


a. KELOPAK MATA YG TERKULAI
b. PINGSAN KADANG DIIKUTI SPASME
c. AIR LIUR BERLEBIH
d. MUNTAH
e. PEMBENGKAKAN DAN KERUSAKAN JARINGAN.
f. KELUMPUHAN PROGRESIF DARI OTOT RANGKA DAN PERIFER DIIKUTI
KEMATIAN AKIBAT KEGAGALAN PERNAPASAN.
4. BISA CYTOTOXIC

a. MENGHANCURKAN SEL
b. MENGHASILKAN GEJALA LOKAL DAN SISTEMIK
YANG PARAH SEPERTI PERDARAHAN, DAN
KERUSAKAN JARINGAN
c. MENYEBABKAN KEMATIAN
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA LOKAL

1. BEKAS GIGITAN (FANG MARKS): BIASANYA DITANDAI DENGAN DUA


LUKA TUSUK PADA ULAR BERBISA DAN PADA ULAR TIDAK BERBISA
LUKA TUSUK KECIL BERBENTUK SEPERTI BUSUR.

2. NYERI: RASA NYERI SEPERTI TERBAKAR, DITUSUK-TUSUK, SEPERTI AKAN


MELEDAK DAPAT MUNCUL DI BEKAS GIGITAN DAN MENYEBAR SECARA
PROKSIMAL PADA EKSTREMITAS YANG TERGIGIT. NODUS LIMFATIK
TERDEKAT AKAN TERASA NYERI.

3. ABSES, NEKROSIS JARINGAN (AKIBAT GIGITAN FAMILI VIPERIDAE).


4. EDEMA LOKAL: ULAR VIPER MENIMBULKAN EFEK LOKAL PALING INTENS DIBANDINGKAN
ULAR LAINNYA.BENGKAK DAPAT TERJADI DALAM 15 MENIT, SEMAKIN MASIF SELAMA 2-3
HARI, DAN DAPAT BERTAHAN SELAMA 3 MINGGU. PADA EKSTREMITAS DENGAN
KOMPARTEMEN SEMPIT, DAPAT TERJADI SINDROM KOMPARTEMEN DAN ISKEMIK. JIKA DALAM
2 JAM SETELAH GIGITAN ULAR VIPER TIDAK TERDAPAT BENGKAK, DAPAT DIPASTIKAN
GIGITAN TERSEBUT ADALAH GIGITAN KERING.

GEJALA EDEMA, KEMERAHAN, NEKROSIS PADA TEMPAT GIGITAN DISEBABKAN JUGA OLEH
PENGARUH ENZIM PROTEOLITIK SEPERTI METALLOPROTEINASE, HIDEOLASE DAN SITOTOKSIN
GEJALA SISTEMIK

GEJALA SISTEMIK YANG SERING DIJUMPAI ADALAH MUAL, MUNTAH,


NYERI PERUT, PUSING, DAN BADAN LEMAH.
AKIBAT BISA ULAR VIPERIDAE TERJADI KELAINAN YANG MELIBATKAN
SISTEM KARDIOVASKULAR SEPERTI GANGGUAN PENGLIHATAN, PUSING,
MENGANTUK, PINGSAN, SYOK, HIPOTENSI, ARITMIA JANTUNG, EDEMA
PARU DAN EDEMA KONJUNGTIVA.
YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN :

1. MEMANIPULASI LUKA, BAIK DENGAN CARA MENYEDOT BISA ULAR DARI


TEMPAT GIGITAN ATAU MENYAYAT KULIT AGAR BISA KELUAR BERSAMA
DARAH, MENGGOSOK DENGAN ZAT KIMIA, ATAU MENGOMPRES
DENGAN AIR PANAS ATAU ES PADA LUKA GIGITAN.
2. MENGIKAT ATAU MEMBER TORNIKET TERLALU KERAS PADA LUKA
GIGITAN.
3. MINUM MINUMAN ALCOHOL ATAU KOPI (PENINGKATAN
JANTUNG,MEMPERCEPAT PENYERAPAN)
4. MENCOBA MENGEJAR DAN MENANGKAP ULAR.
MANAJEMEN GIGITAN ULAR

1. PERTOLONGAN PERTAMA
a. MENENANGKAN KORBAN YG CEMAS
b. IMOBILISASI BAGIAN TBUH YG TERGIGIT AGAR TDK TJD KONTRAKSI OTOT,KRN
DPT MENINGKATKAN PENYERAPAN BISA KE DALAM ALIRAN DARAH DAN GETAH
BENING.
2. IDENTIFIKASI ULAR PENYEBAB. DESKRIPSI YANG DISAMPAIKAN SAKSI, FOTO ULAR,
ATAU JIKA MEMUNGKINKAN ULAR DAPAT DIBAWA KE IGD RUMAH SAKIT
3. JIKA ULAR YANG DIMAKSUD BERBISA ATAU TIDAK YAKIN, PASIEN DAPAT DIRAWAT
INAP UNTUK OBSERVASI KETAT
4. PERTOLONGAN PERTAMA: IMOBILISASI DENGAN PEMBIDAIAN DAN
ELASTIC BANDAGE (TIDAK DIANJURKAN MENGGUNAKAN TENSOCREPE).

5. BEBASKAN AIRWAY DAN BREATHING, TERUTAMA PADA GIGITAN ULAR


DENGAN BISA YANG MENGANDUNG NEUROTOXIN PENYEBAB
PARALISIS.

6. AMBIL SAMPEL DARAH PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN DARAH


LENGKAP,FAAL HEMOSTASIS TIAP 6 JAM (APTT,PTT,INR), FUNGSI
GINJAL,ELEKTROLIT.
7. PERIKSA EKG UTK MENDETEKSI KELAINAN JANTUNG

8. PEMBERIAN SABU (SERUM ANTI BISA ULAR).

9. TERAPI SUPORTIF LAINNYA SEPERTI CAIRAN, NEOSTIGMIN ATROPIN,


HINGGA VENTILATOR UNTUK YANG GAGAL NAFAS.
SERUM ANTI-BISA ULAR (SABU)
SERUM ANTI-BISA ULAR (SABU) DAPAT DIBERIKAN DENGAN PEDOMAN
SEBAGAI BERIKUT.
1. UNTUK BISA ULAR DENGAN GEJALA NEUROTOXIN DAN
PERDARAHAN SPONTAN MASIF DIBERIKAN SABU 2 VIAL DIDRIP
DENGAN LARUTAN PZ TIAP 2 JAM
2. UNTUK BISA ULAR BUKAN DENGAN GEJALA NEUROTOXIN ATAU
KOAGULOPATI PARAH, DIBERIKAN 2 VIAL SABU DIDRIP TIAP 6 JAM.
3. PEMBERIAN SABU DAPAT DITERUSKAN SAMPAI TANDA DAN GEJALA
MENGHILANG, TIDAK ADA MAXIMUM DOSE.
PEMBERIAN SABU EFEKTIF,APABILA

1. PERDARAHAN AKAN BERHENTI DALAM 15 MENIT


2. FAAL KOAGULASI AKAN NORMAL DALAM 3-9 JAM
3. HIPOTENSI AKAN MEMBAIK DALAM 30-60 MENIT
4. GEJALA PARALISIS AKAN MEMBAIK DALAM 30 MENIT
5. WARNA GELAP URIN AKIBAT MIOGLOBINURIA ATAU
HEMOGLOBINURI MENGHILANG DALAM BEBERAPA JAM.
CEDERA
PENANGANAN PERTAMA CEDERA

• Setelah mengalami cedera penanganan selanjutnya bisa menggunakan metode


RICE (rice, ice, compression dan elevation). Metode terapi RICE ini dilakukan
secepat mungkin saat setelah terjadi cedera.
REST (ISTIRAHAT)

Rest berarti mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera. Tujuan dari mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
adalah menjaga cedera lebih lanjut dan membuat proses penyembuhan luka lebih cepat. Pemberian istirahat
dilakukan selama 15 menit atau sampai rasa nyeri hilang. Tetapi biasanya istirahat sampai rasa nyeri hilang
diperlukan waktu 48 jam. Bagian tubuh yang cedera harus diistirahat karena bila terlalu banyak beraktivitas
maka akan menyebabkan timbulnya nyeri dan memicu inhibisi neuromuscular, dimana ada reflex dari tubuh
untuk menghindari gerakan tertentu pada bagian yang cedera. Inhibisi ini dapat terus terjadi walaupun cederanya
sudah sembuh sehingga atlet merasa belum sembuh padahal sebenarnya sudah sembuh.

ICE (ES)

Pemberian es pada daerah yang cedera merupakan salah satu metode dari cryotherapy. Pemberian es pada
cedera akut dapat dilakukan dengan memasukkan pecahan es kedalam kantong plastic seluas cedera luka atau
lebih. Setelah itu dibungkus dengan handuk yang sudah dibasahi, kemudian ditempelkan pada daerah yang
cedera. Usahakan akntong es ini dapat memenuhi semua area yang cedera atau lebih baik melebihi daerah yang
cedera. Kemudian tutup dengan elastic verban melebihi permukaan dari kantong es. Pemberian es sebaiknya
dilakukan dalam waktu 10-30 menit atau segera mungkin setelah terjadi cedera selama 15-20 menit, kemudian
diulangi setiap 2 jam.
COMPESSION (KOMPRESI ATAU TEKANAN)

Kompresi yaitu aplikasi tekan terhadap lokasi cedera jaringan lunak. Kompresi sangat berperan dalam mengurangi
perdarahan internal dan pembekakan yang merupakan faktor utama dalam memperpanjang masa rehabilitas. Selain itu
kompresi juga membantu reabsorbsi cairan edema dari jaringan. Setelah dikompres dengan es atau pendinginan, lilitkan
perban elastik. Mulai pasang elastik beberapa sentimeter dibawah cedera dan lilitkan dengan cara berputar seperti spiral
bertumpang tindih kearah atas, mulai dengan tekanan kencang, kemudian secara bertahap lilitkan secara longgar ke atas
cedera. Hal yang harus dipehatikan dalam pembebatan adalah jangan terlalu ketat karena dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi distal dengan gejala seperti, rasa gatal, kesemutan dan meningkatkan nyeri. Korban sebaiknya menggunakan
perban elastic selama 18-24 jam pertama (kecuali bila sudah dilakukan pendinginan). Di waktu malam, perban elastic dapat
dilonggarkan tetapi tidak dilepaskan.

ELEVATION (ELEVASI ATAU PENINGGIAN)

• Elevation adalah meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi jantung. Supaya tekanan hidrostatik kapiler yang
turun mendororng cairan keluar dari pembuluh darah pada pembentukan edema. Elevasi juga akan membantu pembuluh
darah vena untuk mengembalikan darah dari area cedera ke jantung supaya mencegah terjadinya akumulasi atau pooling
darah di sekitar cedera. Pada elevasi bagian cedea diangkat 15-25 cm diatas jantung, dilakukan terus menerus sampai
pembengkakan hilang. Setiap saat jika memungkinkan, tinggikan bagian yang cedera melebihi tinggi jantung selama 24
jam pertama setelah cedera. Jika dicurigai fraktur, jangan meninggikan ekstremitas sampai distabilakan dengan bidai.
PENELITIAN TENTANG CEDERA
HTTPS://EJOURNAL.UNISAYOGYA.AC.ID/INDEX.PHP/JHES/ARTICLE/VIEW/1018

• Studi Demografi: Riwayat Kejadian Cedera Dan Penanganan Pertama Cedera Olah Raga Di Unit Kegiatan
Mahasiswa

• Tujuan: mengetahui karakteristik demografi penanganan cedera olahraga.


• Metode: penelitian deskriptif pada 69 mahasiswa dengan teknik sampling stratified
random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner terbuka dan tertutup
dan dianalisis secara deskriptif.
• Hasil: sebanyak 41 responden (59%) berjenis kelamin laki-laki dan terbanyak dari
fakultas kesehatan 50(72,5%). Sejumlah 62(89,9%) pernah mengalami cedera
dengan area paling sering adalah angkle 23(37,1%). Penanganan pertama pada
kram otot dilakukan pemijatan 51(73,9%), memar dengan kompres dingin 32(46,4%).
Penanganan pertama dengan pemijatan dilakukan pada strain 36(52,2%) dan
sprain 38(55,0%) serta dislokasi dengan immobilisasi 33(47,8%). Kesimpulan:
penanganan cedera olahraga yang dilakukan di UKM olahraga belum seluruhnya
tepat.

You might also like