You are on page 1of 13

BOCHARI, ST.

, MT

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Secara universal air selain merupakan unsur dasar bagi semua kehidupan di
bumi, juga sangat penting bagi kelanjutan ekosistem dan memiliki manfaat sosial,
ekonomi, budaya dan hankam. Dengan jumlah yang relatif terbatas (hanya 3 % dari
cadangan air dibumi) air bisa dibilang merupakan sumber daya yang khas dan unik
dan merupakan sumberdaya air yang dapat diperbaharui. Meskipun jumlahnya yang
terbatas tetapi pemanfaatannya di indonesia hingga saat ini sering tidak hemat,
sehingga timbul kesan bahwa air merupakan sumberdaya yang “gratis”, padahal
investasi dalam penyediaan air tidak sedikit.

Ditinjau dari keseimbangan air ( water balance) secara nasional untuk pulai atau
kepulauan dapat disimpulkan bahwa keadaan sumberdaya air kuantitatif pada tahun
2000 atau lebih, untuk pulau jawa, madura, bali, NTB, dan NTT sudah dalam keadaan
keritis, dalam arti besarnya kebutuhan akan air ( water demand) hampir atau telah
melampaui air permukaan yang tersedia ( wateravailabelity), sedangkan untuk pulau
lain masih cukup baik.

Perlindungan SDA hingga saat ini bertujuan agar fungsi sumberdaya dapat
berlangsung dengan lestari dan pelaksanaannya dilakukan oleh beberapa instansi
seperti, DPU, Dep.Pertanian, Dep.Kehutanan, Dep.Dalam Negeri, Dep.pertambangan,
Mentri Negara KLH, Petani pemakai air dan Pencinta lingkungan hidup dll.

Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan


disegala bidang kehidupan dan dalam upaya memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kehidupan masyarakat. Pola untuk pengembangan didasarkan atas
wilayah sungai dan Rencana Pengembangan Sumber-Sumber Air Nasional dari
Rencana pembangunan Nasional (PP No.22/1974). Atas dasar tersebut di atas sejak
tahun 1976 telah dimulai langkah nyata dengan menetapkan kebijaksanaan
“Perencanaan pengembangan serta Pemanfaatan Sumber-sumber air dan Air secara
terpadu, Menyeluruh dan serasi”

Penggunaan air dan Sumberdaya air prinsipnya sesuai dengan kebijaksanaan


yang ada (UU No.11/1974 dan PP No.22/1982) yang diperioritaskan pada keperluan air
minum, rumah tangga, pertahanan keamanan, peribadatan dan keperluan sosial,
sedangkan keperluan seperti pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, lalu
lintas air, dan rekreasi menempati prioritas berikutnya. Pada kenyataannya
penggunaan air untuk pertanian lebih menonjol karena prioritas pembangunan lebih
ditekankan pada swasembada beras.
BOCHARI, ST., MT

1. Aspek Pengembangan Sumber Daya Air

pengembangan sumber daya air merupakan kesatuan problem dengan


pengembangan sungai, nilai optimum yang dapat dihitung sebenarnya merupakan
fungsi waktu karena suatu pengembangan adalah proses rekursif. Dalam
pengembangan sumber daya air harus juga dilihat tingkat perkembangan sosial,
ekonomi, dan politik suatu wilayah dan kemampuan melihat pengembangan optimum,
ini merupakan dua hasil analisis pengembangan sungai yang dapat berupa landasan
jitu dalam penentuan kebijakan pengembangan rekursif.

2. Latar Belakang Formulasi Perencanaan

Pada pendekatan konfrehensif untuk pengembangan sumber daya air, ada 6


langkah utama,

a. Penentuan pengembangan untuk masyarakat luas.


b. Kuantifikasi dari kebutuhan-kebutuhan dan pelayanan yang akan disediakan
c. Penilaian terhadap ketersediaan sumber daya, baik insani maupun sumber daya
alam.
d. Pemilihan program-program pengembangan.
e. Pembangunan, atau pengaktifan, atau modifikasi struktur institusi, untuk
perencanaan, pelaksanaan, operasi, dan pemeliharaan.
f. penyediaan keahlian untuk mengemban tugas-tugas perencanaan,
pengembangan, operasi, manajemen dan pemeliharaan.

Pengembangan sumber daya air secara benar akan merupakan pengikat


seluruh kegiatan manusia, berupa acuan yang membawa derap pembangunan kearah
pemenuhan cita-cita masyarakat dalam interes bersama secara nasional. Perencanaan
sumber daya air akan efektif apabila berorientasi kepada cita-cita sosial ekonomi suatu
bangsa.
Pemampaatan sumber daya air harus dipandang sebagai suatu sektor yang
berkaitan dengan sektor lain dalam kerangkah utuh.
Untuk mendapatkan pertumbuhan pengembangan yangt imbang, beberapa hal
pokok yang tidak lepas dari ikatan sistem sungai dengan sumber daya airnya adalah,

a. Zonasi pemukiman.
b. Pengembangan pusat-pusat perdagangan, dan industri.
c. Jaringan transportasi.
d. Pusat-pusat komunikasi dan pelayanan.
e. Conservasi sumber daya hayati
f. Semua kegiatan produksi yang berkaitan erat dengan pemakaian air.

Cakupan PWS dari aspek sumber daya air adalah adalah kegiatan-kegiatan
untuk optimasi pembuatan dan pengoperasian dari berbagai subsistem dalam DAS,
berupa topik-topik sebagai berikut,

a. Suplay air untuk rumah tangga dan industri, hal ini menyangkut,

1. Pengembangan sumber daya air permukaan,


2. pengembangan sumber daya air tanah,
3. pengembangan sumber daya air pantai sepanjang perbatasan DAS
dengan laut,
4. penanggulangan intrusi air asin.

b. Penangan masalah-masalah banjir yang berurusan dengan beberapa jenis


pokok kegiatan yaitu,

1. Pengendalian banjir,
2. konservasi tanah dan pengendalian erosi,
3. pengelolaan DAS.
BOCHARI, ST., MT

c. Irigasi dan drainase meliputi persoalan,

1. Produksi pangan, bahan pakaian dan hasil hasil perkebunan,


2. reklamasi tanah daerah rendah maupun dataran tinggi.
3. pengendalian keasaman pada tanah.

d. Transportasi air yang meliputi,

1. Navigasi di sungai-sungai besar,


2. pembuatan saluran untuk lalu lintas air,
3. masalah pelabuhan dan pantainya.

e. Pembangkit listrik tenaga air.


f. Pengembangan sumber daya rekreasi dan turisme, menyangkut masalah,

1. Pengendalian kondisi lingkungan,


2. Pencegahan polusi,
3. conservfasi keindahan alam.

Penggunaan air dalam DAS menyangkut aspek luas dan ketepatan


pengembangan DAS berpengaruh langsung terhadap kegiatan dan kesejahteraan
penduduk didalamnya.
Untuk diungkapkan dalam beberapa kata, pengembangan DAS harus
mempunyai perhatian mendalam terhadap fungsi ekosistem DAS, dengan segala aspek
yang terkandung didalamnya. Aspek tersebut bukan hanya aspek ekonomi, namun
berwawasan nilai-nilai sosial, estetika, potensi rekreasi dan nilai nilai keseimbangan
ekologis.

3. Formulasi Perencanaan

Perencanaan pengembangan wilayah sungai pada dasarnya berupa suatu


proses untuk,

a. Memilih tujuan yang akan dicapai,


b. penentuan kondisi fisik Das,
c. mencari cakupan dan ukuran suatu jenis pelayanan satuan-satuan kecil
pengembangan sebagai elemen-elemen DAS,
d. membuat metode atau prosedur pengoperasian proyek-proyek
e. pengarahan menejemen untuk pemenfaatan optimum dari sumberdaya
berdasarkan informasi hasil pengumpulan data.

Formulasi perencanaan PWS mengarah kepada optimasi penggunaan


kombinasi antara air, tanah dan lain-lain sumberdaya dalam DAS. Pemanfaatan
sumberdaya air dan tanah DAS untuk kebutuhan yang diidentifikasi, disiapkan melalui
kegiatan teknik didukung pembuatan struktur bangunan maupun usaha-usaha bukan
dengan pembuatan bangunan.
Rencana yang dibuat bermaksud mengatur jumlah air yang tersedia, untuk
suatu agihan penggunaan yang tepat dalam skala tempat, waktu, dan jenis kegiatan di
DAS. Pengembangan maju setapak demi setapak dengan watak rekursif.
Formulasi perencanaan, secara prinsip adalah menemukan alternatif-
alternatif dan melakukan evaluasi dengan studi banding antar alternatif, selanjutnya
memilih rencana-rencana program yang apabilah diintegrasikan dalam berbagai tingkat
wilayah pengmbangan akan memberi kontribusi optimum bagi tujuan pengembangan.
Karena suatu pengembangan adalah proses rekursif maka perencanaan
pengembangan secara rinci adalah proses kuntinyu untuk membuat rangkaian
program-program pembangunan dengan mengambil resiko secara sistematik,
mengkoordinasi pelaksanaan program, dan secara kontinyu pula melakukan monitor
untuk penilaian hasil-hasil, dikaitkan dengan sasaran perencanaan atau sasaran
program.
Perencanaan adalah untuk masa depan sehingga langkah penting dalam
suatu perencanaan adalah telah sistematis dari masa depan. Perencanaan untuk masa
BOCHARI, ST., MT
depan bukanlah sekedar exstrapolasi dari masa lampau, namun harus selalu dilandasi
aktivitas intensif untuk eksplorasi kemungkinan-kemungkinan, jadi perencanaan perlu
mampu membangun alternatif-alternatif masa depan.

4. Karakteristik Program Pengembangan Wilayah Sungai.

PWS yang baik memiliki ciri-ciri utama berkaitan dengan pengusahaan


kesejahteraan umum melalui cara pengembangan optimal, ciri-ciri tersebut dapat
didiskripsikan sebagai berikut.

a. Pengembangan didasarkan pada suatu perencanaan yang dilandasi pada


pengertian tentang pemanfaatan sumber daya dalam DAS secara terkoordinasi
menuju daya guna optimal.
b. Pengembangan telah dilakukan dengan perencanaan yang
mempertimbangakan tujuan nasional dan regional.
c. Setiap proyek memiliki tujuan dan cakupan serta fungsi amat jelas dalam
kaitannya dengan proyek-proyek lain pada suatu kerangka pengembangan
utuh.
d. Rencana pengembangan telah menyediakan informasi tentang konsekuensi
dampak, baik positif maupun negatif.

Evaluasi Pengelolaan Sumberdaya Air

Evaluasi pengelolaan sumberdaya air perlu selalu dilakukan dengan sistematis.


Hal evaluasi ini perlu dilakukan terus menerus oleh karena pengembangan sumberdaya
air selalu dilaksanakan dan terus diolah dengan baik. Cara pengelolaan dengan baik
hanya dapat ditemukan melalui evaluasi. Mendekati dinamika perkembangan
permasalahan sumberdaya air yang didekati dengan iterasi rekursif, evaluasi
merupakan keharusan, agar waktu berikutnya diolah lebih baik dari waktu saat ini.
Persoalan pengelolaan sumberdaya air dapat diibaratkan muncul sebagai
gunung es (iceberg concept). Bagian yang tampak dipermukaan lebih kecil dari bagian
yang ada dibawah permukaan.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi pengelolaan
sumberdaya air.

a. Kesiapan Data

Secara umum data dapat dianalisis untuk berbagai tujuan utama yaitu:

1. Pengambilan keputusan
2. Administrasi pengelolaan
3. Diagnosa kendala.
4. Informasi umum.

Pengelolaan sumberdaya air bermaksud untuk melayani keperluan yang


bersipat dinamis, sehingga pengelolaan harus bersipat cepat tanggap terhadap
perubahan persoalan yang dihadapi. Apabila hal ini merupakan kenyataan yang harus
dihadapi oleh sistem pengelolaan maka basis data untuk evaluasi pengelolaan
sumberdaya air merupakan kebutuhan mutlak sebagai landasan pengelolaan rekursif.
Untuk evaluasi pengelolaan secara komprehensif, terpadu dan obyektif
diperlukan sejumlah data, yaitu :

1. Data fisik.

(1) Geologi,(2) sumberdaya lahan,(3) hidrologi,(4) geografi fisik,(5)


meteorologi,(6) kualitas air,(7) lingkungan dan ekologi,(8) tata bangunan
pelayanan,(9) distribusi pelayanan air dan,(10) distribusi permintaan air.

2. Data sosial ekonomi


BOCHARI, ST., MT
(1) Institusi terkait, pengaturan dan policy, (2) demografi sosial, (3)
geografi sosial, tata tanah dan zonasi, (4) ekonomi, (5) finansial, (6)
perundang-undangan, (7) sosial (termasuk lingkungan sosial dan budaya),
(8) sistem koordinasi, (9) polusi, (10) rekreasi dan turisme.

Data yang handal dan sahih merupakan acuan untuk analisis yang benar.
Ketersediaan data harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Pengambilan data (data aguisition)


2. Kontrol kualitas data (data pre-processing)
3. Pengumpulan dan penyimpanan data (data collecting and storing)
4. Pengaksesan data (data retrieval)
5. Analisis data (data analysis)
6. Penyajian data menjadi informasi yang berguna (post-processing & presentation)
7. Pembaruan data (updating)

b. Evaluasi Pengelolaan SDA.

Berikut ini disampaikan suatu cara pendekatan pengelolaan SDA dengan prinsip
iteratif-rekursif atau prinsip evaluasi kontinyu.
Bagan alir berikut dapat memandu pemikiran pengelolaan SDA.

TUJUAN PENGELOLAAN SDA EFEKTIFITAS


(Spesifik setempat, spesifik cakupan)

SUMBERDAYA TERSEDIA

Efisiensi Produktivitas
MASUKAN PROSES SISTEM PENGELOLAAN KELUARAN
(Dilakukan melalui organisasi,
peraturan, tatanan kerja, dll)

 . Tujuan

Tujuan pengelolaan sumberdaya air adalah memberikan pelayanan yang


optimal pada imbangan antara permintaan air dengan ketersediaan air.
Tujuan besar adalah untuk kesejahteraan masyarakat, namun perlu jabaran
jabaran tujuan-tujuan spesifik sesuai karakteristik kegiatan yang memerlukan
air, baik untuk rumah tangga, persawahan, industri, dan kegiatan yang lain.

. Masukan

Adalah segala sesuatu yang dapat dikerahkan dan dimanfaatkan dalam proses
mencapai tujuan. Dalam arti yang lebih sempit masukan diartikan sebagai
sumberdaya yang meliputi: dana, manusia, lahan, ruang, peralatan, peraturan,
tata kerja, dll.

. Proses

Adalah upaya pemanfaatan sumberdaya dalam mencapai tujuan. Dalam


pelaksanaan evaluasi, pengumpulan data, informasi dan fakta mengenai
efisiensi dan produktivitas sangat ditentukan oleh pola penanganan
sumberdaya dalam pelaksanaan proses.

. Keluaran

Adalah pencapaian karena proses yang diselenggarakan. Dalam pelaksanaan


evaluasi berdasarkan pencapaian tujuan, perhatian memang ditujukan kepada
hasil. Dalam hal ini keluaran merupakan hasil pencapaian proses yang
direncanakan dan terjadi karena pengelolaan dan pengendalian.
BOCHARI, ST., MT

. Efisiensi

Efisiensi merupakan keterkaitan antara masukan/sumberdaya dan proses, dan


menunjukan derajat kehematan dalam penggunaan sumberdaya dalam proses.
Dalam pengertian ini efisiensi mengungkapkan perbandingan antara
sumberdaya yang digunakan dalam proses terhadap sumberdaya yang ada
atau yang seharusnya dikerahkan. Makin kecil angka perbandingan maka makin
kecil pula efisiensi efisiensi kegiatan.

. Produktivitas

Produktifitas merupakan keterkaitan antara proses dan keluaran, dan


menunjukan jumlah satuan hasil yang terjadi karena suatu proses tertentu,
dihitung berdasarkan penggunaan sumberdaya tertentu.

. Efektivitas

Efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan
menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil
yang dicapai. Upaya untuk menetapkan efektivitas secara kuantitatif dalam
evaluasi pengelolaan sumberdaya air cukup sulit dilakukan, karena kesulitan
menetapkan tujuan pengelolaan secara rinci. Hal yang lazim dilakukan adalah
menetapkan tujuan ekonomi dalam bentuk hubungan biaya dan keuntungan,
serta tujuan kreteria fisik seperti jaminan kualitas air tidak kurang dari ambang
batas, dan hal-hal sejenis.
Pandangan lebih rinci dapat mengacu bagan alir berikut.

SISTEM TATA KERJA PENGELOLAAN

SATU SET PERANGKAT LUNAK EVALUASI


PROSES PENGELOLAAN SDA
DATA

MODEL ALIRAN MODEL EROSI MODEL MODEL FUNGSI


DAN OPERASI DAN ANGKUTAN KUALITAS AIR PRODUKSI DAN
WADUK SEDIMEN EKONOMI

MODEL ANALISIS
SOSIAL DAN
KELEMBAGAAAN

MODEL ANALISIS
DAMPAK
LINGKUNGAN

TAMPILAN KELUARAN

PERBAIKAN SISTEM TAMPILAN BAGUS


DAN TATA KERJA UNTUK JANGKA WAKTU
PENGELOLAAN TIDAK
TERPILIH

YA
FEED BACK UNTUK
KETETAPAN
JANGKA WAKTU
PELAKSANAAN
BERIKUTNYA
PENGELOLAAN SDA

HASIL PENGELOLAAN
BOCHARI, ST., MT

Perbaikan sistem dan tatanan kerja pengelolaan SDA, berdasar informasi hasil
tampilan maupun pendataan feed back hasil pelaksanaan merupakan gambaran proses
evaluasi. Bagan alir tersebut adalah sirkuit tertutup yang selalu melakukan evaluasi
untuk terjadinya perbaikan kontinyu pengelolaan SDA.

c. Kompleksitas Persoalan Pengelolaan.

Banyak faktor yang dapat mempunyai pengaruh terhadap optimal atau tidaknya
pengelolaan SDA. Tidak suksesnya pengelolaan dapat karena tidak tepatnya sarana
dan prasarana, tata bangunan, design bangunan dan hal-hal fisik lain. Faktor faktor ini
dalam lingkaran di bawah ini termasuk dalam elemen sarana prasarana.
Walaupun ada kompleksitas, dari gambar lingkaran dibawah ini dapat dibuat
pengelompokan persoalan, dengan sistematis dan menjadi terang.

Maintenance Monitoring
M MO

Operation O NG Necessary
Guidelines
SDM

I Implementation
Evaluation E

P Planning

Lima belas kelompok besar komponen tergambar pada sistem lingkaran


tersebut di atas dapat digunakan sebagai panduan melihat persoalan, sekaligus
mencari peluang perbaikan manajemen atau pengelolaan.,
Tidak optimalnya pengelolaan mungkin bersumber pada kemampuan kerja
SDM, atau mungkin tidak tepatnya tatanan organisasi, tidak tepatnya peraturan, atau
tidak tepatnya tatanan kerja (periksa lingkaran paling dalam dan lingkaran kedua).
Persoalan mungkin juga disebabkan oleh lingkaran diluarnya, yaitu: sarana
prasarana, atau impormasi, atau finansial, atau faktor waktu menyangkut penjadwalan
dan sebagainya.
Persoalan dapat juga timbul dari tidak tepatnya penyelenggaraan komponen
diluarnya yaitu EPI dan OMMONG, sebagai akronim dari, Evaluasi, Planning,
Implementasi (EPI) dan Operasi, Maintenance, Monitoring dan Necessary Guidelines
(OMMONG).
Persoalan dapat terjadi pada satu komponen, dua komponen atau lebih.
Sebagai sumber inspirasi mengenai persoalan pengelolaan, gambar tersebut baik sekali
untuk dicoba sebagai kerangka berfikir. Pada saat program memberikan tampilan,
pada saat data produk pengelolaan memberikan feed back (lihat bagan sebelumnya)
maka mata bulat lingkaran sistematika tersebut dapat membantu mengawasi jenis
persoalan dan peluang perbaikan.
BOCHARI, ST., MT

Reservoir Regulation

Hujan sebagai salah satu bagian dalam siklus hidrologi, merupakan variabel yang
sangat penting dalam usaha pengembangan sumber daya air, hujan itu sendiri
mempunyai sipat.

a. Siklik, berubah beraturan.


b. Dinamik, Bergerak, maka curah hujan tidak tetap.
c. Probabilistik, tidak bisa direncanakan dengan pasti.
d. Stokastik, kejadianya dalam satuan ruang dan waktu.

Dengan sipat demikian maka curah hujan disetiap daerah berlainan. Hujan yang
turun kemudian dialihragamkan sebagai berikut.

Hujan
1 V1
Q1 2 V2
Q2 3 V3
Q3

Ket; 1= Run Off (RO) , 2 = Interflow (Inf), 3 = Ground Water Flow (Gwf),

Curah hujan didistribusikan menjadi, run off, interflow dan ground water flow, yang
mana kecepatannya V1>V2>V3, Sehingga disungai terjadi debit;

Qt = Q1 + Q2 +Q3 atau Qt = (A1V1’ + A2V2’ +A3V3’)t

Dengan A1, A2, A3 = luas penampang sungai


V1’, V2’, V3’ = kecepatan air di sungai, dan t=Qt terjadi pada waktu bersaman.

Jika RO besar maka Inf dan Gwf menjadi kecil, sebaliknya jika RO kecil maka Inf
dan Gwf menjadi besar. Berikut ini kondisi aliran disungai.
A B C D
1
2 2
3 3 33

Ket: A= kondisi saat hujan, ditandai dengan naiknya muka air sungai,
B= kondisi setelah hujan, muka air sungai turun, aliran disungai merupakan
aliran dari Inf dan Gwf,
C= Kemarau, muka air sungai turun dengan drastis, aliran disungai merupakan
aliran dari Gwf,
D= kemarau panjang, sungai menjadi kering karena tidak ada lagi aliran air
tanah.

Untuk mengubah Curah hujan menjadi RO, Itf dan Gwf sangat tergantung dengan
kondisi tanah permukaan, ini merupakan fungsi waktu, kondisi fisik dan lain-lain.
Indikasi DAS sudah rusak bila selisih Qmax dan Qmin besar sekali, karena hujan
sebagian besar terdistribusi menjadi RO.

Dari penomena sungai di atas dibuat suatu kurva (asumsi tanpa kondisi sungai D).
M3/dt
RO
Itf

Bf
t
BOCHARI, ST., MT

Mengingat kurva hidrograf di atas kurang menguntungkan karena air akan


mengalir dalam waktu yang singkat dan debit yang besar, maka diupayakan untuk
menahan air yang besar tersebut agar bisa digunakan dalam waktu yang lama. Jadi
dari hidrograf di atas dapat dirubah sebagai berikut.

III
M3/dt
RO
II Itf
I
IV
V
Bf
tx tx2 t

Dari gambar di atas dapat dijelaskan, luas I, II, III (RO) akan ditampung lalu
didistribusikan dalam waktu yang lama menjadi II, IV dan V. Ini beerarti luas I, II, III
sama dengan Luas II,IV dan V.
Aliran RO seharusnya sudah habis dititik II dalam waktu tx, tetapi karena
ditampung RO akan habis pada titik IV dalam waktu tx2.
Jadi reservoir juga merupakan pengendalian banjir, karena mengandung usaha
untuk menurunkan elevasi muka air.

Maksud dan tujuan dari reservoir terbagi 2 yaitu :

1. Single Purpose, yaitu waduk dengan satu tujuan ex: untuk PLTA, atau untuk
irigasi dan lain lain.
2. Multi Purpose, yaitu waduk dengan banyak tujuan ex: untuk PLTA, irigasi,
industri, suplai rumah tangga, pengendalian banjir dll.

Unjuk kerja dari reservoir merupakan fungsi F (fisik, SDM, Regulasi).


Ket : fisik = SDA, Rejime fisik.
Rejime fisik adalah kondisi, keadaan, tatanan, yang berlaku dalam suatu
waktu yang keadaannya harus kita terima dan tunduk serta kita tidak bisa merubah
suatu suatu kondisi fisik rejim, ex : topografi, hidrometeorologi, geografi dll.

topografi, hidrometeorologi, geografi dll.

Infut (hidrometri, hidrolis)

Regulasi

Outfut, merupakan fungsi kepentingan.

Untuk mendapatkan regulasi suatu waduk yang efektif, maka yang harus diketahui
adalah karakter infut (hidrometri dan hidrolis) serta karakter kepentingan.
Ex, karakter hidrometri (hujan)

Q=M3/dt
CH
Jadi aliran
A 1 siklus
Vol hujan dalam B
Vol kepentingan
Jan 1. Des Jan Des Jan Des
1 siklus 1 siklus 1 siklus
BOCHARI, ST., MT

Dari gambar di atas antara infut A dan outfut B (rencana) harus menunjukan
hubungan yang serasi supaya terjadi keseimbangan regulasi. Hubungan infut dan
outfut dia atas dapat ditunjukan sebagai berikut

Q=M3/dt Infut

M N M
Outfut

Jan Des
1 siklus

Dari gambar ini diketahui, daerah M adalah kelebihan air dan daerah N kekurangan
air (defisit), jadi kelebihan air (M) akan ditampung guna mencukupi kebutuhan (outfut,
B) pada daerah N.
Jadi jika :

2. A > B dan A - B = X, maka X = air yang terbuang.


3. A = B dan A – B = Y, maka Y = infut = Outfut
4. A < B dan A – B = Z, maka Z = Kekurangan air.
BOCHARI, ST., MT

OPTIMASI

Linear Progremming

Linear Programming adalah program untuk mendapatkan suatu nilai baik


maxsimum ataupun minimum dari satu set variabel keputusan (n decision variable, x 1,
x2, x3…xn). Persamaan umum dari linear programming,
n
max imize atau min imize X 0 =∑ c j xj
Objective Function, j=1
Untuk mendapatkan nilai maksimum ataupun minimum dari persamaan tersebut,
maka persamaan tersebut dibatasi ( constraints).
n

∑a ij
x j <= bi
Constraints j=1 untuk I=1,2… m
Dan xj >= 0 untuk j = 1,2…n.

Dengan, X0 = Objective function, xj= variabel keputusan, cj, aij dan bi adalah
konstanta, n jumlah variabel keputusan dan m jumlah constraints.

Contoh.

Berapa luas tanaman A dan berapa luas Tanaman B yang harus ditanami agar
mendapatkan hasil yang maksimum.

 Untuk mengairi lahan tersebut tersedia air sebanyak 20,000,000 M 3.


 Tanaman A membutuhkan air 9000 M 3/ha dengan hasil bersih (net income)
$720/ha,
 sedangkan tanaman B membutuhkan air 6000 M 3/ha dengan hasil bersih
(net income) $1200/ha.
 Luas tanaman A maksimal 1600 ha dan tanaman B maksimal 2400 ha.

Lahan A <= 1600 Ha

20,000,000 M3
Lahan B <= 2400 Ha

Dari permasalahan di atas dapat dipormulasi persamaan sebagai berikut,

Maximize Xo=720 X1 + 1200 X2 (maksimal hasil dalam $)

Constraint 9000 X1 + 6000 X2 <=20,000,000

X1<=1600
X2<=2400
X1 dan X2 >=0

Penyelesaian,

9000X1 + 6000X2 = 20,000,000. jika X1=0 maka X2=20,000,000/6000=3300 ha.


Jika X2=0 maka X1=20,000,000/9000 = 2300 ha

3500
X2 (ha)

X2<=2400
3000
2500
X0=720X1+1200X2=3,3327,840
X2<=2400
1500
9000 x1 + 6000 x2 <=20.000.000
1000
BOCHARI, ST., MT Feasible region
500
X1<=1600
0
0 500 100 1500 2000 2500 3000 3500
X1 (ha)

Jadi daerah yang diarsir merupakan daerah yang memungkinkan ( feasible region)
dari variable X1 dan X2. Dengan cara grafis ini untuk mendapatkan nilai X1 dan X2
yang pasti harus melalui coba-coba,

Misalnya Xo=1200000=720X1 + 1200 X2, untuk X1=0, X2=1000

Untuk X2=0, X1=1000. dan akhirnya didapat

9000X1 + 6000X2 = 20,000,000

9000X1=20,000,000-6000X2400, X1=622 dan X2=2400.

Jadi bila variabel keputusan dan constraint begitu banya, tidak mungkin lagi kita
menggunakan cara grafis seperti diatas, untuk itu harus digunakan program optimasi.
BOCHARI, ST., MT

TUGAS
Program Teknik Sipil S3
Universitas Riau

Berapa luas tanaman A dan berapa luas Tanaman B yang harus ditanami agar
mendapatkan hasil yang maksimum.

 Untuk mengairi lahan tersebut tersedia air sebanyak 25,000,000 M 3.


 Tanaman A membutuhkan air 8000 M 3/ha dengan hasil bersih (net income)
$820/ha,
 sedangkan tanaman B membutuhkan air 7000 M 3/ha dengan hasil bersih
(net income) $1300/ha.
 Luas tanaman A maksimal 1600 ha dan tanaman B maksimal 2400 ha.

Lahan A <= 1600 Ha

20,000,000 M3
Lahan B <= 2400 Ha

You might also like