Professional Documents
Culture Documents
PT 5. Psda
PT 5. Psda
, MT
Secara universal air selain merupakan unsur dasar bagi semua kehidupan di
bumi, juga sangat penting bagi kelanjutan ekosistem dan memiliki manfaat sosial,
ekonomi, budaya dan hankam. Dengan jumlah yang relatif terbatas (hanya 3 % dari
cadangan air dibumi) air bisa dibilang merupakan sumber daya yang khas dan unik
dan merupakan sumberdaya air yang dapat diperbaharui. Meskipun jumlahnya yang
terbatas tetapi pemanfaatannya di indonesia hingga saat ini sering tidak hemat,
sehingga timbul kesan bahwa air merupakan sumberdaya yang “gratis”, padahal
investasi dalam penyediaan air tidak sedikit.
Ditinjau dari keseimbangan air ( water balance) secara nasional untuk pulai atau
kepulauan dapat disimpulkan bahwa keadaan sumberdaya air kuantitatif pada tahun
2000 atau lebih, untuk pulau jawa, madura, bali, NTB, dan NTT sudah dalam keadaan
keritis, dalam arti besarnya kebutuhan akan air ( water demand) hampir atau telah
melampaui air permukaan yang tersedia ( wateravailabelity), sedangkan untuk pulau
lain masih cukup baik.
Perlindungan SDA hingga saat ini bertujuan agar fungsi sumberdaya dapat
berlangsung dengan lestari dan pelaksanaannya dilakukan oleh beberapa instansi
seperti, DPU, Dep.Pertanian, Dep.Kehutanan, Dep.Dalam Negeri, Dep.pertambangan,
Mentri Negara KLH, Petani pemakai air dan Pencinta lingkungan hidup dll.
a. Zonasi pemukiman.
b. Pengembangan pusat-pusat perdagangan, dan industri.
c. Jaringan transportasi.
d. Pusat-pusat komunikasi dan pelayanan.
e. Conservasi sumber daya hayati
f. Semua kegiatan produksi yang berkaitan erat dengan pemakaian air.
Cakupan PWS dari aspek sumber daya air adalah adalah kegiatan-kegiatan
untuk optimasi pembuatan dan pengoperasian dari berbagai subsistem dalam DAS,
berupa topik-topik sebagai berikut,
a. Suplay air untuk rumah tangga dan industri, hal ini menyangkut,
1. Pengendalian banjir,
2. konservasi tanah dan pengendalian erosi,
3. pengelolaan DAS.
BOCHARI, ST., MT
3. Formulasi Perencanaan
a. Kesiapan Data
Secara umum data dapat dianalisis untuk berbagai tujuan utama yaitu:
1. Pengambilan keputusan
2. Administrasi pengelolaan
3. Diagnosa kendala.
4. Informasi umum.
1. Data fisik.
Data yang handal dan sahih merupakan acuan untuk analisis yang benar.
Ketersediaan data harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Berikut ini disampaikan suatu cara pendekatan pengelolaan SDA dengan prinsip
iteratif-rekursif atau prinsip evaluasi kontinyu.
Bagan alir berikut dapat memandu pemikiran pengelolaan SDA.
SUMBERDAYA TERSEDIA
Efisiensi Produktivitas
MASUKAN PROSES SISTEM PENGELOLAAN KELUARAN
(Dilakukan melalui organisasi,
peraturan, tatanan kerja, dll)
. Tujuan
. Masukan
Adalah segala sesuatu yang dapat dikerahkan dan dimanfaatkan dalam proses
mencapai tujuan. Dalam arti yang lebih sempit masukan diartikan sebagai
sumberdaya yang meliputi: dana, manusia, lahan, ruang, peralatan, peraturan,
tata kerja, dll.
. Proses
. Keluaran
. Efisiensi
. Produktivitas
. Efektivitas
Efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan
menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil
yang dicapai. Upaya untuk menetapkan efektivitas secara kuantitatif dalam
evaluasi pengelolaan sumberdaya air cukup sulit dilakukan, karena kesulitan
menetapkan tujuan pengelolaan secara rinci. Hal yang lazim dilakukan adalah
menetapkan tujuan ekonomi dalam bentuk hubungan biaya dan keuntungan,
serta tujuan kreteria fisik seperti jaminan kualitas air tidak kurang dari ambang
batas, dan hal-hal sejenis.
Pandangan lebih rinci dapat mengacu bagan alir berikut.
MODEL ANALISIS
SOSIAL DAN
KELEMBAGAAAN
MODEL ANALISIS
DAMPAK
LINGKUNGAN
TAMPILAN KELUARAN
YA
FEED BACK UNTUK
KETETAPAN
JANGKA WAKTU
PELAKSANAAN
BERIKUTNYA
PENGELOLAAN SDA
HASIL PENGELOLAAN
BOCHARI, ST., MT
Perbaikan sistem dan tatanan kerja pengelolaan SDA, berdasar informasi hasil
tampilan maupun pendataan feed back hasil pelaksanaan merupakan gambaran proses
evaluasi. Bagan alir tersebut adalah sirkuit tertutup yang selalu melakukan evaluasi
untuk terjadinya perbaikan kontinyu pengelolaan SDA.
Banyak faktor yang dapat mempunyai pengaruh terhadap optimal atau tidaknya
pengelolaan SDA. Tidak suksesnya pengelolaan dapat karena tidak tepatnya sarana
dan prasarana, tata bangunan, design bangunan dan hal-hal fisik lain. Faktor faktor ini
dalam lingkaran di bawah ini termasuk dalam elemen sarana prasarana.
Walaupun ada kompleksitas, dari gambar lingkaran dibawah ini dapat dibuat
pengelompokan persoalan, dengan sistematis dan menjadi terang.
Maintenance Monitoring
M MO
Operation O NG Necessary
Guidelines
SDM
I Implementation
Evaluation E
P Planning
Reservoir Regulation
Hujan sebagai salah satu bagian dalam siklus hidrologi, merupakan variabel yang
sangat penting dalam usaha pengembangan sumber daya air, hujan itu sendiri
mempunyai sipat.
Dengan sipat demikian maka curah hujan disetiap daerah berlainan. Hujan yang
turun kemudian dialihragamkan sebagai berikut.
Hujan
1 V1
Q1 2 V2
Q2 3 V3
Q3
Ket; 1= Run Off (RO) , 2 = Interflow (Inf), 3 = Ground Water Flow (Gwf),
Curah hujan didistribusikan menjadi, run off, interflow dan ground water flow, yang
mana kecepatannya V1>V2>V3, Sehingga disungai terjadi debit;
Jika RO besar maka Inf dan Gwf menjadi kecil, sebaliknya jika RO kecil maka Inf
dan Gwf menjadi besar. Berikut ini kondisi aliran disungai.
A B C D
1
2 2
3 3 33
Ket: A= kondisi saat hujan, ditandai dengan naiknya muka air sungai,
B= kondisi setelah hujan, muka air sungai turun, aliran disungai merupakan
aliran dari Inf dan Gwf,
C= Kemarau, muka air sungai turun dengan drastis, aliran disungai merupakan
aliran dari Gwf,
D= kemarau panjang, sungai menjadi kering karena tidak ada lagi aliran air
tanah.
Untuk mengubah Curah hujan menjadi RO, Itf dan Gwf sangat tergantung dengan
kondisi tanah permukaan, ini merupakan fungsi waktu, kondisi fisik dan lain-lain.
Indikasi DAS sudah rusak bila selisih Qmax dan Qmin besar sekali, karena hujan
sebagian besar terdistribusi menjadi RO.
Dari penomena sungai di atas dibuat suatu kurva (asumsi tanpa kondisi sungai D).
M3/dt
RO
Itf
Bf
t
BOCHARI, ST., MT
III
M3/dt
RO
II Itf
I
IV
V
Bf
tx tx2 t
Dari gambar di atas dapat dijelaskan, luas I, II, III (RO) akan ditampung lalu
didistribusikan dalam waktu yang lama menjadi II, IV dan V. Ini beerarti luas I, II, III
sama dengan Luas II,IV dan V.
Aliran RO seharusnya sudah habis dititik II dalam waktu tx, tetapi karena
ditampung RO akan habis pada titik IV dalam waktu tx2.
Jadi reservoir juga merupakan pengendalian banjir, karena mengandung usaha
untuk menurunkan elevasi muka air.
1. Single Purpose, yaitu waduk dengan satu tujuan ex: untuk PLTA, atau untuk
irigasi dan lain lain.
2. Multi Purpose, yaitu waduk dengan banyak tujuan ex: untuk PLTA, irigasi,
industri, suplai rumah tangga, pengendalian banjir dll.
Regulasi
Untuk mendapatkan regulasi suatu waduk yang efektif, maka yang harus diketahui
adalah karakter infut (hidrometri dan hidrolis) serta karakter kepentingan.
Ex, karakter hidrometri (hujan)
Q=M3/dt
CH
Jadi aliran
A 1 siklus
Vol hujan dalam B
Vol kepentingan
Jan 1. Des Jan Des Jan Des
1 siklus 1 siklus 1 siklus
BOCHARI, ST., MT
Dari gambar di atas antara infut A dan outfut B (rencana) harus menunjukan
hubungan yang serasi supaya terjadi keseimbangan regulasi. Hubungan infut dan
outfut dia atas dapat ditunjukan sebagai berikut
Q=M3/dt Infut
M N M
Outfut
Jan Des
1 siklus
Dari gambar ini diketahui, daerah M adalah kelebihan air dan daerah N kekurangan
air (defisit), jadi kelebihan air (M) akan ditampung guna mencukupi kebutuhan (outfut,
B) pada daerah N.
Jadi jika :
OPTIMASI
Linear Progremming
∑a ij
x j <= bi
Constraints j=1 untuk I=1,2… m
Dan xj >= 0 untuk j = 1,2…n.
Dengan, X0 = Objective function, xj= variabel keputusan, cj, aij dan bi adalah
konstanta, n jumlah variabel keputusan dan m jumlah constraints.
Contoh.
Berapa luas tanaman A dan berapa luas Tanaman B yang harus ditanami agar
mendapatkan hasil yang maksimum.
20,000,000 M3
Lahan B <= 2400 Ha
X1<=1600
X2<=2400
X1 dan X2 >=0
Penyelesaian,
3500
X2 (ha)
X2<=2400
3000
2500
X0=720X1+1200X2=3,3327,840
X2<=2400
1500
9000 x1 + 6000 x2 <=20.000.000
1000
BOCHARI, ST., MT Feasible region
500
X1<=1600
0
0 500 100 1500 2000 2500 3000 3500
X1 (ha)
Jadi daerah yang diarsir merupakan daerah yang memungkinkan ( feasible region)
dari variable X1 dan X2. Dengan cara grafis ini untuk mendapatkan nilai X1 dan X2
yang pasti harus melalui coba-coba,
Jadi bila variabel keputusan dan constraint begitu banya, tidak mungkin lagi kita
menggunakan cara grafis seperti diatas, untuk itu harus digunakan program optimasi.
BOCHARI, ST., MT
TUGAS
Program Teknik Sipil S3
Universitas Riau
Berapa luas tanaman A dan berapa luas Tanaman B yang harus ditanami agar
mendapatkan hasil yang maksimum.
20,000,000 M3
Lahan B <= 2400 Ha