Professional Documents
Culture Documents
Artikel PKM Pm-Muhammad Jamalludin
Artikel PKM Pm-Muhammad Jamalludin
METODE
Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang adalah salah satu pesantren yang terdapat di
Jalan Raya Desa Sengkubang Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan
Barat, dengan jumlah santri sebanyak 230 santri. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan
dengan mengedepankan metode partisipatif dari santri dan pengelola pesantren. Teknologi yang
akan diterapkan dibuat sebagai percontohan dimaksudkan agar aplikasi teknologi dan program
tersebut dirasakan secara nyata, mudah ditiru, dan dilaksanakan serta diimplementasikan, baik
oleh pihak Pesantren maupun pada masyarakat luas. Metode partisipatif dimaksudkan untuk
perlibatan secara aktif mitra dalam pelaksanaan penerapan Inovasi Teknologi, sehingga mitra
dapat membuat dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari guna meningkatkan derajat kesehatan di Pondok Pesantren Darussalam.
HASIL
PEMBAHASAN
1. Kadar Besi (Fe) Air Sungai Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Besi (Fe) merupakan salah satu unsur pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan nesi
(Fe) dalam air tanah biasanya berhubungan dengan pelarutan bantuan dan mineral terutama
oksida, sulfida karbonat dan silkat yang mengandung logam – logam tersebut. Pada air
permukaan keberadaan besi (Fe) dapat berupa partikel tersuspensi atau partikel terlarut di dalam
air. Unsur besi (Fe) ini masuk dengan limbah industri logam atau akibat operasi tambang batu
bara. Besi (Fe) merupakan unsur kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air. Kadar besi (Fe)
yang terlalu tinggi di dalam air dapat menyebabkan air berubah warna dan berbau, walaupun besi
(Fe) diperlukan oleh tubuh, tetapi jika terserap dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding usus, kerusakan pada otak hingga keracunan bahkan dapat menyebabkan
kematian jika terus menerus terserap besi (Fe) secara berlebihan. Maka dari itu upaya penurunan
kadar besi (Fe) pada air sungai di Desa Sejegi dapat dilakukan dengan proses koagulasi – filtrasi,
koagulasi yang dilakukan dengan penambahan koagulan serbuk biji kelor dan filtrasi sederhana
yang terdiri dari pasir silika, arang aktif dan cangkang kerang ini dapat menurunkan kadar besi
(Fe) yang terlarut di dalam air sungai.
Sebelum di beri perlakuan hasil pengukuran laboratorium menunjukkan bahwa hasil dari
kadar besi (Fe) yang terlarut di dalam air sungai di Desa Sejegi pada saat air surut sebelum di
beri perlakuan adalah rata – rata 5,66 mg/L. Hasil kadar besi (Fe) pada saat pasang sebelum
pengolahan rata – rata 6,31 mg/L. Kadar besi (Fe) lebih tinggi pada saat air pasang dari pada air
surut disebabkan pada saat pasang seluruh air mengalir dan menjadi satu pada badan air sehingga
air buangan limbah rumah tangga dan industri di sekitar sungai yang memungkinkan
mengandung pencemar menjadi satu dengan air baku yaitu air sungai di Desa Sengkubang (Data
Primer, 2018).
Setelah dilakukan pengolahan air menggunakan proses koagulasi – filtrasi air sungai,
kadar besi (Fe) pada air sungai tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan
hasil rata – rata 0,12 pada saat surut dengan rata – rata efektifitas 97,7 % sedangkan rata – rata
pada saat pasang setelah pengolahan didapatkan nilai 0,17 dengan rata – rata efektifitas 97,6 %.
Baku mutu air bersih untuk kadar besi (Fe) berdasarkan Permenkes RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, kadar besi (Fe) maksimum adalah 1,0 mg/L. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil dari air sungai di Desa Sejegi telah layak
dikatakan sebagai air bersih dikarenakan nilai kadar besi (Fe) sudah di bawah nilai maksimal
yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990.
Penelitian Ridwan (2005) yang berjudul Kombinasi Media Filter untuk Menurunkan
Kadar Besi (Fe) menunjukan hasil rata – rata kadar besi (Fe) setelah pengolahan adalah 0,08
mg/l dengan kontrol sebesar 1,08 mg/l. Efektifitas penurunannya adalah sebesar 92,59%.
Penelitian yang di lakukan Nuniek Sismiarty (2014) yang berjudul Uji Efektifitas Kinerja
Instalasi Pengolahan Lengkap Air Gambut Dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) Dan Warna di
Parit Sungai Raya Dalam. Hasil rata – rata efektifitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan instalasi pengolahan air gambut adalah 96%. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini karena memiliki efektifitas di atas 90%.
2. Kadar pH Air Sungai Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Air sungai di Desa Sengkubang memiliki pH basa, dimana pH tersebut pada angka 5
yang berarti < 6, pada umumnya pH air sungai haruslah dalam keadaan netral pada angka kisaran
6 – 9. Penyebab pH rendah adalah sebagai berikut yaitu proses dekomposisi pada bahan dasar
sungai, sinar matahari, suhu air, konsentrasi gas – gas dalam air sungai dan fotosintesis. pH air
sungai yang rendah dapat menyebabkan dampak pada air sungai seperti ikan yang mudah
terserang penyakit, metabolisme ikan yang terganggu, masuknya logam besi pada air sungai dan
pertumbuhan ikan yang tidak berkembang dengan baik. Rendahnya nilai pH pada air
mengidentifikasikan menurunnya kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak terhadap
kehidupan biota air di dalamnya.
Hasil pengukuran laboratorium menunjukkan bahwa hasil dari kadar pH yang terlarut di
dalam air sungai di Desa Sengkubang pada saat air surut sebelum di beri perlakuan adalah rata –
rata 5,7. Hasil kadar pH pada saat pasang sebelum pengolahan rata – rata 6,26. Kadar pH air
lebih tinggi pada saat air pasang dari pada air surut disebabkan pada saat pasang seluruh air
mengalir dan menjadi satu pada badan air sehingga air buangan limbah rumah tangga dan
industri di sekitar sungai yang memungkinkan mengandung pencemar menjadi satu dengan air
baku yaitu air sungai di Desa Sejegi (Data Primer, 2018).
Setelah dilakukan pengolahan air menggunakan proses koagulasi – filtrasi air sungai,
kadar pH pada air sungai tersebut mengalami penetralan yang cukup signifikan dengan hasil rata
– rata pada saat surut 6,8 dengan rata – rata efektifitas 93,19 % sedangkan rata – rata pada saat
pasang setelah pengolahan didapatkan nilai 6,8 dengan rata – rata efektifitas 93,10 %.
Berdasarkan hasil uji ini dapat dilihat ada perubahan yang signifikan pada penetralan kadar pH
antara air pada saat surut dan air pada saat pasang setelah dilakukan pengolahan dengan metode
koagulasi – filtrasi.
Baku mutu air bersih untuk kadar pH berdasarkan Permenkes RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, kadar pH kisaran pada angka 6 – 9. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa hasil dari air sungai di Desa Sengkubang telah layak dikatakan
sebagai air bersih dikarenakan nilai kadar pH sudah di di dalam angka yang diperbolehkan dalam
Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. Derajat keasaman atau pH merupakan parameter
kimia yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen
tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Larutan dengan
harga pH rendah dinamakan asam, sedangkan yang harga pH - nya tinggi dinamakan basa.
Rentang skala pH dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah
mewakili air murni (netral). Secara kualitatif pH dapat diperkirakan dengan kertas Lakmus
(Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH) atau pH meter. pH adalah tingkatan asam
basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 - 14. Tinggi rendahnya pH air sangat dipengaruhi
oleh kandungan mineral lai yang terdapat dalam air. Nilai pH air yang normal adalah sekitar
netral, yaitu pH = 7, sedangkan pH air yang terpolusi, seperti air buangan nilai pHnya berbeda -
beda tergantung dan jenis buangannya. Air di bawah 6,5 itu disebut asam sedangkan di atas 8,5
itu disebut basa. pH tubuh manusia adalah 7, banyak ahli mengatakan bahwa tubuh yang
beralkali dapat mencegah berbagai macam penyakit degeneratif, termasuk sel - sel kanker, yang
dapat terbentuk mudah di dalam tubuh yang bersifat asam. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010, air dikatakan bersih apabila pH
= 6,5 - 8,5.