You are on page 1of 11

Moderasi Beragama Prespektif Al-Qur’an dan Relevensinya dengan

Isu Keagamaan di Indonesia


(Interpretasi QS Al-Baqoroh ayat 143 dalam Pendekatan Tafsir Kontekstual)

Oleh: Alvy Raisatul Murtafi’ah (Kontingen Kota Yogyarakata)

Abstrack

Konflik tentang keagamaan di Indonesia memang tidak ada habisnya,


banyaknya masalah atau konflik tentang keagamaan disebabkan oleh
banyaknya perbedaan agama dan keragaman yang ada di Indonesia.
Penyikapan negara Indonesia sendiri sudah banyak terliahat, sebagai
manusia akademisi sudah sepatutnya untuk bersiap menyikapi segala
tantangan yang ada. pada pembahsan kali ini akan focus pada isu moderasi
agama di Indonesia dengan menggunakan rujukan QS Al-Baqoroh ayat
143, penelitian ini menggunakan library reasch dan tafsir kontekstual yang
dalam hasilnya akan mendapatkan solusi prihal permasalahan keagamaan
utamanya di Indonesia.

Kata Kunci : Moderasi Beragama,Wasath, QS Al-Baqoroh 143.

Pendahuluan

Saat ini kita sedang berada pada masa yang mana teknologi informasi sudah
berkembang amat pesat, kita dapat mengakses informasi dengan cepat namun perlu
digarisbawahi bahwa semua berita di intenet tidak semuanya mempunyai kebenaran
yang konkrit sehingga kita harus memilah sumber dengan bijak, salah satu kasus di
Indonesia yang masih sangat hangat sampai sekarang yakni tentang tentang
keberagamaan dalam beragama.

Isu keagamaan di Indonesia ini pasti selalu hangat dan tidak ada habisnya,
bagaimana tidak, kita sekarang sedang hidup di negara yang mempunyai beagama
suku, ras, budaya dan juga agama. Agama sering menjadi sasaran isu yang cukup
efektif untuk membuat perpecahan kerukunan umat manusia di Indonesia, disadari
atau tidak masih banyak sikap apatis masyarakat yang ada di Indonesia prihal
toleransi beragama, seeprti di daerah derah papua, sumatera dan lain sebagainya.
umunya orang orang yang tidak memperoleh Pendidikan moral mengenai pentingnya
toleransi keagamaan yang sering terlibat dengan isu tersebut.

1
Pendidikan moral yang bisa diterapkan yakni tentang moderasi bergama, yang
mana hal ini dirasa menjadi solusi yang cukup efektif prihal penyikapan banyak kasus
keagamaan, kasus perpecahan social akibat perbedaan agama dan isu isu keagamaan
yang lainnya, konsep yang paling menonjol yang diterapakan dalam moderasi
bergaam ini adalah sikap toleransi. Namun disini apakah Al-Qur’an juga merespond
dengan releven tentang adanya konsep moderasi beragama ini? itulah sebabnya
penulis akan memaparkan tentang respond Al-Qur’an terhadap adanya moderasi
beragama dengan menggunakan metode tafsir kontekstual.

Pembahasan

Istilah moderasi lazim dugunakan untuk mengungkapkan sebuah posisi atau


keadaan kita yang sedang berada di tengah-tengah, artinya disini kita tidak berada di
sisi kanan dan tidak pula berada di sisi kiri. istilah moderasi Bergama ini diadopsi dari
Bahasa latin yakni “Moderatio” yang berarti tidak sedang kekurangan atau tidak
sedang kelebihan. dalam hubungannya beragama moderasi difahami dengan istilah
wasath atau wasathiyah sedangkan pelakunya ini disebut sebagai wasit. kata wasit ini
sendiri juga mempunyai makna sebagai penengah, pelantara dan pelerai.1

Dalam Al-Qur’an juga banyak diterangkan dari arti kata ‫ َو َس طًا‬wasath itu
sendiri, ada sekitar lima Kata wasath dalam Al-Qur’an yang ada di 4 surat yang
berbeda, yakni tepatnya pada QS. Al-Baqoroh ayat 143 dan 238, QS Al-Ma’idah ayat
89, QS Al-Qalam ayat 28 dan QS al-Adiyat ayat 52. Kesemua ayat yang mempunyai
kata wasath ini semuanya rata rata merujuk kepada pengertian tengah, adil dan
pilihan. namun pada pembahasan kali ini penulis akan lebih memfokuskan pada QS.
Al-Baqoroh ayat 143.

Adapun QS-Al Baqoroh ayat 143 ini sebagai berikut:

1
Fauzi, Ahmad. Moderasi Islam, Untuk Peradaban dan Kemanusiaan. Jurnal Islam Nusantara
Vol 2.2 2018. Hal: 233
2
Jaber, dkk. Ensiklopedia Makna Al-Qur’an syarah Mufahrass lialfadlil Qur’an Q-Z. Fitrah
Rabbani. Hal 300

2
‫ول َعلَْي ُك ْم َش ِهي ًدا َو َما َج َعلْنَا‬
ُ ‫الر ُس‬ ِ ‫اء َعلَى الن‬
َّ ‫َّاس َويَ ُكو َن‬ ِ َ ِ‫َو َك َذل‬
َ ‫ك َج َعلْنَا ُك ْم َُّأمةً َو َسطًا لتَ ُكونُوا ُش َه َد‬

ْ َ‫ب َعلَى َع ِقَب ْي ِه َوِإ ْن َكان‬


‫ت لَ َكبِ َيرةً ِإاَّل‬ ِ ِ َ ‫الرس‬ ِ َ ‫ال ِْق ْبلَةَ الَّتِي ُك ْن‬
ُ ‫ول م َّم ْن َي ْن َقل‬ ُ َّ ‫ت َعلَْي َها ِإاَّل لَن ْعلَ َم َم ْن َيتَّبِ ُع‬
ِ ٌ ‫َّاس لَرء‬ ِ ِ ِ ِ َّ
ُ َ ِ ‫يمانَ ُك ْم ِإ َّن اللَّهَ بالن‬
َ ‫يع ِإ‬
َ ‫ين َه َدى اللَّهُ َو َما َكا َن اللَّهُ ليُض‬
3
)143( ‫يم‬
ٌ ‫وف َرح‬ َ ‫َعلَى الذ‬

Artinya: “Demikian pula telah kami jadikan kamu (umat Islam) “Umat Pertengahan”
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul
(muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu. Kami tidak menjadikan
kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar kami
mengetahui siapa yang mengikuti rosul, dan siapa yang ke belakang.
Sungguh (memindahkan kiblat) itu sangat berat , kecuali bagi orang yang
telah diberikan petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu, sungguh. Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang” 4 (QS. Al-
Baqoroh 143)

Pada QS Al-Baqoroh ayat 143 ini mempunyai asbabul nuzul prihal pergantian
arah kiblat pada masa nabi Muhammad SAW, pergantian arah kibat ini terjadi pada
masa di tahun kedua hijriah, mulanya arah kiblat dari masjidil Aqsa di Palestina
menuju ka’bah. alam beberapa keterangan disebutkan, ketika Allah memerintahkan
perintah shalat dan menghadap ke Masjid al-Aqsha (Palestina), hal itu dimaksudkan
agar menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berbagai macam berhala dan
sesembahan.

Ketika itu, kondisi Masjid al-Haram (Kabah) yang merupakan tempat


keberangkatan Isra' dan Mi’raj, belum berupa bangunan masjid. Sebab, kala itu masih
dipenuhi berhala-berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa
disembah oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam. Sehingga, di bawah dominasi
kekufuran seperti itu, Rasulullah SAW belum bisa menunai kan ibadah shalat di
tempat tersebut.
Selain itu, jika Rasulullah SAW saat itu melaksanakan shalat dengan menghadap ke
Masjid al-Haram tentu akan menjadi kebanggaan bagi kaum kafir quraisy, bahwa

3
Al-Qur’an. versi Maktabah Syamilah
4
HAMKA, Tafsir al-azhar jilid 1, Pustaka Nasional pte ltd singapura. hal: 340.

3
Rasulullah SAW seolah mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan. Inilah salah
satu hikmah diperintahkannya shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis (al-Aqsha).

kemudian nabi SAW sendiri banyak berdoa agar kiblat orang muslim bisa
dirubah menghadap ke ka’bah baitullah seperti halnya kiblat nenek moyang, nabi
Ibrahim a.s, bersamaan dengan banyaknya konflik yng terjadi pada masa itu, akhirnya
Allah SWT menurunkan ayat tersebut

Penafsiran Kata ‫ َو َسطًا‬wasath dalam Al-Qur’an sendiri sering digunakan oleh


orang orang arab sebagai petunjuk dari kata khiyar (pilihan atau terpilih). Jika
diakatakan bahwa dia orang yang wasath artinya dia adalah orang yang terpilih di
kaumnya. jika Islam disebutkan bahwasannya ia adalah agama yang wasath, berarti
islam adalah agama yang terpilih diantara agama-agama yang lain.5 dengan begitu jug
jika umat Islam dikategorikan sebagai umat yang wasath ini diaharapkan agar umat
islam bisa bersikap adlil dalam beagama

Dalam tafsir moderasi Islam karya kementrian Agama RI kata wasath dalam
QS Al-Baqoroh ayat 143 ini dikaitkan dengan kata syuhada dari akar katanya syahid
yang berarti menyaksikan atau menjadi saksi. jika dipahami dalam konteks moderasi,
menurut Quraish Shihab, menuntut umat islam menjadi saksi sekaligus disaksikan,
guna menjadi teladan bagu umat lain, dan pada saat yang sama mereka menggunakan
nabi Muhammad menjadi teladan dri seluruh aktifitasnya6.

Diterangkan dalam Tafsur Ibnu Katsir Kata ‫ َو َسطًا‬wasath banyak dimaknai


oleh para mufassir dengan arti “pilihan yang terbaik”, dalam tafsir Ibnu Katsir
dijelaskan bahwasannya sebagaimana yang diungkapkan bahwa orang Qurays adalah
orang arab pilihan, baik dalam nasab maupun tempat tinggal. Dalam arti yang terbaik,
dicontohkan sebagaimana dikatakan: “rasulullah washatan fii qoumihi” yang berrarti
orang yang paling dekat dan mulia nasabnya7.

Dalam keterangan tafsir al-Misbah karangan Qurays Shihab juga dijelaskan


tentang makna Wasath yakni pertengahan. Penjelasan lebih lanjutnya yakni tentang

5
Az-Zamakhsyari. Al-Kasyaf. Versi Maktabah Syamilah
6
KMNAG. Moderasi Islam (Tafsir Al-Qur’an Tematik). Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an. Jakarta 2012. Hal: 8
7
Imam Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir.

4
posisi pertengahan ini sendiri menjadikan manusia tidak ke kiri atau ke kanan, suatu
hal yang dapat mengantarkan manusia untuk berlaku adil, posisi pertengahan ini dapat
menjadi tolok ukur dan dilihat oleh semua manusia dan dengan begitu ia bisa menjadi
teladan bagi semua orang8.

Kemudian menanggapi mengapa konsep moderasi bergama ini cocok diterapkan


di Indonesia? menjawab hal tersebut kita awali dengan tiga konsep negara Indoensia
itu sendiri yakni9:
1. Indonesia merupakan negara kebangsaan yang berketuhanan atau beragama
2. Negara berkewajiban memberikan jaminan dan perlindungan kebebasan
beragama bagi rakyatnya
3. Negara melindungi kebinekaan atau keragaman (heterogenitas) dalam agama,
budaya dan ras.

Prinsip tersebut memang sejalan dengan negara Indonesia yang menerapkan


tentang perdamaian dalam bernegara dan juga bersikap toleransi dalam dalam
menjalankan kegiatan keagamaan. Prinsip moderasi Bergama kemudian juga dikupas
tuntas dalam buku yang diterbitkan KMNAG Agama yang berjudul Moderasi
Begama, KMNAG juga melengkapi terbitannya dengan buku saku moderasi
beragama. namun yang menjadi permasalahn disini, masih banyak masyarakat kita
yang keuslitan mengakses buku tersebut walaupun sudah marak teknologi informasi
di sekitar kita, hal ini dipengaruhi juga dari factor budaya Membaca di Indonesia yang
masih kurang.

Salah satu bukti bahwa Indoneaia merupakan negara yang mempunyai


toleransi dalam beragama yakni jika dilihat Dilansir dari berita web Goodstats.id 14
April 2022 Indonesia menemati posisi ketiga negara yang mempunyai hari libur
paling banyak di dunia dengan jumlah 22 Hari libur peringatn hari hari tertentu 10.
Disini dapat dilihat dari banyaknya hari hari libur yang ada, kebanyakan merupakan
acara peringatan hari libur agama agama tertentu. Disini dapat dilihat bagaimana
sikap toleransi yang diciptakan oleh pemerintahan Indonesia khususnya dalam
memberikan apresisi pada pemeluk agama lain untuk melaksanakan ritual keagamaan
dengan nyaman.

8
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah jilid 1. Tangerang. Penerbit Lentera Ilahi. 2005. Hal 347
9
kementrian RI, ‘Moderasi Beragama’, 219AD, 162. Hal 56
10
Goodnews. Negara Dengan Hari Libur Paling Banyak. Diakses pada 18 Mei 2022.
https://goodstats.id/article/10-negara-dengan-hari-libur-terbanyak-di-dunia-berminat-FjW3V

5
Adapun Indikator Moderasi Beragama menurut Kementrian Agama Republik
Indonesia yakni11:

1. Komitmen Kebangsaan
2. Toleransi
3. Anti kekerasan
4. Akomodatif terhadap budaya lokal

Setelah kita lihat dari banyakanya pemaparan diatas mulai dari pengertian
moderasi bergama, ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang moderatisme sampai
pada konsep moderasi bergama di Indonesia, kenyatanya masih saja banyak terjadi
isu-isu keagamaan yang sering membuat kegaduhan dan keributan yang ada di
Indonesia. Kasus keagamaan di indonesia seperti baru baru ini kita selalu dikejutkan
dengan isu isu keagamaan, utamanya agama yang dominan yakni Islam. Di bulan
Ramadhan tepatnya bulan peribadahan orang orang muslim menjalankan puasa
Ramadhan yang dilaksanakan sekitar satu bulam penuh atau antara 29-30 Hari, pada
bulan Ramadhan ini seluruh umat muslim diharuskan.

Dalam bulan Ramadhan pasti terjadi kebiasaan kebiasaan umat muslim yang
sudah lumrah, namun banyak juga mengakibatkan perdebatan bahkan juga
perseteruan. Salah satu kasusnya yakni penggunaan toa masjid, sudah banyak isu yang
terjadi dan laporan-laporan prihal kegaduan penggunaan toa masjid yang dianggap
sangat mengganggu warga kususnya bagi yang non muslim yang dalam
kesehariannya tidak ikut berpuasa Ramadhan. Perlu digaris bawahi, permasalah toa
masjid ini menyoal mengenai bagaiamana sikap orang yang membangunkan sahur di
dini hari yang dianggap terlalu berlebihan dalam penggunaan pengeras suara,
sehingga dapat membuat aktifitas istirahat warga non-muslim lainnya menjadi
terganggu

Maraknya kasus tentang kebisingan toa masjid ini dilansir pada detik.com 15
April 2022, di Sumatra utara sampai ada kasus orang membawa parang ke masjid
karena mereka terganggu dengan adanya suara kebisingan yang ada di masjid,
walaupun sempat heboh di kalangan warga Sumatra utara, namun akhirnya kasus ini
berakhir dengan damai12.
11
kementrian RI.Moderasi Beragama. 2018. Hal 43
12
Detik.sumut. Akhir Damai Kasus Pria Bawa Parang ke Masjid Gegara Terganggu Suara
Bangunkan Sahur. diakses pada tanggal 21 Mei 2022 pukul 09.45

6
Atas adanya kasus tersebut peneliti mengutip dari sebuah berita yang dilansir
dari detik.com terjadi sebuah pro dan kontra atas edaran dalam penggunaan toa masjid
ini, Mentri agama menerbitan surat edaran nomor 05 Tahun 2022 tentang penggunaan
suara di Masjid atau Musala.13 Dalam surat edaran yang dterbitkan pada 18 Februarri
2022 ini berisikan tentang ketentuan penggunaan toa masjid/ pemngeras suara masjid
yang mana diterangakan secra detail baik waktu penggunaannya dan juga bagaimana
keharusan pematuhan perintah ini. Adapaun edaran ini sudah ditanda tangani oleh
mentri agama republik indonesia yakni Yaqut Cholis Kauman14.

Dilihat dari kasus diatas, memang baik dari segi agama islam sendiri maupun
dari pihak Kementrian republic Indonesia, sudah cukup banyak memberikan alternatif
menyikapi isu isu keagamaan di Indonesia, namun masih banyak sekali terjadi konflik
dalam keberagamaan di Indonesia, disebutkan dalam Al-Qur’an ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan konflik dalam keagamaan yakni15 :

1. Al-Ghuluw yang artinya eksstreem dalam beragama. Laragan ini disebutkan


dalam QS. An-Nisa’ ayat 171 yakni “Wahai ahli kitab janganlah kalian
bersikap ekstrem dalam agama kalian”. Adanya paham agama yang ekstreem
dapat membawa seseorang dalam tindakan keras, tidak toleran dan anti
perdamaian dalam menyikapi perbedaan agama lain.
2. Su’udzan yakni sikap curiga, sikap ini sering menyebabkan konflik antar satu
sama lain, karena suudzan artinya juga tidak adanya kepercayaan antara satu
dengan yang lain, larangan sikap suudzan ini disebutkan jelas dalam QS. Al-
Hujrat ayat 12

‫ َو اَل‬Hۖ ٌ‫ض الظَّ ِّن ِإ مْث‬ ِ ِ‫ا َأيُّ ه ا الَّ ِذ ين آم نُ وا اج تَ نِ ب وا َك ث‬


َ ‫ري ا م َن الظَّ ِّن ِإ َّن َب ْع‬
ً ُ ْ َ َ َ
‫ضا‬
ً ‫ض ُك ْم َب ْع‬ ْ َ‫جَتَ َّس ُس وا َو اَل َي ْغ ت‬. ..
ُ ‫ب َب ْع‬
3. At-Ta’ashub yang artinya fanatisme atau berlebihan, sikap ini pada akhirnya
akan memunculkan anggapan bahwasannya sikap dari kelompoknyalah yang

WIB. https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6033887/akhir-damai-kasus-pria-bawa-
parang-ke-masjid-gegara-terganggu-suara-bangunkan-sahur.
13
Detik.com. Penggunaan Toa Masjid Terbit Pro Kontra Muncul. Diakses pada tanggal 21 Mei
2022 pukul 09.00. https://news.detik.com/berita/d-5955010/peraturan-penggunaan-toa-masjid-terbit-
ini-pro-kontra-yang-muncul
14
Surat Edaran Kemnetrian Agma Republik Indonesia. Jakarta. 18 Februari 2022
15
Abdul Mustaqim, Barham. Moderasi beragama. lintang Books. sleman. 2020. Hal: 54

7
paling benar, hal ini telah diisyaratkan dalam QS Al-Mukminun ayat 53:

ٍ ‫ ُك ُّل ِح ْز‬Hۖ ‫َف َت َق طَّ ع وا َْأم ر ُه م ب ْي َن ه م ُز ب ر ا‬


َ ‫ب مِب َ ا لَ َد يْ ِه ْم فَ ِر ُح‬
‫ون‬ ًُ ْ ُ َ ْ َ ُ
4. As-Shukriyah wa at-Tanabuz bil Alqob yakni sikap saling merendahkan dan
memberikan pelabelan negative (stereotip). Sikap ini diisyaratkan dalam QS

Al-Hujrat ayat 11 ‫آم نُ وا اَل يَ ْس َخ ْر َق ْو ٌم ِم ْن َق ْو ٍم‬ ِ َّ


َ ‫ يَ ا َأ يُّ َه ا ال ذ‬.....
َ ‫ين‬
5. Dzulm. Yakni sikap dzalim kepada pihak yang lain, adanay sikap ini akan
berujung pada pertikaian, mendorong pihak yang dizalimi pada sikap balas
dendam atas perilaku yang diterima. “Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu….” Hal ini ditegaskan QS Al Mumtahannah ayat 8 yang mana
seruan kepada umat muslim untuk berbuat adil.

Kita ketahui bersama disini, untuk menjalankan kesadaran akan sikap


kemoderasian atau sikap pertengahan, memang butuh waktu yang tidak sebentar, dari
pembahasan diatas sudah dengan tegas diternagkan dalam al-Qur’an mengenai hal hal
yang bisa memicu pertikaian antar agama dan antar sesama manusia. Karenanya disini
Sikap kemanusiaan memang sangat penting dimiliki bagi semua orang, dalam kitab
karangan syekh al-Jufri disebutkan bahwasannya al-insaniyyatu qobla tadayyun,
kemanusiaan mengawali kebaragamaan.

Kesimpulan
Dalam beragama kita tidak hanya akan mengetahui bagaimana pijakan atas agama
yang kita anut, dengan beragama kita akan memperloeh jalan kebenran yang hakiki,
aslakan kita mengamalkan agama yang kita anut ini dengan benar. konesp moderasi
dalam Bergama sangat cocok dipakai untuk membangun persatuan umat, utamanya di
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama. meskipun dalam
penerapannya cukup sulit, karena harus dilaksanakan dengan istiqomah atau terus
menenrus, usaha yang sudah kita lakukan muali dari pembuatan undang undang dirasa
sudah cukup, selebihnya prihal pelaksaaan dan kedepannya mari kita serahkan kepada
Allah SWT karena manusia disini dituntut untuk usaha semaksimal mungkin.

8
1. Minal ‘Adawah Ilal Ukhuwah (dari permusuhan menuju persaudaraan)
2. Minal Inghilaq ilal Infitah (Dari Ekesklusif menuju Inklusif)
3. Minal La’nah ila rahmah wa samhah (dari pandangan yang cenderung
melaknat orang lain (intoleran) menuju kasih saying dan toleran)
4. Minal al-ghuluw wa tatharruf ila al I’tidal wa al-tawassuth (dari sikap
ekstreem radikal menuju sikap yang moderat)

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mustaqim, Barham. Moderasi beragama. lintang Books. sleman. 2020.

Ahmad, fauzi. Moderasi Islam, Untuk Peradaban dan Kemanusiaan. Jurnal Islam

Nusantara Vol 2.2 2018.

Az-Zamakhsyari. Al-Kasyaf. Versi Maktabah Syamilah

HAMKA, Tafsir al-azhar jilid 1, Pustaka Nasional pte ltd singapura. hal: 340.

Imam Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir.

Jaber. Ensiklopedia Makna Al-Qur’an syarah Mufahrass lialfadlil Qur’an Q-Z. Fitrah

Rabbani.

kementrian RI, ‘Moderasi Beragama’, 219AD, 162.

KMNAG. Moderasi Beragama. 2018.

KMNAG. Moderasi Islam (Tafsir Al-Qur’an Tematik). Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an. Jakarta 2012.

Maktabah Syamilah

Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah jilid 1. Tangerang. Penerbit Lentera Ilahi. 2005.

Surat Edaran Kementrian Agma Republik Indonesia. Jakarta. 18 Februari 2022

Reverensi WEB

https://news.detik.com/berita/d-5955010/peraturan-penggunaan-toa-masjid-terbit-ini-

pro-kontra-yang-muncul

https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6033887/akhir-damai-kasus-

pria-bawa-parang-ke-masjid-gegara-terganggu-suara-bangunkan-sahur.

https://goodstats.id/article/10-negara-dengan-hari-libur-terbanyak-di-dunia-berminat-

FjW3V

10
11

You might also like