You are on page 1of 158

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya dapat diterbitkan E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota
Surabaya Volume XX.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya merupakan sebuah bentuk


media guru dalam mendedikasikan ilmu pengetahuan kedalam sebuah bentuk
karya ilmiah.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya memiliki standar mutu dan


kualitas penulisan karya ilmiah guru secara umum yang nantinya dapat
bermanfaat dalam mengurus kenaikan pangkat.

Proses pengumpulan poin angka kredit yang di dapat dari sebuah karya
ilmiah dimulai melalui tahapan pelatihan penulisan karya ilmiah, membuat karya
tulis, melakukan resume kegiatan pelatihan, hingga publikasi karya ilmiah.

Selamat dan sukses atas karya ilmiah yang telah dihasilkan semoga
kedepan E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya mampu sebagai inspirasi
dalam peningkatan mutu dan kualitas guru-guru di Indonesia.

SURABAYA, 15 SEPTEMBER 2022

KEPALA DINAS

Ir. YUSUF MASRUH, MM


PEMBINA TK. I
NIP. 19671224 199412 1 001

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume X /2018 Hal. i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ i
Daftar Pengurus .......................................................................................................... ii
Daftar Isi .....................................................................................................................iii

Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


STAD Mapel IPA Materi Kemagnetan
(Hendrawati) ................................................................................................................. 1

Upaya Meningkatkan Hasil Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan


Himpunan Bagian Menggunakan Media Berbasis Lingkungan
(Supatmi) .................................................................................................................... 13

Layanan Informasi dengan Media Komik Dalam Meningkatkan Motivasi


Belajar Siswa
(Aisijah Hartati) .......................................................................................................... 24

Upaya Meningkatkan Ketrampilan Berkomunikasi dengan Memanfaatkan


Whatsapp Video Call Group Pada Peserta Didik
(Nor Chomariyah)....................................................................................................... 36

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Materi Pewarisan Sifat


Melalui Praktikum Sederhana Berbasis Home Learning
(Sitti Anidah) .............................................................................................................. 47

Kiat Menggapai Adiwiyata Propinsi


(Sri Sulaminingsih) ..................................................................................................... 53

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Materi Membaca Permulaan


dengan Model Sertifikasi
(Nur Dwi Sholihah) .................................................................................................... 59

Implementasi Media Sway Sebagai Media Pembelajaran Berwawasan


Literasi Digital Memotivasi Siswa Belajar dari Rumah
(Nur Choiriah Fitri) .................................................................................................... 76

Meningkatkan Keterampilan Menemukan Ide Pokok Teks Diskusi dengan


Teknik PTT Melalui Microsoft Teams
(Siti Ulfah) .................................................................................................................. 81

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Materi Perpindahan Panas


Melalui Pembelajaran Daring Model Inkuiri Terstruktur Berbantuan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Concept Cartoons
(Nurul Hidayati) ......................................................................................................... 95

Penerapan Media Interaktif Animasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


IPA Materi Isolator dan Konduktor
(Upri Eko Miyanto) .................................................................................................. 109
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
(Widiyani Setyaningsih) ........................................................................................... 117

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menulis Teks Deskriptif


Menggunakan Tehnik Mind Mapping
(Sri Rahayu).............................................................................................................. 122

Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Menggunakan


Microsoft Sway13
(Siti Nurhayati) ......................................................................................................... 130

Peningkatan Prestasi Belajar Pada Materi Sholat Berjama’ah


Menggunakan Microsoft Sway
(Emiliya Dina Muqafa)............................................................................................. 138
ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN HASIL BELAJAR


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
MAPEL IPA MATERI KEMAGNETAN
(Hendrawati)

ABSTRACT
Based on the results of observations in class IX-C of SMP Negeri 34 Surabaya, it shows
that the learning process has not run optimally which causes students to not actively participate
in lessons and the learning model that is carried out is still teacher-centered, causing a lack of
interaction between students and teachers. This causes students' learning motivation to decrease
which results in decreased learning outcomes. Such learning model is quite influential on student
learning outcomes. The purpose of this study is to describe teacher activities, describe student
activities, and describe student learning outcomes. This type of research is classroom action
research that goes through four stages, namely: (1) planning, (2) implementation, (3) observation,
and (4) reflection. The results showed that the application of cooperative learning type STAD can
improve student learning outcomes on magnetic material with a percentage of completeness
83.83% in the first cycle, 91.18% in the second cycle. In addition, the results of the study also
showed an increase in teacher activity and student activity on an ongoing basis from cycle I to
cycle III.

Keywords : student teams-achievement divisions, learning outcomes

PENDAHULUAN pembelajaran siswa mau dan mampu


IPA merupakan ilmu yang terdiri mengemukakan pendapat sesuai dengan
dari produk dan proses. IPA dapat apa yang telah dipahami, berinteraksi
disampaikan dengan mengajak siswa secara positif antara siswa dengan siswa
menemukan sendiri konsep yang ada maupun antar siswa dan guru apabila ada
dalam IPA. Konsep-konsep yang ada kesulitan. Kenyataannya, peneliti sendiri
dalam IPA akan sulit diterima siswa sebagai guru mata pelajaran IPA di kelas
apabila mengandalkan komunikasi verbal IX-C SMP Negeri 34 Surabaya memiliki
yang dilakukan oleh guru. Suatu konsep masalah dalam pembelajaran IPA.
dalam IPA akan mudah diterima oleh Aktivitas yang ditunjukkan siswa
siswa apabila dalam proses pembelajaran pada pembelajaran masih rendah seperti
siswa dapat melihat proses ditemukannya rendahnya minat siswa belajar kelompok
suatu konsep atau teori tersebut. Sejauh dimana pelaksanaan pembelajaran di
mana siswa menerima dan menguasai lapangan melalui belajar kelompok masih
suatu konsep dalam IPA ditinjau dengan jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang
kemampuan memahami konsep IPA yaitu di capai masih rendah. Pada umumnya
mampu menyelesaikan permasalahan siswa cenderung pasif hanya menerima
yang ditentukan pada proses belajar apa yang di sampaikan guru tanpa bisa
mengajar kemampuan tersebut ditunjuk- mengeluarkan pendapat, bertanya, serta
kan dengan nilai prestasinya. menjawab pertanyaan. Jika guru
Siswa sebagai subjek pendidikan, mengajukan pertanyaan, siswa tidak
di tuntut supaya aktif dalam belajar berani menjawab, jika ada itu hanya 4-5
mencari informasi dan mengeksplorasi orang siswa saja. Jika ada kendala siswa
sendiri atau secara berkelompok. Guru tidak berani bertanya.
hanya berperan sebagai fasilitator dan Rendahnya motivasi yang
pembimbing ke arah pengoptimalan berdampak pada hasil belajar yang
pencapaian ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa. Siswa yang dapat
dipelajari. Diharapkan dalam proses mencapai hasil belajar diatas KKM

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 1


kurang dari 60%, hal ini dapat terlihat dari sesama temannya, dan secara
dari hasil evaluasi belajar pada aspek mandiri, siswa dapat secara aktif untuk
kognitif yang diperoleh dari nilai ujian belajar terstruktur, sehingga siswa tidak
semester. Ini tidak sesuai dengan KKM hanya bergantung dari satu sumber
(kriteria ketuntasan minimal) SMP informasi saja yaitu guru. Artinya,
Negeri 34 Surabaya dengan nilai KKM melalui model pembelajaran ini penulis
80. Proses belajar dikatakan sukses secara membangun dugaan dapat meningkatkan
klasikal apabila 75 % dari siswa dikelas hasil belajar siswa kelas IX-C SMP
memperoleh nilai 80 keatas dengan Negeri 34 Surabaya, pada mata pelajaran
persentase ketuntasan belajar 75 %. IPA.
Melihat data ketuntasan minimal dan Dari latar belakang masalah yang
nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih telah dipaparkan di atas, dapat
di bawah standar kelulusan, yaitu masih dirumuskan bahwa yang menjadi
berada pada nilai 71 sehingga ketuntasan masalah dalam penelitian ini adalah
minimal belum tercapai secara keseluru- sebagai berikut :
han dengan presentase ketuntasan masih 1. Apakah model pembelajaran
44%. Maka diperlukan inovasi yang kooperatif tipe STAD dapat
dilakukan guru untuk tercapainya tujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran. Kemampuan guru dalam materi kemagnetan di kelas IX-C SMP
mengelola kelas, menyusun perangkat Negeri 34 Surabaya?
pembelajaran, memilih pendekatan dan 2. Apakah model pembelajaran koopera-
menentukan model pembelajaran tif tipe STAD dapat meningkatkan
menjadi sangat penting dalam sebuah aktivitas belajar siswa pada materi
proses pengelolaan kegiatan belajar kemagnetan di kelas IX-C SMP
mengajar di dalam kelas. Negeri 34 Surabaya?
Solusi untuk mengatasi permasala- Dari permasalahan diatas, maka
han tersebut adalah menerapkan model tujuan penelitian ini adalah:
pembelajaran yang menarik, memotivasi, 1. Mendeskripsikan aktivitas guru dan
dapat meningkatkan partisipasi, keakti- siswa dalam pembelajaran IPA materi
fan, dan hasil belajar siswa serta kemagnetan menggunakan model
membiasakan siswa untuk saling pembelajaran kooperatif tipe STAD
bekerjasama dalam proses pembelajaran. kelas IX- C SMP Negeri 34 Surabaya
Model pembelajaran yang sesuai dengan 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil
kebutuhan di atas adalah model pembe- belajar siswa pada materi kemagnetan
lajaran kooperatif. Model pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD
kooperatif mengutamakan adanya pada pembelajaran IPA di kelas IX-C
kerjasama kelompok untuk mencapai SMP Negeri 34 Surabaya.
tujuan pembelajaran. Dalam prosesnya, Adapun manfaat dari penelitian
siswa dilibatkan secara aktif baik saat tindakan ini adalah sebagai berikut:
bekerja secara individual maupun saat 1. Bagi siswa, Kegiatan pembelajaran
bekerjasama dengan siswa lain lain dengan model Kooperatif tipe STAD
sehingga dapat merangsang siswa agar dapat meningkatkan pemahaman
lebih termotivasi dalam belajar. Salah konsep pada siswa, karena siswa
satu metode kooperatif adalah metode belajar berkelompok untuk memecah-
cooperative learning tipe STAD. Model kan masalah bersama dan guru bukan
pembelajaran ini menekankan bagaimana lagi sumber belajar tetapi teman dapat
siswa belajar secara tim, tetapi juga dijadikan sebagai sumber belajar.
belajar secara mandiri sebagai individu. 2. Bagi Guru, kegiatan pembelajaran
Sebagai tim, siswa dapat saling belajar dengan model kooperatif tipe STAD

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 2


ini dapat menciptakan suasana belajar memotivasi dan saling membantu
yang efektif dan efisien, mengetahui dalam menguasai materi pelajaran
strategi pembelajaran yang bervariasi guna mencapai prestasi yang
dan inovatif serta meningkatkan maksimal. Guru yang menggunakan
pemahaman guru dalam melakukan STAD mengajukan informasi
tindakan kelas. akademik baru kepada siswa setiap
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat minggu mengunakan presentasi verbal
membantu memperbaiki proses atau teks.
pembelajaran khususnya mata Menurut Slavin (dalam Noornia,
pelajaran IPA, sehingga sekolah dapat 1997: 21) ada lima komponen utama
memfasilitasi segala keperluan untuk dalam pembelajaran kooperatif
kelancaran proses pembelajaran metode STAD, yaitu:
tersebut. a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan
KAJIAN PUSTAKA penyajian materi yang dilakukan
1. Model Pembelajaran Kooperatif guru secara klasikal dengan
Tipe STAD menggunakan presentasi verbal
Pembelajaran kooperatif tipe atau teks. Penyajian difokuskan
Student Team Achievement Division pada konsep-konsep dari materi
(STAD) yang dikembangkan oleh yang dibahas. Setelah penyajian
Robert Slavin dan teman-temannya di materi, siswa bekerja pada
Universitas John Hopkin (dalam kelompok untuk menuntaskan
Slavin, 1995) merupakan pembelaja- materi pelajaran melalui tutorial,
ran kooperatif yang paling sederhana, kuis atau diskusi.
dan merupakan pembelajaran b. Menetapkan siswa dalam kelompok
kooperatif yang cocok digunakan oleh Kelompok menjadi hal yang
guru yang baru mulai menggunakan sangat penting dalam STAD karena
pembelajaran kooperatif. didalam kelompok harus tercipta
Student Team Achievement suatu kerja kooperatif antar siswa
Divisions (STAD) adalah salah satu untuk mencapai kemampuan
tipe pembelajaran kooperatif yang akademik yang diharapkan. Fungsi
paling sederhana. Siswa ditempatkan dibentuknya kelompok adalah
dalam tim belajar beranggotakan untuk saling meyakinkan bahwa
empat orang yang merupakan setiap anggota kelompok dapat
campuran menurut tingkat kinerjanya, bekerja sama dalam belajar. Lebih
jenis kelamin dan suku. Guru khusus lagi untuk mempersiapkan
menyajikan pelajaran kemudian siswa semua anggota kelompok dalam
bekerja dalam tim untuk memastikan menghadapi tes individu.
bahwa seluruh anggota tim telah Kelompok yang dibentuk sebaik-
menguasai pelajaran tersebut. nya terdiri dari satu siswa dari
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis kelompok atas, satu siswa dari
tentang materi itu dengan catatan, saat kelompok bawah, dan dua siswa
kuis mereka tidak boleh saling dari kelompok sedang. Guru perlu
membantu. mempertimbangkan agar jangan
Model Pembelajaran Koperatif sampai terjadi pertentangan antar
tipe STAD merupakan pendekatan anggota dalam satu kelompok,
Cooperative Learning yang walaupun ini tidak berarti siswa
menekankan pada aktivitas dan dapat menentukan sendiri teman
interaksi diantara siswa untuk saling sekelompoknya.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 3


c. Tes dan Kuis Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran
Siswa diberi tes individual Kooperatif tipe STAD
setelah melaksanakan satu atau dua Fase Kegiatan Kegiatan
kali penyajian kelas dan bekerja Guru Siswa
serta berlatih dalam kelompok. Fase 1 Menyampai Siswa
Siswa harus menyadari bahwa Menyampai kan semua mendengar
usaha dan keberhasilan mereka kan tujuan tujuan kan tujuan
dan motivasi pelajaran dan
nantinya akan memberikan
siswa yang ingin motivasi
sumbangan yang sangat berharga dicapai yang di
bagi kesuksesan kelompok. pada sampaikan
d. Skor peningkatan individual pelajaran oleh guru
Skor peningkatan individual tersebut dan
berguna untuk memotivasi agar memotivasi
bekerja keras memperoleh hasil siswa
yang lebih baik dibandingkan belajar
dengan hasil sebelumnya. Skor Fase 2 Menyajika Siswa
peningkatan individual dihitung Menyajikan informasi memperhati
berdasarkan skor dasar dan skor tes. atau kepada kan
Skor dasar dapat diambil dari skor menyampaik siswa informasi
an informasi dengan yang
tes yang paling akhir dimiliki
jalan disampaika
siswa, nilai pretes yang dilakukan mendemons n guru
oleh guru sebelumnya melaksana- trasika atau
kan pembelajaran kooperatif lewat bahan
metode STAD. bacaan
e. Pengakuan kelompok Fase 3 Menjelas- Siswa
Pengakuan kelompok Mengorgani kan kepada memperhati
dilakukan dengan memberikan sasikan siswa kan
penghargaan atas usaha yang telah siswa dalam bagaimana penjelasan
dilakukan kelompok selama kelompok- caranya dari guru
belajar. Kelompok dapat diberi kelompok membentuk dan
belajar kelompok membentuk
sertifikat atau bentuk penghargaan
belajar dan kelompok
lainnya jika dapat mencapai kriteria membantu belajar
yang telah ditetapkan bersama. setiap sesuai
Pemberian penghargaan ini kelompok arahan dari
tergantung dari kreativitas guru. agar guru
Menurut Zainal Aqib (2016, melakukan
hlm. 12), sintaks model transisi
pembelajaran cooperative learning secara
terdiri dari 6 (enam) fase yaitu: efesien
Fase 4 Membim- Siswa
Membimbin bing memperhati
g kelompok kelompok- kan
bekerja dan kelompok bimbingan
belajar belajar pada guru dan
saat mereka bekerja
mengerjaka sama
n tugas dengan
mereka teman
kelompok-
nya

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 4


Fase 5 Mengevalua Siswa sebesar 16,95 poin menjadi 65,56 pada
Evaluasi si hasil menjawab siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata
belajar soal 71,67 meningkat dari siklus I sebesar
tentang evaluasi 6,11 poin. Ketuntasan klasikal pada
materi yang dari guru skor dasar 33% (18 siswa). Pada
telah dan
ulangan siklus I meningkat ketuntasan
diajarkan mempersent
atau asikan hasil menjadi 72,5% (27 siswa). Pada
masing- kerja ulangan siklus II ketuntasan klasikal
masing kelompokn meningkat menjadi 87,5% (35 siswa).
kelompok ya 2. Penelitian oleh Eminingsih tahun 2009
mempersent yang berjudul “Peningkatan Hasil
asikan hasil Belajar Matematika melalui
kerjanya Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Fase 6 Mencari Siswa pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3
Memberikan cara–cara menerima Batang. Jenis Penelitian adalah PTK
penghargaan untuk penghargaa dengan dua siklus tindakan. Hasil
menghargai n dari guru.
penelitian menunjukkan bahwa hasil
baik upaya
mupun hasil
belajar siswa pada akhir siklus
belajar mengalami peningkatan 95%,
individu sedangkan aktivitas belajar siswa
dan mengalami peningkatan hingga 94%.
kelompok 3. Penelitian oleh Faidatur Rizki
Rohmawani. 2015 yang berjudul
Model pembelajaran kooperatif Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
dapat memberikan kesempatan terjadi- Siswa dengan Penerapan Model
nya belajar berdemonstrasi, dimana Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
peserta didik diberi kesempatan untuk di kelas IV. Jenis penelitian ini
berkomunikasi dan berinteraksi sosial merupakan penelitian tindakan kelas
dengan temannya untuk mencapai tujuan yang melalui empat tahapan yaitu: (1)
pembelajaran. Dan peserta didik dapat perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
belajar bekerja sama dengan semua orang pengamatan, dan (4) refleksi. Hasil
tanpa memandang latar belakang dan penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kemampuan akademis. Hasil dengan penerapan model pembelaja-
Penelitian yang Relevan : ran Kooperatif tipe STAD dapat
1. Penelitian olen Eddy Budiana, meningkatkan hasil belajar siswa pada
Muhammad Nailul Huda tahun 2018 mata pelajaran IPS dengan persentase
yang berjudul “Penerapan Model ketuntasan 74,1% pada siklus I, 80,7%
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siklus II, dan 90,3% pada siklus
untuk meningkatkan hasil pembelaja- III. Selain itu hasil penelitian juga
ran PKN Siswa kelas IV SD 79 Pekan menunjukkan adanya peningkatan
Baru. Jenis Penelitian ini adalah PTK. aktivitas guru dan aktivitas siswa
Penelitian ini bertujuan untuk secara berkesinambungan dari siklus I
meningkatkan hasil belajar PKN siswa sampai dengan siklus III.
kelas IV SD Negeri 79 Pekanbaru
dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa Hasil belajar siswa pada skor
dasar nilai rata-rata 48,61 meningkat

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 5


Peneliti hendak melakukan B. Subjek Penelitian
penelitian dengan meningkatkan hasil Subjek penelitian adalah siswa
belajar pembelajaran daring dengan kelas IX- C SMP Negeri 34 Surabaya,
model kooperatif tipe STAD dengan yaitu sejumlah 34 siswa yang terdiri
melihat kelebihan dari STAD itu dari 17 orang putri dan 17 orang putra.
sendiri yaitu melatih serta mengelolah
informasi dan berkomunikasi agar C. Tempat dan waktu Pelaksanaan
siswa dapat meningkatkan hasil Penelitian dilakukan di SMP
belajar. Dengan menggunakan model Negeri 34 Surabaya pada semester
kooperatif siswa dapat belajar genap pada bulan Juli sampai Agustus
berkelompok untuk meyelesaikan atau 2022. Dengan menyesuaikan jam
membahas materi meliputi mengama- pelajaran IPA dikelas IX-C SMP
ti, menanya, mengumpulkan data, Negeri 34 Surabaya.
mengasosiasi data, sampai pada
tahapan mempresentasikan data. D. Prosedur Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka Penelitian ini mengacu pada
kerangka pikiran dalam penelitian ini siklus spiral yang dikemukakan oleh
adalah sebagai berikut : Kemmis dan Mac Taggart. Dalam
setiap siklus penelitian, terdapat empat
tahap, yaitu perencanaan, pelaksana-
an, pengamatan (observasi), dan
refleksi. Gambar alur penelitian dapat
diliat pada Gambar 2 berikut ini.

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Gambar 2. Siklus Spiral Model
Jenis penelitian ini adalah Kemmis dan Mac Taggart
penelitian tindakan kelas (classroom Dalam penelitian ini direncanakan
action research) yang setiap siklusnya dalam dua siklus. Secara garis besar
terdiri dari empat langkah yaitu terdapat empat tahapan yang dilalui,
perencanaan (planning), tindakan yaitu:
(action), observasi (observation), dan 1) perencanaan,
refleksi (reflection). 2) pelaksanaan,
3) pengamatan,
4) refleksi
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 6
Adapun model yang digunakan presentase peningkatan siswa
adalah model siklus spiral yang tuntas sebesar 38,23 % dari data
dikemukakan oleh Kemmis & Mc. awal hasil belajar siswa.
Taggart d. Refleksi
Masih ditemukan adanya
HASIL PENELITIAN DAN kendala, antara lain meliputi :
PEMBAHASAN a) Aktivitas siswa kuranga hanya
A. Hasil Penelitian anak-anak tertentu saja yang
Data yang akan disajikan adalah mengajukan pertanyaan pada
berupa data-data yang diperoleh saat presentasi
selama penelitian di kelas IX-C SMP b) Masih terdapat beberapa siswa
Negeri 34 Surabaya dari siklus I yang cenderung pasif ketika
hingga siklus II, data tersebut adalah dalam pembelajaran
sebagai berikut: c) Siswa kurang bekerja sama
dengan kelompoknya
Siklus I Dapat disimpulkan bahwa
a. Perencanaan siswa masih mengalami kesulitan
b. Pelaksanaan seperti telah disebutkan sehingga
c. Pengamatan/Observasi penelitian ditindak lanjuti ke siklus
1) Aktivitas guru berdasarkan II.
pengamatan observer yang
paling menonjol adalah guru Siklus II
mengorganisasikan siswa ke a. Perencanaan
dalam kelompok dan kesesuaian b. Pelaksanaan
KBM dengan tujuan pembela- c. Pengamatan/Observasi
jaran. Sedangkan pada aktivitas 1) Berdasarkan data yang diperoleh,
yang lain guru mendapat nilai menunjukkan bahwa semua
yang sama. Sedangkan pada aspek penilaian guru mencapai
pengamatan pada menyajikan peningkatan dan guru menyam-
informasi lewat PPT satu paikan pembelajaran dengan baik
observer memberi nilai 4 dan persentase keberhasilan
sedangkan observer 1 memberi sebesar 87,5%
nilai 3. 2) Data aktivitas siswa dalam proses
2) Aktivitas siswa diamati pembelajaran siklus II yang
berdasarkan perkelompok. dilakukan oleh observer menun-
Aspek yang paling menonjol jukkan bahwa skor rata-rata
adalah saat berkumpul dalam aktivitas siswa adalah 3,6 dan
berkelompok yaitu 3,6. seluruh aspek penilaian telah
Sedangkan aktivitas kelompok mencapai target yang telah
dengan rata-rata rendah yaitu 3 ditentukan. Sedangkan persenta-
yaitu pada aktivitas adalah se keberhasilan adalah 90%
mengumpulkan data, bekerja (sangat bagus). Hal ini berarti
dalam kelompok, berdiskusi dan aktivitas siswa sudah mencapai
menyimpulkan hasil diskusi keberhasilan karena kriteria
3) Data prestasi belajar siswa yang ketuntasan minimal aktivitas
di atas dianalisis, dapat disim- siswa adalah 80%.
pulkan bahwa persentase siswa 3) Persentase siswa tuntas adalah
tuntas adalah 82,35 % dan tindak 91,18% meningkat sebesar
tuntas 17,65%. Sehingga 8,83% dari siklus I. Rata-rata

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 7


nilai kelas pun meningkat dari Aktivitas guru mengalami
83,83 menjadi 90,88. Untuk peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2
kesimpulan sementara pembela- yaitu persentase P1 78,33 dan P2
jaran kemagnetan dengan meng- 80% pada siklus 1 mengalami
gunakan model pembelajaran kenaikan menjadi P1 86,67% dan P2
kooperatif tipe STAD dapat 88,33%.
meningkatkan hasil belajar jika
dilihat dari siklus I ke siklus II b. Aktivitas siswa
d. Refleksi Berdasarkan analisis data
Hasil refleksi pada akhir siklus mengalami peningkatan dari siklus I
II menunjukkan bahwa secara ke siklus II yaitu sebesar 10%.
umum proses pembelajaran yang Aktivitas siswa pada siklus I sebesar
telah dilaksanakan pada siklus II 80% sedangkan pada siklus II
telah berjalan sesuai dengan yang mengalami 90%. Perubahan yang
direncanakan. Berdasarkan hasil banyak dilakukan pada siklus II
pengamatan siswa selama kegiatan adalah siswa lebih banyak bekerjasa-
belajar mengajar, aktivitas guru dan ma dengan kelompoknya, lebih aktif
siswa pada siklus II lebih baik bertanya, menyimpulkan hasil belajar
dibandingkan pada siklus I. Pada serta mempresentasikan hasil perco-
siklus II, siswa sudah dapat baannya. Siswa lebih aktif untuk
bekerjasama dengan lebih baik bertanya dan aktif dalam melakukan
dengan teman-temannya dan lebih percobaan. Aktivitas siswa dilihat
terlibat dalam kelompok. Siswa berdasarkan aktivitas kelompoknya.
juga lebih proaktif dan dapat
meyelesaikan tugas percobaan yang c. Hasil Belajar Siswa
diberikan dengan lebih cepat. Untuk mengetahui efektivitas
Walaupun pada siklus II masih peningkatan hasil belajar melalui
ditemukan beberapa siswa yang model kooperatif tipe STAD mapel
kurang aktif, namun jumlahnya IPA materi kemagnetan yaitu
telah berkurang dibandingkan pada dengan membandingkan hasil
siklus I. Saat kegiatan diskusi, guru belajar siswa siklus I dan II seperti
bersikap komunikatif dan responsif pada tabel di bawah ini :
dalam membimbing siswa.
Kegiatan diskusi berlangsung
dengan baik.

B. Analisis / Pembahasan
Hasil analisis data disajikan
dalam dua siklus sebagai berikut :

a. Aktivitas Guru
Tabel 2. Rekapan Aktivitas Guru

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 8


Tabel 3. Data Hasil Belajar siswa
siklus 1 dan siklus 2

Gambar 3. Hasil nilai pengetahuan


siklus 1 dan Siklus II
Dari di atas, bahwa pada observasi
awal rata-rata skor yang dicapai adalah
74,70. Setelah diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
siklus I, rata-rata skor yang dicapai siswa
adalah 83,86 dan jumlah siswa yang
mendapat nilai ≥ 80 sebanyak 28 siswa
sehingga ketuntasan klasikal yang
dicapai adalah 82,35%. Ketuntasan yang
dicapai masih belum optimal, hal ini
disebabkan siswa belum mampu
menyesuaikan diri dengan metode
pembelajaran yang diterapkan guru
sehingga pembelajaran belum berjalan
maksimal dan nilai siswa juga belum
maksimal. Pada pembelajaran siklus II
rata-rata skor yang dicapai siswa adalah
91,18 dan jumlah siswa yang mendapat
nilai ≥ 80 sebanyak 31 siswa sehingga
ketuntasan klasikal yang dicapai adalah
91,18%. Pada pembelajaran siklus II
siswa sudah mampu melaksanakan
semua aspek pembelajaran dengan
sangat baik dan secara mandiri.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 9


d. Aktivitas siswa dengan pembelaja- rata-rata persentase keberhasilan pada
ran kooperatif model STAD siklus II adalah 95,00% (terjadi pening-
1). Aktivitas Siswa katan 0,5% dari siklus I).
Tabel 4. Data Aktivitas Siswa dalam Rata-rata persentase keberhasilan
Pembelajaran Siklus I dan II aspek 5 (mengumpulkan data) yang
dicapai pada siklusI adalah 75,0%, rata-
rata persentase keberhasilan pada siklus
II adalah 82,5% (terjadi peningkatan
7,5% dari siklus I).
Rata-rata persentase keberhasilan
aspek 6 (bekerja dalam kelompok) yang
dicapai pada siklusI adalah 75,0%, rata-
rata persentase keberhasilan pada siklus
II adalah 95,00% (terjadi peningkatan
20,0% dari siklus I).
Rata-rata persentase keberhasilan
aspek 7 (berdiskusi dalam kelompok)
yang dicapai pada siklus I adalah 75,5%,
rata-rata persentase keberhasilan pada
siklus II adalah 95,00% (terjadi pening-
Dari tabel di atas dapat dilihat katan 0% dari siklus I).
bahwa aktivitas siwa selama pembela- Rata-rata persentase keberhasilan
jaran dengan model kooperatif STAD aspek 8 (mempresentasikan hasil diskusi)
mengalami peningkatan dari siklus I yang dicapai pada siklus I adalah 85,0%,
hingga siklus II. rata-rata persentase keberhasilan pada
Rata-rata persentase keberhasilan siklus II adalah 95,00% (terjadi
aspek 1 (menjawab saat guru memberi peningkatan 10,0% dari siklus I).
motivasi) yang dicapai pada siklus I Rata-rata persentase keberhasilan
adalah 82,5%, rata-rata persentase aspek 9 (menyimpulkan hasil akhir) yang
keberhasilan pada siklus II adalah dicapai pada siklus I adalah 75,0%, rata-
95,00% (terjadi peningkatan 12,5% dari rata persentase keberhasilan pada siklus
siklus I). II adalah 82,50% (terjadi peningkatan
Rata-rata persentase keberhasilan 7,5% dari siklus I).
aspek 2 (memperhatikan saat guru Dari data aktivitas guru dan
menyampaikan tujuan pembelajaran) aktivitas siswa dari siklus I-II telah
yang dicapai pada siklusI adalah 75,0%, terjadi peningkatan, maka dapat
rata-rata persentase keberhasilan pada disimpulkan bahwa aktivitas siswa dan
siklus II adalah 92,5% (terjadi guru dalam pembelajaran IPA dengan
peningkatan 17,5% dari siklus I). model pembelajaran kooperatif tipe
Rata-rata persentase keberhasilan STAD di kelas IX-C SMP Negeri 34
aspek 3 (mendengarkan dan mengamati Surabaya sangat baik.
saat guru menyampaikan informasi) yang
dicapai pada siklus I adalah 82,5%, rata- SIMPULAN DAN SARAN
rata persentase keberhasilan pada siklus A. Simpulan
II adalah 92,5% (terjadi peningkatan Berdasarkan pembahasan dan
12,5% dari siklus I). analisis data pada bab sebelumnya,
Rata-rata persentase keberhasilan maka dapat disimpulkan bahwa:
aspek 4 (berkumpul dalam kelompok)
yang dicapai pada siklus I adalah 90,0%,
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 10
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Depdiknas. 2004. Pedoman Pengolahan
Student Teams Achievement Data Untuk Pelaporan Hasil
Divisions (STAD) pada pembelaja- Belajar. Jakarta: Departemen
ran dapat meningkatkan aktivitas Pendidikan Nasional.
guru dan siswa. Peningkatan
aktivitas guru dapat dilihat dari Eddy Budiana, Muhammad. 2018.
pelaksanaan pembelajaran dari Penerapan Model Pembelajaran
siklus I yang dikategorikan baik, Kooperatif Tipe STAD untuk
dan siklus II yang dikategorikan Meningkatkan Hasil Belajar PKN
sangat baik. Sedangkan aktivitas Siswa Kelas IV SD Negeri 79
siswa dilihat dari pelaksanaan Pekanbaru. Jurnal Pendidikan
pembelajaran dari siklus I kategori Guru Sekolah Dasar Fakultas
baik, pada siklus II sangat baik Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Penerapan model pembelajaran Universitas Riau/Vol 7 No 2
kooperatif tipe Student Teams- Oktober 2018.
Achievement Divisions (STAD) https://www.researchgate.net/pub
pada pembelajaran dapat mening- lication/332443114
katkan hasil belajar siswa pada
materi kemagnetan. Hal tersebut Eminingsih. 2009. Peningkatan Hasil
dapat dibuktikan dengan pening- Belajar Matematika melalui
katan hasil belajar siswa pada siklus Pembelajaran Kooperatif Tipe
I, siklus II. STAD Pada Siswa Kelas VII E
SMP Negeri 3 Batang. Jurnal of
B. Saran Education Recearch/Vol 32 No
Dalam proses pembelajaran untuk 1(2013).
meningkatkan minat dan motivasi http://journal.unnes.ac.id/nju/inde
anak sebaiknya guru dapat menggu- x.php/LIK/
nakan model kooperatif lain agar lebih
bervariasi dalam pembelajaran. Guru Faidatur Rizki Rohmani, 2015. Upaya
harus lebih inovatif dalam proses Meningkatkan Hasil Belajar
pembelajaran dapat meningkatkan Siswa Dengan Penerapan Model
hasil belajar siswa. Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD DI KELAS IV. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Guru Sekolah Dasar.
Ainamulya. 2015. Langkah-Langkah dan https://www.neliti.com/id/publica
Sistematika Penyusunan Peneli- tions/254047/upaya-
tian Tindakan Kelas. meningkatkan-hasil-belajar-
https://ainamulyana.blogspot.com siswa-dengan-penerapan-model-
/2011/05/langkah-langkah-dan- pembelajaran-koope
sistematika.html.
Jazilla. 2010. Langkah-langkah tindakan
Akhmad Sudrajat. 2018. Penelitian dalam PTK.
Tindakan Kelas PTK. https://jazzyla.wordpress.com/20
https://akhmadsudrajat.wordpress 10/04/29/langkah-langkah-
.com/2008/03/21/penelitian- tindakah-dalam-ptk-penelitian-
tindakan-kelas-part-ii/. tindakan-kelas/

Nurkamilauinsa. 2012. PTK.


http://digilib.uinsby.ac.id/1172/5/
Bab%202.pdf
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 11
Siti Zubaidah, dkk. 2018. Buku Guru
Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 12


ISSN : 2337-3253

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA


POKOK BAHASAN HIMPUNAN BAGIAN MENGGUNAKAN MEDIA
BERBASIS LINGKUNGAN
(Supatmi)

ABSTRACT
The learning process in the 2013 curriculum based on standard processes is required to
involve student activities. Therefore the teacher must design a learning process that can meet this
need for all subjects, including mathematics. For this reason, teachers need a learning design in
order to carry out learning that involves student activities using inexpensive learning media and
is a form of our care for environment, because it uses used goods as a medium of learning. The
fundamental problem in this research is that 58.97% of the students of class VII F SMP Negeri
32 Surabaya for the 2019/2020 academic year on the topic of Subset have not met the minimum
learning completeness, namely 72 and most teachers still think that the learning media must be
good requires a high cost. This research was conducted in September 2019. The data collection
methods in this study were observation, tests, and field notes. The data analysis techniques used
were data reduction, data presentation, drawing conclusions, and reflection verification. Based
on the research, students in learning on the average learning outcomes before the action were
67.31, the first cycle was 72.82, and the second cycle was 78.46. Meanwhile, the completeness
of student learning before the students' action completed learning was 23 students or 58.976%.
The first cycle that completed was 31 students or 79.49%, the second cycle that completed was
as many as37 students or 94.87% The second cycle was more successful because at the time of
learning it used environment-based media in the form of colorful used folders and cardboard
boxes and students made their own media according to the LK instructions. Meanwhile, in the
first cycle of learning using environment-based media but the media has been prepared by the
teacher. Learning by using environment-based media, namely by utilizing used goods, has
improved the quality of learning. The average value of the quality of learning in the first cycle
was 3.00 and the second cycle was 4.00. The conclusion in this study is that the results of learning
mathematics on the subject of subsets using environment-based media can be increased.

Keywords : learning media, learning outcomes, environmental based

PENDAHULUAN menggunakan masalah kontekstual.


Pembelajaran di era saat ini Salah satu indikator dari KD ini adalah
menggunakan kurikulum 2013 yang menentukan himpunan bagian dari
pada proses pembelajarannya diseleng- suatu himpuna
garakan secara interaktif, inspiratif, Dengan demikian guru seharus-
menantang, memotivasi peserta didik nya menyelenggarakan pembelajaran
untuk berpartisipasi aktif, serta yang dapat menjamin keterlibatan
memberikan ruang yang cukup bagi siswa dalam proses belajar khususnya
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian belajar matematika pada pokok bahasan
sesuai dengan bakat, minat dan himpunan bagian. Hal yang dapat
perkembangan fisik serta psikologis dilakukan adalah dengan menyeleng-
peserta didik. Karakteristik materi garakan pembelajaran yang melibatkan
Matematika kebanyakan bersifat peserta didik dengan menggunakan
abstrak demikian juga pada pokok media pembelajaran berbasis lingku-
bahasan himpunan bagian yang ngan berupa kertas bekas yang
terdapat pada KD. 3.4 menjelaskan dan berwarna warni.
menyatakan himpunan, himpunan Berdasarkan hasil penelitian
bagian, himpunan semesta, himpunan sebelum tindakan peserta didik kelas VII
kosong, komplemen himpunan F SMP Negeri 32 Surabaya, hasil

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 13


pembelajaran matematika pada pokok pelajaran 2019/2020
bahasan Himpunan bagian masih rendah 2. Untuk mengetahui bahwa penggunaan
yaitu 23 siswa dari 39 siswa atau 58,97% media pembelajaran berbasis lingku-
dari peserta belum memenuhi ngan dapat meningkatkan hasil
ketuntasan belajar minimal 72. Dalam pembelajaran matematika pada pokok
pembelajaran himpunan bagian ini guru bahasan himpunan bagian pada peserta
tidak menggunakan media pembelaja- didik kelas VII F SMP Negeri 32
ran. Setelah dilakukan analisis ditemukan Surabaya Tahun Pelajaran 2019/2020.
bahwa penyebab belum maksimalnya
hasil pembelajaran matematika pada MANFAAT PENELITIAN
pokok bahasan himpunan bagian antara Adapun manfaat penelitian ini adalah
lain: 1) minat belajar matematika 1. Bagi siswa
peserta didik masih rendah. 2) peserta a. Untuk meningkatkan keaktifan
didik belum berani dalam menyampai- dalam proses pembelajaran
kan pendapat. 3) hasil pembelajaran b. Suasana pembelajaran menjadi lebih
peserta didik masih rendah. 4) guru menyenangkan
dalam pembelajaran belum mengguna- c. Hasil belajar menjadi meningkat
kan media Untuk meningkatkan hasil 2. Bagi Guru
pembelajaran matematika pokok bahasan a. Sebagai masukan untuk meningkat-
himpunan bagian peserta didik kelas VII kan pembelajaran dikelas
F SMP Negeri 32 Surabaya guru meng- b. Untuk memotivasi guru bahwa media
gunakan media berbasis lingkungan. pembelajaran tidak harus elektronik
Berdasarkan temuan penyebab dan mahal.
belum maksimalnya hasil pembelajaran 3. Bagi Sekolah
matematika pada topik tersebut, maka Untuk acuan dalam membuat
rumusan masalah pada penelitian ini kebijakan tentang peningkatan kualitas
adalah 1) bagaimana meningkatkan pembelajaran di sekolah.
keaktifan proses pembelajaran 4. Bagi Ilmu pengetahuan
matematika pada pokok bahasan Untuk memberikan informasi
himpunan bagian pada peserta didik berkaitan dengan penggunaan media
kelas VII F SMP Negeri 32 Surabaya pembelajaran berbasis lingkungan
tahun pelajaran 2019/2020? 2) Apakah sebagai salah satu media pembelaja-
penggunaan media pembelajaran ran yang dapat digunakan untuk
berbasis lingkungan dapat meningkat- meningkatkan hasil belajar dalam
kan hasil pembelajaran matematika pembelajaran Matematika dan
pada pokok bahasan himpunan bagian sekaligus menekan volume sampah
bagi siswa 7F SMPN 32 Surabaya kertas di lingkungan sekolah.
Tahun Pelajaran 2019/2020 ? Dari uraian diatas, maka perlu
untuk melakukan penelitian dengan
TUJUAN PENELITIAN mengembangkan pembelajaran meng-
Berdasarkan rumusan masalah di gunakan media berbasis lingkungan
atas, tujuan penelitian ini adalah : sebagai salah satu cara untuk
1. Untuk mengetahui bahwa penggunaan mengatasi permasalahan diatas.
media pembelajaran berbasis lingku- Adapun judul penelitian yang diangkat
ngan dapat meningkatkan keaktifan adalah : “Upaya Meningkatkan Hasil
proses pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika Pokok
pada Pokok Bahasan himpunan Bahasan Himpunan Bagian
bagian pada peserta didik kelas VII F Menggunakan Media Berbasis
SMP Negeri 32 Surabaya tahun Lingkungan pada Peserta Didik Kelas

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 14


VII F SMP Negeri 32 Surabaya Tahun kategorikan ke dalam jenis sumber
Pelajaran 2019 / 2020. belajar yang dimanfaatkan (by
design resources) ini. Dibanding
KAJIAN PUSTAKA dengan jenis sumber belajar yang
A. Media Pembelajaran Berbasis dirancang, jenis sumber belajar yang
Lingkungan dimanfaatkan ini jumlah dan
Penggunaan sumber belajar macamnya jauh lebih banyak.
dipilih dalam pembelajaran, karena Bentuk dan jenis lingkungan ini
media merupakan bagian kegiatan bermacam macam, misalnya: sawah,
pembelajaran yang merupakan hutan, pabrik, lahan pertanian,
upaya guru untuk membuat pembe- gunung, danau, sungai peninggalan
lajaran menjadi mudah dengan sejarah, musium, dan sebagainya.
harapan bahwa proses belajar akan Media di lingkungan juga bisa
berhasil baik dengan mengga- berupa benda-benda sederhana yang
bungkan fakta dan ide-ide dalam dapat dibawa ke ruang kelas, misal-
menjelaskan materi dengan bantuan nya: batuan, tumbuh-tumbuhan,
sumber belajar (Amir, 2016:34). binatang, peralatan rumah tangga,
Keberhasilan proses pembelajaran hasil kerajinan, dan masih banyak
sangat dipengaruhi oleh beberapa lagi contoh yang lain.
faktor diantaranya: guru, peserta Masih ada sebagian besar guru
didik, sarana dan prasarana, alat dan yang beranggapan bahwa media
sumber serta media yang dipakai. pembelajaran selau berkaitan dengan
Lingkungan sebagai sumber peralatan elektronika, atau peralatan
belajar. Pengertian lingkungan canggih mahal harganya seperti
dalam hal ini adalah segala sesuatu laptop dan multimedia. Anggapan
baik yang berupa benda hidup seperti itu merupakan pandangan
maupun benda mati yang terdapat di yang terlalu sempit terhadap makna
sekitar kita. Benda dan peristiwa media pembelajaran. Oleh karena itu
yang ada di lingkungan siswa seharusnya tidak ada lagi guru yang
biasanya mudah dicerna oleh siswa, enggan untuk menggunakan media
dibandingkan dengan media yang pembelajaran karena alasan biaya
dikemas (didesain). (Situmorang: maupun sulit untuk membuatnya.
174 - 175)
Guru harus mampu memilah B. Hasil Belajar Matematika
dan memilih media yang akan Hasil belajar adalah perubahan
digunakan sesuai dengan karakteris- perilaku peserta didik akibat belajar.
tik pembelajaran dan ketersediaan Perubahan perilaku disebabkan
media itu sendiri. Salah satu yang karena dia mencapai penguasaan atas
dapat digunakan adalah lingkungan sejumlah bahan yang diberikan
karena lingkungan menyediakan dalam proses belajar mengajar. Lebih
media yang sangat beragam. Jenis- lanjut, hasil belajar dapat berupa
jenis sumber belajar yang ada di perubahan dalam aspek kognitif,
lingkungan. Kita telah mengenal afektif, dan psikomotorik.
adanya dua jenis sumber belajar, Sudjana (2012:3) mengemuka-
yaitu sumber belajar yang dirancang kan bahwa hasil belajar adalah
(by design resources) dan sumber perubahan tingkah laku yang
belajar yang dimanfaatkan (by utility mencakup bidang kognitif, afektif,
resources). Berbagai benda yang dan psikomotorik yang dimiliki oleh
terdapat di lingkungan kita dapat kita siswa setelah menerima pengalaman

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 15


belajar. tujuan dan bahan acuan interaksi,
Hasil belajar secara umum baik yang bersifat eksplisit maupun
dipandang sebagai perwujudan nilai- implisit (Sagala, 2008: 11).
nilai yang diperoleh siswa melalui Berdasarkan uraian di atas,
proses belajar mengajar. Dalam hal hasil belajar dalam penelitian ini
ini dapat dikatakan bahwa hasil adalah hasil yang dicapai siswa
belajar adalah penguasaan yang setelah kegiatan pembelajaran.
dicapai siswa dalam mengikuti Pengukuran hasil yang dicapai
program belajar mengajar sesuai setelah proses pembelajaran adalah
dengan tujuan pendidikan yang telah melalui evaluasi dengan menggu-
ditetapkan (Siaksoft, 2008: 1). Hasil nakan alat ukur yang kualitasnya
belajar merupakan taraf keberhasilan baik. Alat ukur tersebut adalah tes
murid dalam mempelajari materi prestasi yang mengacu kepada ranah
pelajaran di sekolah dinyatakan kognitif dalam bentuk tertulis.
dalam bentuk skor yang diperoleh Hasil belajar adalah cermin
dari hasil tes mengenai sejumlah keberhasilan peserta didik dalam
materi pelajaran tertentu (Abdullah, proses belajar di sekolah. Demikian
2008: 1). pentingnya arti hasil belajar, maka
Hasil belajar sering digunakan usaha dalam pendidikan diarahkan
dalam arti yang sangat luas yakni pada peningkatan hasil belajar.
untuk bermacam-macam aturan Proses belajar mengajar erat sekali
terhadap apa yang telah dicapai oleh kaitannya dengan lingkungan atau
peserta didik, misalnya ulangan suasana dimana proses itu berlang-
harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, sung. Meskipun hasil belajar juga
tes lisan yang dilakukan selama dipengaruhi oleh banyak aspek
pelajaran berlangsung, tes akhir dan seperti gaya belajar, fasilitas yang
sebagainya. Para ahli telah tersedia, pengaruh iklim kelas masih
merumuskan dan membuat tafsiran sangat penting. Hal ini beralasan
yang berbeda-beda tentang belajar. karena ketika para peserta didik
Belajar merupakan suatu proses, belajar diruang kelas, lingkungan
suatu kegiatan dan bahkan suatu kelas, baik itu lingkungan fisik
hasil dan tujuan. Belajar bukan maupun lingkungan non-fisik
hanya mengingat, tapi yang lebih kemungkinan mendukung mereka
luas lagi adalah mengalami. atau bahkan malah mengganggu
Hasil belajar juga bukan suatu mereka.
penguasaan latihan, melainkan Proses pembelajaran berjalan
perubahan tingkah laku. Belajar dengan baik jika di dukung dengan
adalah modifikasi atau memperteguh (1) Iklim yang kondusif antara lain
kelakuan melalui pengalaman dapat mendukung interaksi yang
(Learning is definet as the bermanfaat diantara peserta didik.
modification or strengthening of (2) Memperjelas pengalaman-penga-
behavior through experiencing). laman guru dan peserta didik.
Belajar adalah penambahan (3) Menumbuhkan semangat yang
pengetahuan. Ada pula yang memungkinkan kegiatan- kegiatan
menganggap belajar itu sebagai di kelas berlangsung dengan baik,
perubahan kelakuan berkat (4) Mendukung saling pengertian
pengalaman dan latihan. Belajar antara guru dan peserta didik.
merupakan komponen ilmu Hasil belajar peserta didik
pendidikan yang berkenaan dengan ditentukan oleh banyak faktor seperti

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 16


usia, kemampuan dan motivasi, pembelajaran menjadi mudah,
jumlah dan mutu pengajaran, dengan harapan bahwa proses belajar
lingkungan alamiah di rumah dan akan berhasil baik dengan
kelas. Iklim kelas yang ditandai menggabungkan fakta dan ide-ide
dengan kehangatan, demokrasi, dan dalam menjelaskan materi dengan
keramah tamahan dapat digunakan bantuan sumber belajar (Amir,
sebagai alat untuk memperbaiki hasil 2016:34).
belajar peserta didik (Ristya. 2010: Dalam pembelajaran, penggu-
3). naan media berbasis lingkungan
berfungsi memfasilitasi proses
pembelajaran didasarkan pada
C. Pemahaman Himpunan Bagian
keyakinan bahwa proses belajar
Menggunakan Media Berbasis
dengan bantuan media pembelajaran
Lingkungan
dapat meningkatkan hasil belajar.
Guru harus mengupayakan
Dengan penggunaan media
kemudahan dalam belajar dengan
mempergunakan sumber belajar, hal pembelajaran berbasis lingkungan
diharapkan pemahaman dan
itu karena media adalah sarana
penentuan himpunan bagian peserta
komunikasi yang dapat diperguna-
didik semakin baik dan dapat
kan untuk menyalurkan pesan dan
menumbuhkan minat dan motivasi
dapat merangsang pikiran, dapat
bagi siswa untuk belajar.
membangkitkan semangat,
Hasil belajar merupakan salah
perhatian, serta kemauan siswa
satu indikator keefektifan pembe-
sehingga dapat mendorong terjadi-
lajaran. Hasil belajar yang tinggi
nya proses belajar pada diri siswa
menunjukkan bahwa proses belajar
(Wahyudi, 2014). Kemudahan
tersebut efektif. Sebaliknya, hasil
belajar diberikan melalui
belajar rendah menunjukkan indikasi
pemanfaatan media dalam
ketidakefektifan proses belajar yang
pembelajaran. Seorang guru harus
rendah. Hasil belajar siswa yang
mengenal sifat-sifat khas dari setiap
rendah disebabkan oleh banyak hal,
sumber belajar, yang penting untuk
penguasaan setiap teknik penyajian, seperti: kurikulum yang padat,
sumber belajar yang kurang efektif,
agar guru mampu mengetahui,
strategi dan metode pembelajaran
memahami dan terampil mengguna-
yang dipilih oleh guru kurang tepat,
kannya, sesuai dengan tujuan yang
sistem evaluasi yang buruk,
akan dicapai (Ardiansyah, 2016: 61).
kemampuan guru yang kurang dapat
Bila seorang guru melakukan
membangkitkan motivasi belajar
aktivitas, maka terjadi dua aktivitas
siswa, atau juga karena pendekatan
yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas
pembelajaran (Supardi, 2012:244).
belajar. Penggunaan media
Penggunaan media pembela-
pembelajaran yang tepat dapat
jaran berbasis lingkungan dianggap
membantu proses penyampaian
sesuai, karena menurut Mutmainah
informasi atau pesan dalam
(2017:15), peran guru dalam proses
pembelajaran berlangsung secara
pembelajaran yang mengintegrasi-
efektif (Sunaengsih, 2016:184).
kan lingkungan diharapkan sebagai
Penggunaan sumber belajar
fasilitator, kolaborator, mentor,
dipilih dalam pembelajaran, karena
pelatih, pengarah dan teman belajar,
media merupakan bagian kegiatan
serta dapat memberikan pilihan dan
pembelajaran yang merupakan
tanggung jawab yang besar kepada
upaya guru untuk membuat
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 17
siswa untuk mengalami peristiwa kurang bersemangat dan cenderung
belajar. pasif, tidak aktif dalam mengemuka-
kan pendapat atau bertanya dalam
D. Hipotesis Tindakan mengikuti proses pembelajaran.
Adapun Hipotesis dari Minat belajar siswa dalam
penelitian ini adalah dengan pembelajaran kurang ditandai
menggunakan media pembelajaran dengan banyaknya siswa selama
berbasis lingkungan hasil pembelajaran berlangsung tidak ada
pembelajaran matematika pokok minat untuk segera menyelesaikan
bahasan himpunan bagian pada soal latihan menentukan himpunan
peserta didik kelas VII F SMP Negeri bagian dari suatu himpunan.
32 Surabaya tahun pelajaran
2019/2020 dapat meningkat. B. Siklus Pertama
a. Perencanaan
METODE PENELITIAN 1. Melakukan pertemuan dengan
A. Rancangan Sebelum Tindakan teman sejawat selaku pengamat
Penelitian ini menggunakan untuk membicarakan persiapan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kegiatan pembelajaran dengan
atau Classroom Action Research pemberian pretes yang dilaku-
yang merupakan bentuk kajian yang kan pada saat penelitian.
bersifat reflektif oleh pelaku 2. Mendiskusikan dan menetap-
tindakan, dilakukan untuk kan rancangan pembelajaran
meningkatkan kematangan rasional yang akan diterapkan di kelas
dari tindakan-tindakan dalam sebagai tindakan penelitian.
melakukan tugas, memperdalam 3. Mempersiapkan penelitian dan
pemahaman terhadap tindakan- bahan yang diperlukan untuk
tindakan yang dilakukan itu, serta melaksanakan penelitian.
memperbaiki kondisi tempat praktek 4. Mempersiapkan waktu dan cara
pembelajaran tersebut dilakukan. pelaksanaan diskusi hasil
Refleksi awal dilaksanakan pengamatan dengan praktisi
dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan subyek
pendahuluan untuk mengetahui penelitian.
kondisi awal dilakukan pengamatan 5. Mempersiapkan buku perekam
oleh rekan sejawat saat guru data.
melakukan proses pembelajaran. 6. Menyusun rencana pembelaja-
Hasil analisis refleksi awal ran.
digunakan untuk menetapkan dan 7. Mempersiapkan perangkat tes
merumuskan rencana tindakan yaitu hasil belajar pada siklus
menyusun strategi awal pertama.
pembelajaran. 8. Mengelompokkan siswa secara
Berdasarkan hasil pengamatan heterogen.
pendahuluan ditemukan bahwa
selama pembelajaran berlangsung b. Pelaksanaan Tindakan
sebagian besar siswa cenderung 1. Melaksanakan kegiatan pem-
kurang berminat menyelesaikan belajaran berpedoman pada
soal-soal latihan, dan guru harus RPP yang telah dibuat yang
selalu mengingatkan agar siswa telah disesuaikan berdasarkan
mengerjakan latihan, kurang kerangka berfikir.
memperhatikan penjelasan guru,

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 18


2. Melakukan penilaian meng- 6. Mempersiapkan perangkat tes
gunakan alat penilaian yang hasil belajar pada siklus kedua
telah disediakan. 7. Mengelompokkan siswa secara
heterogen
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh b. Pelaksanaan Tindakan
teman sejawat sebagai mitra 1. Melaksanakan kegiatan pembe-
kolaborator. Kolaborator menca- lajaran berpedoman pada RPP
tat semua aktivitas yang yang telah dibuat yang telah
dilakukan oleh guru dan peserta disesuaikan dengan kerangka
didik selama proses pembelaja- berfikir.
ran, yaitu mulai kegiatan awal 2. Melakukan penilaian menggu-
hingga kegiatan akhir. Observasi nakan alat penilaian yang telah
dilakukan dengan instrumen disediakan.
observasi
c. Observasi
d. Refleksi 1. Observasi dilakukan oleh
1. Catatan di lapangan dan jurnal teman sejawat sebagai mitra
harian sebagai hasil pengama- kolaborator.
tan maupun hasil wawancara 2. Kolaborator mencatat semua
dikaji dan dievaluasi kembali. aktivitas yang dilakukan oleh
2. Data yang terkumpul dikaji guru dan siswa selama proses
secara komprehensif pembelajaran, yaitu mulai
3. Data dibahas bersama pengamat kegiatan awal hingga kegiatan
untuk mendapat kesamaan akhir. Observasi dilakukan
pandangan terhadap tindakan dengan instrumen observasi.
pada siklus pertama.
4. Hasil refleksi dijadikan bahan d. Refleksi
untuk merevisi rencana tindakan 1. Catatan di lapangan dan jurnal
selanjutnya. harian sebagai hasil pengama-
tan maupun hasil wawancara
C. Siklus Kedua dikaji dan dievaluasi kembali.
a. Perencanaan 2. Data yang terkumpul dikaji
1. Mendiskusikan dan menetap- secara komprehensif.
kan rancangan pembelajaran 3. Data dibahas bersama
yang akan diterapkan di kelas pengamat untuk mendapat
sebagai tindakan penelitian. kesamaan pandangan terhadap
2. Mempersiapkan perangkat dan tindakan pada siklus kedua.
bahan yang diperlukan untuk 4. Hasil refleksi dijadikan bahan
melaksanakan penelitian. untuk merevisi rencana
3. Mempersiapkan waktu dan cara tindakan selanjutnya
pelaksanaan diskusi hasil
pengamatan dengan praktisi Subyek Penelitian
dan wawancara dengan subyek Dalam penelitian ini yang
penelitian. menjadi subyek adalah siswa kelas VII
4. Mempersiapkan buku perekam F SMP Negeri 32 Surabaya tahun
data pelajaran 2019/2020 dengan jumlah
5. Menyusun rencana pembelaja- peserta didik 39 orang yang terdiri dari
ran 17 siswa laki-laki dan 22 siswa

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 19


perempuan karena mempunyai a. Rumus ketuntasan belajar
karakteristik yang heterogen dan dapat b. Rumus rata-rata
mewakili kondisi real secara c. Menyimpulkan dan memverifika-
keseluruhan. si

Instrumen Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Observasi A. Hasil Penelitian
Observasi dilakukan oleh 1. Sebelum Tindakan
peneliti dan pengamat. Observasi Berdasarkan hasil belajar siswa
dalam penelitian ini adalah observasi mata pelajaran matematika pokok
langsung yaitu peneliti dan pengamat bahasan himpunan bagian pada
melihat dan mengamati secara kelas VII F di SMPN 32 Surabaya
langsung kemudian mencatat tahun pelajaran 2019/2020 sebelum
perilaku dan kejadian yang terjadi dilakukan tindakan menunjukkan
pada keadaan yang sebenarnya. banyak siswa mendapatkan nilai
2. Tes nilai rendah di bawah kriteria
Tes dilakukan untuk mengetahui ketuntasan minimum 72 karena
kemampuan awal siswa sehingga guru dalam pembelajarannya tidak
peneliti dapat merencanakan menggunakan media pembelajaran
tindakan yang akan diambil dalam berbasis lingkungan. Perhatikan
memperbaiki proses pembelajaran. tabel berikut ini
Tes juga dilakukan pada tiap-tiap Tabel 1.1
siklus Hasil Belajar Siswa Sebelum
Tindakan
Teknik Pengumpulan Data Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata
1. Observasi : Berupa hasil pengamatan 23 (58,97%) 16 (41,03%) 67,31
2. Dokumenter : berupa hasil tes
Sedangkan pada proses
Teknik Analisa Data pembelajaran secara observasi
1. Analisis Deskriptif Komparatif diperoleh data sebagai berikut:
Dari hasil penilaian siswa, Tabel 1.2
dibandingkan antara kondisi awal, Hasil Kualiatas Proses Pembelajaran
siklus pertama, dan siklus kedua. Sebelum Tindakan
Dari data-data penilaian siswa Aspek SKOR
1 2 3 4 5
setelah dibandingkan, dicari seberapa Suasana Belajar 8 24 4 3 0
besar kenaikan atau penurunannya. Tanggung Jawab 13 20 5 1 0
Sehingga bisa diketahui apakah Percaya Diri 11 21 3 3 1
tindakan yang dilakukan memberi- Fokus Kegiatan 8 23 4 4 0
kan dampak atau tidak. Jumlah 40 88 16 11 1
2. Penyajian Data Rata-rata = 313 : 156 = 2,00 = 2 (cukup)
Data yang telah direduksi dan
2. Siklus 1
dikelompokkan dalam berbagai pola
Tabel 2.1
dideskripsikan dalam bentuk kata-
Hasil Belajar Siswa Siklus 1
kata yang berguna untuk melihat
Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata
gambaran keseluruhan atau bagian 31 (79,49%) 8 (20,51%) 72,82
tertentu. Penyajian data ini ditulis
dalam paparan data.
3. Penarikan kesimpulan, verifikasi,
dan refleksi

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 20


Tabel 2.2 Dari diagram di atas, dapat
Hasil Kualiatas Proses Pembelajaran diketahui nilai rata-rata hasil
Siklus 1 belajar sebelum tindakan 67,31,
Aspek SKOR siklus pertama 72,82, dan siklus
1 2 3 4 5 kedua sebesar 78,46. Dengan
Suasana 4 9 21 3 2 demikian dilihat dari nilai rata-rata
Belajar
Tanggung 1 3 19 11 5 kelas dari sebelum dilakukannya
Jawab tindakan sampai dengan siklus
Percaya Diri 4 6 22 3 4 kedua terdapat peningkatan.
Fokus Kegiatan 5 4 20 7 3 Sedangkan diagram ketuntasan
Jumlah 14 22 82 24 14 belajar disajikan dalam diagram
Rata-rata = 470 : 156 = 3,01 = 3 (baik) berikut ini:
3. Siklus 2 Ketuntasan 94,87
Tabel 3.1 100

Hasil Belajar Siswa Siklus 2 90


79.4
Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata 80
70
37 (94,87%) 2 (5,13%) 78,46 58.9
60
50
Tabel 3.2 40 37
23 31
Hasil Kualiatas Proses Pembelajaran 30
23
Siklus 2 20

Aspek SKOR 10

1 2 3 4 5
Suasana 0 1 5 22 11 Sebelum Tindakan Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan
Belajar yang Tuntas
Tanggung 1 1 5 24 9
Jawab Diagram 2. Ketuntasan dan
Percaya Diri 0 2 2 28 7 Persentase Ketuntasan
Fokus Kegiatan 0 1 3 27 8
Jumlah 1 5 15 101 35 Dilihat dari ketuntasan belajar,
Rata-rata = 635 : 156 = 4,01 = 4 (sangat baik) sebelum tindakan peserta didik yang
tuntas belajar sebanyak 23 siswa
B. Pembahasan atau 58,97%. Siklus pertama yang
Berdasarkan pengamatan, maka tuntas sebanyak 31 siswa atau
dapat dibuat diagram batang rata- 79,49%, siklus kedua yang tuntas
rata hasil belajar peserta didik sejak sebanyak 37 siswa atau 94,87%.
sebelum tindakan sampai siklus Dilihat dari ketuntasan belajar dari
kedua sebagai berikut : sebelum dilakukannya tindakan
sampai dengan siklus kedua terdapat
Rata-Rata 78.46 peningkatan.
8
0 Peningkatan hasil belajar siswa
72,82
terjadi setelah guru mempergunakan
7 67.31 media pembelajaran berbasis lingku-
0
6 ngan pada saat pembelajaran. Saat
5 siklus pertama guru menjelaskan
Sebelum Siklus 1 Siklus 2 konsep himpunan bagian mengguna-
Tindakan
Rata-Rata kan media berbasis lingkungan
Diagaram 1 Rata-rata hasil berupa himpunan bagian yang
belajar peserta didik terbuat dari kertas / map bekas dan
medianya yang menyiapkan guru.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 21
Kesulitan muncul karena peserta memberi kontribusi besar terhadap
didik hanya mengamati media tanpa peningkatan rasa tanggung jawab
terlibat secara langsung. Saat siklus peserta didik. Presentasi yang
kedua peseta didik mengalami dilakukan perta didik tentang hasil
secara langsung untuk membuat pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran sesuai dengan media berbasis lingkungan memberi
petunjuk LK yang sudah di desain sumbangan besar terhadap rasa
oleh guru, sehingga suasana percaya diri siswa. Dengan
pembelajaran menjadi lebih penerapan pembelajaran mengguna-
bermakna dan menyenangkan, kan media berbasis lingkungan,
dengan indikator siswa belajar pembelajaran menjadi lebih menarik
dengan gembira, bersikap akrab dan menyenangkan.
dengan guru, belajar tanpa kelihatan
tertekan, akrab dengan sesama perta KESIMPULAN
didik, dan bersikap terbuka dengan Kesimpulan pada penelitian ini:
guru. 1) Penggunaan media pembelajaran
Pembelajaran dengan menggu- berbasis lingkungan pada siswa
nakan media berbasis lingkungan kelas VII F SMP Negeri 32
juga meningkatkan keberanian Surabaya tahun pelajaran
berekspresi, ditandai dengan siswa 2019/2020, terbukti meningkatkan
berani berpendapat, berani berpen- hasil belajar siswa, rata rata hasil
dapat, dan menjawab pertanyaan belajar sebelum tindakan 67,31
guru dengan baik. siklus pertama 72,82, dan siklus
Pembelajaran dengan menggu- kedua sebesar 78,46 Sementara itu,
nakan media berbasis lingkungan ketuntasan belajar siswa sebelum
pada pokok bahasan himpunan tindakan siswa yang tuntas belajar
bagian membuat peserta didik lebih sebanyak 23 siswa atau 58,97%.
banyak melakukan dalam belajar / siklus pertama yang tuntas
aktif, tidak hanya sekedar sebanyak 31 siswa atau 72,82%.,
mendengarkan ceramah dan peserta siklus kedua yang tuntas sebanyak
didik mampu mencari pengetahuan 37 siswa atau 94,87%. Sehingga
sendiri. dilihat dari ketuntasan belajar dari
Penggunaan media pembelaja- sebelum dilakukannya tindakan
ran berbasis lingkungan telah sampai dengan siklus kedua
meningkatkan kualitas pembelaja- terdapat peningkatan.
ran. Nilai rata-rata kualitas pembela- 2) Penggunaan media pembelajaran
jaran sebelum tindakan sebesar 2.00, berbasis lingkungan terbukti dapat
sedang pada siklus pertama sebesar meningkatkan kualitas pembelaja-
3.01 dan pada siklus kedua sebesar ran himpunan bagian di Kelas VII F
4.01. SMP Negeri 32 Surabaya tahun
Dari hasil observasi kualitas pelajaran 2019/2020 Sebelum
proses pembelajaran berdasarkan tindakan sebesar 2.00, sedang pada
kriteria berikut ini : siklus pertama sebesar 3.00 dan
Tindakan guru yang banyak pada siklus kedua sebesar 4.00.
memberi kesempatan siswa untuk Dengan demikian kualitas pembe-
mencoba dan membuat suasana lajaran dari sebelum tindakan
pembelajaran lebih menyenangkan. sampai dengan siklus kedua terjadi
Tindakan guru dengan memberi peningkatan.
tugas individu pada tiap kelompok

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 22


SARAN Volume 35, No. 2, 151 – 163
Berdasarkan simpulan di atas ISSN: 0215-8884.
disarankan
1) Guru seharusnya mempergunakan Mulyasa. 2013. Menjadi Guru
media pembelajaran yang menarik, Profesional Menciptakan
agar materi mudah dipahami dan Pembelajaran Kreatif dan
peserta didik termotivasi untuk Menyenangkan. Bandung:
belajar. Remaja Rosdakarya
2) Guru hendaknya memanfaatkan
lingkungan disekitar sebagai media Rohani, Ahmad. 2012. Pengelolaan
pembelajaran. Pengajaran. Jakarta: PT
3) Guru hendaknya memiliki Rineka Cipta.
paradigma bahwa guru bukan satu-
satunya sumber belajar dan media Ristya, W. 2010. Iklim Kelas dan
pembelajaran itu tidak harus Prestasi Belajar.
elektronik dan mahal.
Sulaeman. 2015. Pengemabangan
4) Pembelajaran Matematika hendak-
Kurikulum 2013 dalam
nya disampaikan dengan mengguna-
Paradigma Pembelajaran
kan media yang mampu menyenang-
kontemporer, Purwokerto:
kan siswa dan mampu membuat
Jurnal Islamadina, Volume
siswa aktif.
XIV , No. 1 , Maret 2015 : 71-
95.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Almira. 2016. Penggunaan Sudjana, Nana. 2012. Penelitian dan
Media Gambar dalam Peniliaian Pendidikan.
Pembelajaran Matematika. Bandung: Sinar Baru
Jurnal Eksakta. Volume 2 Algensindo.
Nomor 1. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Supardi. 2012. Pengaruh Pembelajaran
Universitas Islam Sultan Matematika Realistik terhadap
Agung Semarang. Hasil Belajar Matematika
ditinjau dari Motivasi Belajar.
Ardiansyah. 2016. Pengaruh Metode Jurnal Cakrawala Pendidikan,
Partisipatori terhadap hasil Juni 2012, Th. XXXI, No. 2.
Belajar Matematika. Jurnal
SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 Ubaidah, Nila. 2016. Pemanfaatan CD
ISSN: 2527-967X 61 Program Pembelajaran untuk Mening-
Studi Teknik Informatika, katkan Kemampuan Komuni-
Universitas Indraprasta PGRI. kasi Matematis Siswa melalui
Pembelajaran Make a Match.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar- Jurnal Pendidikan Matematika
Dasar Evaluasi Pendidikan. FKIP Unissula Volume 4 (1)
Jakarta: Bumi Aksara. 2016 ISSN:2338-5988.
Frengky. 2008. Model Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas Satu
Sekolah Dasar. Jurnal
Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 23


ISSN : 2337-3253

LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA KOMIK DALAM


MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Aisijah Hartati)

ABSTRACT
The use of learning media in the teaching and learning process can generate new desires
and interests, generate motivation and stimulation of learning activities, and even bring
psychological effects on students. The use of learning media at the learning orientation stage will
greatly help the effectiveness of the learning process and the delivery of messages as well as
learning content at that time. Providing information services about learning motivation by using
comic media can attract and direct students' attention to concentrate on the information conveyed,
so that students can increase their learning motivation and students are able to carry out a series
of learning activities in order to achieve good learning achievement. Before the treatment, the
results of student learning motivation were good, it was seen from an average of 67.92%. While
Information Services with Comic Media provided to class VIII H students have not been
maximized (unfinished) because the results achieved are 78.58%. The results after the treatment
are very good student learning motivation, seen from an average of 80.30%. However, the
Information Service Using Comic Media provided to students has been completed (according to
the KKM) with 86.33% results for Class VIII H students at State Junior High School of 26
Surabaya.

Keywords : information services, learning motivation

PENDAHULUAN jauh ke depan, suka tantangan, dan


UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang tangguh dalam bekerja.
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 Motivasi adalah suatu proses untuk
dinyatakan “Pendidikan Nasional menggiatkan motif/daya menjadi perbua-
berfungsi mengembangkan kemampuan tan atau tingkah laku untuk memenuhi
dan membentuk watak, serta peradaban kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.
bangsa yang bermartabat dalam rangka Menurut Winkel (2004: 99) motivasi
mencerdaskan kehidupan bangsa, belajar adalah keseluruhan daya
bertujuan untuk berkembangnya potensi penggerak psikis dalam diri siswa yang
peserta didik agar menjadi manusia yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan kelangsungan kegiatan belajar, dan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, memberikan arahan pada kegiatan belajar
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan itu demi mencapai tujuan. Ciri siswa yang
menjadi warga negara yang demokratis, memiliki motivasi belajar adalah tekun
serta bertanggung jawab” (Depdiknas, menghadapi tugas, ulet menghadapi
2003: 6). Memperhatikan fungsi dan kesulitan dalam belajar, menunjukkan
tujuan pendidikan nasional tersebut di minat terhadap masalah belajar, lebih
atas, pendidikan membantu individu senang belajar mandiri, cepat bosan pada
untuk menjadi individu yang berguna tugas yang rutin, dapat mempertahankan
dalam kehidupannya yang memiliki pendapatnya, tidak mudah melepaskan
berbagai wawasan, pandangan, hal yang diyakini, serta senang mencari
interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan dan memecahkan masalah (Sadirman,
keterampilan yang tepat berkenaan 2011: 83). Berdasarkan ciri-ciri motivasi
dengan diri sendiri dan lingkungannya. yang ada, maka motivasi belajar tersebut
Individu seperti ini adalah individu juga merupakan syarat wajib yang
dengan motivasi yang tinggi yang hendaknya dimiliki oleh siswa di tiap
memiliki orientasi sukses, berorientasi jenjang pendidikan dalam rangka

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 24


menjalani proses pendidikan yang ada. membangkitkan motivasi dan rangsangan
Semua jenis pendidikan, di dalamnya kegiatan belajar, dan bahkan membawa
memerlukan adanya motivasi belajar pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
yang wajib dimiliki oleh setiap siswanya. siswa. Penggunaan media pembelajaran
Di SMP Negeri 26 Surabaya yang pada tahap orientasi pembelajaran akan
merupakan tempat penelitian, menunjuk- sangat membantu keefektifan proses
kan bahwa siswa di kelas VIII H yang pembelajaran dan penyampaian pesan
berjumlah 39 orang mencerminkan dan isi pembelajaran pada saat itu.
tingkat motivasi belajar yang cenderung Media komik di SMP Negeri 26
untuk ditingkatkan apabila keadaan Surabaya disamping sebagai koleksi
demikian tidak mendapatkan penanganan Perpustakaan Sekolah “Lumbung Ilmu”
segera dari pihak pendidik, maka siswa juga dapat digunakan untuk membantu
tidak dapat mencapai tujuan yang guru Bimbingan dan Konseling dalam
diharapkan dan keberhasilan belajar tidak memudahkan tercapainya pemahaman
tercapai. baru yang didapat siswa dari hasil
Undang-Undang No. 20 Tahun mengikuti layanan informasi, khususnya
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam melaksanakan penelitian ini.
pada BAB 1 ayat 6, maka tugas Pemilihan media komik dalam penelitian
membangkitkan motivasi belajar siswa ini karena media komik lazim digunakan
agar mau melakukan serangkaian dan dirasa lebih efektif dalam
kegiatan belajar bukan hanya menjadi menyampaikan informasi. Media komik
tugas guru mata pelajaran semata, jika digunakan secara efektif dapat
melainkan seluruh tenaga kependidikan memberikan dampak yang besar pada
termasuk guru BK atau Konselor. Salah siswa. Siswa dapat terbantu dalam
satu bentuk bantuan di sekolah untuk mengerti dan memusatkan perhatian pada
memfasilitasi perkembangan individu saat proses pemberian layanan, dapat
adalah layanan bimbingan dan konseling. menstimulasi, serta membangkitkan
Peneliti memandang perlu gairah dalam mengikuti kegiatan layanan
menggunakan layanan informasi untuk informasi.
meningkatkan motivasi belajar siswa
karena pemahaman tentang pentingnya LANDASAN TEORI
belajar giat dan tekun, menumbuhkan A. Motivasi Belajar Siswa
semangat belajar, meningkatkan motivasi Pengertian Motivasi Belajar
belajar, berani bermimpi besar, dan Menurut Purwanto (2007: 60), motif
pentingnya membaca buku yang adalah suatu pernyataan yang
diperoleh melalui layanan informasi kompleks di dalam suatu organisme
dapat digunakan sebagai bahan acuan yang mengarahkan tingkah laku atau
dalam meningkatkan kegiatan dan perbuatan ke suatu tujuan atau
prestasi belajar. Penggunaan media perangsang. Motif adalah keadaan
bimbingan dalam pemberian layanan dalam pribadi orang yang mendorong
informasi dapat membantu guru individu untuk melakukan aktivitas-
Bimbingan dan Konseling agar aktivitas tertentu guna mencapai suatu
pemberian layanan informasi tidak tujuan. Sedangkan menurut Makmun
membosankan dan siswa dapat menerima (2012: 37), motivasi merupakan: 1)
informasi dengan baik. Menurut Hamalik suatu kekuatan (power) atau tenaga
dalam Arsyad (2010: 15) pemakaian (forces) atau daya (energy) atau 2)
media pembelajaran dalam proses belajar suatu keadaan yang kompleks
mengajar dapat membangkitkan (a complex state) dan kesiapsediaan
keinginan dan minat yang baru, (preparatory set) dalam diri individu

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 25


untuk bergerak (to move, motion, atas, tujuan layanan informasi adalah
motive) ke arah tujuan tertentu, baik untuk membekali individu atau siswa
disadari maupun tidak disadari. dengan pengetahuan dan pemahaman
Berdasarkan uraian di atas, dapat tentang data dan fakta di bidang
diambil simpulan bahwa motivasi pendidikan sekolah, pribadi-sosial dan
adalah suatu dorongan atau kekuatan pekerjaan yang berguna untuk
dalam diri seseorang yang dapat mengenal diri, meningkatkan kegiatan
membuat seseorang tersebut bergerak, dan prestasi belajar, mengembangkan
bertindak guna memenuhi kebutuhan- cita-cita, serta menyelenggarakan
nya, dan mencapai tujuannya. secara kehidupan sehari-hari dan mengambil
keseluruhan sebagai hasil pengalaman keputusan. Tujuan layanan informasi
individu itu sendiri dalam interaksi dalam penelitian ini adalah untuk
dengan lingkungannya. Belajar memberikan pemahaman dan
merupakan suatu proses perubahan pengetahuan mengenai hal yang
tingkah laku akibat latihan dan berkenaan dengan motivasi belajar
pengalaman (Oemar Hamalik, 2009: yang dapat mendorong siswa
154). Pengertian motivasi belajar melakukan serangkaian kegiatan
dalam penelitian ini adalah segala belajar, memberi arahan kegiatan
daya dalam diri siswa yang mampu tersebut guna mencapai tujuan dari
mendorong dan menggerakkan siswa belajar.
tersebut untuk melakukan serangkaian
kegiatan belajar guna mencapai tujuan C. Media Komik
dari belajar. Menurut Uno (2011: 121) media
berasal dari bahasa latin yang
B. Layanan Informasi mempunyai arti antara. makna tersebut
Bahwa layanan informasi adalah dapat diartikan sebagai alat komunika-
suatu layanan yang diberikan kepada si yang digunakan untuk membawa
siswa yang bertujuan untuk memberi- suatu informasi dari suatu sumber
kan pemahaman tentang berbagai hal kepada penerima. Sedangkan menurut
yang diperlukan siswa dalam menen- Miarso (2005: 458) media dapat
tukan arah suatu tujuan. Pengertian diartikan sebagai segala sesuatu yang
layanan informasi dalam penelitian ini digunakan untuk menyalurkan pesan.
adalah salah satu layanan bimbingan Komik dapat didefinisikan sebagai
dan konseling yang diberikan kepada bentuk kartun yang mengungkapkan
siswa yang bertujuan untuk memberi- karakter dan menerapkan suatu cerita
kan berbagai pemahaman tentang dalam urutan yang erat hubungannya
berbagai hal yang berkenaan dengan dengan gambar dan dirancang untuk
motivasi belajar yang diperlukan memberikan hiburan kepada para
siswa dalam melakukan serangkaian pembaca (Daryanto, 2012: 126).
kegiatan belajar guna mencapai tujuan Menurut Sudjana dan Rifai (2011:
dari belajar. 64), komik diartikan sebagai suatu
Layanan informasi bertujuan bentuk kartun yang mengungkapkan
untuk membekali individu dengan sifat dan menerangkan suatu cerita
berbagai pengetahuan dan pemahaman dalam urutan yang erat dihubungkan
tentang berbagai hal yang berguna dengan gambar dan dirancang untuk
untuk mengenal diri, merencanakan memberikan hiburan pada pembaca.
dan mengembangkan pola kehidupan Dari berbagai pendapat para ahli di
sebagai pelajar, anggota keluarga, dan atas, maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat. Berdasarkan pendapat di media komik adalah suatu alat/

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 26


perantara yang membawa pesan atau dikembangkan dan ditingkatkan agar
dengan bentuk kartun yang mengung- siswa dapat melakukan serangkaian
kapkan karakter dan menerapkan kegiatan belajar guna mencapai tujuan
suatu cerita dalam urutan yang erat dari belajar, yang berimbas pada
hubungannya dengan gambar. prestasi belajar yang baik. Upaya yang
Kelebihan dari komik, seperti dilakukan untuk meningkatkan
penelitian yang dilakukan Thorndike motivasi belajar siswa melalui layanan
dalam Daryanto (2012: 127) diketahui bimbingan dan konseling yaitu
bahwa anak yang membaca komik melalui layanan informasi.
lebih banyak, misalnya dalam sebulan Oleh karena itu, layanan
minimal satu buah buku komik, maka informasi sangat penting dalam
sama dengan membaca buku-buku meningkatkan motivasi belajar siswa.
pelajaran dalam setiap tahunnya, hal Hamalik dalam Arsyad (2010: 15)
ini berdampak pada kemampuan mengemukakan bahwa “pemakaian
membaca siswa dan penguasaan kosa media pembelajaran dalam proses
kata jauh lebih banyak dari siswa yang belajar mengajar dapat membangkit-
tidak menyukai komik. Komik kan keinginan dan minat yang baru,
merupakan bentuk kartun di mana membangkitkan motivasi dan
perwatakan sama membentuk suatu rangsangan kegiatan belajar, dan
cerita dalam urutan gambar-gambar bahkan membawa pengaruh-pengaruh
yang berhubungan erat dirancang psikologis terhadap siswa”.
untuk menghibur para pembacanya Pemilihan media komik dalam
(Daryanto, 2012: 126). penelitian ini karena media komik
Walaupun komik telah mencapai lazim digunakan dan dirasa lebih
popularitas secara luas terutama efektif dalam menyampaikan
sebagai medium hiburan, ternyata informasi. Media komik jika
komik juga memiliki nilai edukatif digunakan secara efektif dapat
yang tidak diragukan. Pemakaiannya memberikan dampak yang besar pada
yang luas dengan ilustrasi berwarna, siswa. Penggunaan media komik dapat
alur cerita ringkas dengan perwatakan memberikan keuntungan, yaitu
orangnya yang realistis menarik penyajiannya mengandung unsur
semua siswa dari berbagai tingkat usia. visual dan cerita yang kuat membuat
Komik dapat dipergunakan secara siswa/pembaca terlibat secara emosio-
efektif oleh guru BK dalam usaha nal, sehingga membuat siswa/
membangkitkan motivasi belajar. pembaca untuk terus membacanya
hingga selesai.
D. Meningkatkan Motivasi Belajar
melalui Layanan Informasi dengan METODE PENELITIAN
Media Komik Dengan kata lain peneliti
Menurut Djamarah (2002: 115) memberikan perlakuan dengan mengada-
terdapat dua macam motivasi belajar kan layanan informasi dengan media
siswa. Yang pertama, motivasi komik sehingga nantinya dapat
instrinsik, yaitu motif-motif yang telah meningkatkan motivasi belajar siswa
aktif tanpa harus dirangsang dari luar. kelas VIII H SMP Negeri 26 Surabaya.
Yang kedua, motivasi ekstrinsik, yaitu Menurut Arikunto (2006: 84)
motif-motif yang aktif karena adanya penelitian eksperimen terdapat 3 jenis
rangsangan dari luar. Baik motivasi desain yaitu (a) one shot case study, (b)
instrinsik maupun motivasi ekstrinsik pre test dan post test, (c) static group
yang ada dalam diri siswa perlu comparasion. Dalam penelitian ini

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 27


peneliti menggunakan desain pre test dan Surabaya
post test, karena dalam penelitian ini O2 : Pengukuran (post test) untuk
pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, mengukur tingkat motivasi belajar
yaitu sebelum eksperimen (O1) disebut siswa setelah diberikan layanan
pre test dan pengukuran sesudah informasi melalui media komik.
eksperimen (O2) yang disebut post test.
Perbedaan antara O1 dan O2 diasumsikan B.1 Pre Test
sebagai efek dari treatment atau Adapun tujuan Pre Test dalam
eksperimen. penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan sosial pada
siswa sebelum diberi layanan
O2 X O1
informasi melalui media komik.

Keterangan : B.2 Treatment/Perlakuan


O1 : Pengukuran (pre test) untuk Tujuan tretment adalah
mengukur motivasi belajar siswa meningkatkan motivasi belajar.
sebelum diberi layanan informasi Adapun frekuensi dan lamanya
dengan media komik. pertemuan tergantung penerimaan
X : Pelaksanaan layanan informasi dan kesanggupan anggota kelompok.
dengan media komik pada siswa
kelas VIII H SMP Negeri 26

Tabel 3.1. Rancangan Topik Layanan Informasi


Pertemuan Indikator kreativitas Topik Tugas Waktu
yang akan
dikembangakan
I Memiliki sahabat dekat Persahabatan 40 menit
a. Pengertian sahabat
b. Faktor-faktor penghancur hubungan
persahabatan
c. Cara-cara menjaga keharmonisan hubungan
persahabatan
II Keterampilan sosial Cara-cara bergaul yang baik 40 menit
a. Faktor-fator penyebab perselisihan
b. Dampak negatif perselisihan
c. Cara-cara menjalin hubungan baik
d. Dampak positif hubungan baik antar teman
sebaya
III Interaksi Sosial Kerjasama Kelompok 40 menit
a. Bentuk-bentuk kerjasama kelompok
b. Hal-hal yang harus dilakukan ketika
bekerjasama
c. Tujuan dan manfaat Kerjasama
IV Keterampilan Sosial Mengatasi konflik antar pribadi 40 menit
a. Contoh-contoh konflik
b. Dampak terjadinya konflik
c. Cara mengatasi konflik
V Penyesuaian Sosial Penyesuaian diri 40 menit
a. Pengertian penyesuaian diri
b. Dampak positif penyesuaian diri yang baik
c. Cara-cara mengembangkan kemampuan
penyesuaian diri yang baik

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 28


VI Dipercaya oleh teman Menjadi pribadi yang baik dan bertanggung 40 menit
sebaya dalam posisi jawab
tanggung jawab a. Pengertian pribadi yang baik dan bertanggung
tertentu jawab
b. Faktor-faktor penyebab sulitnya bertanggung
jawab
c. Langkah-langkah menjadi pribadi yang baik
dan bertanggung jawab

B.3 Post Test 1. Motivasi Belajar Siswa


Post test adalah hasil perlakuan Motivasi belajar siswa
dengan menggunakan skala psikolo- diartikan sebagai cara-cara
gi hubungan sosial kepada sampel individu bereaksi atau berinterak-
penelitian sesudah diberi perlakuan. si terhadap teman-teman sebaya
disekitarnya dan bagaimana
B.4 Proses Analisis Data pengaruh perilaku yang berguna
Proses analisis data yaitu terhadap dirinya. Tingkat
menganalisis data yang terkumpul pencapaian motivasi belajar
dengan menggunakan perhitungan siswadapat dilihat melalui
uji wilcoxon. (Sugiyono, 2007: 45). beberapa indikator, yaitu: (1)
memiliki sahabat dekat, (2)
C. Variabel Penelitian dipercaya dalam posisi tanggung
C.1 Identifikasi Variabel jawab tertentu, (3) memiliki
Adapun identifikasi variabel ini penyesuaian sosial yang baik, (4)
adalah: berinteraksi dengan teman
a. Variabel bebas (independen) sebaya, (5) memiliki keterampilan
merupakan variabel yang diukur sosial yang baik.
pengaruhnya atau variabel yang 2. Layanan Informasi Menggunakan
mempengaruhi variabel lain, yaitu Komik
layanan bimbingan kelompon Layanan informasi meng-
(X). gunakan komik dapat diartikan
b. Variabel bergantung (dependen) sebagai suatu upaya informasi
yaitu variabel yang merupakan untuk mengembangkan dirinya
akibat adanya variabel bebas, secara optimal dengan meman-
yaitu hubungan sosial antar teman faatkan dinamika kelompok
sebaya (Y). sebagai berupa komik untuk
mencapai tujuan. Layanan
C.2 Hubungan Antar Variabel Informasi dilaksanaka dengan
Jika siswa memperoleh layanan empat tahap pelaksanaan, yaitu
informasi dengan tepat, maka siswa pembentukan, peralihan, kegiatan
tersebut dapat meningkatkan dan pengkakhiran. masing-
motivasi belajar siswa. masing anggota kelompok
Y = Motivasi Belajar membahas topik dalam komik
X = Layanan Informasi sehingga tujuan dapat tercapai.
Dalam penelitian ini yang
C.3 Devinisi Operasional Variabel mewakili adalah kelas VIII H
Definisi operasional menurut SMP Negeri 26 Surabaya
Azwar (2005:74) variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 29


D. Sampel dan Teknik Sampling E. Metode dan Alat Pengumpul Data
D.2 Sampel Penelitian Metode yang digunakan dalam
Sedang menurut Sugiyono penelitian ini adalah skala psikologis,
(2006: 118) sampel adalah bagian karena aspek yang akan diungkap
dari jumlah atau karakteristik yang berupa atribut psikologis, dengan
dimiliki oleh populasi tersebut. alatnya berupa skala hubungan sosial
Sampel yang diambil dalam antar teman sebaya. Menurut Azwar
penelitian ini adalah sebanyak 39 (2006: 3) skala psikologis merupakan
siswa. Pertimbangan yaitu karena alat ukur aspek psikologis atau atribut
dipandang lebih efisien dan efektif afektif”. Ada beberapa karakteristik
yakni kelas VIII H SMP Negeri 26 skala psikologi, antara lain sebagai
Surabaya. Efisien yang dimaksud berikut (Azwar, 2006: 4).
adalah mempertimbangkan karena E.1. Stimulusnya berupa pertanyaan
keterbatasan waktu tenaga dan dana. atau pernyataan yang tidak
Sedang efektif dimaksudkan langsung mengungkapkan atribut
sejumlah subyek yang diambil yang hendak diukur melainkan
sebagai sempel dalam penelitian mengungkap indikator perilaku
sudah tepat, dalam hal ini dari atribut yang bersangkutan.
pengambilan subyek berdasarkan E.2. Skala psikologis selalu selalu
ciri-ciri yang dimiliki sesuai dengan berisi banyak item dikarenakan
tujuan penelitian. atribut psikologis diungkap secara
tidak langsung lewat indikator-
D.3 Teknik Sampling indikator perilaku, sedangkan
Teknik sampling adalah cara indikator perilaku diterjemahkan
untuk menentukan sampel yang dalam bentuk item-item.
jumlahnya sesuai dengan ukuran E.3. Respon subyek tidak diklasifi-
sampel yang akan dijadikan sumber kasikan sebagai jawaban "benar”
data sebenarnya dengan memperhati- atau “salah”. Semua jawaban
kan sifat-sifat dan penyebaran dapat diterima sepanjang diberi-
populasi agar diperoleh sampel yang kan secara jujur dan sungguh-
representatif (Margono, 2005:126). sungguh. Sementara itu,
Menurut Arikunto (2002: 117), kelemahan dari skala psikologis
”Purposive sampling yaitu cara menurut Azwar (2006:2) sebagai
mengambil subjek bukan didasarkan berikut:
strata, random atau daerah tetapi (1). Atribut psikologi bersifat
didasarkan atas adanya tujuan latent/tidak tampak.
tertentu”. Tujuan yang ingin dicapai (2). Item dalam skala psikologi
dalam teknik ini adalah mendapatkan didasari oleh indikator-
siswa yang memiliki motivasi belajar indikator perilaku yang
rendah untuk diberikan layanan jumlahnya terbatas.
informasi menggunakan komik. (3). Respon yang dibrikan oleh
Dalam penelitian ini diambil 39 subyek sedikit-banyak dipe-
siswa yaitu kelas VIII H SMP Negeri ngaruhi oleh variabel tidak
26 Surabaya yang memiliki relevan seperti suasana hati
kemampuan motivasi belajar rendah subyek, kondisi dan situasi
namun hal ini tidak menjadi suatu disekitar, kesalahan prosedur
permasalahan yang fatal sehingga administrasi, dan semacam-
dapat ditangani menggunakan nya.
layanan informasi.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 30


(4). Atribut psikologi yang itemnya berupa pernyataan positif
terdapat dalam diri manusia maka skornya 5 untuk jawaban sangat
stabilitasnya tidak tinggi. sesuai (SS), 4 untuk jawaban sesuai
(5). Interpretasi terhadap hasil (S), 3 untuk jawaban kurang sesuai
ukur psikologi hanya dapat (KS), 2 untuk jawaban tidak sesuai
dilakukan secara normatif. (TS), 1 untuk jawaban sangat tidak
Dengan menggunakan alat sesuai (STS). Adapun kategori
pengumpul data berupa skala motivasi jawaban untuk skala hubungan sosial
belajar siswa, dapat diketahui dengan adalah:
layanan informasi menggunakan
komik pada siswa kelas VIII H SMP HASIL PENELITIAN DAN
Negeri 26 Surabaya. Skala ini PEMBAHASAN
dimaksudkan untuk memperoleh data A. Hasil Penelitian
penjaringan sampel, pre-test dan post- Berdasarkan penelitian yang
test. Penjaringan sampel dengan telah dilaksanakan, maka di bawah ini
menggunakan skala hubungan sosial akan dipaparkan hasil dari proses
antar teman sebaya untuk mencarai penelitian yang telah dilakukan. Hasil
informasi siswa yang kemampuan dari proses penelitian yang akan
hubungan sosialnya sangat rendah dipaparkan meliputi:
sampai ketingkat yang sangat tinggi. 1. Gambaran Tingkat Motivasi
Setelah diperoleh sampel maka hasil Belajar Sebelum Mendapatkan
skala hubungan sosial antar teman Treatment dan yang Diberikan Pre
sebaya dijadikan sebagi data pre-test. test
Skala hubungan sosial antar teman Sesuai dengan tujuan penelitian,
sebaya juga digunakan pada saat post yaitu meningkatkan motivasi belajar
test, dan post test digunakan untuk siswa melalui layanan informasi
mengetahui apakah ada perkembangan menggunakan komik pada siswa kelas
atau peningkatan motivasi belajar VIII H SMP SMP Negeri 26 Surabaya
siswa sebelum dan sesudah diberikan yang belum mendapatkan treatment
layanan informasi. Data yang dan dari hasil pre test diperoleh dari
diperoleh dari hasil analisis skala 39 siswa menghasilkan hasil sebagai
motivasi belajar siswa ini bersifat berikut:
kualitatif. Oleh karena itu agar data Tabel 4.1 Hubungan Sosial teman
tersebut dapat dianalisis secara Sebaya dan Pre test
kuantitatif, maka jawaban yang No Nama Siswa Sebelum Pre Test
Treatment
diberikan oleh responden diberi skor 1 Aa 90 90
berdasarkan skala interval dengan 2 Bb 78 85
metode skala likert. Skala menurut 3 Cc 90 90
likert berbentuk pernyataan-pernya- 4 Dd 78 85
5 Ee 78 85
taan tertutup yang diberikan secara 6 Ff 78 85
langsung. Pernyataan tertutup yang 7 Gg 78 85
dimaksudkan disini adalah berbentuk 8 Hh 76 85
9 Ii 60 80
pernyataan dimana responden tinggal 10 Jj 58 70
memilih jawaban dari alternatif- 11 Kk 58 65
alternatif jawaban yang telah 12 Ll 58 70
disediakan sesuai dengan dirinya 13 Mm 58 70
14 Nn 58 65
(Walgito, 2001: 36). Skala likert 15 Oo 78 75
memiliki lima kategori kesetujuan dan 16 Pp 90 90
memilki interval skor 1 sampai 5. Jika 17 Qq 60 80

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 31


18 Rr 78 85 f
19 Ss 59 75 𝑃= x 100%
20 Tt 90 90 N
2.649
21 Uu 60 80 𝑃 = 39 x 100%
22 Vv 60 80
23 Ww 60 80 P = 67,92 %
24 Xx 58 70 Hasil sebelum treatmen sesuai tabel
25 Yy 78 75 3.4 maka hasilnya Baik (Motivasi
26 Zz 60 80
Belajar Siswa). Namun Layanan
27 Aaa 60 80
28 Bbb 78 85 Informasi yang diberikan kepada siswa
29 Ccc 59 80 belum maksimal (Belum Tuntas) untuk
30 Ddd 60 80 siswa kelas VIII H SMP Negeri 26
31 Eee 78 90
32 Fff 58 65
Surabaya.
33 Ggg 58 65
34 Hhh 60 75 2. Gambaran Tingkat Motivasi Belajar
35 Iii 74 82 Siswa Sesudah Mendapatkan
36 Jjj 60 80
37 Kkk 59 80 Treatment dan yang Diberikan Post
38 Lll 58 60 test
39 Mmm 60 60 Sesuai dengan tujuan penelitian,
JUMLAH 2.649 3.065 yaitu meningkatkan motivasi belajar
RATA-RATA 67,92 78,58
KETUNTASAN - BELUM siswa melalui layanan informasi
LAYANAN TUNTAS menggunakan komik pada siswa kelas
INFORMASI VIII H SMP SMP Negeri 26 Surabaya
MOTIVASI BAIK -
BELAJAR yang sudah mendapatkan treatment
SISWA dan dari hasil pos test diperoleh dari
39 siswa menghasilkan hasil sebagai
Untuk menghitung rata – rata pre berikut :
test digunakan rumus : Tabel 4.2 Motivasi Belajar Siswa dan
Σx Pos test
X= 𝑁
No Nama Siswa Sesudah Pos Test
Keterangan : Treatment
X = Rata – rata (mean) 1 Aa 90 90
2 Bb 86 95
Σx = Jumlah seluruh nilai 3 Cc 90 100
N = Banyaknya subjek (siswa 4 Dd 90 95
Jadi, rata – rata untuk hasil pre tes adalah 5 Ee 78 80
Σx 6 Ff 90 100
X= 7 Gg 90 95
𝑁
X = 3.065 : 39 8 Hh 78 95
9 Ii 78 95
X = 78,58
10 Jj 78 85
11 Kk 92 100
Untuk menghitung prosentase 12 Ll 86 95
sebelum siswa diberi treatment 13 Mm 58 70
14 Nn 78 90
digunakan rumus : 15 Oo 86 95
f
𝑃 = N x 100 16 Pp 78 85
17 Qq 78 80
Keterangan : 18 Rr 92 100
P = Prosentase yang akan dicari 19 Ss 59 70
f = Hasil sebelum treatmen 20 Tt 78 90
21 Uu 79 85
N = Jumlah seluruh siswa 22 Vv 60 80
Jadi, prosentase hasil sebelum treatment 23 Ww 78 90
adalah 24 Xx 78 80
25 Yy 78 90
26 Zz 76 80

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 32


27 Aaa 78 85 • Evaluasi layanan informasi yang
28 Bbb 78 80
29 Ccc 90 95
disampaikan kepada siswa pada waktu
30 Ddd 76 80 pre test hasilnya belum tuntas (belum
31 Eee 76 80 maksimal) dan sesudah adanya pos
32 Fff 79 85 test pada siswa yang berjumlah 39
33 Ggg 60 80
34 Hhh 59 70 siswa. kelas VIII H SMP Negeri 26
35 Iii 79 82 Surabaya hasilnya sudah tuntas (sesuai
36 Jjj 60 80 KKM)
37 Kkk 75 80
38 Lll 76 80
• Tidak ditemukan siswa yang sangat
39 Mmm 80 85 tidak sesuai (STS) atau sangat rendah
JUMLAH 3.132 3.367 sekali dalam melaksanakan motivasi
RATA-RATA 80,30 86,33 belajar di sekolah (0,00 %) siswa,
KETUNTASAN - TUNTAS
LAYANAN demikian juga dalam yang kategori
INFORMASI tidak sesuai (TS) tidak ditemukan pada
HUBUNGAN Sangat - motivasi belajar di sekolah (0,00 %)
SOSIAL Tinggi
ANTAR (Sangat siswa.
SISWA Baik) Keterampilan sosial yang baik
dalam penelitian ini seperti yang di
Sedangkan rata – rata untuk hasil ungkapkan oleh Smitson dan Alport
post tes adalah (dalam Hartati, 2005: 13) keterampilan
Σx sosial yaitu kemampuan untuk menjalin
X= 𝑁
hubungan dengan orang lain dengan
X = 3.367 : 39
cukup yaitu dengan cukup lancar, mampu
X = 86,33
memimpin dan mengorganisir serta
Sedangkan prosentase sesudah
mampu mengatasi perselisihan yang
diberikan treatment adalah
muncul dalam setiap kegiatan.
f
𝑃 = x 10 Keterampilan-keterampilan ini
N menurut Desmita (2009: 230) antara lain:
3.132
𝑃= x 100% (1) berkomunikasi, (2) memecahkan
38 masalah, (3) mengelola perasaan dan
P = 80, 30 % atau Sangat Baik
implus-implus, (4) mengukur
temperamen sendiri dan orang lain, (5)
Pembahasan
menjalin hubungan-hubungan yang
Berdasarkan pada tujuan dan hasil
saling mempercayai. Sedangkan menurut
dari penelitian yang telah dilakukan,
Buhmester (dalam Sulistiana: 2010)
maka akan dibahas secara rinci tentang
menyatakan bahwa aspek-aspek
gambaran Motivasi Belajar Siswa melalui
keterampilan sosial dapat dijabarkan
Layanan Informasi Menggunakan Komik
sebagai berikut: (1) kemampuan
Siswa kelas VIII H SMP Negeri 26
berinisiatif, (2) kemampuan berempati,
Surabaya.
(3) kemampuan bersikap terbuka, (4)
Dalam Motivasi Belajar Siswa
kemampuan bersifat asertif, (5)
sebelum diberi layanan atau treatment,
kemampuan memberikan dukungan
maupun sesudah diberikan treatment
emosional, (6) kemampuan mengatasi
tentang gambaran siswa kelas VIII H
konflik.
SMP Negeri 26 Surabaya dari siswa yang
Berdasarkan hasil analisis
berjumlah 39 siswa adalah
deskriptif persentase kondisi awal
• Motivasi belajar siswa sebelum
sebelum mendapatkan perlakuan berupa
mendapat treatment sudah baik. Dan
layanan Informasi indikator memiliki
sesudah mendapat treatment, motivasi
belajar siswa menjadi sangat baik.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 33
keterampilan sosial yang baik termasuk Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI
dalam kategorinya. Nomor 20, Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
SIMPULAN DAN SARAN Jakarta: Depdiknas.
Simpulan
1. Tingkat motivasi belajar siswa Djamarah Saiful Bahri. 2002. Psikologi
sebelum mendapatkan layanan Belajar. Jakarta: PT Asdi
informasi (treatment) dengan media Mahasatya.
komik tergolong dalam kategori tinggi
atau baik. Erford, Bradley, dkk. 2010. Techniques
2. Tingkat motivasi belajar siswa setelah Every Counselor Should Know.
mendapat layanan informasi New Jersey: Pearson Education.
(treatment) dengan media komik
tergolong dalam kategori sangat tinggi Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan
atau sangat baik Pengajaran Berdasarkan
3. Berdasarkan uji wilcoxon bahwa Pendekatan Sistem. Jakarta:
kondisi akhir/ post test terdapat Bumi Aksara.
peningkatan setelah diberikan layanan
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar
informasi dengan media komik,
Kependidikan. Jakarta: Rineka
menadi tuntas (sesuai KKM).
Cipta.
Sehingga motivasi belajar siswa dapat
ditingkatkan melalui layanan Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen.
informasi dengan media komik. Malang : UMM.
B. Saran Makmun, Abin Syamsudin. 2007.
1. Bagi kepala sekolah perlu Psikologi Kependidikan;
memberikan sarana dan prasarana Perangkat Sistem Pengajaran
untuk menunjang terlaksananya Modul. Bandung: PT Remaja
kegiatan layanan bimbingan dan Rosdakarya.
konseling, khususnya untuk waktu-
waktu mendatang. Mugiarso, Heru, dkk. 2011. Bimbingan
2. Bagi guru pembimbing hendaknya dan Konseling. Semarang:
memiliki inisiatif dan dapat Unnes Press.
menentukan waktu yang tepat untuk
pelaksanaan kegiatan bimbingan Prayitno, dan Amti, Erman. 2004. Dasar-
kelompok sehingga kegiatan Dasar Bimbingan dan
bimbingan kelompok dapat terlaksana Konseling. Jakarta: PT Rineka
secara teratur dan baik dan lebih Cipta.
variatif lagi dalam memilih model-
model pembelajaran. Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan
Cepat Melakukan Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dengan SPSS.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Yogyakarta: Gava Media.
Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta. Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT
Bambang Nursuwahjo. PTK Dalam Remaja Rosdakarya.
Kinerja Guru. Jakarta : Halaman
Moeka Publishing. Rifa’i, Achmad, dan Anni, Catharina Tri.
2011. Psikologi Pendidikan.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 34
Semarang: Unnes Press.

Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi


Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi


dan Pengukurannya. Jakarta:
Bumi Aksara.

Winkel, WS. 2004. Bimbingan Konseling


di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 35


ISSN : 2337-3253

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN


MEMANFAATAN WHATSAPP VIDEO CALL GROUP PADA PESERTA DIDIK
(Nor Chomariyah)

ABSTRACT
This study aims to determine the learning process, especially presentation activities in the
Covid-19 pandemic era by using whatsapp video call groups to improve the communication skills
of class VIII-F students at SMP Negeri 60 Surabaya. This research is a Classroom Action
Research conducted in three cycles, where each cycle consists of four stages, namely (1) Planning,
which includes observing student learning outcomes at the previous meeting, identifying factors
that influence learning activities. students, planning actions to be carried out, preparing learning
tools that will be used. (2) Implementation, this stage is the stage of implementing research on
classroom learning activities as has been prepared in the learning implementation plan; (3)
Observation, this observation activity is carried out when the second activity is carried out. These
two stages cannot be separated because they will affect the final results of the study; (4)
Reflection, this activity is carried out to reveal what has been done. The activities carried out are
observing the weaknesses and shortcomings of activities in cycle I, preparing improvement plans
in cycle II and so on until cycle III. The results showed: the use of whatsapp video call groups to
improve communication skills in long-distance learning in the Covid-19 pandemic era through
the process of mentoring, habituation and intense motivation was able to improve students'
communication skills. This was evidenced by increasing communication skills through
observation data. the presentation activities of students in class VIII-F starting from the first cycle
obtained an average of 54 with classical success still 2.63%. The action was continued in cycle
II, there was an increase in communication skills with an average of 69 while the percentage of
success classically was 23%. Because the second cycle has not reached the success parameters
set in this study, it is continued in the third cycle of action, in the third cycle the average value of
communication skills obtained from the observation sheet reaches a value of 82 with the classical
percentage reaching 95%. The success in cycle III was due to the reflection of the previous cycles,
the provision of guidance and motivation from researchers as well as powerful teachers.

Keywords: communication skills, whatsapp video call group

PENDAHULUAN Rendahnya keterampilan berkomu-


Dengan memiliki ketrampilan nikasi ini dikelas VIII-F ini terlihat ketika
berkomunikasi diharapkan peserta didik guru melakukan penilaian keterampilan
mampu bergaul dalam kehidupa dimana semua siswa melakukan
bermasyarakat dengan nyaman, sebagai presentasi dari tugas kelompok yang
salah satu aspek untuk untuk diberikan oleh guru pada pertemuan
meningktakan kualitas hidup, menjadikan sebelumnya. Rendahnya keterampilan
dirinya menjadi spesial dan meningkat- berkomunikasi ini terlihat dari tanda-
kan rasa percaya diri pada peserta didik. tanda dari awal sebelum kegiatan
Ironisnya banyak sekolah yang presentasi dilakukan sebagian besar
menganggap remeh kemampuan berko- peserta didik tidak percaya diri sehingga
munikasi sehingga banyak peserta didik dalam satu kelompok saling menunjuk
ketika dihadapkan pada kegiatan temannya dan berakibat molornya waktu
presentasi menunjukkan kualitas yang kegiatan. Ketika mereka tampil itu juga
rendah dan kegiatan akhirnya terhambat seperti terpaksa, berbicara didepan kelas
bahkan tidak berjalan. Rendahnya dengan suara yang lirih, materi yang
keterampilan berkomunikasi ini juga disampaikan pun akhirnya kacau tidak
terjadi dikelas VIII-F SMP Negeri 60 jelas, bahkan ada peserta didik yang
Surabaya. hanya diam sambil senyam-senyum saja.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 36


Melihat kondisi tersebut diatas maka 1. Untuk mengetahui proses pembelaja-
peneliti sekaligus guru pengampuh ran dengan pemanfaatan whatsapp
berpikir bahwa hal tersebut jika dibiarkan video call group mampu meningkat-
maka akan berpengaruh terhadap kualitas kan keterampilan berkomunikasi
lulusan sekolah yang pasti akan rendah, peserta didik kelas VIII-F di SMP
selain itu lulusan juga tidak memiliki Negeri 60 Surabaya.
bekal dasar keterampilan berkomunikasi 2. Upaya untuk memperbaiki dan
yang suatu saat akan dibutuhkan meningkatkan kualitas pembelajaran
Dalam upaya meningkatkan khususnya mata pelajaran IPS.
keterampilan berkomunikasi bagi peserta 3. Memotivasi guru untuk lebih berkreasi
didik kelas VIII-F pembelajaran diera dan berinovasi dalam menyusun,
Pandemi Corona Virus Disease (Covid- menyajikan, serta menilai proses dan
19) peneliti memanfaatkan media sosial hasil pembelajaran.
whatsapp khususnya whatsapp vide ocall 4. Memotivasi guru untuk lebih kreatif
group. Pilihan whatsapp vide ocall group dan berinovasi dalam membuat media
ini digunakan dengan memperhatikan pembelajaran berbasis teknologi
pertimbangan bahwa semua peserta didik informasi.
sudah memasang aplikasi ini pada gadget Secara praktis penelitian tindakan
atau smartphone masing-masing peserta kelas ini diharapkan memiliki manfaat;
didik dan terbiasa menggunakan media 1. Bagi Guru
sosial ini dalam komunikasi sehari-hari, a. Pemanfaatan media sosial
pertimbangan yang kedua aplikasi ini whatsapp video call group dapat
terbilang sangat murah, cukup dengan dipakai sebagai rujukan dalam
menggunakan paket data internet dengan meningkatkan kualitas pembela-
harga yang sangat terjangkau. Dengan jaran sehingga tujuan pembelajaran
demikian pemanfaatan whatsapp video dapat tercapai secara optimal.
call group dianggap sangat efektif dan b. Media sosial whatsapp video call
efisien dalam upaya peningkatan group dapat dijadikan sebagai salah
keterampilan berkomunikasi. satu alternatif pilihan untuk
digunakan dalam pembelajaran
RUMUSAN MASALAH sehingga tujuan dari pendidikan
Berdasarkan latar belakang tersebut IPS dapat terwujud.
diatas, rumusan masalah penelitian ini c. Mendorong kreativitas guru dalam
adalah sebagai berikut; memanfaatkan media pembelajaran
1. Bagaimanakah pemanfaatan whatsapp berbasis teknologi informasi.
videocall group mampu meningkatkan 2. Bagi Peserta Didik
ketrampilan berkomunikasi peserta a. Dengan pemanfaatan media sosial
didik kelas VIII-F di SMP Negeri 60 whatsapp video call group
Surabaya? diharapkan dapat meningkatkan
2. Apakah pemanfaatan whatsapp video keterampilan berpikir peserta didik.
call group mampu meningkatkan b. Mendorong peserta didik untuk
ketrampilan berkomunikasi peserta berani berbicara didepan orang
didik kelas VIII-F di SMP Negeri 60 banyak, tampil denga bahasa yang
Surabaya? sopan dan penuh percaya diri.
3. Bagi Sekolah
TUJUAN PENELITIAN a. Dapat meningkatkan kualitas
Berdasakan rumusan masalah pembelajaran dan pendidikan
tersebut, tujuan penelitian tindakan kelas b. Dapat memberikan input bagi
ini adalah sebagai berikut: sekolah untuk meningkatkan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 37


pengembangan dan kemajuan komunikasi berarti suatu upaya bersama-
sekolah dalam pemanfaatan media sama orang lain, atau membangun
pembelajaran berbasis Teknologi kebersamaan dengan orang lain dengan
dan Informasi. membentuk perhubungan
Dari definisi para ahli diatas, maka
KAJIAN PUSTAKA dapat disimpulkan bahwa komunikasi
Menurut Soemarjadi (1992:2) adalah proses penyampaian informasi
keterampilan merupakan perilaku yang dari seseorang ke orang lain baik verbal
diperoleh melalui tahap-tahap belajar, maupun non verbal melalui simbol-
keterampilan berasal dari gerakan- simbol yang dapat dipahami oleh kedua
gerakan yang kasar atau tidak pihak. Berdasarkan pendapat ahli baik
terkoordinasi melalui pelatihan bertahap dari pengertian keterampilan maupun
gerakan tidak teratur itu berangsur-angsur pengertian komunikasi maka dan
berubah menjadi gerakan-gerakan yang disimpulkan bahwa keterampilan
lebih halus, melalui proses koordinasi berkomunikasi adalah kemampuan
diskriminasi (perbedaan) dan integrasi menyampaikan informasi kepada pihak
(perpaduan) sehingga diperoleh suatu lain yang diperoleh melalui proses
keterampilan yang diperlukan untuk belajar.
tujuan tertentu. Dengan kehadiran internet
Keterampilan menurut Davis membawa perubahan besar dalam
Gordon (1999:55) adalah kemampuan kehidupan masyarakat, salah satunya
untuk mengoperasikan pekerjaan secara adalah perubahan terkait akses informasi
mudah dan cermat. Menurut Nadler dan komunikasi. Dengan kecanggihan
(1986:73) keterampilan adalah kegiatan internet menghadirkan sebuah media
yang memerlukan praktek atau dapat sosial yang digunakan untuk kemudahan
diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. berkomunikasi jarak jauh antar
Berdasarkan pendapat ahli tersebut penggunanya, salah satu media sosial
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tersebut yaitu whatsapp.
keterampilan adalah kemampuan yang Rani Suryani (2017:18) dalam
didapatkan melalui tahap belajar atau tulisannya menjelaskan Whatsapp berasal
latihan untuk mencapai tujuan tertentu. dari kalimat “what’s up” yang biasa
Komunikasi mempunyai peranan dipakai untuk menanyakan kabar.
penting bagi kehidupan manusia, dari Melalui laman resmi whatsapp
kegiatan keseharian manusia dilakukan http://whatsapp.com, definisi whatsapp
dengan berkomunikasi. Dimanapun, yaitu layanan pesan yang menggunakan
kapanpun, dan dalam kesadaran atau sambungan internet ponsel pengguna
situasi macam apapun manusia selalu untuk chatting dengan pengguna
terjebak dengan komunikasi. Dalam whatsapp lainnya
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Dikutip dari laman
“komunikasi adalah pengiriman dan https://id.wikipedia.org/wiki/WhatsApp
penerimaan pesan dan berita antara dua disebutkan beberapa fitur-fitur whatsapp.
orang atau lebih sehingga pesan yang Salah satunya adalah WhatsApp Video
dimaksud dapat dipahami”. Call dimana Pengguna bisa menelepon
Everest M. Rogers menyatakan seperti bertatapan langsung dengan orang
bahwa “komunikasi adalah proses yang di telepon. Selain itu juga ada fitur
dimana suatu ide dialihkan dari sumber tambah kontak lain lebih dari 2 orang
kepada satu penerima atau lebih dengan maksimal 8 orang dan video call di
maksud mengubah tingkah laku mereka. WhatsaApp beta sudah bisa sampai 50
Sedangkan menurut Anwar Arifin orang.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 38


METODE PENELITIAN dalam satu kesatuan waktu.
Menurut Car dan Kemmis (dalam 1. Siklus I
Wijaya Kusumah, 2012: 8) PTK adalah a. Perencanaan
suatu bentuk penelitian refleksi diri (self Pada tahap ini peneliti merancang
reflective) yang dilakukan oleh para tindakan yang akan dilakukan
partisipan dalam situasi sosial untuk dalam penelitian, diantaranya:
memperbaiki rasionalitas dan kebenara : 1. Menyusun rancangan dari
(1) praktik-praktik sosial atau pendidikan siklus persiklus diantaranya
yang dilakukan sendiri (2) pengertian RPP dan media pembelajaran.
mengenai praktik-praktik tersebut (3) 2. Membuat bahan ajar yang
situasi-situasi dimana praktik-praktik sesuai dengan materi.
tersebut dilaksanakan. 3. Membuat LKPD.
Dalam penelitian ini penulis 4. Membuat lembar observasi dan
menggunakan metode deskriptif. kuesioner.
Penelitian deskriptif menurut Suharsimi b. Pelaksanaan
Ari Kunto (2013:3) menjelaskan bahwa Dalam tahap ini merupakan tahap
penelitian deskriptif ini merupakan pelaksanaan dari yang sudah
penelitian yang benar-benar hanya direncanakan oleh guru, secara
memaparkan apa yang terdapat atau garis besar tindakan yang akan
terjadi dalam sebuah kancah, lapangan dilakukan adalah sebagai berikut :
atau wilayah tertentu. a) Mempersiapkan peserta didik
untuk belajar
Subyek dan Tempat Penelitian b) Melakukan kegiatan apersepsi
1. Subyek Penelitian c) Memotivasi peserta didik
Subyek penelitian adalah seluruh d) Guru menjelaskan secara
peserta didik kelas VIII-F SMP singkat tentang materi melalui
Negeri 60 yang berjumlah 38 orang aplikasi google meet
dengan rincian peserta didik laki-laki e) Guru menjelaskan kerangka
22 orang dan peserta didik kerja siswa dan komitmen –
perempuan 16 orang. komitmen selama berlang-
2. Tempat Penelitian sungnya proses pembelajaran
Penelitian akan dilakukan di SMP dan presentasi
Negeri 60 Surabaya, provinsi Jawa f) Peserta didik melakukan
Timur. Alasan pemilihan tempat presentasi melalui aplikasi
penelitian terkait peneliti bertugas whatsapp video call group,
sebagai guru pada lokasi penelitian. guru dan observer melakukan
Waktu penelitian ini. pengamatan dan penilaian
selama berlangsungnya proses
PROSEDUR PENELITIAN presentasi
Secara umum penelitian tindakan g) Guru dan peserta didik
kelas meliputi tahapan-tahapan perenca- melakukan refleksi bersama-
naan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap sama
pengamatan dan refleksi. Pada penelitian h) Guru melakukan kegiatan
ini menggunakan model Kemmis Mc tindak lanjut
Taggart, dalam model ini tahap i) Guru membagikan kuisioner
pelaksanaan tindakan dengan kepada peserta didik melalui
pengamatan dijadikan dalam satu google formulir
kesatuan kegiatan. Disatukan kedua
tahapan tersebut dimaksudkan dilakukan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 39


c. Pengamatan Fokus dari siklus II ini adalah
Tahap ini dilakukan bersamaan meningkatkan indikator keberha-
dengan tahap pelaksanaan silan yang masih belum mencapai
tindakan. Pada tahap ini observer keberhasilan sesuai dengan
dan kolaborator mengamati standar yang telah ditetapkan.
kegiatan presentasi peserta didik Adanya perbaikan-perbaikan ini
dan guru dengan memanfaatkan diharapan pada siklus II dapat
aplikasi whatsapp video call diperoleh hasil yang lebih baik
group. Hasil pengamatan dicatat dibandingkan dengan siklus I.
untuk mengetahui segala Tindakan pada siklus II sangat
hambatan-hambatan yang terjadi memperhatikan kekurangan dan
selama peroses belajar mengajar. hambatan serta kelemahan yang
Sementara guru juga melakukan ada pada siklus I, serta diupaya-
pengamatan dan penilaian kan untuk memperbaikinya.
kegiatan presentasi peserta didik 3. Siklus III
dengan menggunakan pedoman Tahapan pada siklus III ini
penilaian yang telah dirancang mengikuti tahapan pada siklus II.
sebelumnya. Rencana tindakan siklus III
d. Refleksi disusun berdasarkan hasil refleksi
Refleksi dilaksanakan pada siklus II yang dimaksud
untuk mengevaluasi pelaksanaan sebagai penyempurnaan atau
tindakan. Pada tahap ini hasil perbaikan terhadap pelaksanaan
yang diperoleh baik melalui kegiatan presentasi dengan
kegiatan pengamatan dan pemanfaatan aplikasi whatsapp
penilaian presentasi, hasil video call group yang telah
kuesioner dikumpulkan dan dilaksanakan pada siklus II.
analisis. Pelaksanaan siklus III akan
Dari data hasil analisis dilaksanakan apabila hasil siklus
akan dapat dilihat apakah telah II belum memenuhi standar
memenuhi target yang diharapkan minimal yang ditetapkan pada
dalam standar yang telah penelitian ini, baik dari
ditetapkan. Jika pada siklus I peningkatan keterampilan
belum memenuhi standar yang berkomunikasi melalui kegiatan
telah ditetapkan maka akan presentasi maupun respon peserta
dilakukan siklus II. didik yang menunjukkan respon
2. Siklus II kepuasan terhadap pemanfaatan
Tahapan pada siklus II ini whatsapp video call group untuk
mengikuti tahapan pada siklus I. meningkatkan keterampilan
Rencana tindakan siklus II berkomunikasi.
disusun berdasarkan hasil refleksi
pada Siklus I yang dimaksud Indikator Keberhasilan
sebagai penyempurnaan atau a) Indikator keberhasilan dari
perbaikan terhadap pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini,
pemanfaatan whatsapp video call apabila terjadi peningkatan
group untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang
keterampilan berkomunikasi meliputi:
peserta didik yang telah
dilaksanakan pada siklus I.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 40


1. Kemampuan menyampaikan HASIL PENELITIAN DAN
pendapat PEMBAHASAN
Sub indikator keberhasilan 1. SIKLUS 1
a. Etika menyampikan pendapat 1) Kemampuan Keterampilan Berkomu-
b. Relevan dengan materi nikasi
c. Rasa percaya diri Tabel 1. Kemampuan Keterampilan
2. Kemampuan menjawab Berkomunikasi Siklus 1
pertanyaan Indikator Capaian Subyek
Sub indikator keberhasilan Keberhasilan Penelitian
≥75 ≤75
a. Relevan dengan pertanyaan
Kemampuan
b. Sistematis menyampaikan 1 36
c. Logis pendapat
3. Kemampuan dalam bertanya Kemampuan menjawab
1 36
Sub indikator keberhasilan pertanyaan
a. Frekuensi bertanya Kemampuan dalam
1 36
bertanya
b. Relevan dengan materi
c. Bertanya untuk meminta
Jumlah peserta didik kelas 8-F
suatu penjelasan
adalah 38. Berdasarkan tabel diatas
Keterampilan berkomuni-
hanya ada 1 (satu) peserta didik yang
kasi dinyatakan berhasil apabila
sudah mencapai keberhasilan keteram-
peserta didik masing-masing
pilan berkomunikasi dengan meman-
indikator mencapai nilai 75
faatkan whatsapp video call,
b) Kemampuan guru dalam
sementara 37 peserta didik belum
mengelola kelas dalam proses
berhasil mencapai standar minimal
kegiatan presentasi dengan
yang ditentukan yaitu 75.
standar minimal kategori Baik
Kendala-kendala yang dialami
c) Keberhasilan penelitian dari
selama kegiatan siklus 1
respon peserta didik ini jika 75%
1) Persiapan peserta didik dinilai
peserta didik kelas VIII-F merasa
kurang, hal ini ditemukan oleh
puas terhadap proses kegiatan
peneliti sekaligus guru dan
pembelajaran dalam upaya
observer, rasa percaya diri belum
peningkatan keterampilan
muncul, nampak peserta didik grogi
berkomunikasi dengan
saat menyampaikan pendapat, dan
memanfaatkan whatsapp video
masih banyak diam ketika saat sesi
call group.
tanya jawab.
2) Rancangan kegiatan pada siklus 1
pertemuan kedua ditetapkan 2x30’
tetapi dalam pelaksanaannya mem-
butuhkan waktu 120 menit. Waktu
yang lebih lama ini ada
kemungkinan disebabkan karena
peserta didik belum mempersiap-
kan diri untuk mengikuti kegiatan
presentasi.
Temuan-temuan penting pelak-
sanaan siklus 1
a) Perlunya adanya motivasi dari guru
untuk membangkitkan rasa percaya
diri dalam diri peserta didik. Untuk
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 41
itu guru sebaiknya sebelum sangat puas, (2) 0 peserta didik
kegiatan presentasi dilakukan harus merespon puas, (3) 8 peserta didik
sudah memastikan peserta didik merespon kategori cukup puas, (4) 9
untu siap mengikuti kegiatan peserta didik merespon kurang puas,
tersebut dengan cara melakukan (5) 21 peserta didik merasa gagal.
panggilan whatsapp video call Standar minimal dikatakan
group. berhasil apabila 75% jumlah
b) Sasaran materi sebaiknya lebih responden merespon pembelajaran
terfokus, tidak melebar kemana- dengan kategori Puas.
mana.
c) Perlu adanya bimbingan yang lebih Kesimpulan Pelaksanaan Siklus 1
intens jika perlu dapat dilakukan Terdapat 2 (dua) indikator
secara personal melalui whatsapp keberhasilan yaitu kemampuan
video call group keterampilan berkomunikasi dan respon
2) Kemampuan Guru dalam Mengelola peserta didik terhadap pembelajaran
Kelas Pada Proses Kegiatan Presentasi belum berhasil mencapai standar minimal
yang telah ditentukan maka diperlukan
Kemampuan Guru Dalam pelaksanaan siklus 2.
Mengelola Kelas Saat
Presentasi Siklus 1 2. SIKLUS 2
1) Kemampuan keterampilan berkomu-
nikasi
92 Tabel 2. Kemampuan Keterampilan
91
90 Berkomunikasi Siklus 2
89 Indikator Capaian Subyek
88 Keberhasilan Penelitian
Penda Kegiat Penut ≥75 ≤75
huluan an Inti up Kemampuan
Capaian 91,6 89,2 91,6 menyampaikan 17 21
pendapat
Gambar 1. Kemampuan Guru dalam Kemampuan menjawab
17 21
Mengelola Kelas Saat Presentasi pertanyaan
Siklus 1 Kemampuan dalam
8 30
bertanya

Berdasarkan grafik diatas dapat


diketahui bahwa aktivitas guru dalam • Indikator keberhasilan secara
memenfaatkan whatsapp video call klasikal masih pada angka 23%
group untuk meningkatkan keterampi- belum mencapai parameter
lan berkomunikasi sudah memenuhi keberhasilan sebesar 75%.
kriteria keberhasilan yang telah • Masih diperlukan tindakan pada
ditetapkan yaitu berkisar antara nilai siklus III.
80 – 89 dengan kategori Baik.
3) Respon Kepuasan Peserta Didik Temuan:
Terdapat 38 peserta didik Ketidak berhasilan keterampilan
memberikan respon terhadap tingkat berkomunikasi pada siklus II dapat
kepuasan terhadap proses disebabkan oleh beberapa faktor
pembelajaran dengan kegiatan diantaranya sebagai berikut;
presentasi. • Peserta didik pada dasarnya sudah
Hasil yang didapat sebagai memiliki persiapan sebelum
berikut: (1) 0 peserta didik merespon kegiatan presentasi dilakukan,

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 42


hanya saja sebagian besar peserta d) Sementara peserta didik yang
didik masih malu-malu dikarena- merasa gagal terdapat 11 peserta
kan takut salah. didik
• Perlu support dari guru untuk terus e) Secara klasikal dapat peserta didik
memberi semangat kepada peserta yang merespon dengan kategori
didik agar memiliki keberanian puas adalah 7,89%
untuk menyampaikan pendapat, Berdasarkan uraian diatas maka
menjawab pertanyaan, dan dapat disimpulkan bahwa penelitian
bertanya sesuai dengan kriteria ini harus dilanjut pada siklus III.
yang ditetapkan.
• Guru perlu memberikan bimbingan Kesimpulan Pelaksanaan Siklus 2
khususnya kepada peserta didik Terdapat 2 (dua) indikator
yang masih jauh dari krietria keberhasilan yaitu Kemampuan
indikator keberhasilan yang telah keterampilan berkomunikasi dan respon
ditetapkan. peserta didik terhadap pembelajaran
2) Kemampuan Guru Dalam Mengelola belum berhasil mencapai standar minimal
Kelas Pada Proses Kegiatan Presentasi yang telah ditentukan maka penelitian ini
akan dilanjutkan pada siklus III.
Kemampuan Guru Dalam
Mengelola Kelas Saat Presentasi 3. SIKLUS 3
1) Kemampuan Keterampilan Berko-
Siklus 2
munikasi
Tabel 3. Kemampuan Keterampilan
capaian

93
92 Berkomunikasi Siklus 3
91 Indikator Capaian Subyek
Nilai Keberhasilan Penelitian
≥75 ≤75
Kemampuan
Fokus Pengamatan
menyampaikan 38 0
pendapat
Gambar 2. Kemampuan Guru dalam Kemampuan
38 0
Mengelola Kelas Saat Presentasi menjawab pertanyaan
Kemampuan dalam
Siklus 2 bertanya
36 2

Berdasarkan grafik diatas semua Secara klasikal keberhasilan


indikator telah memenuhi standar keterampilan berkomunikasi ini
minimal yang telah ditetapkan yaitu 80 mencapai 95%. Berdasarkan hasil
– 89 dengan kategori Baik tersebut maka tindakan siklus III pada
3) Respon Kepuasan Peserta Didik indikator keberhasilan keterampilan
Respon kepuasan peserta didik berkomunikasi telah dinyatakan
terhadap proses pembelajaran dengan berhasil.
metode presentasi dapat didiskripsikan Progress kemampuan keteram-
sebagai berikut; pilan berkomunikasi dari pelaksanaan
a) Peserta didik yang merespon siklus 1 sampai siklus 3 dapat dilihat
dengan pernyataan “puas” hanya pada grafik dibawah ini:
berjumlah 3 saja
b) Kategori respon “cukup puas”
sebanyak 9 peserta didik
c) 18 peserta didik merespon ‘kurang
puas’

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 43


3) Respon Kepuasan Peserta didik
PROGRESS KEMAMPUAN a. Terdapat 1 (satu) orang peserta
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI didik yang merespon dengan
SIKLUS 1 - SIKLUS 3
kategori sangat puas, sementara 36
peserta didik merespon dengan
87 kategori puas, dan 1 peserta didik
69 84
52 58 71 67
82
merespon dengan kurang puas pada
51
penelitian ini. Hal ini menunjukkan
bahwa tindakan siklus III pada
SIKLUS 1
SIKLUS 2

penelitian sudah mencapai


SIKLUS 3
SIKLUS 1
SIKLUS 2

SIKLUS 3

SIKLUS 1

SIKLUS 2
parameter keberhasilan secara

SIKLUS 3
individual melalui respon peserta
INDIKATOR 1 didik.
INDIKATOR 2 b. Secara klasikal 97% peserta didik
INDIKATOR 3
sudah merespon dengan kategori
Gambar 3. Progres Kemampuan puas, hal ini menunjukkan bahwa
Keterampilan Berkomunikasi Siklus 1 tindakan penelitian pada siklus III
- Siklus 3 ini sudah mencapai parameter
indikator keberhasilan secara
2) Kemampuan Guru Dalam Mengelola klasikal sebesar 75%.
Kelas Pada Proses Kegiatan Presentasi c. Kesimpulan dari hasil respon
peserta didik terhadap penelitian ini
Kemampuan Guru Dalam pada tindakan siklus III sudah
Mengelola Kelas Saat berhasil mencapai parameter
Presentasi Siklus 3 keberhasilan sesuai dengan
indikator penelitian baik secara
100 respon secara individual maupun
95 secara klasikal.
90
85
Pend Kegi Penu Kesimpulan Pelaksanaan Siklus 3
ahul atan tup Terdapat 3 (tiga) indikator
uan Inti keberhasilan yaitu kemampuan keteram-
CAPAIAN 91,6 92,8 100 pilan berkomunikasi, kemampuan guru
dalam mengelola kelas melalui kegiatan
Gambar 4. Kemampuan Guru dalam presentasi dan respon peserta didik
Mengelola Kelas Saat Presentasi terhadap pembelajaran telah berhasil
Siklus 3 mencapai standar minimal yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan tabel diatas,
observasi aktivitas guru dalam upaya KESIMPULAN DAN SARAN
peningkatan keterampilan berkomuni- A. Kesimpulan
kasi dengan memanfaatkan whatsapp Berdasarkan hasil penelitian
video call group telah berhasil baik hasil tindakan pada siklus I
mencapai parameter keberhasilan sampai siklus III, maka dapatlah
kategori Baik. Dengan demikian disimpulkan sebagai berikut:
tindakan siklus III pada penelitian ini 1. Tindakan terbaik dalam upaya
melalui obsevasi aktivitas guru telah meningkatkan keterampilan berko-
berhasil. munikasi dengan memanfaatkan
whatsapp video call group pada

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 44


peserta didik kelas VIII-F SMP Komunikasi dan Penyiaran
Negeri 60 Surabaya dengan Islam Volume 11 Nomor 1
memberikan informasi terkait Januari-Juni 2020.
tahapan-tahapan yang akan ejournal.uinib.ac.id › almunir.
dilakukan sebelum kegiatan Diakses 4 Mei 2020.
pembelajaran dilaksanakan, pem-
berian motivasi dan bimbingan Ana Retnoningsih dan Suharso. 2006.
kepada peserta didik secara intens, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perlu terus dilakukan pembiasaan Semarang: CV. Widya Karya.
karena upaya meningkatkan
keterampilan berkomunikasi ini
tidak bisa instan.
2. Pemanfaatan whatsapp video call Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar
group mampu meningkatkan Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
keterampilan berkomunikasi pada Bumi Aksara Arikunto,
kelas VIII-F SMP Negeri 60 Suhadjono, Supardi, 2011.
Surabaya Tahun pelajaran 2019- Penelitian Tindakan Kelas.
2020. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gordon, Davis. 1999. Kerangka Dasar


B. Implikasi Hasil Penelitian
Sistem Informasi Manajemen.
Meningkatkan keterampilan
Jakarta : PT. Pustaka Binaman
berkomunikasi ini sangat penting
Presindo.
untuk terus dilakukan pada kegiatan
pembelajaran, mengingat keterampi- Jalil Jasman. 2014. Penelitian Tindakan
lan ini akan dibawa dalam kehidupan Kelas. Jakarta: Prestasi
sosial peserta didik, mendukung Pustakaraya.
kehidupan karir masa depan,
meningkatkan kualitas hidup, dan Kemendikbud. 2016. Ilmu Pengetahuan
mampu menjadikan peserta didik Sosial (IPS) Buku Siswa.
sebagai individu yang memiliki rasa Jakarta: Puskur Kemendikbud.
percaya diri yang tinggi.
Kusumah Wijaya, Dwitagama Dedi,
DAFTAR PUSTAKA 2012. Mengenal Penelitian
Abdul Latip. 2020. Peran Literasi Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Teknoligi Informasi dan Indeks.
Komunikasi Pada Pembelajaran
Jaraj Jauh Dimasa Pandemi Marfuah. Meningkatkan Keterampilan
Covid-19. Edu Teach: Jurnal Komunikasi Peserta Didik
Edukasi dan Teknologi Melaui Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran. Volume 1 Tipe Jigsaw. Jurnal Pendidikan
Nomor 2 Edisi Juni 2020. Ilmu Sosial Volume 26 Nomor
2. Desember 2017.
Afnibar dan Dyla Fajriani. Pemanfaatan
Whatsapp Sebagai Media Nadler. 1986. Keterampilan dan
Komunikasi Antar Dosen dan Jenisnya. Jakarta : PT. Grafindo
Mahasiswa Dalam Menunjang Persada Sapriya. 2009.
Kegiatan Belajar (Studi Pendidikan IPS: Konsep dan
Terhadap Mahasiswa UIN Imam Pembelajaran. Bandung: PT.
Bonjol Padang). Jurnal Remaja Rosdakarya Sapriya.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 45


2009. Pendidikan IPS: Konsep
dan Pembelajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Noviyanti, Mery. 2011. Pengaruh


Motivasi Dan Keterampilan
Berkomunikasi Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa
Pada Tutorial Online Berbasis
Pendekatan Kontekstual Pada
Mata Kuliah Statistika
Pendidikan. Jurnal Pendidikan
Vol. 12 No.2. 2 September 2011.

Rani Suryani. 2017.Fungsi Whatsapp


Grup Shalehah Cabang Bandar
Lampung sebagai
Pengembangan Media Dakwah
dalam Membentuk Akhlakul
Kharimah, (Lampung :2017).

Sartika. 2015. Kegunaan Whatsapp


Sebagai Media Informasi Dan
Media Pembelajaran Pada
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
STISIP Persada Bunda. Medium
Volume 6 Nomor 2 ISSN: 2303-
0194. E-ISNN: 2615-1308.
journal.uir.ac.id › Medium ›
article. Diakses 4 Mei 2020.

Soemarjadi. 1992. Pendidikan


Keterampilan Jakarta:
Depdikbud.

https://id.wikipedia.org/wiki/WhatsApp.
diakses 3 Mei 2020
https://faq.whatsapp.com/androi
d/voice-and-video-calls/how-to-
make-a-group-video-
call/?lang=id.

https://faq.whatsapp.com/android/voice-
and-video-calls/how-to-make-a-
group-video-call/?lang=id.
Diakses 8 Mei 2020.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 46


ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI


PEWARISAN SIFAT MELALUI PRAKTIKUM SEDERHANA BERBASIS
HOME LEARNING
(Sitti Anidah)

ABSTRACT
This study aims to describe the evectivity of practicum-based learning in a simple home
learning to increase the activity and learning outcomes of class IX-G students of SMP Negeri
26 Surabaya during online learning. This research is a Classroom Action Research (CAR)
which takes the subject of class IX-G with a total of 40 students. The selection of research
subjects is based on real problems faced when teaching in class. This study using a cycle
consisting of 4 stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. Data were
obtained by using observation sheets used by observers during the learning process. This study
using observation instruments during learning and assessment of product results. If the first
cycle has not been reach the minimum score, the second cycle will be carried out by making
improvements to the learning activities. Improvements in cycle 2 are based on data from the
results of the learning implementation instrument in cycle I. The indicator of the success of this
research is if there is an increase from cycle 1 to cycle 2 with the percentage of all aspects of
student observing skills. reached 78% with good category. The results of the research conducted
in 2 cycles showed that the use of simple home learning-based practicum in science learning
was able to increase the activeness and learning outcomes of class IX-G students of SMP Negeri
26 Surabaya during online learning. This is evidenced by the increase in the results of the three
specified aspects. In the aspect of learning observation, the increase in grades from cycle I to
cycle II was 21% from 68% of students who completed to 89% of students who completed,
with a very good category. In the aspect of student observation, the increase in scores that
occurred from cycle I to cycle II was 37.50%, from 50% to 87.50% in the very good category.
In the third aspect, namely the observation of student product results, the increase that occurred
from cycle I to cycle II was 30% from 60% to 90% in the very good category.

Keywords: experiment, activity, student score, distance learning

PENDAHULUAN peserta didik dapat tetap mendapatkan


Selama 1 tahun lebih lamanya materi yang layak dan sesuai walaupun
Indonesia dilanda pandemi covid-19, dan tanpa bertemu tatap langsung di sekolah.
semenjak itu kegiatan belajar mengajar Kegiatan pembelajaran daring
juga mengalami beberapa perubahan dengan berbagai aplikasi penunjang
menyesuaikan keadaan yang sedang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
berlangsung. Kegiatan belajar mengajar penggunaannya. Salah satu kelebihannya
mulai tahun ajaran 2019-2020 semester 2 yaitu mudahnya penyampaian berbagai
hingga sekarang dilakukan secara daring macam informasi yang dibutuhkan.
atau online. Hal ini dikarenakan untuk Sedangkan salah satu kekurangan nya yaitu
memutus mata rantai penyebaran penyakit tidak semua peserta didik mampu
yang ada. mengikuti kegiatan pembelajaran yang
Berbagai strategi pembelajaran jarak dilakukan karena berbagai macam faktor.
jauh sudah banyak diterapkan oleh para Perbedaan kemampuan dalam memahami
pendidik, salah satunya yaitu dengan teknologi dan berbedanya tingkat ekonomi
pemanfaatan fitur office 365, google keluarga peserta didik juga turut andil
classroom, whatsapp grou, g-meet, teams, dalam dampak pembelajaran secara daring.
zoom meeting, dan masih banyak lainnya. Pada pembelajaran secara daring,
Penggunaan berbagai aplikasi dalam keaktifan siswa dalam mengikuti
penunjang pembelajaran ini dilakukan agar pembelajaran dan pengumpulan tugas

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 47


menjadi faktor yang sangat penting dalam motivasi belajar siswa, yaitu dengan
kesuksesan pembelajaran. Hal tersebut memberikan pembelajaran berbasis
dikarenakan pembelajaran yang tidak percobaan sederhana yang ramah akan
dilakukan secara tatap muka memiliki home learning. Dengan melakukan
resiko lebih besar dalam pemahaman percobaan sederhana, peserta didik akan
materi yang di dapat oleh peserta didik. Jika turun andil secara langsung dalam proses
peserta didik memliki keaktifan yang menggali informasi, hal ini sangat sesuai
cukup rendah, maka para pendidik akan dengan saintific learning dan akan
mengalami kesulitan dalam melakukan membuat peserta didik menjadi lebih
kegiatan KBM dan hasil belajar peserta bersemangat dalam belajar. Ketika peserta
didik menjadi tidak maksimal. didik termotivasi untuk belajar, maka
Keaktifan peserta didik dalam keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran secara daring juga pembelajaran otomatis akan menjadi lebih
dipengaruhi oleh pola belajar yang baik.
mengalami perubahan. Jika pada Berdasarkan uraian di atas, maka
pembelajaran tatap muka sebelum masa penulis bermaksud melakukan suatu
pandemi berlangsung, peserta didik penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
memiliki jam belajar yang pasti ketika di judul Peningkatan Keaktifan dan Hasil
sekolah. Selain itu monitoring terhadap Belajar IPA Materi Pewarisan Sifat Melalui
keaktifan siswa dalam pembelajaran serta Praktikum Sederhana Berbasis Home
pengumpulan tugas juga dapat dilakukan Learning.
dengan maksimal. Dalam pembelajaran
secara daring ini, pola belajar peserta didik METODE PENELITIAN
berubah menjadi tidak tetap. Banyaknya Penelitian ini merupakan Penelitian
waktu luang yang mereka miliki di rumah Tindakan Kelas (PTK), diterapkan pada
menyebabkan peserta didik menjadi lengah Kelas IX-G SMPN 26 Surabaya dengan
dan cenderung melupakan tugas-tugas jumlah 40 siswa. PTK ini diawali dengan
mereka. Monitoring terhadap pemelajaran tahap diagnostik, berupa pengamatan
dan tugas juga menjadi lebih sulit secara langsung terhadap pembelajaran
dilakukan. IPA materi pewarisan sifat di kelas IX-G
Selama pembelajaran secara daring SMPN 26 Surabaya. Hasil diagnostik
ini, berdasarkan pengamatan yang digunakan untuk membuat langkah-
dilakukan oleh penulis selama kegiatan langkah PTK yang terdiri dari
belajar mengajar, keaktifan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
mengikuti pembelajaran dan pengumpulan dan evaluasi, dan refleksi, ditunjukkan
tugas dapat dikatakan menurun jika pada Gambar 1.
dibandingkan dengan ketika pembelajaran
tatap muka. Hal ini berimbas pada hasil
belajar siswa yang juga semakin menurun.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, perlu adanya solusi yang tepat
untuk perbaikan dalam proses belajar
mengajar di kelas IX-G SMP Negeri 26
Surabaya, sehingga keaktifan dan hasil
belajar peserta didik menjadi lebih baik.
Salah satu solusi yang dapat digunakan
untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan mengemas pembelajaran
yang dapat meningkatkan minat dan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 48


Tindakan
Perencanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal
11 Agustus 2020. Siklus II dilaksanakan
Refleksi Siklus I Pelaksanaan pada tanggal 18 Agustus 2020.
Pembelajaran dimulai dengan kegiatan
Pengamatan
pendahuluan, kemudian dilanjutkan
memberikan motivasi. Setelah guru
menyampaikan motivasi, guru
Perencanaan memberikan gambaran dan juga
menyampaikan tujuan mengenai
Refleksi Siklus II Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.
Pada kegiatan inti, pembelajaran
Pengamatan dilakukan sesuai dengan langkah 5M
(mengamati, menanya, mengumpulkan
Gambar 1. Alur Perencanaan PTK
data, mengasosiasi, dan mengkomu-
nikasikan) yang dilakukan melalui google
Sesuai dengan rancangan PTK
meet. Pada tahap ini guru mendemons-
tersebut, maka instrumen penelitian ini
trasikan tata cara praktikum yanga akan
adalah sebagai berikut: 1) Silabus dan
di lakukan oleh peserta didik. Guru juga
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
meminta peserta didik untuk
(RPP) IPA, disusun untuk mencapai
menyelesaikan LKPD yang diberikan
kompetensi dasar tertentu; 2) Lembar
melalui google classroom.
Lembar Observasi Peserta Didik; 3)
Guru memberikan fasilitas untuk
Lembar Observasi Penialaian Hasil
menyelesaikan LKPD secara mandiri di
produk Peserta Didik, dan 4) Lembar
rumah masing-masing.
penilaian hasil belajar peserta didik.
Data yang telah dikumpulkan
Pengamatan
dalam penelitian ini selanjutnya
a. Hasil Observasi Peserta Didik
dilakukan analisis secara deskriptif.
Analisis ini terutama dilakukan pada
tahap refleksi, digunakan untuk
mengetahui aktivitas pembelajaran dan
hasil belajar peserta didik. Penelitian ini
dikatakan berhasil jika terdapat
peningkatan presentase mencapai sesuai
dengan yang telah ditentukan yaitu pada
persentase 78% dalam kategori baik.

HASIL DAN ANALISIS DATA


PENELITIAN Gambar 2. Prosentase Hasil Observasi
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, disiapkan Aspek pertama dari penelitian
silabus, RPP beserta kelengkapannya, ini adalah observasi terhadap peserta
lembar observasi peserta didik, lembar didik dengan hasil dari siklus I ke
observasi penilaian hasil produk peserta siklus II, persentase kelulusan hasil
didik, dan penilaian hasil belajar. Materi observasi peserta didik mengalami
yang digunakan pasa Siklus I dan II peningkatan sebesar 37,50%, hal ini
adalah Pewarisan Sifat. sudah menunjukan bahwa dari segi
observasi terhadap peserta didik
selama proses pembuatan laporan
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 49
hasil produk praktikum peserta didik No Aspek Nilai
Kate Nil Kateg
selama pembelajaran berlangsung, gori ai ori
jakan
penelitian ini dapat dikatakan berhasil. soal
Hal ini dikarenakan adanya setelah
peningkatan dari siklus I ke siklus II melaku
dan hasil pada siklus II sudah kan
melampaui batas kriteria keberhasilan pengu
mpulan
klasikal yang ditetapkan yaitu 78%. produk
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Observasi hasil
Tiap Aspek praktik
Kate Nil Kateg um
No Aspek Nilai
gori ai ori Rata-rata 77.13 84.50
Peserta Kategori Baik Sangat Baik
didik
menga
Pada hasil observasi selama
mati 77.5 82. Sangat
1 Baik proses pembuatan produk hasil
video 0 50 Baik
yang laporan praktikum sederhana berbasis
diberik home learning peserta didik tiap aspek
an pada siklus I, aspek dengan hasil
Peserta terendah adalah aspek ppengerjaan
didik
melaku soal setelah melakukan praktikum”
kan Sang dengan hasil sebesar 73,75% kategori
83.7 85. Sangat
2 pemilih
5
at
63 Baik
baik. Untuk aspek dengan hasil
an soal Baik tertinggi adalah aspek pemilihan soal
untuk untuk praktikum dengan nilai sebesar
praktik
um 83.75% kategori sangat baik.
Peserta Pada siklus II, hasil observasi
didik menunjukan indikator yang memiliki
melaku nilai terendah yaitu pada aspek
kan mengamati video yang diberikan
kegiata
n dengan hasil sebesar 82,50% kategori
praktik sangat baik. Walaupun memiliki skor
um terendah pada siklus II, indikator
76.2 84. Sangat
3 sesuai Baik tersebut masih melewati indikator
5 38 Baik
dengan keberhasilan yang ditetapkan yaitu
langkah
- 78% kategori baik.
langkah Untuk aspek tertinggi pada
yang siklus II yaitu aspek pengerjaan soal
terdapa setelah melakukan praktikum dengan
t pada nilai 86.25% kategori sangat baik.
video
Peserta
Perolehan nilai ini berbanding terbalik
didik dengan perolehan pada siklus I,
mengu dimana pada aspek yang sama di siklus
mpulka 74.3 83. Sangat I mendapatkan nilai terendah, namun
4 Baik
n hasil 8 75 Baik pada siklus ke II mendapatkan hasil
produk
tepat
tertinggi.
waktu
Peserta
73.7 86. Sangat
5 didik Baik
5 25 Baik
menger

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 50


b. Hasil Observasi Penilaian Hasil diberikan dengan nilai sebesar 80.63%
Produk Peserta Didik kategori sangat baik.
Pada siklus II, hasil observasi
menunjukan indikator yang memiliki
nilai terendah yaitu pada aspek
pengerjaan sesuai dengan video
tutorial dengan hasil sebesar 80,63%
kategori sangat baik. Walaupun
memiliki skor terendah pada siklus II,
indikator tersebut masih melewati
indikator keberhasilan yang ditetapkan
Gambar 3. Prosentase Hasil Produk yaitu 78% kategori baik.
Peserta Didik Untuk aspek tertinggi pada
siklus II di dapat oleh 2 aspek yang
Aspek kedua dari penelitian ini memiliki nilai sama besar, yaitu aspek
adalah observasi hasil produk peserta kesesuaian jawaban praktikum dan
didik dari siklus I ke siklus II, keorisionalan karya dengan nilai
prosentase kelulusan hasil observasi 84,38% kategori sangat baik.
peserta didik mengalami peningkatan
sebesar 37,50%, hal ini sudah c. Hasil Observasi Penilaian Hasil
menunjukan bahwa dari segi observasi Produk Peserta Didik
terhadap peserta didik selama proses
pembuatan laporan hasil produk
praktikum peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, penelitian
ini dapat dikatakan berhasil. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan dari
siklus I ke siklus II dan hasil pada
siklus II sudah melampaui batas
kriteria keberhasilan klasikal yang
ditetapkan yaitu 78%.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Produk Gambar 4. Hasil Observasi Penilaian
Tiap Aspek Hasil Belajar
N % Kate % Kategor
Pernyataan
o Nilai gori Nilai i
1
Kesesuaian dengan soal
yang diberikan
80.6
3
Baik
82.5
0
Sangat
Baik
Aspek ketiga dari penelitian ini
2
Pengerjaan sesuai dengan
video tutorial
72.5
0
Baik
80.6
3
Baik adalah adanya peningkatan rata-rata
3
Kesesuaian
praktikum
jawaban 70.0
0
Baik
84.3
8
Sangat
Baik
nilai dan ketuntasan peserta didik dari
4 Keorisional an karya
76.8
8
Baik
84.3
8
Sangat
Baik
siklus I ke siklus II. Untuk rata-rata
Rata-rata
75.0
Baik
82.9 Sangat nilai peserta didik mengalami
0 7 Baik
peningkatan dari siklus I yang
mencapai 77 menjadi 82 pada siklus II.
Pada hasil produk peserta didik
Untuk prosentase ketuntasan KKM
berupa laporan praktikum sederhana
peserta didik juga mengalami
tiap aspek pada siklus I, aspek dengan
peningkatan dari siklus I yang
hasil terendah adalah aspek kesesuaian
mencapai 68% siswa tuntas menjadi
jawaban praktikum dengan hasil
89% siswa tuntas pada siklus II.
sebesar 70% kategori baik. Untuk
aspek dengan hasil tertinggi adalah
aspek kesesuaian dengan soal yang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 51


Refleksi PENUTUP
Kekurangan pada siklus I serta Berdasarkan hasil analisis data dan
rancangan perbaikan yang dapat pembahasan dapat disimpulkan bahwa
digunakan pada siklus II dapat salah satu upaya untuk meningkatkan
dirangkumkan sebagai berikut: keaktifan dan hasil belajar peserta didik
1) Peserta didik masih kurang tertib kelas IX-G SMPN 26 Surabaya tahun
dalam pengumpulan hasil produk pelajaran 2019/2020 adalah dengan
praktikum yang telah dikerjakan. penggunaan praktikum sederhana
2) Terdapat beberapa peserta didik yang berbasis home learning sebagai media
masih terlambat atau tidak sesuai pembelajaran.
dengan deadline yang diberikan dalam
mengerjakan soal setelah proses DAFTAR PUSTAKA
pengumpulan hasil prosuk praktikum Arsyad, Azhar. 2014. Media
Pada pembelajaran siklus II yang Pembelajaran. Jakarta : Rajawali
telah dilaksanakan sudah mendapatkan Pers.
hasil yang sangat memuaskan. Hasil yang . 2011. Media
diperolah sudah memenuhi kriteria Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
keberhasilan yang diinginkan oleh Grafindo Persada.
peneliti, sehingga penelitian tindakan
kelas tidak perlu dilanjutkan ke siklus Daryanto. 2010. Media Pembelajaran
selanjutnya. Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujaun Pembelajaran.
PEMBAHASAN Yogyakarta: Gava Media.
Secara keseluruhan penggunaan Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri
praktikum sederhana yang berbasis home Pendidikan dan Kebudayaan
learning sebagai media pembelajaran republik Indonesia Nomor 81
dalam pembelajaran IPA materi Tahun 2013. Jakarta:
pewarisan sifat mampu meningkatkan Kemendikbud.
keaktifan dan hasil belajar peserta didik
kelas IX-G SMP Negeri 26 Surabaya Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan
tahun ajaran 2020/2021. Hal ini Motivasi Belajar Mengajar.
dibuktikan dengan adanya peningkatan Jakarta:Raja Grafindo.
hasil dari ketiga aspek yang ditentukan.
Pada aspek keterlaksanaan pembelajaran,
peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II
sebesar 21% dari 68% siswa tuntas
menjadi 89% siswa tuntas, dengan
kategori sangat baik. Pada aspek
observasi peserta didik, peningkatan nilai
yang terjadi dari siklus I ke siklus II
sebesar 37,50%, dari nilai 50% menjadi
87.50% dengan kategori sangat baik.
Pada aspek ketiga yaitu observasi hasil
produk peserta didik, peningkatan yang
terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar
30% dari nilai 60% menjadi 90% dengan
kategori sangat baik.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 52


ISSN : 2337-3253

KIAT MENGGAPAI ADIWIYATA PROPINSI


(Sri Sulaminingsih)

ABSTRACT
Making it a Adiwiyata school started from the results of a study of the school
environment that did not meet the eligibility standards where the environmental conditions
were arid, dirty and not maintained and the infrastructure conditions were not
environmentally friendly. This is what prompted SMPN 49 Surabaya to participate in
Adiwiyata by starting to clean up starting by forming the Adiwiyata Team, fixing the
Sarpras which is more environmentally friendly, holding various environmental activities
either carried out alone or participating in outside activities and starting to form
partnerships with various parties. Best practice contains a track record towards Adiwiyata
Province which contains achievements in various aspects ranging from aspects of
cleanliness and sanitation, waste management, tree planting and maintenance, water
conservation, energy conservation, as well as the field of innovation for school residents.
The stages of the SMPN 49 Surabaya team in the process of preparing schools that are
ready to compete in the 2021 Provincial Adiwiyata arena are divided into 6 stages, namely:
1. Environmental analysis; 2. Preparation of City Adiwiyata; 3. Integrating PRLH in
Curricular Activities and Self-Development; 4. Track Record Towards Adiwiata Province
2021; 5. Implementation of GPBLHS; 6. Verification of the 2021 CSAP Field. Since 2017
SMPN 49 Surabaya has received the City level Adiwiyata title. After improving
themselves based on the results of the self-evaluation (EDS) the school still has to improve
some shortcomings for that a new team is formed, namely the GPBLHS Team which is
prepared to take it to a higher level. Starting from the integration of PRLH in intra and
extracurricular activities as well as in real, mutually sustainable actions in the hope of
creating a beautiful, comfortable and environmentally friendly learning environment as
well as educating children who care about the environment, have creative and innovative
characters to become a caring and cultured generation. environment so that it can reach
the provincial level Adiwiyata in 2021.

Keywords : adiwiyata, adiwiyata school

PENDAHULUAN yang lebih dulu mengenal Adiwiyata yaitu


Sekolah Adiwiyata adalah sekolah SMPN 35 Surabaya, SMP Negeri 49
yang mengintegrasikan program sekolah Surabaya sendiri merupakan sekolah
yang ramah lingkungan dimana seluruh binaan dari SMPN 35 Surabaya.
warga sekolah diharapkan dapat
menerapkan PRLH dalam kegiatan Untuk dapat menggapai predikat
pembelajaran di sekolah maupun sekolah Adiwiyata banyak persyaratan
lingkungan sekitar. SMPN 49 mulai yang harus dilalui oleh tim SMPN 49
mengenal Adiwiyata sejak tahun 2016, Surabaya. Salah satunya yaitu perlu adanya
tetapi baru tahun 2017 mulai menekuni melakukan penataan lingkungan dengan
kegiatan ini dengan cara mulai berbenah menerapkan program yang berwawasan
diri. diawali dari hasil kajian lingkungan lingkungan serta ramah lingkungan.
sekolah serta hasil evaluasi diri sekolah Adapun tahapan-tahapan tim SMPN
(EDS) yang kurang memenuhi standar 49 Surabaya dalam proses menyiapkan
kelayakan, maka SMPN 49 Surabaya mulai sekolah yang siap bersaing dalam kancah
berbenah diri dimulai dengan belajar Adiwiyata akan diuraikan sebagai berikut.
berbagai program kegiatan pada sekolah

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 53


Tahapan Menuju Sekolah Adiwiyata hari sebelum jam pelajaran diikuti
1. Analisis Lingkungan oleh seluruh warga sekolah selain
Berdasarkan hasil analisis itu juga ada pemeriksaan jentik
lingkungan sekolah permasalahan yang dilakukan oleh Tim Jentik
yang muncul saat itu adalah kurangnya
penghijauan sehingga suasana
lingkungan sekolah terasa panas dan
tidak nyaman. Selain itu kurangnya
kepedulian warga sekolah terhadap
lingkungan sekolah baik kebersihan,
UKS.
pengelolaan sampah, perawatan
maupun pemeliharaannya. • Minggu IV: Jumat Beriman dimana
seluruh warga sekolah bersama
2. Persiapan Adiwiyata Kota sama melaksanakan kegiatan
Langkah awal untuk menata keagamaan di halaman sekolah.
lingkungan sekolah agar lebih nyaman Gambar 1. Kegiatan pembiasaan
dan sejuk adalah dengan melakukan disekolah
penanaman pohon. Setelah melakukan
Selain kegiatan yang bersifat
program penghijauan selanjutnya
rutinitas yang diikuti oleh seluruh
mulailah kami menata lingkungan
warga sekolah juga di programkan
sekolah lainnya dengan mulai
dibuatnya kebijakan kebijakan sekolah kegiatan yang bersifat insidentil
misalnya peringatan hari hari
yang berkaitan dengan kegiatan ramah
lingkungan yang dilakukan bersama-
lingkungan. Seperti mulai dibentuk-
sama dengan komite, dan warga
nya Tim Adiwiyata sekolah yang baru,
sekitar.
pembentukan kader LH, pembentukan
Pokja-Pokja yang menangani kegiatan
LH, serta mulai membuat jejaring
kerja dengan instansi lain atau sekolah
lain demi terlaksananya program
lingkungan yang ada di SMPN 49
Surabaya.
Salah satu kegiatan yang
dilakukan di SMPN 49 untuk menjaga Gambar 2. Proses penanaman pohon
kebersihan lingkungan sekolah adalah bersama komite dan warga sekitar
dengan kegiatan pembiasaan Jumat
dengan pembagian sebagai berikut: SMPN 49 juga melakukan
• Minggu I: Jumat Bersih dimana kegiatan kemitraan dengan beberapa
seluruh warga sekolah melaksana- instansi terkait yang dapat mendukung
kan kegiatan bersih bersih yang kegiatan Adiwiyata sekolah
dilaksanakan di jam pertama diantaranya melakukan kemitraan
pembelajaran dengan LSM Tunas Hijau, LSM Bank
• Minggu II: Jumat Sehat dimana Jelantah, Dinas Kesehatan Puskesmas
seluruh bapak ibu guru, karyawan Tenggilis, DLH Kota Surabaya, Dinas
dan siswa 4 kelas bergiliran Pertanian Kota Surabaya, Tim
melaksanakan kegiatan Senam Bumantik PKK RW 05 Kutisari Indah
bersama Selatan, serta SMP Negeri 35
• Minggu III: Ngosek Bareng yang Surabaya yang merupakan sekolah
dilaksanakan secara serentak pagi induk dan kegiatan sister school

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 54


dengan SMP Negeri 23 Surabaya pemeliharaan dan penanaman pohon,
berupa kegiatan kemitraan dibidang aspek konservasi air, aspek konservasi
pengembangan Enterpreneur sekolah. energi serta aspek inovasi. Sedangkan
isu yang diangkat bisa isu lingkungan
sekolah, isu lokal maupun isu global.
Sedangkan pengintegrasan
PRLH pada pengembangan diri
dimasukan pada kegiatan
ekstrakurikuler KIR, Pramuka, Seni
Lukis, Karate serta Tari. Pada masing
masing kegiatan ekstrakurikuler
Gambar 3. Kegiatan kemitraan tersebut memasukkan PRLH dalam
bersama Tunas Hijau, Puskesmas dan program tahunannya dengan aspek
Bumantik PKK. yang berbeda beda sesuai dengan
ragam kegiatan yang dilaksanakan.
Setiap kegiatan yang dilakukan
oleh warga SMP Negeri 49 Sby
dipublikasikan oleh Tim IT sekolah
dalam berbagai wadah misalnya
dipublikasikan dalam media sosial
seperti Instagram @smpn49sby,
dalam youtube @smpn49sby maupun
dalam web sekolah.
Gambar 5. Kegiatan Ekskul KIR
dan Pramuka

4. Giat Menuju Adiwiata Propinsi


2021
Untuk menuju Adiwiyata
Propinsi diawali dengan capaian
Gambar 4. Kegiatan publikasi di Adiwiyata di tingkat Kota yang
media sosial ditandai dengan perolehan sertifikat
Adiwiyata Kota. SMP Negeri 49
3. Pengintegrasian PRLH dalam Surabaya memperoleh sertifikat
Kegiatan Kurikuler dan Pengem- Adiwiyata Kota Tahun 2017 dengan
bangan Diri memperoleh peringkat 2.
Pengimplementasian PRLH Selanjutnya sekolah mengusul-
dalam kegiatan pembelajaran kan untuk maju di tingkat propinsi
dilakukan dengan penyusunan melalui DLH Kota Surabaya untuk
Dokumen KTSP yang memuat Visi diadakan seleksi administrasi
Misi dalam upaya menciptakan dokumen pendukung Adiwiyata.
pembelajaran yang menerapkan PRLH Bulan Pebruari 2021 SMP Negeri 49
dalam kegiatan pembelajaran, Surabaya mengajukan menuju
pembiasaan maupun pengembangan Adiwiyata Propinsi. Hingga pada
diri. Terdapat 6 aspek lingkungan yang bulan Oktober surat penetapan calon
dimasukan kedalam pengintgrasian sekolah Adiwiata Propinsi 2021 telah
PRLH pada pembelajaran, yaitu: keluar, dan SMPN 49 berhasil menjadi
Aspek kebersihan dan sanitasi, aspek peserta.
pengelolaan sampah, aspek Setelah lolos dalam seleksi

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 55


administrasi maka sekolah mulai
menyiapkan video profil sekolah yang
harus diuploud di youtube dan
mendapat viewer 3 kali jumlah warga
sekolah. Dalam Video profil ini
menceritakan pelaksanaan GPBLHS
yang diterapkan di sekolah.
Kegiatan ini meliputi pem-
5. Progres Capaian Pelaksanaan bibitan, penanaman, pemeliharaan
GPBLHS tanaman.
Beberapa hal yang dilakukan
SMPN 49 Surabaya dalam Gambar 7. Pembibitan dan
pelaksanaan GPBLHS diantara lain penanaman pohon
adalah: d. Konservasi Air
a. Pemeliharaan Kebersihan, Fungsi Kegiatan ini meliputi pem-
Sanitasi, dan Drainase sekolah buatan biopori, pemanfaatan
Kegiatan ini meliputi limbah air wudhu, pemanenan air
memperbaiki toilet dan saluran hujan dan pemanfaatannya, pem-
drainase toilet siswa dan guru, buatan sumur resapan, pemanfataan
membersihkan salura drainase di air AC
seluuh lingkungan sekolah secara
rutin, membersihkan toilet di
kegiatan ngosek bareng, menguras
septiktank, membersihkan ruang
kelas, perpustakaan, dan ruang-
ruang lainnya di sekolah. Gambar 8. Pembuatan Biopori
e. Konservasi Energi
Kegiatan ini meliputi
perawatan pealatan listrik,
pemanfaatan cahaya alami di siang
hari, mematikan dan mencabut
peralatan elektronik jika tidak
digunakan, sehari tanpa kendaraan
bermotor.
Gambar 9. Kegiatan konservasi energi

Gambar 6. Pemeliharaan
kebersihan sanitasi
b. Pengelolaan sampah
Kegiatan ini meliputi peng-
gunaan kertas secara bolak-balik
untuk catatan, membawa tempat f. Inovasi
makan dan minum sendiri, acara Kegiatan ini meliputi pelak-
sekolah yag bebas dari sampah sanaan kegiatan entrepreneur,
plastik. kegiatan pameran tugas proyek
c. Penanaman dan pemeliharaan
Pohon

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 56


SIMPULAN
SMP Negeri 49 Surabaya
melaksanakan program Adiwiyata sejak
tahun 2016. Keikutsertaan dalam sekolah
Adiwiyata berawal dari hasil kajian
lingkungan sekolah yang tidak memenuhi
standar kelayakan dimana kondisi
lingkungan yang gersang, kotor dan tidak
Gambar 10. Kegiatan pameran karya terawat serta kondisi sarpras yang tidak
siswa ramah lingkungan. Hal inilah yang
mendorong SMPN 49 Surabaya untuk ikut
6. Verifikasi Lapangan CSAP 2021 Adiwiyata dengan mulai berbenah dimulai
Kunjungan verlap SMP Negeri dengan membentuk Tim Adiwiyata,
49 Surabaya jatuh pada hari kedua
membenahi Sarpras yang lebih ramah
yaitu tanggal 6 Oktober 2021 sesi lingkungan, mengadakan berbagai
pertama. Juri datang pukul 09.00 WIB kegiatan lingkungan baik dilaksanakan
langsung menuju ke tempat yang sendiri atau mengikuti kegiatan diluar
disediakan.
serta mulai menjalin kemitraan dengan
Pemeriksaan dilakukan mulai berbagai pihak.
dari dokumen, pemeriksaan Kebun Best practice berisi rekam jejak
Sayur, Greem House, biopori serta
menuju Adiwiyata Propinsi yang berisi
pengelolaan sampah yang didampingi capaian berbagai aspek mulai aspek
oleh kader Adiwiyata masing masing kebersihan dan sanitasi, pengelolaan
pokja. sampah, penanaman dan pemeliharaan
pohon, konservasi air, konservasi energi,
serta bidang inovasi warga sekolah .
Adapun tahapan-tahapan tim SMPN 49
Surabaya dalam proses menyiapkan
sekolah yang siap bersaing dalam kancah
Adiwiyata Propinsi 2021 terbagi menjadi 6
tahapan, yaitu: 1. Analisis lingkungan; 2.
Persiapan Adiwiyata Kota; 3. Pengintegra-
sian PRLH dalam kegiatan kurikuler dan
pengembangan diri; 4. Rekam Jejak
Menuju Adiwiata Propinsi 2021; 5.
Pelaksanaan GPBLHS; 6. Verifikasi
Lapangan CSAP 2021.
Hasil capaian tahun 2017 SMPN 49
Surabaya mendapat gelar Adiwiyata Kota.
Setelah berbenah diri berdasarkan hasil
evaluasi diri (EDS) sekolah masih harus
meningkatkan beberapa kekurangan untuk
itu dibentuklah Tim baru yaitu Tim
GPBLHS yang dipersiapkan untuk
Gambar 11. Kegiatan Verlap. membawa ke tingkat yang lebih tinggi.
Mulai dari pengintegrasian PRLH dalam
kegiatan intra maupun ekstrakurikuler
serta dalam aksi nyata yang saling
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 57
berkelanjutan dengan harapan dapat
menciptakan lingkungan belajar yang asri,
nyaman dan ramah lingkungan serta
mendidik anak anak yang peduli terhadap
lingkungan, memiliki karakter yang
kreatif dan inovatif menjadi generasi yang
peduli dan berbudaya lingkungan
seningga bisa mencapai adiwiyata tingkat
provinsi Tahun 2021.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2013. Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2013 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi.
Sulaminingsih, Sri. 2021. Perjalanan
Menggapai Adiwiyata Propinsi
2021. Surabaya: PT Rumah
Menulis Alqalam.
Suparno. 2008. Guru Profesional
Berkarya dan Terus Berkarya.
Malang: Universitas Negeri
Malang.
Tim Lingkungan Hidup dan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2012. Buku Panduan: sekolah
peduli dan berbudaya
Lingkungan.
Wikipedia. 2022. Adiwiyata. Diakses
melalui.
https://id.wikipedia.org/wiki/Adi
wiyata

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 58


ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI MEMBACA


PERMULAAN DENGAN MODEL SERTIFIKASI
(Nur Dwi Sholihah)

ABSTRACT
The purpose of this classroom action research is to find out (1) whether there is an increase
in students' motivation and learning outcomes by using the Certification Model, (2) how the
Certification Model can improve motivation and learning outcomes students . The research
procedure consists of two cycles, and each cycle includes planning, implementation, observation,
and reflection. The research was conducted at SDN Kedungdoro IV/309 Surabaya, with the
subjects of grade 2-B students totaling 33 students consisting of 12 boys and 21 girls. Data
analysis used comparative description technique with quantitative data (percentage) and critical
analysis technique with qualitative data. The results showed that (1) there was an increase in
students' motivation and learning outcomes using the Certification Model, indicated by pre-cycle
with an average of 12.5% in the first cycle to 28.1% and the second cycle to 90.6%; (2) The
Certification Model can increase motivation and learning outcomes, especially in the beginning
reading material with an indication of an increase in teacher activity (final achievement 90%), in
student activity (final achievement 80%), and in classical student learning outcomes. (final
achievement 85%).

Keywords : certification model, motivation, learning outcomes, beginning reading

PENDAHULUAN tekanan, atau karena falsafah yang


Salah satu faktor yang dapat melandasinya. Yang terpenting dari
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah semua itu adalah bahwa pendidikan harus
kurangnya motivasi belajar. Semakin dilaksanakan secara sadar, mempunyai
rendah motivasi belajar seseorang maka tujuan yang jelas, dan menjamin
semakin rendah pula hasil belajar yang ia terjadinya perubahan ke arah yang lebih
miliki, dan sebaliknya semakin tinggi baik. Bahasa Indonesia merupakan sub
motivasi belajar seseorang maka ia akan mata pelajaran tematik yang memfokus-
memiliki hasil belajar yang tinggi pula. kan pada pengenalan, pembiasaan dan
Oleh karena itu motivasi dalam kegiatan penguasaan bahasa indonesia sebagai
belajar sangat diperlukan, motivasi dapat bahasa nasional. Bahasa Indonesia dapat
memberikan petunjuk semangat seorang diartikan sebagai wahana untuk
pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajar- mengembangkan wawasan, memperluas
nya dan memberi petunjuk pada tingkah hubungan antar warga, dan melalui
laku serta sebagai penyeleksi perbuatan penguasaan bahasa indonesia pula, kita
belajar mereka (Uno, 2008). dapat berkomunikasi dengan suku bangsa
Pendidikan, seperti sifat sasarannya lainnya di seluruh penjuru negeri
yaitu manusia, mengandung banyak Indonesia. Pada kenyataannya, bahasa
aspek dan sifatnya sangat kompleks. indonesia dianggap ilmu yang sukar dan
Karena sifatnya yang kompleks itu, maka sulit dipahami. Begitu luasnya materi
tidak ada satu batasan pun secara Bahasa Indonesia menyebabkab anak
gamblang dapat menjelaskan arti sulit untuk diajak berpikir aktif dan
pendidikan. Batasan tentang pendidikan kreatif, utamanya dalam materi Membaca
yang dibuat oleh para ahli beraneka Permulaan. Sementara siswa Sekolah
ragam dan kandungannya dapat berbeda Dasar tahap berfikir mereka masih belum
yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu formal, karena mereka baru berada pada
bisa karena orientasinya, konsep dasar tahap Operasi Onal Konkret (Peaget :
yang digunakannya, aspek yang menjadi 1920). Apa yang dianggap logis, jelas dan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 59


dapat dipelajari bagi orang dewasa, KAJIAN PUSTAKA
kadang-kadang merupakan hal yang tidak 1. Motivasi Belajar
masuk akal dan membingungkan bagi Motivasi belajar adalah
siswa. Akibatnya banyak siswa yang dorongan internal maupun eksternal
hilang motivasi belajarnya sehingga pada siswa yang sedang belajar untuk
menyebabkan hasil belajar yang diraih mengadakan perubahan tingkah laku,
sangat rendah. pada umumnya dengan beberapa
Oleh karena itu, penulis sebagai indikator atau unsur yang mendukung
guru kelas mencoba untuk mengugah (Uno, 2008). Menurut Dimayanti dan
motivasi mereka dengan menyajikan Mudjiono (2006), memandang
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan motivasi belajar sebagai dorongan
menyenangkan. Meskipun dilaksanakan mental yang mengarahkan pada
secara daring pembelajaran tetap harus penggerakkan perilaku manusia,
memiliki makna sehingga mampu termasuk perilaku belajar. Dalam
mendorong perubahan karakteristik siswa motivasi terkandung adanya keinginan
dengan positif. Pembelajaran ini adalah yang mengaktifkan, menggerakkan,
menciptakan seseorang yang berkualitas menyalurkan, dan mengarahkan sikap
dan berkarakter sehingga memiliki dan perilaku individu belajar. Menurut
pandangan yang luas ke depan untuk Sardiman (2003) motivasi dalam
mencapai suatu cita-cita yang di harapkan kegiatan belajar berarti keseluruhan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan daya penggerak didalam diri siswa
tepat di dalam berbagai lingkungan. yang menimbulkan kegiatan belajar
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi dan memberikan ke arah pada kegiatan
diri untuk lebih baik dalam segala aspek belajar sehingga tujuan yang dapat
kehidupan. Untuk mewujudkan situasi diinginkan tercapai.
pembelajaran tersebut, penulis tertarik Menurut Thomas L. Good dan
untuk mendalami dan melakukan Jere B. Brophy (dalam Schunk, 2012)
tindakan-tindakan perbaikan pembelaja- mendefinisikan motivasi sebagai suatu
ran bahasa indonesia, khususnya materi energi penggerak yang memperkuat
Membaca Permulaan melalui penelitian dan mendorong seseorang untuk
tindakan kelas. Perbaikan yang penulis bertingkah laku. Motivasi adalah
lakukan mengenai penerapan Model sesuatu yang dibutuhkan untuk
Sertifikasi pada materi Membaca melakukan aktivitas secara harfiah
Permulaan. Harapan penulis adalah yaitu sebagai dorongan yang timbul
terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan pada diri seseorang secara sadar atau
menyenangkan serta lebih bermakna dan tidak sadar untuk melakukan suatu
adanya keberanian siswa yang tuntas tindakan dengan tujuan tertentu.
untuk menyelesaikan masalah kontektual Sedangkan secara psikologi, berarti
dengan benar serta untuk lebih menguasai usaha yang dapat menyebabkan
pelajaran. Hipotesis yang penulis lakukan seseorang atau kelompok orang yang
adalah dalam bentuk laporan hasil yaitu tergerak melakukan sesuatu karena
berjudul “Peningkatan Motivasi dan ingin mencapai tujuan yang dikehen-
Hasil Belajar Materi Membaca dakinya. Menurut Sardiman (2003)
Permulaan dengan Model Sertifikasi pada fungsi motivasi dalam belajar adalah
Siswa Kelas 2-B SDN Kedungdoro Mendorong manusia untuk berbuat,
IV/309 Surabaya“. jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 60


akan dikerjakan, Menentukan arah 2. Hasil Belajar
perbuatan, yakni kearah tujuan yang Hasil belajar mempunyai
hendak dicapai, Menyeleksi peranan penting dalam proses
perbuatan, yakni menentukan pembelajaran. Hasil belajar adalah
perbuatan-perbuatan apa yang harus kemampuan yang dimiliki siswa
dikerjakan yang serasi guna mencapai setelah ia menerima pengalaman
tujuan, dengan menyisihkan belajarnya (Sudjana, 1991:22). Proses
perbuatan-perbuatan yang tidak penilaian terhadap hasil belajar dapat
bermanfaat bagi tujuan tersebut. memberikan informasi kepada guru
Selain itu Hamalik (2007) menyatakan tentang kemajuan siswa dalam upaya
bahwa motivasi mendorong timbulnya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
kekuatan dan mempengaruhi serta melalui kegiatan belajar. Menurut
mengubah kelakuan. Jadi, motivasi Howard Kingsley (dalam Sudjana,
memiliki beberapa fungsi yaitu 1991:22) membagi tiga tipe macam
Mendorong timbulnya kelakuan atau hasil belajar yakni: (a) keterampilan
suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
akan timbul suatu perbuatan seperti pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
belajar, Sebagai pengarah, artinya Masing-masing jenis hasil belajar
mengarahkan perbuatan kepada dapat diisi dengan bahan yang telah
pencapaian tujuan yang diinginkan, ditetapkan dalam kurikulum. Menurut
Sebagai penggerak. Ia berfungsi Skinner (dalam Mudjiono, 2009:9)
sebagai mesin bagi mobil. Besar berpandangan bahwa belajar adalah
kecilnya motivasi akan menentukan suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. maka responnya menjadi lebih baik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
(2006) motivasi belajar meliputi responnya menurun.
beberapa aspek yaitu cita-cita atau Selanjutnya menurut Bloom
aspirasi siswa, kemampuan siswa, (dalam Chatib, 2012:174) hasil belajar
kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa pada aspek keterampilan
siswa, unsur-unsur dinamis dalam (psikomotor) meliputi kompetensi
belajar, upaya guru dalam yang diraih dengan aktivitas yang
membelajarkan siswa. Sedangkan memerlukan pembelajaran bukan tes
menurut Sardiman (2003) dan Ahmadi melainkan sebuah aktivitas yang
dan Supriyono (2004), ciri-ciri memerlukan gerak tubuh atau
seseorang yang memiliki motivasi perbuatan, kinerja, imajinasi,
belajar yaitu ciri-ciri seseorang yang kreativitas, karya-karya intelektual.
memiliki motivasi yang besar yaitu, Sedangkan aspek sikap (afektif)
Ulet dalam memecahkan berbagai meliputi peningkatan, pemberian
masalah dan hambatan dalam belajar respon, sikap, penilaian, dan
secara mandiri, Tidak terjebak dalam internalisasi. Dari beberapa pengertian
sesuatu yang rutinitas dan mekanis, di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
Mampu mempertahankan pendapat- belajar adalah perubahan perilaku
nya, kalau ia sudah yakin dan individu yang meliputi ranah kognitif,
dipandangnya cukup rasional, Giat afektif, dan psikomotor. Perubahan
membaca buku untuk meningkatkan akan perilaku tersebut diperoleh
prestasinya, Tidak mudah melepaskan setelah siswa menyelesaikan program
hal yang sudah diyakini, dan Senang pembelajarannya melalui interaksi
mencari dan memecahkan masalah dengan berbagai sumber belajar dan
soal-soal. linkungan belajar. Menurut

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 61


Kemendikbud (2014:13) hasil belajar Selain itu, diperlukan sebuah
dibagi tiga macam yaitu:(a) sikap, (b) pemikiran yang cerdas akan setiap
pengetahuan, (c) keterampilan. informasi yang dimilikinya dan
Menurut kurikulum 2013 kompetensi berupaya dengan keras menyimpulkan
lulusan satuan pendidikan sesuatu kesimpulan yang memuncul-
SD/MI/SDLB/PAKET A, adalah kan keyakinan.
manusia yang meliki sikap 5. Hipotesis Tindakan
pengetahuan dan keterampilan. Hipotesis adalah jawaban
3. Model Sertifikasi sementara terhadap rumusan masalah
Yang dimaksud sertifikasi di sini penelitian, dimana rumusan masalah
adalah standarisasi secara professional penelitian telah dinyatakan dalam
bagi siswa yang kompeten di bidang bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,
membaca permulaan yang dibina oleh 2013 : 96).
Guru Kelas dan orang tua mereka. Berdasarkan latar belakang dan
Tujuan diberikannya sertifikasi bagi kajian teori yang telah diuraikan di
siswa adalah: untuk meningkatkan atas, maka dapat dikemukakan
motivasi dan keaktifan siswa dalam hipotesis dari penelitian ini adalah
mengaplikasikan semua hasil sebagai berikut :
pembelajaran materi Membaca 1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Permulaan. Tujuan lain adalah agar Ada peningkatan hasil belajar
para siswa lebih bersungguh-sungguh pada materi membaca permulaan
mengikuti pembelajaran Bahasa melalui penerapan model sertifikasi
Indonesia sebagai muatan terpadu pada siswa kelas 2-B SD Negeri
sebagai dasar melakukan kegiatan Kedungdoro IV/309 Surabaya.
pembelajaran lainnya. Syarat
diberikannya sertifikat adalah bagi METODE PENELITIAN
mereka yang memahami dan A. Rancangan Penelitian
mempraktekkan materi Membaca Menurut pengertiannya peneli-
Permulaan sesuai dengan bimbingan tian tindakan adalah penelitian tentang
Guru Kelas secara daring dan orang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau
tua mereka secara langsung di rumah sekelompok sasaran, dan hasilnya
setelah diadakan pembelajaran materi langsung dapat dikenakan pada
tersebut. Adapun batasannya adalah masyarakat yang bersangkutan
bagi mereka yang 75% menguasai (Arikunto, Suharsimi 2002: 82). Ciri
materi tersebut tersebut. atau karakteristik utama dalam
4. Kerangka Berpikir penelitian tindakan adalah adanya
Kerangka berpikir adalah partisipasi dan kolaborasi antara
sebuah pemahaman yang melandasi penulis dengan anggota kelompok
pemahaman-pemahaman yang lain- sasaran. Penelitian tindakan adalah
nya, sebuah pemahaman yang paling satu strategi pemecahan masalah yang
mendasar dan menjadi pondasi bagi memanfaatkan tindakan nyata dalam
setiap pemikiran selanjutnya. bentuk proses pengembangan inovatif
Untuk mendapatkan sebuah yang dicoba sambil jalan dalam
kerangka berpkir akan suatu hal bukan mendeteksi memecahkan masalah.
sesuatu yang mudah, diperlukan suatu Dalam prosesnya pihak-pihak yang
pemikiran yang mendalam, tidak terlibat dalam kegiatan teersebut dapat
menyimpulkan hanya dari fakta yang mendukung satu sama lain.
dapat terindra, atau hanya dari sekedar Sedangkan tujuan penelitian
informasi-informasi yang terpenggal. tindakan harus memenuhi beberapa

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 62


prinsip sebagai berikut : SIKLUS 1
1. Permasalahan atau topik yang 1. Tahap Perencanaan
dipilih harus memenuhi kriteria, Pada tahap ini guru membuat
yaitu benar-benar nyata dan kegiatan perencanaan meliputi :
penting, menarik perhatian dan 1) Menyusun RPP yang sesuai dengan
mampu ditangani serta dalam materi yang akan diajarkan.
jangkauan kewenangan penulis 2) Mempersiapkan media yang akan
untuk melakukan perubahan. digunakan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi 3) Menyiapkan pedoman pengamatan
maupun pengamatan yang (observasi) atau instrumen
dilakukan tidak boleh sampai penelitian untuk memantau proses
mengganggu atau menghambat pembelajaran yang berlangsung.
kegiatan utama. 4) Membuat alat evaluasi untuk
3. Jenis intervensi yang dicobakan mengetahui tingkat keberhasilan.
harus efektif dan efisien
4. Metodologi yang harus jelas, rinci 2. Tahap Pelaksanaan
dan terbuka, setiap langkah dari Melaksanakan tindakan pembe-
tindakan dirumuskan dengan tegas, lajaran pada pertemuan ke-1 dan ke-2
sehingga orang yang berminat sesuai dengan RPP yang telah
terhadap penelitian tersebut dapat disiapkan untuk diterapkan pada siswa
mengecek setiap hipotesis dan kelas 2B di SDN Kedungdoro IV/309
pembuktiannya. Surabaya. Dengan langkah sebagai
5. Kegiatan penelitian diharapkan berikut :
dapat merupakan proses kegiatan 1) Melakukan apersepsi
yang berkelanjutan (ongoing), 2) Menyampaikan tujuan pembela-
mengingat bahwa pengembangan jaran.
dan perbaikan terhadap kualitas 3) Mendeskripsikan materi mengu-
tindakan memang tidak dapat kur satuan panjang dengan
berhenti tetapi menjadi tantangan menggunakan buku siswa dan
setiap waktu. (Arikunto, Suharsimi, buku guru.
2002: 82-83). 4) Memanfaatkan media pembela-
Sesuai dengan jenis penelitian jaran dalam mencapai tujuan
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, pembelajaran.
maka penelitian ini menggunakan 5) Melakukan tanya jawab tentang
model penelitian tindakan dari materi untuk mengukur
Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, pemahaman awal siswa.
Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk 6) Memberi kesempatan bagi siswa
spiral dari siklus yang satu ke siklus untuk mempraktekkan cara
yang berikutnya. Setiap siklus Mengukur satuan panjang.
meliputi planning (rencana), action 7) Membimbing siswa yang
(tindakan), observation (pengamatan), mengalami kesulitan dalam
dan reflection (refleksi). Langkah pada mempraktekkan kegiatan
siklus berikutnya adalah perencanaan Mengukur satuan panjang.
yang sudah direvisi, tindakan, 8) Memberi penghargaan berupa
pengamatan, dan refleksi. reward kepada siswa yang
berprestasi.
9) Memberi motivasi kepada siswa
yang masih belum menguasai
materi pembelajaran

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 63


10) Menyimpulkan bersama-sama 1) Melakukan apersepsi
materi pembelajaran dan 2) Menyampaikan tujuan pembela-
melakukan refleksi dan tindak jaran.
lanjut. 3) Mendeskripsikan materi
membaca Permulaan dengan
3. Tahap Pengamatan menggunakan buku siswa dan
Pada tahap pengamatan ini, buku guru.
peneliti melakukan pengamatan untuk 4) Memanfaatkan media pembela-
mengetahui hasil yang telah dicapai jaran dalam mencapai tujuan
siswa di kelas. Pelaksanaannya pembelajaran.
menggunakan tes tulis akhir individu 5) Melakukan tanya jawab tentang
pada siklus I. materi untuk mengukur pemaha-
man awal siswa.
4. Tahap Refleksi 6) Memberi kesempatan bagi siswa
Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mempraktekkan cara
masalah. Penyebab ketidak berhasilan membaca permulaan dengan
yang terjadi selama proses membaca teks pada buku atau
pembelajaran di kelas, sehingga dapat sumber lainnya.
diperbaiki pada siklus berikutnya. 7) Membimbing siswa yang
Semua temuan permasalahan pada mengalami kesulitan dalam
proses pembelajaran di kelas mempraktekkan kegiatan
berlangsung didiskusikan dengan membaca permulaan.
observer untuk mengetahui hasil 8) Memberi penghargaan berupa
presentase pelaksanaan siklus I. Pada sertifikat kepada siswa yang
siklus I hasilnya akan digunakan untuk berprestasi.
menentukan jenis tindakan pada siklus 9) Memberi motivasi kepada siswa
II. yang masih belum memguasai
materi pembelajaran
SIKLUS 2 10) Menyimpulkan bersama-sama
1. Tahap Perencanaan materi pembelajaran dan melaku-
Berdasarkan hasil dari siklus I, kan refleksi dan tindak lanjut.
peneliti menyusun:
1) Rencana Perbaikan Pembelajaran. 3. Tahap Pengamatan
2) Pada siklus II, tindakan yang Pada tahap pengamatan ini
direncanakan adalah memaksimal- peneliti mengadakan observasi pelak-
kan penggunaan waktu untuk sanaan proses pembelajaran di kelas
membimbing siswa saat mem- dengan memaksimalkan penggunaan
praktekkan kegiatan Membaca waktu untuk membimbing siswa saat
Permulaan pada pembelajaran mempraktekkan kegiatan Membaca
materi Membaca Permulaan. Permulaan yang telah disediakan.
3) Membuat lembar evaluasi tes tulis. Berdasarkan rencana yang telah
disusun diharapkan pada proses
2. Tahap Pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan
Pada tahap pelaksanaan ini, sesuai tujuan yang telah diharapkan.
berdasarkan RPP yang telah disusun
untuk siklus II adalah dengan 4. Tahap Refleksi
mengadakan beberapa perbaikan serta Pada tahapan akhir ini, peneliti
pengembangan RPP, sebagai berikut : mengevaluasi kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan berdasarkan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 64


hasil evaluasi pekerjaan siswa. Dari C. Instrumen Penelitian
hasil refleksi ini, sedikit ditemukan Instrumen penelitian yang
kekurangan-kekurangan dan bisa digunakan dalam penelitian tindakan
diatasi, sehingga peneliti merasa kelas ini meliputi :
berhasil dalam siklus ke-2 ini. 1. Instrumen Tes
Sehingga bisa disimpulkan bahwa a. Tes tulis dan lisan yang terdapat
dalam penelitian ini hanya pada buku pedoman guru dan
memerlukan 2 siklus. Siswa Kelas 2-B mata pelajaran
Tematik.
B. Subjek Penelitian Untuk menentukan kriteria
1. Kelas peringkat hasil belajar siswa,
Kelas yang dijadikan obyek maka peneliti harus berpedoman
perbaikan dan penelitian adalah dengan tabel interpretasi belajar
Kelas 2-B dengan jumlah siswa siswa.
sebanyak 33 siswa pada semester Tabel 3.2
genap tahun pelajaran 2021/2022. Kriteria Peringkat Hasil Belajar
2. Lokasi Siswa
Penelitian ini dilaksanakan Kriteria peringkat
Interval nilai
oleh penulis di SD Negeri belajar siswa
Kedungdoro IV/309 dengan alamat ≤ 20 Sangat rendah
Jl. Plemahan VI No. 4 Kecamatan 21 – 40 Rendah
Tegalsari Surabaya. 41 – 60 Cukup
3. Waktu 61 – 80 Baik
Pelaksanaan penelitian dan 81 – 100 Sangat Baik
perbaikan dijadwalkan oleh penulis
dengan rincian jadwal sebagai b. Tes kinerja
berikut: Tes kinerja berupa perintah
Tabel 3.1 kepada siswa untuk melakukan
Waktu Pelaksanaan Tindakan suatu tugas atau menyelesaikan
No
Jenis
Januari Pebruari Maret masalah yang nyata atau
Kegiatan
Konsultasi
kontekstual, yang dapat
dengan diselesaikan dengan material
1 M1
Kepala atau bahan yang ada di sekitar
Sekolah.
siswa.
Mengajukan
2 proposal M1 Format untuk menampilkan
penelitian. temuan atau hasil siswa
Mengajukan misalnya: format kesempatan
3 M2
RPP
4 Revisi RPP. M3
penampilan atau penyajian,
Evaluasi M4 format tabel, format grafik, foto,
5
kualitas gambar, dan lainnya.
RPP tahap
akhir.
Konsultasi M4 2. Instrumen Non Tes
6 dengan M1-4 a. Catatan lapangan
Observer. Mencatat semua kegiatan
Pelaksanaan
7
siklus I.
M1-4 yang dilakukan selama dilapangan
Pelaksanaan dan kejadian-kejadian secara detail.
8 M1-4
siklus II. b. Lembar observasi
Menyusun
9 laporan M1-3
Kegiatan observasi yang
tindakan. pertama adalah mengamati

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 65


aktivitas guru selama kegiatan E. Teknik Analisis Data
pembelajaran berlangsung. Hasil Pengumpulan data yang ada,
pengamatan dalam hal ini selanjutnya dianalisis. Untuk
dilaksanakan oleh observer. menganalisis data tersebut, penulis
Kegiatan observasi yang memerlukan analisis data yang sesuai
kedua adalah mengamati aktivitas agar data yang diperoleh dapat
siswa selama kegiatan pembela- dipertanggungjawabkan, maka dalam
jaran berlangsung. Hasil penga- penelitian ini penulis menggunakan
matan dalam hal ini dilaksanakan analisis data kualitatif dan analisis data
oleh peneliti dibantu observer. kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
D. Teknik Pengumpulan Data Analisis data kualitatif pada
Adapun teknik pengumpulan penelitian ini diperoleh dari hasil
data yang penulis gunakan dalam observasi yang dilakukan oleh
penelitian ini adalah sebagai berikut: penulis yang memuat gambaran
1. Dokumentasi tingkat pengetahuan siswa terhadap
Penulis mengumpulkan dan suatu mata pelajaran, aktivitas dan
menggunakan data kelas, siswa dan antusiasme siswa saat mengikuti
dokumentasi nilai. pelajaran setiap siklus.
2. Observasi 2. Analisis Data Kuantitatif
Observasi pada umumnya Analisis data kuantitatif
digunakan untuk memperoleh data diperoleh dari hasil tes siswa yang
mengenai perilaku individu atau bertujuan untuk mengetahui
proses kegiatan tertentu (Sudjana, pengetahuan siswa tentang materi
2006:67). Observasi dapat pelajaran dari setiap siklus, di mana
mengukur atau menilai hasil dan siswa secara individu telah belajar
proses belajar misalnya tingkah tuntas atau berhasil apabila
laku siswa pada belajar, tingkah sekurang-kurangnya mendapat
laku guru pada waktu mengajar, nilai 70.
kegiatan diskusi siswa, partisipasi
siswa dalam simulasi dan F. Indikator Keberhasilan Penelitian
penggunaan alat peraga pada waktu Dalam penelitian ini, indikator
belajar. Pada penelitian ini penulis keberhasilannya adalah sebagai
melakukan observasi untuk berikut:
mengamati aktivitas siswa pada 1. Siswa dikatakan tuntas dalam
saat pembelajaran berlangsung belajar, apabila memperoleh KKM
yaitu dari tahap awal sampai akhir. 70 untuk mata pelajaran Tematik
Sedangkan aktivitas penulis muatan Bahasa Indonesia.
diobservasi oleh observer. 2. Dalam kegiatan pembelajaran,
3. Tes aktivitas guru dan siswa mencapai
Digunakan untuk mengetahui keberhasilan apabila secara klasikal
hasil belajar siswa pada materi memperoleh presentase 75 %.
pembelajaran yang disampaikan.
Materi tes dibuat penulis dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
memperhatikan buku Guru dan A. Deskripsi Siklus I
Siswa mata pelajaran Tematik 1. Hasil Penelitian Siklus I
Kelas 2-B. Siklus I ini dilaksanakan pada
hari Senin, 8 Pebruari 2022 secara
daring jam pelajaran ke 1 - 2. Mata

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 66


pelajaran yang dijadikan sebagai Tahap-tahap tersebut adalah :
bahan penelitian adalah Bahasa 1) Melakukan apersepsi
Indonesia materi Membaca 2) Menyampaikan tujuan
Permulaan. Subjek penelitian siswa pembelajaran.
Kelas 2-B Kedungdoro IV/309 3) Mendeskripsikan materi
Surabaya. Langkah-langkah yang Membaca Permulaan
dilakukan pada siklus I adalah : dengan menggunakan buku
a. Perencanaan siswa dan buku guru.
Pada tahap perencanaan ini 4) Memanfaatkan media
langkah pertama yang dilakukan pembelajaran dalam
adalah menyusun rencana mencapai tujuan
perbaikan pembelajaran dalam pembelajaran.
bentuk RPP. Rencana perbaikan 5) Melakukan tanya jawab
pembelajaran ini meliputi: tentang materi untuk
1) Menentukan mata pelajaran mengukur pemahaman awal
yang akan dijadikan bahan siswa.
penelitian dalam hal ini 6) Memberi ksempatan bagi
adalah mata pelajaran siswa untuk
Tematik dengan materi mempraktekkan cara
Membaca Permulaan. membaca permulaan
2) Menyusun RPP yang sesuai dengan membaca teks pada
dengan materi yang akan buku atau sumber lainnya.
diajarkan. 7) Membimbing siswa yang
3) Mempersiapkan media yang mengalami kesulitan dalam
akan digunakan. mempraktekkan kegiatan
4) Menyiapkan pedoman Membaca Permulaan.
pengamatan (observasi) atau 8) Memberi penghargaan
instrument penelitian untuk berupa sertifikat kepada
memantau proses siswa yang berprestasi.
pembelajaran yang 9) Memberi motivasi kepada
berlangsung. siswa yang masih belum
5) Membuat alat evaluasi untuk memguasai materi
mengetahui tingkat pembelajaran
keberhasilan 10) Menyimpulkan bersama-
Setelah semua persiapan sama materi pembelajaran
selesai maka langkah selanjut- dan melakukan refleksi dan
nya adalah meminta Pengamat tindak lanjut.
untuk mengamati proses c. Pengamatan
pembelajaran yang dilaksanakan Tahap pengamatan ini
oleh peneliti. Pengamat diminta meliputi pengamatan terhadap
untuk mengisi lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa,
yang telah disiapkan sesuai dan hasil belajar siswa. Hasil
dengan proses pembelajaran. pengamatan dapat dilihat pada
b. Pelaksanaan deskripsi berikut:
Pada tahap ini yang 1) Aktivitas Guru
dilakukan adalah melaksanakan Pengamatan dilakukan
kegiatan perbaikan pembelaja- selama kegiatan perbaikan
ran sesuai dengan RPP yang pembelajaran berlangsung.
telah disiapkan sebelumnya. Pengamatan ini dilakukan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 67


oleh rekan sejawat dengan dengan baik, dan kegiatan apa
cara guru melakukan kolabo- saja yang belum terlaksana
rasi. Hal ini dilakukan untuk secara maksimal. Berdasarkan
memudahkan guru dalam pengamatan dari Pengamat yang
melakukan penelitian ini. hasilnya terangkum dalam
Guru menjadi fokus pada lembar pengamatan atau lembar
proses perbaikan pembelaja- observasi diperoleh hasil
ran yang sedang berlangsung sebagai berikut:
dan tidak memikirkan hal-hal 1) Pada kegiatan awal guru
yang tidak berkaitan dengan sudah melaksanakan
pembelajaran. apersepsi, tetapi apersepsi
Kegiatan pengamatan yang dilakukan guru tidak
ini dilakukan oleh Guru Kelas dihubungkan dengan materi
2-A. Yang harus diperhatikan pelajaran yang akan
oleh pengamat adalah dipelajari.
mengamati aktivitas guru dan 2) Guru sudah menyampaikan
siswa selama kegiatan tujuan pembelajaran yang
perbaikan pembelajaran harus dicapai setelah
berlangsung. pembelajaran selesai tetapi
2) Aktivitas Siswa tidak spesifik dan terinci.
Kegiatan observasi 3) Meskipun penguasaan materi
yang kedua adalah menga- dari guru sudah cukup baik
mati aktivitas siswa selama tetapi guru tidak memotivasi
kegiatan pembelajaran siswa untuk memunculkan
berlangsung. rasa keingintahuan siswa.
3) Hasil Belajar Siswa 4) Guru tidak memberikan
Hal ketiga yang timbal balik secara terus
menjadi perhatian peniliti menerus kepada siswa selama
adalah pencapaian hasil kegiatan pembelajaran
belajar siswa. Perolehan hasil berlangsung. Hal ini
akhir belajar siswa ini sangat menyebabkan siswa tidak
penting karena menjadi aktif terlibat dalam kegiatan
pokok permasalahan penye- belajar mengajar.
bab dilakukannya penelitian 5) Banyak siswa masih takut
ini. bertanya meskipun guru
Dari perhitungan di sudah mamberikan kesempa-
atas dapat diketahui bahwa tan untuk bertanya.
sebanyak 64% siswa nilainya 6) Guru tidak membimbing
masih dibawah KKM dan secara khusus kepada siswa
sebanyak 36% siswa nilainya yang mengalami kesulitan
sudah melampaui KKM pada saat mengerjakan tugas.
pembelajaran Matematika Guru hanya menjelaskan
yaitu 70. secara klasikal daring apabila
terdapat kesulitan pada salah
d. Refleksi satu siswa.
Pada tahap refleksi ini 7) Guru sudah melakukan
guru yang bertindak sebagai kegiatan refleksi dan
peneliti merenungkan kegiatan menyimpulkan materi
apa saja yang telah dilaksanakan pelajaran dengan melibatkan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 68


siswa. keberhasilan.
8) Tingkat keaktifan siswa Setelah semua persiapan
secara klasikal daring masih selesai maka langkah selanjutnya
rendah. Penyebab dari adalah meminta Pengamat untuk
rendahnya tingkat keaktifan mengamati proses pembelajaran
siswa karena guru belum yang dilaksanakan oleh peneliti.
maksimal dalam memberikan Pengamat diminta untuk mengisi
timbal balik pada siswa dan lembar observasi yang telah
belum maksimal melibatkan disiapkan sesuai dengan proses
siswa secara terus menerus pembelajaran.
salama kegiatan belajar
mengajar sedang b. Pelaksanaan
berlangsung. Pada tahap ini yang dilakukan
9) Hasil akhir belajar siswa adalah melaksanakan kegiatan
masih banyak yang dibawah perbaikan pembelajaran sesuai
KKM (sebanyak 62% dari dengan RPP yang telah disiapkan
seluruh jumlah siswa) sebelumnya. Tahap-tahap tersebut
adalah :
1. Hasil Penelitian Siklus II 1) Melakukan apersepsi
Kegiatan perbaikan pembelaja- 2) Menyampaikan tujuan pembe-
ran siklus II dilaksanakan pada hari lajaran.
Senin, 15 Februari 2022 secara daring. 3) Mendeskripsikan materi
Langkah-langkah yang dilakukan pada membaca permulaan dengan
siklus II adalah: menggunakan buku siswa dan
a. Perencanaan buku guru.
Pada tahap perencanaan ini 4) Memanfaatkan media pembe-
langkah pertama yang dilakukan lajaran dalam mencapai tujuan
adalah menyusun rencana pembelajaran.
perbaikan pembelajaran dalam 5) Melakukan tanya jawab
bentuk RPP. Rencana perbaikan tentang materi untuk mengukur
pembelajaran ini meliputi: pemahaman awal siswa.
1) Menentukan mata pelajaran 6) Memberi ksempatan bagi
yang akan dijadikan bahan siswa untuk mempraktekkan
penelitian dalam hal ini adalah cara membaca permulaan
mata pelajaran Tematik dengan dengan membaca teks pada
materi Mengukur satuan buku atau sumber lainnya.
panjang. 7) Membimbing siswa yang
2) Menyusun RPP yang sesuai mengalami kesulitan dalam
dengan materi yang akan mempraktekkan kegiatan
diajarkan. Membaca Permulaan.
3) Mempersiapkan media yang 8) Memberi penghargaan berupa
akan digunakan. sertifikat kepada siswa yang
4) Menyiapkan pedoman berprestasi.
pengamatan (observasi) atau 9) Memberi motivasi kepada
instrumen penelitian untuk siswa yang masih belum
memantau proses pembelajaran memguasai materi
yang berlangsung. pembelajaran
5) Membuat alat evaluasi untuk 10) Menyimpulkan bersama-sama
mengetahui tingkat materi pembelajaran dan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 69


melakukan refleksi dan tindak 85% siswa nilainya sudah
lanjut. melampaui KKM pembelajaran
c. Pengamatan Matematika yaitu 70.
Tahap pengamatan ini d. Refleksi
meliputi pengamatan terhadap Pada tahap refleksi ini guru
aktivitas guru, aktivitas siswa, dan yang bertindak sebagai peneliti
hasil belajar siswa. Hasil merenungkan kegiatan apa saja
pengamatan dapat dilihat pada yang telah dilaksanakan dengan
deskripsi berikut: baik, dan kegiatan apa saja yang
1) Aktivitas Guru belum terlaksana secara maksimal.
Pengamatan dilakukan Berdasarkan pengamatan dari
selama kegiatan perbaikan Pengamat yang hasilnya terangkum
pembelajaran berlangsung. dalam lembar pengamatan atau
Pengamatan ini dilakukan oleh lembar observasi diperoleh hasil
rekan sejawat dengan cara guru sebagai berikut :
melakukan kolaborasi. Hal ini 1) Pada kegiatan awal
dilakukan untuk memudahkan pembelajaran guru sudah
guru dalam melakukan melaksanakan apersepsi dengan
penelitian ini. Guru menjadi memlakukan tanya jawab
fokus pada proses perbaikan dengan siswa serta
pembelajaran yang sedang menghubungkannya dengan
berlangsung dan tidak kehidupan sehari-hari
memikirkan hal-hal yang tidak 2) Guru sudah menyampaikan
berkaitan dengan pembelajaran. tujuan pembelajaran yang harus
Kegiatan pengamatan ini dicapai sesuai dengan indikator
dilakukan oleh Guru Kelas 2-A. pencapaian kompetensi dan
Yang harus diperhatikan oleh menjelaskannya secara
pengamat adalah mengamati terperinci kepada siswa.
aktivitas guru dan siswa selama 3) Guru mampu memotivasi rasa
kegiatan perbaikan keingintahuan siswa tentang
pembelajaran berlangsung. materi pelajaran yang dipelajari
2) Aktivitas Siswa dengan baik.
Kegiatan observasi yang 4) Guru memberikan balikan
kedua adalah mengamati kepada siswa secara intens dan
aktivitas siswa selama kegiatan terus menerus sehingga siswa
pembelajaran berlangsung. terlibat lebih aktif dalam
3) Hasil Belajar Siswa kegiatan belajar mengajar.
Hal ketiga yang menjadi 5) Beberapa siswa masih takut
perhatian peneliti adalah bertanya meskipun guru sudah
pencapaian hasil belajar siswa. mamberikan kesempatan untuk
Perolehan hasil akhir belajar bertanya.
siswa ini sangat penting karena 6) Guru membimbing secara
menjadi pokok permasalahan khusus kepada siswa yang
penyebab dilakukannya mengalami kesulitan pada saat
penelitian ini. mengerjakan tugas.
Dari perhitungan di atas 7) Guru sudah melakukan kegiatan
dapat diketahui bahwa sebanyak refleksi dan menyimpulkan
15% siswa nilainya masih materi pelajaran dengan
dibawah KKM dan sebanyak melibatkan siswa, dan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 70


memberikan kesempatan kepada meskipun keterlibatan siswa dalam
siswa untuk mengemukakan menyimpulakan materi masih
pendapatnya tentang pembe- belum maksimal.
lajaran yang selesai dilaksana-
kan. 2. Siklus II
Pada kegiatan perbaikan
B. PEMBAHASAN pembelajaran siklus II guru banyak
Berdasarkan hasil penelitian memperbaiki kekurangannya
pada siklus I dan II didapatkan selama pelaksanaan perbaikan
peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus I diantaranya,
perkalian dan pembagian pecahan. pada kegiatan awal apersepsi yang
Berdasarkan hasil yang diperoleh bisa dilakukan guru dihubungkan
dikatakan bahwa Penelitian Tindakan dengan kehiidupan sehari-hari.
Kelas yang dilakukan telah berhasil Penyampaian tujuan pembelajaran
yaitu ditandai dengan adanya lebih terarah, sesuai dengan
peningkatan motivasi dan hasil belajar indikator pencapaian kompetensi,
siswa dalam membaca permulaan dan lebih spesifik. Pada kegiatan
melalui penerapan Model Sertifikasi inti pembelajaran guru lebih
pada siswa Kelas 2-B Kedungdoro memperhatikan kesulitan-kesulitan
IV/309 Surabaya. Temuan-temuan yang dialami oleh tiap-tiap
yang muncul dari kegiatan penelitian kelompok. Penjelasan dari guru
tindakan kelas ini akan dibahas dalam tidak hanya dilakukan secara
tiap siklus. klasikal tetapi juga dilakukan
secara bergiliran pada tiap-tiap
1. Siklus I kelompok siswa. Pada kegiatan
Pada kegiatan Penelitian akhir guru lebih melibatkan siswa
siklus I guru sudah cukup dalam dalam pengambilan kesimpulan,
melaksanakan kegiatan belajar selain itu guru juga memberikan
mengajar yang ditunjukkan oleh kesempatan kepada siswa untuk
persentase perolehan nilai aktivitas mengeluarkan pendapatnya tentang
guru dalam lembar pengamatan pembelajaran yang mereka jalani,
aktivitas guru yaitu 65%. Beberapa mana yang disuka dan mana yang
langkah pembelajaran telah tidak. Pada kegiatan perbaikan
dilakukan guru dengan baik tetapi pembelajaran siklus II guru banyak
ada beberapa langkah pembelajaran memperbaiki kekurangannya
yang tidak dilaksanakan dengan selama pelaksanaan perbaikan
maksimal. Langkah pembelajaran pembelajaran siklus I diantaranya,
yang sudah dilaksanakan antara pada kegiatan awal apersepsi yang
lain pada kegiatan awal guru dilakukan guru dihubungkan
melakukan apersepsi, memotivasi dengan kenidupan sehari-hari.
siswa dan menyampaikan tujuan Penyampaian tujuan pembelajaran
pembelajaran meskipun masih lebih terarah, sesuai dengan
belum terinci dan tidak spesifik. indikator pencapaian kompetensi,
Pada kegiatan inti guru sudah dan lebih spesifik. Pada kegiatan
berusaha untuk melibatkan siswa inti pembelajaran guru lebih
selama proses pembelajaran memperhatikan kesulitan-kesulitan
meskipun masih belum maksimal. yang dialami oleh tiap-tiap
Pada kegiatan penutup guru dan kelompok. Penjelasan dari guru
siswa membuat kesimpulan tidak hanya dilakukan secara

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 71


klasikal tetapi juga dilakukan Grafik 4.1
secara bergiliran pada tiap-tiap Aktivitas Guru
kelompok siswa. Pada kegiatan
akhir guru lebih melibatkan siswa 100%
dalam pengambilan kesimpulan, 80%
selain itu guru juga memberikan 60%
kesempatan kepada siswa untuk
40% Aktivitas
mengeluarkan pendapatnya tentang
Guru
pembelajaran yang mereka jalani, 20%
mana yang disuka dan mana yang 0%
tidak.
Siklus I Siklus II
Berdasarkan pembahasan di
atas dan dari hasil akhir lembar Berdasarkan data yang
pengamatan aktivitas guru, lembar terangkum pada Grafik 4.1 tentang
pengamatan aktivitas siswa, lembar Kemampuan Mengajar Guru
penilaian akhir pembelajaran siswa memperlihatkan peningkatan
dapat dikatakan bahwa Penelitian aktivitas guru yang signifikan
Tindakan Kelas ini telah berhasil sebesar 35% yaitu dari 65% pada
dilaksanakan dengan baik. siklus I menjadi 90% pada siklus II.
Pendekatan tematik integratif Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menerapkan Model penggunaan pendekatan tematik
Sertifikasi dapat meningkatkan integratif dengan menerapkan
motivasi dan hasil belajar siswa Model Sertifikasi dalam
pada pembelajaran Bahasa pembelajaran tematik dapat
Indonesia materi Membaca meningkatkan aktivitas guru
Permulaan dibuktikan dengan selama proses belajar mengajar.
adanya peningkatan persentase Dengan meningkatnya aktivitas
aktivitas guru dari 65% pada siklus guru dalam mengajar maka akan
I meningkat menjadi 90% pada diikuti pula meningkatnya
siklus II, persentase keaktifan siswa kemampuan guru dalam
dari 55% pada siklus I menjadi 80% menyampaikan pelajaran.
pada siklus II, yang terakhir hasil Grafik 4.2
belajar siswa yang pada siklus I Aktivitas Siswa
sebanyak 64% siswa nilainya masih 80%
dibawah KKM turun menjadi 15%
pada siklus II, sedangkan siswa 60%
yang nilainya melampaui KKM
40%
dari 36% pada siklus I meningkat Aktivitas…
menjadi 85% pada siklus II. 20%
Untuk lebih jelasnya
pengolahan data dari hasil 0%
penelitian dapat dilihat melalui Siklus I Siklus II
grafik-grafik berikut: Pada Grafik 4.2 dapat dilihat
adanya peningkatan keaktifan
siswa selama proses belajar
berlangsung. Berdasarkan data
yang diperoleh selama kegiatan
observasi tentang aktivitas siswa
pada siklus I dan siklus II yang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 72


terangkum dalam grafik 4.2 maka menjadi 27% pada siklus II, untuk
terlihat adanya peningkatan nilai 90 dan 100 yang sama sekali
keaktifan siswa sebesar 35% yaitu tidak muncul pada siklus I muncul
dari 55% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II sebesar 30% untuk
pada siklus II. Dengan adanya data nilai 90 dan 15% untuk nilai 100.
tersebut dapat disimpulkan bahwa Dengan begitu terbukti bahwa
penggunaan pendekatan tematik penerapan Model Sertifikasi dalam
integratif pada pembelajaran pembelajaran bahasa indonesia
Bahasa Indonesia dengan materi dapat meningkatkan kemampuan
Membaca Permulaan dapat membaca permulaan pada siswa
meningkatkan aktivitas siswa dan kelas 2-B Kedungdoro IV/309
melibatkan siswa secara lebih aktif Surabaya.
selama prose pembelajaran. Selain Grafik 4.4
siswa dapat menjadi Pengamat Persentase Ketuntasan Belajar
yang baik siswa juga dapat saling Siswa
memberikan masukan dengan 100
sesama temannya dalam satu % Siswa yang
kelompok. 50 Tidak Tuntas
Grafik 4.3 % Siswa yang
Perbandingan Persentase 0 Tuntas
Siklus I Siklus II
Perolehan Nilai Hasi Belajar Siswa
40%
Berdasarkan data tentang
20% Siklus I perolehan nilai yang diperoleh
Siklus II siswa, peneliti dapat menentukan
0% persentase ketuntasan belajar siswa
40 50 60 70 80 90 100
Kelas 2-B pada mata pelejaran
Tematik. Persentase ketuntasan
belajar siswa dapat dilihat pada
Selanjutnya dapat dilihat data grafik 4.4. Pada grafik 4.4 terlihat
yang disajikan pada grafik 4.3 bahwa siswa yang mengalami
tentang perolehan nilai dari hasil ketidaktuntasan belajar mengalami
belajar siswa. Pada grafik 4.3 penurunan sebesar 49% yaitu dari
terlihat bahwa perolehan nilai siswa 64% siswa yang tidak tuntas pada
saat siklus I terdapat nilai 40 dan siklus I menjadi hanya 15% siswa
tidak muncul pada siklus II. Nilai yang tidak tuntas pada siklus II.
50 pada siklus I sebanyak 21% Sedangkan persentase siswa yang
turun sebesar 15% pada Siklus II mengalami ketuntasan belajar
menjadi 6% pada siklus II. mengalami peningkatan sebesar
Perolehan nilai 60 turun sebesar 49% yaitu dari hanya 36% siswa
18% dari 27% pada siklus I menjadi yang mengalami ketuntasan belajar
9% pada siklus II. Perolehan nilai pada siklus I meningkat menjadi
70 turun sebesar 9% dari 21% pada 85% siswa yang tuntas pada siklus
siklus I menjadi 12% pada siklus II. II.
Sedangkan perolehan nilai 80, 90, Dari ke-4 grafik yang tersaji
dan 100 mengalami peningkatan tentang kemampuan mengajar
yang signifikan yaitu nilai 80 guru, keaktifan siswa, persentase
mengalami peningkatan sebesar 6% perolehan nilai siswa, dan
yaitu dari 21% pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 73


menunjukkan adanya peningkatan. 1. Guru sebaiknya menciptakan nilai-
Hal ini membuktikan bahwa nilai kompetitif antar siswa
penggunaan menerapkan Model sehingga terselenggara pembelaja-
Sertifikasi pada pembelajaran ran yang aktif, kreatif, efektif dan
Bahasa Indonesia dapat menyenangkan..
meningkatkan motivasi dan hasil 2. Guru harus memberi motivasi dan
belajar siswa. bimbingan pada siswa yang
mengalami kesulitan.
KESIMPULAN 3. Guru hendaknya menggunakan
A. SIMPULAN beberapa model, metode, strategi
Berdasarkan paparan hasil dan media pembelajaran inovatif
penelitian dan pembahasan, dapat untuk mengurangi kejenuhan siswa
dirumuskan kesimpulan penelitian dalam mengikuti pembelajaran.
sebagai berikut: 4. Di era kompetisi siswa perlu dilatih
1. Pelaksanaan pembelajaran konsep untuk berani tampil oleh karena itu
Bahasa Indonesia materi Membaca model sertifikasi merupakan ajang
Permulaan dengan menggunakan latihan yang cukup kreatif bagi
Model Sertifikasi di Kelas 2-B SD siswa untuk menampilkan
Negeri Kedungdoro IV/309 keterampilan yang dimilikinya
Surabaya terbukti dapat pada materi tertentu..
meningkatkan pemahaman siswa, 5. Siswa perlu dilatih untuk bergaul
hal ini berdasarkan hasil observasi dan bekerjasama yang harmonis
terhadap aktivitas siswa dan jika dalam kelompok belajar dengan
dipersentasekan prasiklus 12,5%, kegiatan yang positif, apalagi saat
siklus 1 28,1%, pada siklus 2 naik pembelajaran dilaksanakan secara
lagi menjadi 90,6%. daring. Oleh karena itu bekerja
2. Model sertifikasi dapat meningkat- dalam kelompok untuk menyelesa-
kan motivasi dan hasil belajar ikan tugas tertentu merupakan cara
materi Membaca Permulaan pada yang efektif untuk melatih sifat
siswa kelas 2-B SD Negeri sosial pada siswa.
Kedungdoro IV/309 Surabaya
dengan indikasi adanya DAFTAR PUSTAKA
peningkatan pada aktivitas guru Andayani, dkk. 2010. Pemantapan
(capaian akhir 90%), peningkatan Kemampuan Profesional.
pada aktivitas siswa (capaian akhir Jakarta: Universitas Terbuka.
80%), dan peningkatan pada
ketuntasan hasil belajar siswa Aswani, Zaenul. 2004. Tes dan Asesmen
secara klasikal (capaian akhir di SD. Jakarta: Universitas
85%). Terbuka.

B. SARAN Denny, Setyawan. 2005. Komputer dan


Berdasarkan pengalaman Media Pembelajaran. Jakarta:
peneliti selama melaksanakan Universitas Terbuka.
Penelitian Tindakan Kelas untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk. 2007.
SD Negeri Kedungdoro IV/309, Pembelajaran Bahasa
Surabaya peneliti kemukakan saran Indonesia. Jakarta: Universitas
dan tindak lanjut sebagai berikut. Terbuka.

Muhibbin Syah. 2008. Psikologi


E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 74
Pendidikan Dengan Pendekatan
Baru. Bandung: Rosdakarya.

Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2007.


Perkembangan Siswa. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Samsudin, Abin. 2004. Profesi Keguruan


2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suciati, Drs. Dkk. 2004. Belajar dan


Pembelajaran 2. Jakarta,
universitas Terbuka.

Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada.

Wardani, I.G.A.K. 2008. Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Wahyudi Duin, Supaiyati, Ishak,


Abduhak. 2001. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 75


ISSN : 2337-3253

IMPLEMENTASI MEDIA SWAY SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


BERWAWASAN LITERASI DIGITAL MEMOTIVASI SISWA BELAJAR DARI
RUMAH
(Nur Choiriah Fitri)

ABSTRACT
Government policy in the world of education to conduct online learning, namely Learning
from Home during the Covid-19 pandemic. This is implemented so that teachers and students are
in good health and as an effort to break the chain of spreading the virus. This Best Practice paper
aims to provide an overview of the implementation of the use of Sway Media as a digital literacy
learning medium to motivate students to learn from home. The use of media Sway can be
implemented through several stages, namely the planning stage, the implementation stage, and
the evaluation stage. The planning stage begins with dissemination (strengthening) about
Microsoft, followed by the preparation of teaching materials into Sway. Sway media as a digital-
minded learning medium. Then it is socialized to parents through theWhattapps classGroup so
that there is an understanding that every day in learning not only questions and assignments are
given. Parents can assist students inlearning from home by re-reading the material that the teacher
has presented whenzooming or meeting. The implementation stage is marked by students easily
accessing themedia Sway whose link has been shared by the teacher to the classroom whattaps
teacher's. The teacher presents teaching materials using media Sway through zoom or meet. The
evaluation stage is filled with an assessment of student learning outcomes after using Sway
media as a digital literacy learning media. The use of media Sway as a digital literacy learning
medium has been proven to motivate students to learn from home, increase activity and student
learning outcomes that can achieve the KKM value (minimum completenesscriteria), increase the
participation of parents when accompanying their children to learn from home, and increase
competence. technology teachers.

Keywords : media sway, digital literacy, motivation, learning from home

PENDAHULUAN pendidikan wajib melakukan


Pelaksanaan kebijakan pendidikan pembelajaran secara daring selama
karena penyebaran Corona Virus vaksin corona virus belum ditemukan.
Disease (Covid-19) yang semakin Belajar Dari Rumah membuat
meningkat, kesehatan lahir batin siswa, permasalahan baru dalam menggunakan
guru, kepala sekolah, dan seluruh warga informasi dan komunikasi selama proses
sekolah diprioristaskan sehingga pembe- belajar mengajar. Permasalahan dari
lajaran dilakukan dari rumah. materi yang disampaiakan tidak optimal,
Sehubungan dengan itu, pengelolaan sulit memantau proses belajar, pembelian
pendidikan melalui teknologi dan kuota internet, dan harus memiliki gadget
informasi dan komunikasi/ TIK menjadi kebutuhan utama setiap orang
(Information and Communication selama pembelajaran online. Semua
Technology) perlu ditingkatkan. Hal ini permasalahan itu ternyata tidak semua
sesuai dengan surat Edaran No: warga sekolah dapat menerima
800/11818/436.7.1/2020. perubahan pembelajarandari tatap muka
Dinas Pendidikan Kota Surabaya menjadi pembelajaran daring.
tentang pelaksanaan pembelajaran tahun Di era pandemi ini, idealnya
ajaran 2020/2021 pada kondisi pandemi sekolah mampu menerapkan teknologi
corona virus disease 2019 (COVID 19) informasi dengan melakukan kerja sama
dengan tatanan Normal Baru telah yang baik antara guru, siswa, dan orang
menggagas kegiatan Belajar Dari Rumah tua agar tersedia sarana teknologi yang
(BDR), yang intinya warga satuan dapat memfasilitasi proses belajar
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 76
mengajar. Selain menemukan learning latihan soal. Hal ini menyebabkansiswa
content, sekolah dapat melakukan bosan dan tidak semangat. Selain itu
pelatihan agar guru cepat menguasai dengan media Sway dapat meningkatkan
penggunaan teknologi informasi dan literasi siswa karena guru dapat
komunikasi. SDN Made I No.475 merancang pembelajaran jarak jauh yang
membekali guru guru agar menguasai menarik dan efektif.
teknologiinformasi dengan mengikutkan Guru memiliki kreativitas dalam
pelatihan Microsoft 365. merancang materi pembelajaran,
Kemampuan menguasai teknologi penyajian gambar, penambahan video
dan komunikasi juga ada di dalam misi maupun pemberian soal latihan yang
sekolah SDN Made I No.475 yaitu sudah terkoneksi dalam satu Link yang
mempunyaipengetahuan dasar teknologi. diberikan ke group WA kelas. Siswa dan
Harapannya semua warga sekolah guru tidak harus men-download suatu
memiliki kemampuan menguasai aplikasi dalam membuka Link yang
teknologi dan informasi dengan baik. diberikan guru. Hal ini sangat
Tapi kenyataannya dalam pembelajaran memudahkan orang tua dan siswa dalam
daring ada kendala yang dialami selama pembelajaran sehingga siswa dapat
proses belajar mengajar, yaitu ada guru meningkatkan literasi yaitu memahami
dan siswa yang masih gagap teknologi, materi dan menjawab soal latihan.
guru tidak menyampaikan materi Penggunaan Microsoft Sway sangat
pembelajaran dan hanya memberikan efektif dalam memotivasi dan
latihan soal. Hal ini tentu menjadikan menghilangkan kejenuhan siswa selama
siswa bosan menerima pembelajaran. pembelajaran daring, karena media ini
Beberapa upaya yang ditempuh tidah hanya menuntut siswa mengerjakan
adalah menggunakan aplikasi Google latihan soal, tetapi siswa diharuskan
Form, Video Call melalui Whattsapp, membaca (literasi) materi pembelajaran
dan pemberian tugas melalui Whattsapp yang disampaikan.
group kelas, tapi hasilnya masih belum Dengan memanfaatkan Sway yang
maksimal karena guru hanya tersedia di Microsoft 365 sangat
menyampaikan materi dengan ceramah mungkin dapat mengoptimalkan literasi
melalui video call dan siswa hanya digital dan jika dikaitkan dengan
mendengarkan penjelasan guru sehingga pembelajaran, maka dapat memotivasi
membosankan. Akibatnya siswa kurang siswa belajar di rumah. Literasi digital
termotivasi belajarnya dan berdampak atau disebut juga dengan literasi
yang mengumpulkantugas daring hanya informasi digital (Bawden, 2001:2)
sebagian darijumlah siswa di kelas. merupakan suatu konsep yang
Untuk itu, penulis selaku menjelaskan mengenai konsep literasi di
koordinator PKB (Pengembangan era digital. Konsep literasi yang bukan
Keprofesian Berkelanjutan) yang pernah hanya mengenai kemampuan untuk
mendapatkan pelatihan Microsoft 365 membaca saja melainkan membaca
dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya dengan makna dan mengerti.
sebelum pandemi berupaya menularkan Dengan memanfaatkan Sway
ilmu ke rekan sejawat di sekolah. Media sebagai media pembelajaran berwawasan
Sway ini menjadi pilihan terbaik dalam literasi diharapkan menjadi salah satu
pembelajaran jarak jauh, karena selama solusi meningkatkan literasi siswa dan
ini banyak keluhanorang tua dan siswa, memotivasi siswa belajar di rumah,
jika selama pembelajaran daring hanya Akhirnya penulis berkeyakinan akan
mengerjakan latihan soal tanpa membagikan pengalaman yang telah
memahami materi yang ada dalam dilaksanakan dalam sebuah karya Best

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 77


Practice yang berjudul “Implementasi biasanya hanya ceramah bisa
Media Sway Sebagai Media menggunakan media Sway ini.
Pembelajaran Berwawasan Literasi Pembelajaran lebih menarik dan materi
Digital Memotivasi Siswa Belajar Dari yang disampaikan ke siswa lebih mudah
Rumah.” dipahami. Selain itu siswa bisa membaca
materi melalui media Sway yang
PEMBAHASAN diberikan guru melalui Link.
Tahap perencanaan diawali dengan Tahap Evaluasi penggunaan media
desiminasi (pengimbasan) cara membuat Sway dilaksanakan setelah materi
bahan ajar menggunakan media Sway. disampaikan ke siswa. Penggunaan Sway
Semua guru kelas mendengarkan ini akan dievaluasi berdasarkan
bagaimana menggunakan media Sway kesaksian (testimoni) dari siswa, orang
ini untuk menyampaikan materi ke siswa. tua siswa maupun guru melalui lembar
Kebetulan penulis selaku koordinator angket dan wawancara untukmengetahui
umum dan koordinator pengembangan sejauh mana efektivitas media Sway
keprofesian berkelanjutan pernah dapat memudahkan siswa memahami
mendapatkan pelatihan Microsoft 365. materi selama pembelajaran daring.
Dalam Microsoft 365 initerdapat aplikasi Tahap implementasi penggunaan
Sway. media Sway sebagai media berwawasan
Langkah selanjutnya ialah literasi digital yang memotivasi siswa
menyusun materi pembelajaran yangakan belajar dari rumah secara ringkas
diimplementasikan dengan menggunakan disajikandalam bentuk tabel berikut ini :
media Sway, materi yang dipakai adalah Tabel. 1 Tahapan Implementasi
buku tema yang disesuaikan dengan Penggunaan media Sway sebagai
kompentesidasar pada tiap pembelajaran, media berwawasan literasi digital
untuk diampaikan ke siswa. Selajutnya memotivasi siswa belajar dari rumah
penggunaan Sway diberitahukan ke siswa Tahapan Kegiatan Metode
dan orang tua siswa melalui group Diseminasi Forum
tentang Diskusi Guru
whatsapp kelas. Pemberitahuan ini akan media Sway
menjelaskanlatar belakang diberikan link Menyusun Forum
Sway. Pemberian materi yang tidak selalu Perencanaan materi diskusi
soal-soal akan memotivasi siswa belajar bahan ajar
dari rumah. Hal ini akan membuat siswa Sosialisasi Media sosial
lebih memahami materi sebelum kepada (Whatsaap
siswa dan Group Kelas)
menjawab soal dan menumbuhkan orang tua
kemampuan literasi. Literasi tidak hanya Media Sway Presentasi
membaca, namun juga memahami materi bahan ajar melalui
dan menulis kembali dengan menjawab berbasis zoom
pertanyaan dari materi bacaan. Setelah Pelaksanaan literasi
Penilaian Evaluasi
semua disepakati, guru kelas saling hasil ditautkan di
berdiskusi membuat media Sway bahan belajar Sway
ajar untuk menyampaikan materi ke Evaluasi Hasil Inventarisasi
siswa. Belajar hasil belajar
Tahap pelaksanaan penggunaan Siswa Siswa
media Sway pada saat melakukan tatap
muka secara online dapat diprentasikan Menggunakan media Sway dapat
guru ke siswa. Pada saat tatap muka meningkatkan semangat pembelajaran
secara onlie bisa melalui zoom atau yang siswa. Siswa dapat mengasah
terbaru rapat melalui team, guru yang kemampuan literasi dengan menceritakan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 78


kembali isi dongeng yang ada di materi Tabel 3 Penggunaan media Sway
Sway. Terdapatbanyak gambar- sebagai media berwawasan literasi
gambar menarik untuk menambah digitalmemotivasi siswa Belajar Dari
kejelasan materi ada video pembelajaran Rumah
yang sudah sesuai dengan kompetensi Uraian Sebelum Setelah
dasar yang diajarkan. Tanpa zoom atau menggunaka menggunaka
n media n media
meet siswa dapat mendengar suara Sway Sway
intruksi guru tentang isi materi di Sway.
Tabel 2 Keaktifan 75% 90%
Siswa
Indikator dan Tingkat keberhasilan
penggunaan Media Sway sebagai Peran orang
tua dalam 70% 85%
media berwawasan literasi digital bagi pembelajaran
siswa selama Belajar Dari Rumah
Uraian Indikator Tingkat
Keberhasil Keberhasil Guru terbiasa
an an dengan
Pengetahuansis 60% 75% perangkat 80% 90%
wa, orang tua teknologi
dan guru
tentang media
Hasil belajar
Sway
siswa sesuai
Siswa dan 70% 85%
KKM 80% 90%
orang tua dapat
(Kriteria
mengakses
Ketuntasan
penggunaan
Minimal)
media Sway di
HP
Siswa dapat 75% 85%
mengerjakan Media Sway dapat memotivasi
evaluasi yang belajar siswa dari rumah dapat dilihat dari
ada di tautan peningkatan keaktifan siswa dalam
media Sway mengerjakan tugas siswa di materi Sway,
Ketuntasan 75% 90%
hasil belajar peran orang tua yang memberikan
siswa setelah pendampingan saat belajar di rumah
menggunakan dengan membuka kembali materi Sway,
media Sway Guru sudah terampil membuat materi
Penggunaan 75% 85% bahan ajar Sway sehingga materi dapat
media Sway
mempermudah
disampaikan ke siswa sehingga hasil
siswa belajar belajar yang diperoleh siswa mencapai
dari rumah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal).
Media Sway bisa mempermudah
siswa belajar dari rumah dinyatakan PENUTUP
dalam tabel berikut ini. Pandemi covid-19 membuat
perubahan cara belajar, yangsebelumnya
belajar melalui tatap muka menjadi
pembelajaran daring. Pemerintah
membuat kebijakan pembelajaran daring
dengan Belajar Dari Rumah dalam
rangka memutus mata rantai penyebaran
virus. Hal ini membuat pendidik mencari
solusi agar dapat menyampaikan materi
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 79
ajar ke siswa dengan baik. Salah satunya tua juga dibutuhkan demi keberlang-
menggunakan media dalam proses sungan pembelajaran daring. Sekolah
pembelajaran. Penggunaan media yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya
inovatif dan efektif dapat memotivasi manusia dengan memberikan pelatihan
belajar siswa dari rumah. Media yang yang dapat menunjangketerampilan guru
berbasis teknologi sangat tepat digunakan membuat inovasi pembelajaran, salah
pada saat pembelajaran daring yaitu satunya membuat media yang inovatif.
media Sway. Guru menjadi kreatif dan terampil dalam
Pada pemaparan Pembahasan di menggunakan perangkat media berbasis
atas dapat disimpulkan penggunaan teknologi.
media Sway sebagai media berwawasan Kebijakan pemerintah daerah dan
literasi digital dapat memotivasi siswa pusat, sebaiknya mendorong lahirnya
belajar dari rumah dapat diwujudkan guru-guru yang kreatif dengan membuat
melalui serangkaian tahapan yaitu tahap media berbasis multimedia yang lebih
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. menarik dankarya asli anak bangsa.
Tahap perencanaan diawali dengan
desiminasi (pengimbasan) cara membuat DAFTAR PUSTAKA
bahan ajar menggunakan media Sway Ardian, dkk. 2020. Pemanfaatan
selanjutnya menggunakan media Sway Microsoft Sway dan Microsoft
pada saat melakukan tatap muka secara Form sebagai Media Interak-tif
online yang dapat diprentasikan guru ke dalam Pembelajaran Sejarah
siswa, sebaliknya siswa dapat membaca Diakses pada 27 Februari
kembali materi Sway. Tahap evaluasi 2020. Dari
Penggunaan Sway ini akan dievaluasi http://jurnal.unsil.ac.id/index.ph
berdasarkan kesaksian (testimony) dari p/bihari/article/view/2520/1543
siswa, orang tua siswa maupun guru
melalui lembar angket dan wawancara Kemendikbud. Gerakan Literasi
untuk mengetahui sejauh mana efektifitas Nasional. Diakses pada 28
media Sway dapat memudahkan siswa Februari dari
memahami materi selama pembelajaran https://gln.kemdikbud.go.id/gln
daring. site/ buku-literasi-digital/
Penggunaan media Sway terbukti
dapat memotivasi siswa belajar dari Rusli, Dadang, dkk. 2017. Multimedia
rumah karena dengan penggunaan media Pembelajaran yang Inovatif.
Sway siswa aktif dalam mengumpulkan Penerbit Andi dan Stikom Bali.
tugas dan hasil belajar mengalami
peningkatan, peran orang tua
mendampingi siswa bertambah,
keterampilan guru membuat materi
bahan ajar berbasis teknologi meningkat,
serta hasil belajar siswa yang melampaui
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
meningkat.
Guru harus meningkatkan potensi
dirinya dalam melakukan inovasi dalam
pembelajaran. Kerjasama dan diskusi
dengan rekan sejawat dapat mengatasi
kendala-kendala yang ditemui di
pembelajaran daring. Dukungan orang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 80


ISSN : 2337-3253

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENEMUKAN IDE POKOK TEKS


DISKUSI DENGAN TEKNIK PTT MELALUI MICROSOFT TEAMS
(Siti Ulfah)

ABSTRACT
The low level of intensive reading skills to find main ideas is due to the fact that the learning
techniques used by the teacher are still not suitable. To overcome the low level of intensive
reading skills to find the main idea, the researcher provided a solution using the PTT (Applause
Game) technique through Microsoft Teams. The problems are (1) whether the use of the PTT
technique through Microsoft Teams can improve the skills to find the main idea of discussion text
in class IX-I students of SMP Negeri 16 Surabaya ?; (2) how are the steps to improve the skills
to find the main idea of discussion text with the PTT technique through Microsoft Teams for class
IX-I students of SMP Negeri 16 Surabaya? While the subject of this research is the skills to find
the main ideas of students in class IX-I SMP Negeri 16 Surabaya for the 2020/2021 school year.
The results of this study show that students who achieve grades with the predicate Poor (K) are
still very large, namely 50%, while in the first cycle students with the predicate Good (B) have
reached 76% and in the second cycle students who obtain grades with the predicate Good (B)
reached 60%, and those who obtained the Very Good Predicate (SB) experienced an increase of
40%. Meanwhile, the behavior of class IX-I students of SMP Negeri 16 Surabaya even semester
of the 2020/2021 academic year after participating in learning skills to find the main idea using
the PTT (Clapping Game) technique experienced very significant changes.

Keywords : main idea, ptt (applause game) technique, microsoft teams

PENDAHULUAN seorang guru diperlukan agar orang tua di


Belajar merupakan kegiatan utama rumah dapat membimbing anak-anaknya
dari keseluruhan proses pendidikan di tetap melakukan aktivitas pembelajaran.
sekolah bertujuan untuk meningkatkan Berdasarkan pengamatan pada saat
pengetahuan dan keterampilan, serta pembelajaran jarak jauh mata pelajaran
mengubah tingkah laku siswa. Kegiatan Bahasa Indonesia dapat diperoleh hasil
pembelajaran memerlukan keaktifan bahwa 1) siswa masih kesulitan
belajar, partisipasi dan komunikasi menemukan ide pokok dalam bacaan,
interaktif antara guru dan siswa. Di masa padahal kemampuan menemukan ide
pandemi covid-19 sekarang ini, pokok setiap paragraf sangat penting
pemerintah telah mengubah sistem karena akan mempermudah seseorang
pembelajaran di sekolah, dari dalam memahami dan menyimpulkan
pembelajaran tatap muka menjadi maksud atau isi dari keseluruhan
pembelajaran jarak jauh. Hal ini telah wacana yang dibaca, 2) siswa kurang
dituangkan dalam Surat Edaran semangat dengan aktivitas belajar dari
Mendikbud SE 4 Tahun 2020 tentang rumah karena tidak bisa bertemu dengan
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan guru dan teman-temannya, 3)
dalam Masa Darurat Penyebaran penggunaan model mengajar yang
Coronavirus Disease (COVID-19). bertolak pada pemberian tugas melalui
pandemik semua aktivitas utamanya WA, cenderung kurang menarik sehingga
berada di rumah. siswa malas untuk belajar, 4) strategi
Pembelajaran dari rumah tidaklah pembelajaran online yang kurang
mudah. Terbiasa melakukan pembela- menarik sehingga siswa enggan
jaran di kelas secara langsung, lantas kini berpartisipasi dalam pembelajaran.
dilakukan secara tidak langsung, dari Demikian juga dengan kemampuan
jarak jauh, perlu teknik sendiri. Peran siswa kelas IX-I SMP Negeri 16

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 81


Surabaya dalam memahami wacana tulis menggunakan Indonesia siswa kelas IX-I
untuk menemukan ide pokok tampaknya SMP Negeri 16 Surabaya, 2) untuk
masih kurang maksimal. Siswa masih mendeskripsikan langkah-langkah me-
merasa kesulitan menemukan ide pokok ningkatkan keterampilan menemukan ide
dengan tepat. Kemampuan siswa dalam pokok dengan menggunakan teknik PTT
menemukan ide pokok masih sangat (Permainan Tepuk Tangan ) melalui
rendah. Banyak siswa yang masih belum microsoft teams mata pelajaran Bahasa
tahu paragraf dalam sebuah teks dan menggunakan Indonesia siswa kelas IX-I
siswa juga belum bisa mengetahui SMP Negeri 16 Surabaya.
kalimat utama dalam paragraf apalagi Berdasarkan latar belakang di atas,
mampu menemukan ide pokok. Mereka peneliti bermaksud mengadakan
sering menganggap bahwa ide pokok penelitian guna meningkatkan
hanya terdapat di awal atau akhir keterampilan menemukan ide pokok
paragraf. Padahal, ide pokok pada sebuah siswa kelas IX-I SMP Negeri 16
paragraf dapat berada di awal pragaraf, di Surabaya menggunakan teknik PTT
tengah paragraf, di akhir paragraf, di awal (Permainan Tepuk Tangan ) melalui
dan di akhir paragraf, atau keseluruhan isi mikrosoft teams. Hal tersebut bertujuan
paragraf merupakan gagasan utama untuk mencapai kompetensi dasar
sebuah paragraf. kurikulum dalam mengidentifikasi ide
Hal ini terlihat saat proses pokok dari sebuah teks bacaan.
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas,
didapatkan bahwa kemampuan siswa KAJIAN TEORI
dalam menemukan ide pokok masih 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa
rendah. Sebelum dikenai tindakan hanya Indonesia
40% siswa yang dapat terlihat mampu Pembelajaran merupakan usaha
menemukan ide pokok dari paragraf guru dalam mengkondisikan siswa
dengan benar dengan nilai rata- rata kelas untuk belajar sehingga pembelajaran
75. Dari 42 siswa, dengan nilai KKM 80 akan bertumpu pada dua hal: siswa dan
cuma ada 18 siswa yang memenuhi nilai materi. Hal ini dikemukakan oleh
kriteria ketuntasan minimal dan 24 Resmini dkk. (2009, hal.28) bahwa
siswa lainya masih dibawa nilai (KKM) “Hakikat pembelajaran bahasa dan
ketika pembelajaran berlangsung. sastra Indonesia di SMP merupakan
Untuk mengatasi hal tersebut, bentuk penerapan kurikulum; bentuk
penulis akan menggunakan teknik pencapaian tujuan mata pelajaran
pembelajaran untuk menemukan ide bahasa Indonesia; upaya peningkatan
pokok paragraf dalam bacaan yaitu teknik kemampuan siswa dalam mencapai
PTT (Permainan Tepuk Tangan) melalui tujuan mata pelajaran bahasa
mikrosoft teams. Hal ini dilakukan Indonesia.
dengan harapan hasil belajar yang dicapai 2. Keterampilan Menemukan Ide
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok
aspek membaca khususnya materi Keterampilan menemukan ide
menemukan ide pokok paragraf dalam pokok paragraf termasuk dalam
bacaan dapat meningkat. lingkup keterampilan membaca.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Dalam aspek membaca siswa
untuk mendeskripsikan peningkatan memperoleh informasi yang mereka
membaca intensif menemukan ide pokok perlukan dengan cepat dan tepat.
paragraf menggunakan teknik PTT Disamping pengenalan huruf, kata
(Permainan Tepuk Tangan) melalui dan kalimat salah satu tujuan
microsoft teams mata pelajaran Bahasa membaca adalah tercapainya salah

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 82


satu kompetensi siswa menemukan c) Guru memberi peserta didik
kalimat utama paragraf yang sebuah teks diskusi dengan
mengandung ide pokok. Adapun melalui group WA
indikator keterampilan menemukan d) Seluruh siswa menyimak
ide pokok paragraf yakni: mampu penjelasan dan contoh dari guru
mengembangkan kemampuan tentang pembelajaran menemu-
berpikir dalam menjawab pertanyaan kan kata kunci dan ide pokok dari
yang berhubungan dengan teks setiap paragraf dalam sebuah teks
bacaan, mampu memahami dan diskusi serta menyimpulkan isi
menjelaskan isi teks, mampu teks diskusi.
menganalisis setiap paragraf dan e) Peserta didik membaca teks
menemukan kalimat utama serta ide diskusi yang telah dikirim oleh
pokoknya. guru
3. Teks Diskusi f) Setelah peserta didik membaca
Dalam buku Bahasa Indonesia teks diskusi, guru meminta
Kurikulum 2013 disebutkan bahwa peserta didik untuk mencari kata
teks diskusi adalah sebuah teks yang kunci pada setiap paragraf
memberikan dua pendapat berbeda g) Guru meminta peserta didik untuk
mengenai suatu hal (satu “pro dan memberikan tanda berupa garis
satu” kontra) yang menyebabkan merah pada setiap kata kunci yang
kedua belah pihak menjadi saling ditemukan.
membicarakan masalah yang sedang h) Setelah semua peserta didik sudah
dipersoalkan Atau bisa menemukan dan memberi tanda
juga didefinisikan sebagai tulisan garis merah pada kata kunci yang
yang mengulas sebuah masalah (isu) ditemukan, kemudian peserta
dengan disertai argumen/pendapat didik disuruh berhenti mengerja-
baik yang mendukung maupun yang kan dan fokus pada teks tersebut
menentang isu tersebut serta diakhiri i) Selanjutnya setiap siswa
dengan simpulan atau rekomendasi menunjukkan kata kunci yang
penulis. telah ditemukan melalui layar
4. Permainan Tepuk Tangan dalam teams
Pembelajaran Bahasa Indonesia di j) Setelah guru mengoreksi kata
microsoft teams. kunci yang ditemukan para
Permainan tepuk tangan dalam peserta didik, kemudian siswa
pembelajaran bahasa Indonesia disuruh menyimak penuh
melalui microsoft teams membutuh- konsentrasi
kan peran guru sebagai pembimbing k) Guru share content file teks
untuk menemukan ide pokok diskusi yang sudah ditandai garis
berdasarkan kata kunci yang merah pada kata kunci
ditemukan dalam setiap paragraf. Cara l) Guru membacakan teks diskusi,
guru mengajak siswa untuk bertepuk dan pada saat guru menyebut kata
tangan dengan langkah-langkah yang merupakan kata kunci maka
sebagai berikut: siswa bertepuk tangan secara
a) Guru membagikan link teams bersama-sama. Hal itu dilakukan
meeting kepada peserta didik berulang kali pada setiap kata
melalui group WA kunci dibaca oleh guru. Dengan
b) Guru membuka dan memulai bertepuk tangan saat kata kunci
teams meeting dan peserta didik dibaca oleh guru, maka siswa
bergabung akan merasa senang dan tidak

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 83


bosan dalam belajar juga akan penutup, (3) observasi (observing),
lebih mengingat kata-kata kunci yaitu mengamati perilaku siswa-siswi
yang telah ditemukan. dalam mengikuti kegiatan proses
m) Selanjutnya siswa menentukan belajar mengajar dan memantau
ide aktifitas guru dalam mengelolah
n) pokok tiap paragraf berdasarkan pembelajaran yang telah dirancang
kata kunci yang telah ditemukan. sesuai, dan (4) refleksi (reflecting),
o) Siswa menyimpulkan isi teks pengamatan untuk menemukan
diskusi. penyebab mencari jalan pemecahanya.
5. Apa itu Microsoft Teams?
Microsoft Teams adalah sebuah B. Setting Penelitian dan Karakteristik
platform komunikasi dan kolaborasi Subjek Penelitian
terpadu yang menggabungkan fitur 1. Lokasi penelitian
percakapan kerja, rapat video, Lokasi penelitian ini
penyimpanan berkas (termasuk dilakukan di SMP Negeri 16
kolaborasi berkas) dan integrasi Surabaya yang berlokasi di Jl.
aplikasi. Microsoft Teams ini Mastrip Bogangin I Kedurus
terintegrasi dengan rangkaian Kecamatan Karangpilang
produk Microsoft 365. Selain itu juga Surabaya.
dapat diintegrasikan dengan produk 2. Subjek Penelitian
selain buatan Microsoft. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IX-I SMP Negeri 16
METODE PENELITIAN Surabaya. Jumlah siswa ada 42
A. Desain Penelitian orang yang terdiri atas 18 puteri dan
Penelitian ini dirancang dengan 24 putera. Mata pelajaran yang
menggunakan model kurt lewin dijadikan objek penelitian adalah
dengan siklus PTK yang mata pelajaran bahasa Indonesia
dikembangkan oleh Kurt Lewin, yang kelas IX materi menemukan ide
menyatakan bahwa dalam satu siklus pokok dalam teks diskusi.
terdiri atas empat langkah pokok,
yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) C. Instumen Penelitian
aksi atau tindakan (Acting), 3) Penelitian ini menggunakan
observasi (observing), dan 4) refleksi instrumen tes dan nontes. Untuk
(reflecting). evaluasi diberikan saat akhir
Dalam penelitian ini pembelajaran yang 10 soal essay.
menyatakan bahwa dalam satu siklus Untuk skor setiap butirnya 10. Maka,
terdiri dari empat bagian pokok yaitu: jika siswa mengerjakanya benar
(1) perencanaan(planning) yang semua akan mendapat skor maksimal
terdiri dari membuat rencana 100. Untuk evaluasi dapat dihitung
pelaksanaan pembelajaran (rpp), menggunakan rumus:
mempersiapkan fasilitas dari sarana
pendukung yang diperlakukan di
kelas, mempersiapkan instrumen
untuk melakukan proses tindakan, (2)
aksi, tindakan (acting) yang meliputi
pelaksanaan tindakan yang telah
dirumuskan dalam rpp dalam situasi
yang actual, yang meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 84


Tabel 3.1 Aspek dan Skor Penilaian yang tidak
Skor sesuai
No. Aspek Penilaian teks
Maksimal
1 Menemukan ide 100 1 Ada ≥ 3 Kurang
pokok dalam teks ide pokok
2 bacaan 100 yang tidak
Menyimpulkan isi sesuai
bacaan dalam bentuk teks
ringkasan 3 Ejaan 4 Semua Sangat
benar pengguna Baik
an ejaan
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian benar
Keterampilan Membaca Intensif 3 Ada 1 Baik
Untuk Menemukan Ide pokok pengguna
Skala Bobot Skor an ejaan
No Aspek
1 2 3 4 tidak
benar
Ide
2 Ada 2 Cukup
1 pokok 25 100
pengguna
jelas
an ejaan
Sesuai tidak
2 dengan 25 100 benar
teks bacaan
Ejaan 1 Ada ≥3 Kurang
3 25 100
benar pengguna
an ejaan
tidak
Tabel 3.3 Pedoman Kategori Penilaian
benar
Membaca Intensif untuk Menemukan
Ide pokok
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian
Aspek
No Skala Katego Menyimpulkan Isi Bacaan dalam
Penilaia Kriteria
. Nilai ri Bentuk Ringkasan
n
1 Ide 4 Ide pokok Sangat Skala
No Aspek Bobot Skor
pokok semua Baik 1 2 3 4
jelas jelas Rasionalit
3 Ada satu Baik 1 25 100
as kalimat
ide pokok Keurutan
yang tidak kalimat
jelas 2 25 100
dalam
2 Ada dua Cukup paragraf
ide pokok Kesesuaia
yang tidak n kalimat
jelas 3 25 100
dengan isi
1 Ada ≥ 3 Kurang bacaan
ide pokok
yang tidak
jelas
2 Sesuai 4 Ide pokok Sangat
dengan sesuai Baik
teks dengan
teks
3 Ada 1 ide Baik
pokok
yang tidak
sesuai
teks
2 Ada 2 ide Cukup
pokok
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 85
Tabel 3.5 Pedoman Kategori Penilaian isi bacaan
Menyimpulkan Isi Bacaan Dalam 3 Ada 1 Baik
kalimat
Bentuk Ringkasan yang
Skal
No Aspek Katego tidak
a Kriteria
. Penilaian ri sesuai
Nilai dengan
1 Rasionalit 4 Semua Sangat isi bacaan
as kalimat kalimatny Baik
2 Ada 1 Cukup
a logis kalimat
3 Ada satu Baik yang
kalimat tidak
yang sesuai
tidak dengan
logis isi bacaan
2 Ada dua Cukup 1 Ada ≥3 Kurang
kalimat kalimat
yang yang
tidak tidak
logis sesuai
1 Ada ≥ 3 Kurang dengan
kalimat isi bacaan
yang
tidak
logis Dari semua skor yang diperoleh diubah
2 Keurutan 4 Paragrafn Sangat dalam bentuk nilai dengan rumus:
kalimat ya Baik
Jumlah skor
dalam dibentuk Nilai = x
paragraf oleh
kalimat-
100% Skor ideal
kalimat
yang Tabel 3.6 Kategori Penilaian
semuanya Membaca Intensif untuk Menemukan
urut Ide pokok dan menyimpulkan teks
3 Ada 1 Baik
pasang
diskusi
No Kategori Skala
kalimat
dalam 1 Sangat baik 91 – 100
paragraf 2 Baik 81 – 90
yang 3 Cukup
tidak urut 4 Kurang 71 – 80
2 Ada 2 Cukup 61 – 70
pasang
kalimat
dalam
paragraf Instrumen Non-tes
yang Bentuk instrumen nontes yang
tidak urut
1 Ada ≥ 3 Kurang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pasang pedoman observasi, lembar jurnal,
kalimat pedoman wawancara, dan dokumentasi
dalam foto.
paragraf
yang
tidak urut
D. Teknik Pengumpulan Data
3 Kesesuaia 4 Semua Sangat Teknik pengumpulan data yang
n kalimat kalimat Baik digunakan oleh peneliti dalam
dengan isi sesuai pembelajaran membaca intensif untuk
bacaan dengan menemukan ide pokok meliputi dua
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 86
teknik, yaitu teknik tes dan teknik Aspek Menemukan Ide pokok dalam
nontes. Teks Diskusi
Hasil penilaian tes pada aspek
E. Teknik Analisis Data menemukan ide pokok dapat dilihat pada
Analisis dan pengolahan data tabel berikut ini.
yang dilakukan peneliti dalam Tabel 4.3 Hasil Tes Membaca Aspek
penelitian ini adalah teknik kuantitatif Menemukan Ide Pokok Teks Diskusi
dan teknik kualitatif. Analisis data Siklus I
secara kuantitatif artinya langkah No Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak
untuk menganalisis data berupa angka Tuntas
1 Aqila Eka 83 V
yang diperoleh dari tertulis berdasar Susanto
rata rata nilai kelas. Data pendukung 2 Ardenta 82 V
berasal dari menganalisis data nontes Nafisfatulloh
yang diperoleh melalui kegiatan 3 Ardika Dian 81 V
observasi, wawancara, dan jurnal. Maulana
4 Ardita Putri 82 V
Bayu Wibumi
HASIL PENELITIAN DAN 5 Ariel Renjiro 92 V
PEMBAHASAN Andromeda
A. HASIL PENELITIAN Nuriman
Siklus I 6 Arif 81 V
a. Tahap Perencanaan Shalihuddin
Pada kegiatan perencanaan 7 Arimbie 94 V
Mayang Sari
peneliti dan guru kolaborator Rahardjo
menentukan waktu dan strategi yang 8 Ariq Endri 77 V
disepakati untuk dilaksanakan pada Faishal
siklus I. Hasil diskusi peneliti dan 9 Arrynda Fitri 83 V
guru kolaborator, menyepakati bahwa Angelica
10 Bela Setya 85 V
penelitian siklus 1 dilaksanakan pada Kusumaningrum
hari Kamis , tanggal 21 Januari 2021. 11 Daffa Alifdio 84 V
Berdasarkan latar belakang masalah Ramaadzani
maka dapat menyelesaikan 12 Damar Ariyanto 82 V
pembelajaran perbaikan dengan 13 Damas Jaya 81 V
menggunakan teknik pembelajaran Saputra
14 Eka Nuraini 82 V
PTT (Permainan Tepuk Tangan). 15 Eka Setya Yuda 85 V
b. Tahap Pelaksanaan Tama
Pelaksanaan siklus I peneliti dan 16 Fatma Nur 92 V
guru kolaborator melaksanakan Ainni
kegiatan pembelajaran di kelas IX-I 17 Favian Xavier 87 V
SMP Negeri 16 Surabaya. Pada Ghani
18 Feby Nurfarina 86 V
pelaksanaan siklus I dalam PTK, Iskandar
peneliti diberikan wewenang untuk 19 Habibie Aryo 84 V
melaksanakan proses pembelajaran. Syahputra
Guru kolaborator sebagai observer dan 20 Kariza Ninda 88 V
pendamping jalannya kegiatan Anayu
penelitian Pertemuan pertama siklus I 21 Laura Dwi 87 V
Riska
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal Wulandari
21 Januari 2021 jam pertama dan 22 Millah 90 V
kedua. Hanifiyah
Ramadanti

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 87


23 Muhammad 82 V Tabel 4.4 Siklus I Keterampilan
Hilal Menemukan Ide Pokok Teks Diskusi
Taufiqurrahman Rentang
24 Muhammad 81 V No Kategori Frekuensi Persentase
Nilai
Nassor Sangat 7 17%
25 Muhammad 83 V 1 91 – 100
Baik
Rizqi An Nizar
26 Naila Alya 84 V 2 81 – 90 Baik 32 76%
Fitriansyah 3 71 – 80 Cukup 3 7%
27 Naila Dita 85 V
Azzahra 4 61 – 70 Kurang - -
28 Nico Abhirama 78 v
Wibowo
29 Nilam Rahma 92 V Tabel 4.9 Siklus I Menyimpulkan Isi
Prameswari Bacaan dalam Bentuk Ringkasan
30 Palupy Silastuti 87 V Rentang
No Kategori Frekuensi Persentase
Arjantie Nilai
31 Pandu Winata 86 V Sangat - -
1 91 – 100
Krisna Putra Baik
32 Raffel Arya 88 V 2 81 – 90 Baik 29 69%
Revangga
33 Raffi Anantha 93 V 3 71 – 80 Cukup 13 31%
Setiawan 4 61 – 70 Kurang - -
34 Riko Bagus Tri 83 V
Pangabdi
Priyono c. Tahap Observasi
35 Rio Irlanda 86 V Data non tes siklus I diperoleh
36 Salsabilla 82 V melalui obsevasi yang dilakukan
Diflay
Wijayanto selama proses pembelajaran yang
37 Salsha Nur 91 V berupa observasi, jurnal, wawancara,
Zahlia dan dokumentasi foto. Berikut
38 Sheli Dia 86 V pemaparan data non-tes
Saputri tersebut.Berdasarkan tabel 4.13
39 Tsany Deni 82 V
tersebut dapat diketahui bahwa siswa
Mahardika
40 Wahyu 91 V yang menerapkan teknik PTT
Sributomo (Permainan Tepuk Tangan melalui
41 Zahra 86 V microsoft teams hanya sebagian dari
Pramatatya jumlah keseluruhan siswa. Hal ini
Soenarko mungkin karena mereka baru
42 Zaki Akmal 79 v
Wasesa
mengenal metode dan teknik yang
diajarkan oleh guru. Jadi, siswa harus
Dari hasil tes siklus I tersebut beradaptasi dengan metode dan teknik
diketahui bahwa nilai siswa dalam yang baru diajarkan itu. Jumlah siswa
keterampilan membaca aspek yang menerapkan metode dan teknik
menemukan ide pokok dengan pembelajaran ini sebesar 57% atau 24
menggunakan menggunakan teknik PTT siswa, sedangkan sisanya 43% atau 18
(Permainan Tepuk Tangan) melalui siswa tidak menerapkan metode dan
microsoft teams. Skor siswa yang dicapai teknik pembelajaran yang diajarkan
pada rentang 71 – 80 masih 7%. Hal ini oleh guru.
dapat diketahui pada tabel berikut. Pada saat teberlangsung, yaitu
menemukan ide pokok dan
menyimpulkan isi teks bacaan dalam
bentuk ringkasan siswa yang benar-
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 88
benar serius dan tidak serius dengan teknik PTT (Permainan Tepuk
jumlahnya sama, yaitu 42 siswa atau Tangan melalui microsoft teams,
sebesar 100%, meskipun ada siswa tetapi ada pula siswa yang masih
yang kurang paham dalam belum tertarik dengan pembelajaran
mengerjakan tes tersebut. tersebut, karena berbagai alasan
seperti masih belum paham cara
d. Tahap Refleksi menemukan ide pokok dalam teks
Pembelajaran menemukan ide diskusi, tetapi masih malu untuk
pokok dengan menggunakan metode bertanya. Keaktifan siswa dalam
teknik PTT (Permainan Tepuk Tangan bertanya nantinya perlu ditingkatkan
melalui microsoft teams pada siklus I pada siklus II. Selain itu, masih ada
dapat diketahui bahwa metode dan beberapa siswa yang masih sulit
teknik yang digunakan guru cukup berkonsentrasi pada waktu
disukai siswa. Hal ini terlihat pada pembelajaran dan masih ada yang
minat dan antusias siswa pada saat tidak menyalakan kamera waktu
mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran. Untuk memperbaiki
hasil tes di akhir pembelajaran siklus I perilaku siswa agar lebih ke arah
membuktikan bahwa dengan teknik positif maka pada pembelajaran
PTT (Permainan Tepuk Tangan menemukan ide pokok dengan teknik
melalui microsoft teams yang PTT (Permainan Tepuk Tangan
diperoleh mengalami peningkatan dari melalui microsoft teams siklus II
prasiklus. Hasil tes keterampilan nantinya akan direncanakan
membaca intensif secara klasikal pembelajaran yang lebih matang.
sudah menunjukkan ketegori cukup Pemberian reward bagi siswa yang
baik dari tiap aspeknya. Namun, mendapat nilai bagus. Penciptaan
keterampilan membaca siswa dalam suasana yang lebih kondusif, proses
menentukan kata kunci perlu pembelajaran yang lebih menarik dan
diperbaiki. Hal itu terlihat ketika menyenangkan.
proses membaca menentukan kata
kunci, siswa masih tidak Siklus II
menggunakan tanda warna merah atau Berikut tabel nilai hasil
tanda lain, sehingga siswa terkadang pembelajaran membaca untuk
lupa dengan kata kunci yang telah menemukan ide pokok teks diskusi
ditentukan, dan kurang konsentrasi dengan menggunakan teknik PTT
terhadap teks bacaan. Kebiasaan- (Permainan Tepuk Tangan) melalui
kebiasaan buruk dalam membaca dan microsoft teams pada siklus II terdiri atas
menentukan kata kunci yang data tes dan data nontes dengan hasil
dilakukan siswa nantinya harus penelitian sebagai berikut.
diperbaiki ke arah yang lebih baik
pada siklus II. Aspek Menemukan Ide pokok dalam
Berdasarkan hasil observasi, Teks Diskusi
wawancara, jurnal, dan dokumentasi Hasil penilaian tes pada aspek
foto diperoleh hasil perubahan tingkah menemukan ide pokok dapat dilihat pada
laku dalam pembelajaran menemukan tabel berikut ini.
ide pokok masih tergolong cukup dan
belum mengalami perubahan yang
berarti. Beberapa siswa tertarik
dengan pembelajaran membaca
intensif untuk menemukan ide pokok

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 89


Tabel 4.14 Hasil Tes Membaca Aspek Fitriansyah
Menemukan Ide Pokok Teks Diskusi 27 Naila Dita 92 v
Azzahra
Siklus II
28 Nico Abhirama 81 v
No Nama siswa Nilai Tuntas Tidak
Wibowo
Tuntas
29 Nilam Rahma 93 v
1 Aqila Eka 91 V
Prameswari
Susanto
30 Palupy Silastuti 87 v
2 Ardenta 83 V
Arjantie
Nafisfatulloh
31 Pandu Winata 87 v
3 Ardika Dian 81 V
Krisna Putra
Maulana
32 Raffel Arya 92 v
4 Ardita Putri 92 V
Revangga
Bayu Wibumi
33 Raffi Anantha 96 V
5 Ariel Renjiro 93 V
Setiawan
Andromeda
34 Riko Bagus Tri 85 V
Nuriman
Pangabdi
6 Arif Shalihuddin 81 v
Priyono
7 Arimbie 95 v
35 Rio Irlanda 86 V
Mayang Sari
36 Salsabilla 83 V
Rahardjo
Diflay
8 Ariq Endri 81 v
Wijayanto
Faishal
37 Salsha Nur 94 V
9 Arrynda Fitri 84 v
Zahlia
Angelica
38 Sheli Dia 86 V
10 Bela Setya 85 v
Saputri
Kusumaningrum
39 Tsany Deni 84 V
11 Daffa Alifdio 85 v
Mahardika
Ramaadzani
40 Wahyu 93 V
12 Damar Ariyanto 83 v
Sributomo
13 Damas Jaya 81 v
41 Zahra 91 V
Saputra
Pramatatya
14 Eka Nuraini 83 v Soenarko
15 Eka Setya Yuda 91 v 42 Zaki Akmal 81 V
Tama
Wasesa
16 Fatma Nur 94 v
Ainni
17 Favian Xavier 92 v Dari hasil tes siklus II tersebut diketahui
Ghani bahwa nilai siswa dalam keterampilan
18 Feby Nurfarina 88 v membaca aspek menemukan ide pokok
Iskandar dengan menggunakan teknik PTT (Permainan
19 Habibie Aryo 84 v
Syahputra
Tepuk Tangan) melalui microsoft teams. Skor
20 Kariza Ninda 91 v siswa yang dicapai pada rentang 91 -100 ada
Anayu kenaikan. Hal ini dapat diketahui pada tabel
21 Laura Dwi 88 v berikut.
Riska Wulandari Tabel 4.15 Siklus II Keterampilan
22 Millah 92 v Menemukan Ide Pokok Teks Diskusi
Hanifiyah Rentang
Ramadanti No Kategori Frekuensi Persentase
Nilai
23 Muhammad 82 v 91 - Sangat 17 40,47%
Hilal 1
100 Baik
Taufiqurrahman
24 Muhammad 81 v 2 81 - 90 Baik 25 59,52%
Nassor 3 71 - 80 Cukup - -
25 Muhammad 91 v
Rizqi An Nizar 4 61 - 70 Kurang - -
26 Naila Alya 85 v

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 90


Tabel 4.20 Siklus II Menyimpulkan Isi Gambar 4.1 Grafik Hasil Belajar
Bacaan dalam Bentuk Ringkasan Membaca intensif untuk menemukan
Renta Ide Pokok ( Perbandingan Pra-siklus,
N Katego Frekue Persent
ng Siklus I, dan Siklus II )
o ri nsi ase
Nilai
91 - Sangat 12 28,57% 100%
1
100 Baik 80% Sangat baik
2 81 - 90 Baik 20 71,24% 60%
Baik
71 – 40%
3 Cukup - - Cukup
80
20%
61 – Kuran Kurang
4 - - 0%
70 g
Pra Siklus
SiklusSiklus
I II
Data non tes pada siklus II
diperoleh melalui observasi , jurnal guru,
2. Perubahan Perilaku Siswa
jurnal siswa, wawancara, dan
dokumentasi foto. Berikut pemaparan Peningkatan keterampilan mem-
data nontes tersebut. Dalam siklus II ini, baca intensif untuk menemukan ide
guru mencoba mengembangkan dan pokok diikuti pula dengan adanya
mengemas teknik PTT (Permainan tepuk perubahan tingkah laku siswa dari
Tangan) melalui microsoft teams ini prasiklus sampai dengan tindakan
menjadi lebih kreatif dan menarik, siklus II. Pada kondisi awal sebelum
sehingga membuat siswa lebih senang dilaksanakan tindakan dapat diketahui
pada saat pembelajaran berlangsung. bahwa sebagian besar siswa kurang
berminat dalam mengikuti
B. Pembahasan pembelajaran membaca intensif.
1. Peningkatan Keterampilan Mene- Mereka terlihat tidak bersemangat dan
mukan Ide Pokok Teks Diskusi tidak berkonsentrasi dalam proses
dengan Teknik PTT (Permainan pembelajaran. Bahwa ada beberapa
Tepuk Tangan) melalui Microsoft siswa yang mengeluh dan kurang
Teams bersemangat dalam mengerjakan tes
Berdasarkan hasil pra-siklus prasiklus.
yang belum memuaskan, peneliti Gambar 4.2 Grafik Observasi dari
melaksanakan penelitian tindakan Aspek Perilaku pada Siklus I dan
kelas yang terdiri atas dua siklus, yaitu Siklus II
siklus I dan siklus II tentang 100%
pembelajaran membaca intensif untuk 90%
1
menemukan ide pokok dengan 80%
menggunakan teknik PTT (Permainan 2
70%
tepuk Tangan) melalui microsoft 3
60%
teams Hasil tes prasiklus, siklus I, dan
50% 4
siklus II keterampilan membaca
intensif untuk menemukan ide pokok 40% 5
dapat dilihat pada grafik dan tabel 30% 6
berikut. 20% 7
10%
8
0%
Siklus I Sikulus II Peningkatan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 91


PENUTUP DAN SIMPULAN laku positif siswa semakin
A. Simpulan bertambah.
Berdasarkan data-data, analisis
dan pembahasan dalam penelitian ini B. Saran
yang telah diuraikan pada bab Berdasarkan simpulan hasil
sebelumnya, maka penulis mengambil penelitian, maka saran yang dapat
simpulan sebagai berikut: peneliti sampaikan adalah sebagai
1. Keterampilan membaca intensif berikut.
untuk menemukan ide pokok 1. Penerapan teknik PTT (Permainan
dengan menggunakan teknik PTT Tepuk Tangan) dapat dijadikan
(Permainan Tepuk Tangan) melalui alternatif dalam meningkatkan
microsoft teams telah terbukti aktifitas guru maupun siswa juga
mengalami peningkatan. Hasil tes dapat meningkatan kemampuan
keterampilan membaca intensif siswa dalam belajar. Karena
untuk menemukan ide pokok pada penerapan teknik yang baik dapat
pra-siklus dapat diketahui siswa mempermudah siswa mencapai
yang mencapai nilai dengan tujuan pembelajaran yang
predikat Kurang (K) masih sangat diinginkan.
besar yaitu 50%, sedangkan pada 2. Penerapan teknik PTT (Permainan
pada siklus I diperoleh jumlah Tepuk Tangan) diharapkan mampu
siswa yang memperoleh nilai membuat proses pembelajaran
dengan Predikat Baik (B) sudah Bahasa dan Sastra Indonesia pada
mencapai 76% dan pada siklus II aspek keterampilan membaca
siswa yang memperolah nilai intensif menemukan ide pokok
dengan Predikat Baik (B) mencapai menjadi lebih bervariasi. Selain itu,
60%, dan siswa yang memperoleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Predikat Sangat Baik (SB) hendaknya mengetahui
mengalami peningkatan yaitu 40%. perkembangan zaman agar dapat
Hal ini juga dapat dikatakan bahwa memberikan inovasi dalam
perilaku siswa kelas IX-I SMP pembelajaran, sehingga
Negeri 16 Surabaya Semester pembelajaran tidak terkesan
Genap tahun pelajaran 2020/2021 monoton dan juga.
setelah mengikuti pembelajaran 3. Untuk penelitian lebih lanjut
keterampilan menemukan ide terkait materi menemukan ide
pokok mengalami perubahan yang pokok paragraf, dapat digunakan
sangat signifikan. dengan metode atau strategi yang
2. Perubahan-perubahan perilaku lain atau sama dengan melakukan
siswa ini dapat dibuktikan dari hasil perbaikan-perbaikan agar diperoleh
data non-tes yang berupa observasi, hasil yang lebih baik.
jurnal dan wawancara. Perubahan
tingkah laku siswa dapat dilihat DAFTAR PUSTAKA
secara jelas pada saat pembelajaran BSNP (Badan Standar Nasional
berlangsung. Berdasarkan hasil Pendidikan). 2006. Standar Isi
data non-tes siklus I, masih tampak 2006 Mata Pelajaran Bahasa
tingkah laku negatif siswa pada saat Indonesia untuk SMP/MTs.
pembelajaran berlangsung. Pada Jakarta.
siklus II tingkah laku negatif siswa
semakin berkurang dan tingkah Fatmawati. 2020. Peningkatan
Keterampilan Membaca Untuk

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 92


Menemukan Ide Pokok Pada Luh Widyastuti. 2015. Penerapan
Teks Eksplanasi Dengan Metode Tehnik Bermain untuk
CIRC Dan Teknik Permainan Meningkatkan Hasil Belajar
Media Tempel Pada Siswa Kelas Bahasa Indonesia di Kelas VI
VIII D MTsN 1 Hulu Sungai SDN 1 Peguyangan Semester
Utara. Vol. 6, 79-87. 1 Tahun Pelajaran
2014/2015. Vol.15.
Haryadi. 2006. Pokok-Pokok
Keterampilan Membaca “Buku Mayke S. Tedja Saputra. 2001. Bermain,
Ajar Mata Kuliah Keterampilan Mainan, dan Permainan.
Membaca. Semarang: Jakarta: PT Grasindo.
Universitas Negeri Semarang
PKUPT Unnes/Pusat Penjamin Mulyadi, Yadi. (2015). Bahasa Indonesia
Mutu dan Panitia Penulisan untuk SMP-MTs. Bandung: Yrama
Buku Ajar/Buku Tes Unnes. Widya.

. 2006. Retorika Membaca Nurhadi. 2005. Bagaimana


“Model, Metode, dan Teknik”. Meningkatkan Kemampuan
Semarang: Rumah Indonesia. Membaca? “Suatu Teknik
Memahami Literatur yang
https://gurudrama.wordpress.com/2017/0 Efisien”. Bandung: Sinar Baru
1/08 permainan-tepuk-tangan. Algensindo.

http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read- . 2005. Membaca Cepat dan


news/surat-edaran-mendikbud- Efektif. Bandung: Sinar Baru
nomor-4-tahun-2020 Se Algensindo.
Kemdikbud No 4.
Priyatni, Endah Tri, dkk. (2014). Bahasa
https://glints.com/id/lowongan/microsoft dan sastra Indonesia SMP/MTs.
mteam/#.X_UoTVUzbIU 8 Mei Jakarta: Bumi Aksara.
2020.
Resmini, N. dkk. (2009). Pembinaan dan
Hurlock B Elisabeth. 1978. Pengembangan Pembelajaran
Perkembangan Anak Jilid 2. Bahasa Dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Erlangga. Bandung: UPI PRESS. Resmini,
N. dkk. (2009). Membaca dan
KBBI Edisi ketiga Pusat Bahasa Menulis di SD: Teori dan
Departemen pendidikan Pengajarannya. Bandung: Upi
Nasional :Jakarta. Balai Pustaka. Press.
2003.
Santrock, J. W. (2002). A Topical
Kementerian Pendidikan dan approach to life-span development.
Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Jakarta: Erlangga.
Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas
IX. Jakarta: Kementerian Sanjaya, Wina. 2008. Strategi
Pendidikan dan Kebudayaan. Pembelajaran “Berorientasi
Standar Proses Pendidikan”.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 93


Soedarso, 2006. Speed Reading Sistem
Membaca Cepat dan Efektif,
(Cetakan ke 13). Jakarta: PT
Gramedia.

Subyakto, dkk. 2004. Materi Pelatihan


Terintegrasi 3 “Bahasa
Indonesia”. Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama.

Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan


Kelas. Semarang: Rumah
Indonesia.

Suhendar M.E, Supinah Pien. 1993.


Efektifitas Metode Pengajaran
Bahasa Indonesia. Bandung:
Pionir Jaya.

Sunarti, Rahmawati Selly (2014).


Penilaian Dalam Kurikulum
2013.Yogyakarta: C.V Andi
Offset.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran


Bahasa dan Sastra. Surabaya:
SIC.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca


Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

. 1990. Membaca dalam


Kehidupan. Bandung: Angkasa.

Wagiran, Doyin Mukh. 2005. Curah


Gagasan Pengantar Penulisan
Karya Ilmiah. Semarang:
Rumah Indonesia.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 94


ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI PERPINDAHAN


PANAS MELALUI PEMBELAJARAN DARING MODEL INKUIRI
TERSTRUKTUR BERBANTUAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
CONCEPT CARTOONS
(Nurul Hidayati)

ABSTRACT
This study aims to improve Science Process Skills (KPS) of VC Class students of SDN
Kedungdoro IV / 309 Surabaya on Heat Transfer material using student worksheet (LKPD)
Concept Cartoons with a Structured Inquiry Model. This research uses a classroom action
research with a qualitative approach. The research design was arranged in two cycles including
(1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection. The data collection
techniques used were tests and observations. The results showed that learning the concept of heat
transfer by applying the student worksheet (LKPD) Concept Cartoons structured inquiry model
made students more active and enthusiastic when making discoveries. In addition, students'
understanding of the material is very good and Student Process Skills are increasing. The results
of the pretest science process skills of all students were incomplete because they had not reached
the minimum completeness criteria of 75, the average pretest score of 58 was still below the
KKM. However, in the posttest, the value of students' process skills increased in the first cycle by
an average of 67 but still below the KKM, while in the second cycle an average of 81 was more
than 75 KKM. The average gain in the KPS aspect score increased from the first cycle of 0.53,
while the second cycle increased by 0.67 in the fairly high category. The results of the relatively
high gain of the process skills test score showed that LKPD based on cartoon concepts with a
structured inquiry model encouraged students to be active so that students' science process skills
improved.

Keywords : student worksheet, concept cartoon, structured inquiry, science process


skills

PENDAHULUAN yaitu observasi dan inferensi, pengukuran


Sebagai upaya pencegahan dan estimasi, mengajukan pertanyaan dan
pandemi covid-19, pemerintah merumuskan masalah, komunikasi dan
mengeluarkan kebijakan meliburkan interpretasi, prediksi dan berhipotesis,
Siswa dan menerapkan pembelajaran definisi operasional, identifikasi dan
sistem daring (dalam jaringan) atau pengendalian variabel serta eksperimen
online. Dalam pembelajaran daring dan penyelidikan (Rustaman, 2014).
seperti saat ini guru diharuskan membuat Pada kenyataannya pembelajaran
inovasi dengan menggunakan teknologi keterampilan proses Siswa pada tingkat
dalam pembelajaran. Dalam sekolah dasar masih cukup rendah. Hal
kenyataannya, penggunaan media online ini dikarenakan pembelajaran masih
dalam pembelajaran daring lebih banyak berorientasi pada hasil bukan proses. Hal
digunakan untuk menginstruksikan tugas ini diperkuat dengan penelitian yang
yang harus dikerjakan siswa tanpa adanya dilakukan oleh Wibowo (2014) yang
interaksi antara guru dan siswa. Hal ini menunjukkan hasil bahwa hampir seluruh
mempengaruhi pemahaman siswa Siswa yang diobservasi tidak dapat
terhadap materi yang diajarkan masih menyampaikan pendapat atau prediksi
rendah, terutama dalam pembelajaran terhadap pengamatan yang telah
IPA. dilakukan, serta mereka tidak dapat
Agar mampu mempelajari sains mengomunikasikan hasil diskusi yang
dengan baik ada beberapa keterampilan telah mereka lakukan. Penelitian serupa
dasar yang harus dilakukan dan dilatih, juga diakukan oleh Azizah (2017), pada
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 95
tes KPS awal menunjukkan tingkat Sains (KPS). Penelitian ini berjudul
penguasaan siswa terhadap KPS cukup “Peningkatan Keterampilan Proses Sains
rendah dengan rata-rata nilai sebesar 38 Materi Perpindahan Panas Melalui
masih jauh di bawah KKM 75. Pembelajaran daring Model Inkuiri
Pengembangan keterampilan Terstruktur Berbantuan LKPD Concept
proses sains dapat dilakukan guru dengan Cartoons Siswa Kelas VC SDN
menggunakan model konstruktivisme, Kedungdoro IV/309 Surabaya.
yaitu model inkuiri. Dalam pengajaran
inkuiri terdapat proses mental. KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan inkuiri Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau
terstruktur, model inkuiri terstruktur tepat science dalam pengertiannya dapat
digunakan untuk pembelajaran anak usia disebut sebagai ilmu tentang alam, yang
sekolah dasar, yang masih membutuhkan mempelajari peristiwa-peristiwa yang
bimbingan dalam setiap tahap inkuiri dan terjadi di alam ini. Ilmu Pengetahuan
masih memiliki sedikit pengalaman Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit
dalam inkuiri. Model inkuiri terstruktur sebagai disiplin ilmu dari physical
berpengaruh terhadap keterampilan sciences dan life sciences (Samatowa,
proses sains Siswa. 2016).
Pada model pembelajaran inkuiri a. Perpindahan Panas
terstruktur (MPIT), Siswa aktif dalam Panas dapat berpindah dari satu
proses penemuan pengetahuan melalui tempat (atau benda) ke tempat (atau
kegiatan eksperimen dengan panduan benda) lain dengan tiga cara, yaitu
Lembar Kegiatan Siswa (LKPD) yang konduksi, konveksi, dan radiasi.
telah disediakan rumusan masalah, alat 1. Konduksi
dan bahan penelitian, serta prosedur Apabila kita memegang
penelitian, sedangkan tugas Siswa ujung logam yang sedang
menyimpulkan hasil penelitian dipanaskan, maka kita akan
berdasarkan tahapan penelitian dimulai merasakan panas meskipun kita
dari penetapan masalah, merumuskan tidak menyentuh api secara
hipotesis, melaksanakan penelitian, langsung. Dalam hal ini dikatakan
mengolah data, menganalisis data, dan bahwa panas sampai di ujung
menguji hipotesis. batang yang lebih dingin secara
Dalam penelitian ini LKPD yang konduksi (hantaran) melalui batang
disajikan dalam bentuk kartun yang logam tersebut. Perpindahan panas
mudah dimengerti, sehingga siswa lebih hanya terjadi diantara daerah yang
menikmati pembelajaran sains dan dapat berbeda suhunya, dan arah aliran
melatihkan keterampilan proses sains panas selalu terjadi dari suhu lebih
siswa. tinggi ke lebih rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, Konduksi panas hanya terjadi
peneliti mencoba menerapkan LKPD jika terdapat perbedaan suhu. Pada
berbasis kartun konsep dengan model sebagian besar zat, konduksi timbul
inkuiri terstruktur pada materi dari perilaku kinetik zat. Molekul-
perpindahan kalor dalam pembelajaran molekul (atau atom-atom) pada
kelas V Tema 6 Panas dan ujung logam yang dipanaskan akan
Perpindahannya, Sub Tema 2 bergetar semakin cepat jika suhu
Perpindahan Kalor di Sekitar Kita. LKPD dinaikkan. Ketika molekul-molekul
yang digunakan tidak hanya ini bertumbukan, energi merambat
memaksimalkan pemahaman kognitif melalui batang logam itu. Energi
saja, namun juga Keterampilan Proses termis pada konduksi ditransfer

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 96


lewat interaksi atom-atom dan yang lambat menerima panas dan
molekulnya, walaupun atom-atom lambat melepaskannya. Sehingga
dan molekulnya sendiri tidak laut menjadi daerah yang
berpindah. mempunyai tekanan tinggi
2. Konveksi (maksimum) dan daratan menjadi
Konveksi adalah proses daerah yang mempunyai tekanan
perpindahan panas oleh gerak rendah (minimum) sehingga terjadi
massa molekul-molekul dari suatu angin laut.
tempat ke tempat lain. Konveksi 3. Radiasi
adalah perpindahan panas oleh Radiasi adalah perpindahan
gerakan massa pada fluida dari panas oleh gelombang eletromag-
suatu ruang ke daerah lainnya. netik seperti cahaya tampak, infra
Sebagai contohnya adalah sistem merah, dan radiasi ultra ungu.
pemanas udara panas dan air panas, Contoh bentuk perpindahan panas
sistem pendingin pada mobil, dan secara radiasi adalah perpindahan
aliran darah dalam tubuh kita. panas matahari sampai ke bumi
Menurut Giancoli (2014) “ dengan melewati ruang hampa.
Convection is the process whereby Dalam proses radiasi, gelombang
heat flows by the bulk movement of eletromagnetik merambat dengan
molecules from one place to kecepatan cahaya 3x108 m/s dan
another.” Jadi konveksi adalah tidak memerlukan medium
proses dimana panas mengalir perambatan. Jadi radiasi adalah
dengan perpindahan massa molekul perpindahan panas melalui
dari satu tempat ke tempat lainnya. gelombang elektromagnetik.
Konveksi ada dua macam Sebagai contoh kita merasakan
yaitu konveksi bebas dan konveksi panas matahari pada tubuh kita dan
dipaksa. Konveksi yang dipaksa radiasi panas dari api yang panas.
terjadi jika bahan yang dipanaskan
digerakkan dengan alat peniup atau
pompa. Konveksi pada atmosfer
bumi menyebabkan terjadinya
awan,
Contoh peristiwa konveksi
adalah terjadinya angin darat dan
angin laut. Pada malam hari
daratan lebih dingin dibandingkan
lautan, karena sifat daratan yang Gambar 2.8 Peristiwa radiasi
panas matahari dan radiasi
cepat menerima panas dan cepat
panas api (sumber: www.
menerima dingin. Daratan menjadi Informasi-Pendidikan.com)
daerah yang mempunyai
tekanan tinggi (maksimum), Kemampuan benda meman-
sedangkan laut menjadi daerah carkan radiasi sebanding dengan
yang mempunyai tekanan rendah kemampuannya untuk menyerap
(minimum) sehingga angin radiasi, penyerap yang baik juga
mengalir dari darat ke laut disebut pemancar yang baik, begitu juga
angin darat. Pada saat siang suhu di sebaliknya. Penyerap dan pemancar
laut lebih dingin dibandingkan sempurna adalah benda hitam. Hal
dengan suhu daratan. Hal ini ini sesuai dengan Giancoli (2014)
disebabkan sifat laut (perairan) yang menyatakan bahwa “Black

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 97


and very dark objects are good b. Lembar Kegiatan Peserta Didik
emitters (ϵ≈ 1); they also absorb (LKPD)
nearly all the radiation that falls on Menurut Gagne dan Briggs
them-which is why light colour (Arsyad, 2017) menyebutkan bahwa
clothing is usually preferable to media pembelajaran adalah alat yang
dark clothing on a hot day. Thus, a digunakan untuk menyampaikan isi
good absorber is also a good materi yang akan diajarkan, antara lain
emitter. Benda hitam dan gelap buku, tape recorder, video camera,
adalah pemancar yang baik (ϵ≈ 1); video recorder, film, slide (gambar
dan juga penyerap semua radiasi bingkai), foto, gambar, grafik, televisi,
yang jatuh mengenainya, sehingga dan komputer.
baju warna cerah lebih baik Menurut Prastowo (2014 : 204)
digunakan daripada baju warna LKPD adalah bahan ajar cetak berupa
gelap di siang hari yang panas. Jadi lembaran-lembaran kertas yang berisi
penyerap yang baik juga pemancar materi, rangkuman, dan petunjuk-
yang baik. petunjuk atau langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran yang harus
Pembelajaran Berbasis Inkuiri diikuti oleh Siswa yang mengacu pada
Pembelajaran inkuiri adalah kompetensi dasar yang akan dicapai.
rangkaian kegiatan yang melibatkan
seluruh kemapuan Siswa secara
maksimal dalam mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga penemuannya dapat
dirumuskan sendiri dengan penuh
percaya diri (W.Gulo dalam Anam,
2015).
Penelitian ini menggunakan model Gambar 1. Contoh skenario dan
pembelajaran inkuiri terstruktur (MPIT). kartun konsep dalam pembelajaran
MPIT merupakan kegiatan inkuiri
dimana guru menentukan topik, Berdasarkan sifatnya LKPD
pertanyaan, bahan dan prosedur berbasis kartun konsep adalah
pembelajaran, sedangkan analisis hasil termasuk media visual, yaitu media
dan kesimpulan oleh Siswa. Berdasarkan grafis. Menurut Wati (2016) media
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa visual adalah media yang memiliki
model pembelajaran inkuiri terstruktur beberapa unsur utama dalam
(MPIT) adalah model pembelajaran yang penyajiannya yaitu berupa garis,
melibatkan Siswa aktif dalam proses bentuk, warna, dan tekstur.
penemuan pengetahuan. Pengetahuan LKPD berbasis kartun konsep
yang diperoleh melalui kegiatan merupakan media yang berupa
eksperimen dengan panduan LKPD yang lembaran-lembaran dan berupa teks
sudah menyediakan rumusan masalah, berbentuk cetakan, oleh karena itu
alat dan bahan penelitian, serta prosedur LKPD berbasis kartun konsep
penelitian. Siswa bertugas menyimpulkan termasuk bahan ajar cetak. LKPD
hasil penelitian berdasarkan tahapan berbasis kartun konsep ini berisi
penelitian yang dimulai dari penentuan petunjuk atau langkah kerja sebuah
masalah, mengolah dan menganalisis percobaan.
data serta pengujian hipotesis.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 98


c. Keterampilan Proses Sains (KPS) tindakan (acting) yaitu pelaksnaan
Keterampilan Proses Sains tindakan yang merupakan implemen-
(KPS) adalah seperangkat tasi dari semua rencana yang dibuat
keterampilan yang dipakai para dan berlangsung di dalam kelas, 3)
ilmuwan untuk melakukan Pengamatan (observing) tindakan
penyelidikan ilmiah (Rustaman, yang dilakukan dengan observasi
2014). melalui alat bantu instrumen
Terdapat beberapa jenis pengamatan yang dikembangkan
Keterampilan Proses Sains (KPS) peneliti, untuk mengumpulkan data
menurut Dimyati dan Mudjiono tentang pelaksanaan tindakan dan
(2015) yang dibagi menjadi dua rencana yang dibuat, 4) Refleksi
kelompok yaitu : keterampilan dasar (reflecting) yaitu tindakan untuk
dan keterampilan terintegrasi. memproses data yang didapat saat
Keterampilan dasar ada enam melakukan pengamatan, data yang
keterampilan antara lain : mengob- didapat kemudian ditafsirkan,
servasi, mengklasifikasi, mempredik- dianalisis, dan disintesis.
si, mengukur, menyimpulkan, dan Keterkaitan antara LKPD
mengomunikasikan Sedangan Kartun Konsep dengan model inkuiri
keterampilan terintegrasi terdiri atas terstruktur terhadap Keterampilan
keterampilan-keterampilam yaitu : Proses Sains (KPS) didukung oleh
mengidentifikasi variabel, membuat beberapa penelitian yang telah
tabulasi data, menyajikan data dalam dilakukan oleh Balim, et.al. (2016)
bentuk grafik, menggambarkan menyatakan “Concept cartoons
hubungan antar-variabel, mengumpul- provide alternative views and help
kan dan mengolah data, menganalisa students at problem solving stage”,
penelitian, menyusun hipotesis, kartun konsep dapat meningkatkan
mendefinisikan variabel secara kemampuan Siswa dalam pemecahan
operasional, merancang penelitian, masalah. Isfi Infanti (2017) dalam
dan melaksanakan penelitian. penelitiannya menyimpulkan LKPD
komik berorientasi pendekatan
d. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) saintifik dapat meningkatkan hasil
Penelitian Tindakan Kelas belajar.
(PTK) berasal dari istilah bahasa
Inggris Classroom Action Research METODE PENELITIAN
yang berarti penelitian yang dilakukan Penelitian ini merupakan penelitian
pada sebuah kelas untuk mengetahui tindakan kelas (Classroom Action
akibat indakan yang diterapkan pada Research). Kemmis dan MC. Taggart
suatu subjek penelitian di kelas yaitu : “PTK adalah studi yang
tersebut. dilakukan untuk memperbaiki diri
Penelitian tindakan kelas ini sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang
terdiri dari empat tahap yaitu: 1) dilaksanakan secara sistematis,
persiapan, yaitu perencanaan tindakan terencana, dan dengan sikap mawas diri.
disusun untuk menguji secara empiris Desain penelitian dalam
hipotesis tindakan yang ditentukan pelaksanaan PTK ini menggunakan
dengan mempersiapkan materi/bahan model Kemmis dan Mc Taggart (dalam
ajar, rencana pengajaran ang Tanujaya dan Mumu, 2016:22) dengan
metode/teknik mengajar, serta teknik siklus yang dilakukan secara berulang
atau instrumen observasi dan evaluasi dan berkelanjutan tergantung pada
yang akan digunakan, 2) Pelaksanaan ketercapaian tujuan penelitian. Siklus

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 99


tahapannya terdiri dari: perencanaan Tahap pelaksanaan siklus I
(planning), tindakan (acting) dan dilaksanakan selama 3 pertemuan
pengamatan (observing), serta refleksi yaitu tanggal 18-20 Januari 2021
(reflection). Sebagaimana gambar berikut dengan rincian sebagai berikut : a) 18
ini: Januari 2021 untuk kegiatan
pembelajaran materi perpindahan
panas secara konduksi, b) 19 Januari
2021 perpindahan panas secara
konveksi dan c) 20 Januari 2021
perpindahan panas secara radiasi. Satu
kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran
@35 menit.
3. Refleksi
Tahap ini untuk mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang
terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna penyempurnaan
tindakan selanjutnya. Jika hasil
evaluasi pembelajaran pada siklus-1
sesuai dengan indikator ketercapaian
maka pembelajaran telah berakhir.
Siklus I Namun jika hasil evaluasi tidak sesuai
1. Tahap Perencanaan dengan indikator keberhasilan maka
Pada kegiatan perencanaan perlu dilakukan perbaikan dan revisi
tindakan ini beberapa hal yang metode penemuan terbimbing yang
dilakukan peneliti adalah sebagai telah dilaksanakan.
berikut: 4. Rencana Perbaikan
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Rencana perbaikan ini dilakukan
Pembelajaran (RPP) materi pokok jikalau pada tahap refleksi terjadi
perpindahan panas 3 pertemuan permasalahan yang memerlukan
dengan sub materi perpindahan perbaikan untuk melanjutkan kepada
panas secara konduksi, konveksi pelaksanaan siklus selanjutnya yaitu
dan radiasi dengan menggunakan siklus-2. Rencana perbaikan ini
model inkuiri terstruktur dilakukan juga oleh peneliti bersama
(structured inquiry), Lembar dengan observer yang hadir saat
Kegiatan Siswa (LKPD) 01 untuk penelitian dengan cara menganalisis -
konduksi, LKPD 02 untuk data pelaksanaan pembelajaran
konveksi, dan LKPD 03 untuk kemudian dicari penyelesaiannya.
radiasi, alat peraga/praktikum, Kemudian perbaikan yang telah
lembar observasi. dilakukan akan menjadi dasar untuk
2) Menyiapkan kamera dan video melanjutkan kepada siklus-2.
sebagai dokumentasi
3) Melakukan koordinasi dengan Siklus II
teman sejawat guru kelas V sebagai 1. Tahap Perencanaan Tindakan
observer. Pada kegiatan perencanaan
tindakan ini beberapa hal yang
dilakukan peneliti adalah sebagai
2. Tindakan dan Observasi berikut:

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 100


1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan 4. Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP) materi pokok Rencana perbaikan ini dilakukan
perpindahan panas 3 pertemuan jikalau pada tahap refleksi terjadi
dengan sub materi perpindahan permasalahan yang memerlukan
panas secara konduksi, konveksi perbaikan untuk melanjutkan kepada
dan radiasi dengan menggunakan pelaksanaan siklus selanjutnya yaitu
model inkuiri terstruktur siklus-3. Rencana perbaikan ini
(structured inquiry), Lembar dilakukan juga oleh peneliti bersama
Kegiatan Siswa (LKPD) 01 untuk dengan observer yang hadir saat
konduksi, LKPD 02 untuk penelitian dengan cara menganalisis
konveksi, dan LKPD 03 untuk data-data pelaksanaan pembelajaran
radiasi, alat peraga/praktikum, kemudian dicari penyelesaiannya.
lembar observasi. Kemudian perbaikan yang telah
2) Menyiapkan soal KPS untuk post dilakukan akan menjadi dasar untuk
test melanjutkan kepada siklus berikutnya.
3) Menyiapkan kamera dan video
sebagai dokumentasi Subjek dan Lokasi Penelitian
4) Melakukan koordinasi dengan Subjek penelitian ini adalah Siswa
teman sejawat guru kelas V sebagai kelas VC SDN Kedungdoro IV/309
observer. Surabaya tahun pembelajaran 2020/2021
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan pada semester genap yang berjumlah 29
Observasi orang.
Tahap pelaksanaan siklus II Lokasi penelitian adalah SDN
dilaksanakan selama 3 pertemuan Kedungdoro IV/309 Surabaya, setelah
yaitu tanggal 8-10 Februari 2021 terlebih dahulu dilakukan observasi untuk
dengan rincian sebagai berikut : a) 8 mendapatkan data dan informasi.
Februari 2021 untuk kegiatan
pembelajaran materi perpindahan Teknik Pengumpulan Data
panas secara konduksi, b) 9 Februari 1. Observasi (Pengamatan)
2021 perpindahan panas secara Pengamat (observer) melaku-
konveksi dan c) 10 Februari 2021 kan pengamatan (observasi) selama
perpindahan panas secara radiasi. Satu proses pembelajaran berlangsung
kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran dengan menggunakan LKPD berbasis
@35 menit. kartun konsep dengan model inkuiri
3. Refleksi terstruktur. Pengamatan dilakukan
Tahap ini untuk mengkaji secara dengan mengisi lembar pengamatan
menyeluruh tindakan yang telah yang sama oleh dua orang pengamat.
dilakukan, berdasarkan data yang Pengamat berada di dalam kelas untuk
terkumpul, kemudian dilakukan melakukan pengamatan terhadap
evaluasi guna penyempurnaan proses pembelajaran, namun tidak
tindakan selanjutnya. Jika hasil mengganggu proses pembelajaran
evaluasi pembelajaran pada siklus-2 tersebut. Pengamat mengisi lembar
sesuai dengan indikator ketercapaian pengamatan dengan menberikan tanda
maka pembelajaran telah berakhir. ceklist (√) pada kolom yang tersedia
Namun jika hasil evaluasi tidak sesuai dengan rentang skor 1-4.
dengan indikator keberhasilan maka
perlu dilakukan perbaikan dan revisi
metode penemuan terbimbing yang
telah dilaksanakan.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 101


Tabel 1. Kriteria Pengamatan
Modus Skor Kriteria 1 = apabila tidak terlaksana
4 Sangat valid 2 = terlaksana tapi belum selesai
3 Valid 3 = terlaksana tapi masih kurang tepat
2 Cukup valid 4 = terlaksana, selesai, dan sistematis
1 Kurang valid Analisis data dilakukan dengan
cara menentukan modus skor dari dua
2. Tes pengamat yang diperoleh. Berikut ini
Tes yang diberikan berupa tes deskripsi penilaian hasil
keterampilan proses sains sebanyak 16 keterlaksanaan RPP yang dinyatakan
soal kepada Siswa sebelum dengan skor
pembelajaran (pretest) dan setelah 2. Analisis Hambatan yang Ditemui
proses pembelajaran (posttest). Hambatan yang terjadi dalam
Metode tes ini dilakukan untuk pembelajaran daring menggunakan
mengetahui peningkatan keterampilan LKPD berbasis kartun konsep dengan
proses sains Siswa sebelum dan model inkuiri terstruktur dianalisis
sesudah pembelajaran yang secara deskriptif, dimana pengamat
menggunakan LKPD berbasis kartun dan peneliti membuat catatan tentang
konsep dengan model inkuiri kesulitan-kesulitan yang terjadi
terstruktur. selama pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan catatan yang dibuat oleh
Teknik Analisis Data pengamat dan peneliti melakukan
Teknik analisis data dilakukan diskusi untuk mengatasi kesulitan
untuk pengolahan data yang sudah tersebut.
didapatkan, sehingga perangkat Pengamat juga memberikan
pembelajaran yang dipakai dalam proses masukan yang digunakan sebagai
pembelajaran dapat diketahui kevalidan, bahan perbaikan pembelajaran.
kepraktisan, dan keefektifannya. Data Pembelajaran mengggunakan LKPD
hasil penelitian yang dianalisis meliputi berbasis kartun konsep dengan model
validitas perangkat, tes keterampilan inkuiri terstruktur dikatakan berjalan
proses, lembar observasi, lembar aktivitas dengan baik jika hambatan-hambatan
Siswa, dan hambatan-hambatan yang tersebut dapat diatasi.
muncul saat proses pembelajaran 3. Analisis Hasil Tes Keterampilan
berlangsung. Proses Siswa
Data hasil penelitian yang akan Nilai Siswa secara individu
dianalisis antara lain : merupakan skor yang diperoleh Siswa
1. Analisis Keterlaksanaan RPP dibagi skor maksimum kemudian
Analisis keterlaksanaan pembe- dikali 100. Analisis keterampilan
lajaran merupakan penilaian terhadap proses Siswa merupakan ketuntasan
keterlaksanaan RPP dengan masing-masing Siswa pada seluruh
menggunakan LKPD Kartun Konsep aspek keterampilan proses maupun
berbasis Model Inkuiri Terstruktur. ketuntasan masing-masing
Penilaian ini dilakukan oleh dua keterampilan proses. Analisis ini
pengamat dengan memberikan tanda mengacu pada nilai kriteria ketuntasan
ceklist (√) pada kolom yang tersedia minimal (KKM) di sekolah.
dengan rentang skor 1-4. Pedoman Peningkatan keterampilan
penskorannya adalah : proses dianalisis menggunakan gain
score antara nilai pretest dan posttest

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 102


gain menggunakan rumus Hake dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah
seperti berikut : ini.
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 Tabel 3. Ketuntasan Keterampilan
𝑔=
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 Proses Sains (KPS) Siklus I
Keterangan :
g (gain) = peningkatan
keterampilan proses
siswa
Spre = skor pretest
Spost = skor postest
Smaks = skor maksimal
Kriteria perolehan gain skor
dapat diihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Kriteria Perolehan Gain Skor
No. Batasan Kriteria
1 g ≥ 0,7 Gain tinggi
2 0,7 > 0,3 Gain sedang
3 g ≤ 0,3 Gain rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pra penelitian yang dilakukan
pada Siswa kelas VC di SDN
Kedungdoro IV/309 Surabaya berjumlah
29 Siswa, menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan KPS Siswa cukup rendah 2) Gain Skor
dengan nilai rata-rata kelas 35, masih Pengukuran tinggi rendahnya
jauh di bawah KKM sekolah yaitu 75. peningkatan hasil belajar dapat
Persentase pencapaian keterampilan dilakukan dengan menghitung gain
proses yang diperoleh juga masih cukup skor. Gain skor dari hasil pretest dan
rendah dengan rata-rata 35%. Dengan postest dapat dilihat dalam Tabel 4. di
rincian sebagai berikut merumuskan bawah ini.
hipotesis sebesar 63%, mengamati Tabel 4. Gain Skor KPS Siklus I
sebesar 59%, mengomunikasikan 56%, No Nama Hasil Gain Kategori
mengukur/menghitung sebesar 41%, Siswa Pretest Postest
klasifikasi 44%, Inferensi dan 1 ACH 44 50 0,14 Rendah
kesimpulan 25%, memprediksi 22%, 2 AIR 50 63 0,34 Sedang

melakukan percobaan 21%, dan yang 3 ALD 50 63 0,34 Sedang


4 AND 50 63 0,34 Sedang
paling rendah adalah klasifikasi sebesar
5 ARF 63 75 0,48 Sedang
9%.
6 AUR 56 63 0,22 Rendah
7 BEB 56 63 0,22 Rendah
Paparan Data Siklus I 8 BRI 63 69 0,24 Rendah
1) Hasil Tes akhir (post test) Keterampi- 9 CNT 63 75 0,48 Sedang
lan Proses sains 10 GFH 56 69 0,41 Sedang
Siswa dianggap tuntas dalam tes 11 HAN 88 90 1,00 Rendah
keterampilan proses sains apabila 12 IND 69 75 0,32 Sedang
memperoleh nilai minimal sama 13 JUN 63 75 0,48 Sedang
dengan KKM yaitu 75. Hasil pretest 14 KEN 81 85 0,44 Rendah
dan postest menunjukkan ketuntasan 15 LAT 56 63 0,22 Rendah
individu yang diperoleh pada siklus I 16 FAN 50 63 0,34 Sedang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 103


No Nama Hasil Gain Kategori Paparan Data Siklus II
Siswa Pretest Postest
1) Hasil Tes akhir (post test)
17 ANS 38 50 0,24 Rendah
Keterampilan Proses sains
18 MIC 56 69 0,41 Sedang
Siswa dianggap tuntas dalam tes
19 RAF 31 50 0,33 Sedang
keterampilan proses sains apabila
20 ADR 81 85 0,44 Rendah
21 FRH 38 50 0,24 Rendah
memperoleh nilai minimal sama
22 FRS 81 85 0,44 Rendah dengan KKM yaitu 75. Hasil pretest
23 NDY 44 56 0,27 Rendah dan postest menunjukkan ketuntasan
24 ALI 25 50 0,40 Sedang individu yang diperoleh siklus II dapat
25 RSY 63 75 0,49 Sedang dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
26 REV 56 69 0,41 Sedang Tabel 6. Ketuntasan Keterampilan
27 REZ 50 63 0,34 Sedang Proses Sains (KPS) Siklus II
28 RSK 69 75 0,32 Sedang
29 SYF 69 75 0,32 Sedang
Jumlah 1844 2169 11,17
Rata- 58 67 0,35 Sedang
rata

Gain skor untuk setiap aspek


keterampilan proses yang diperoleh
dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5.
di bawah ini.
Tabel 5. Gain Skor Setiap Aspek KPS
Siklus I
Keterampilan Hasil
Gain Kategori
Proses Pretest Postest
Mengamati 47 60 0,46 Sedang
Membuat 66 75 1,00 Tinggi
Hipotesis
Menginferensi 55 60 0,25 Rendah
Mengklasifikasi 55 63 0,40 Sedang
kan
Mengukur 44 56 0,39 Sedang
Melakukan 53 60 0,32 Sedang
Percobaan
Mengomunikasi 70 72 0,40 Sedang 2) Gain Skor
kan
Menyimpulkan 72 75 1,00 Tinggi Pengukuran tinggi rendahnya
Jumlah 462 521 4,22 peningkatan hasil belajar dapat
Rata-rata 57,75 65,13 0,53 Sedang
dilakukan dengan menghitung gain
skor. Gain skor dari hasil pretest dan
Grafik 1 Gain Skor Setiap Aspek KPS
postest dapat dilihat dalam Tabel 7 di
Siklus I
bawah ini.
Tabel 7. Gain Skor KPS Siklus II
No Nama Hasil Gain Kategori
Siswa Pretest Postest
1 ACH 44 75 0,62 Sedang
2 AIR 50 75 0,57 Sedang
3 ALD 50 75 0,57 Sedang
4 AND 50 75 0,57 Sedang
5 ARF 63 75 0,40 Sedang
6 AUR 56 75 0,50 Sedang
7 BEB 56 75 0,50 Sedang
8 BRI 63 75 0,40 Sedang
9 CNT 63 75 0,40 Sedang
10 GFH 56 81 0,66 Sedang
11 HAN 88 94 1,00 Tinggi
12 IND 69 88 0,76 Tinggi
13 JUN 63 81 0,59 Sedang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 104


No Nama Hasil Gain Kategori Tabel 9
Siswa Pretest Postest
14 KEN 81 88 0,53 Sedang Perbandingan Nilai KPS Siklus I dan
15 LAT 56 81 0,66 Sedang Siklus II
16 FAN 50 75 0,57 Sedang No Keterangan Prasiklus Siklus Siklus
17 ANS 38 75 0,66 Sedang
I II
18 MIC 56 81 0,66 Sedang
19 RAF 31 81 0,79 Tinggi
1 Rata-rata 58 67 81
20 ADR 81 88 0,53 Sedang nilai tes KPS
21 FRH 38 81 0,77 Tinggi 2 Gain score - 0,35 0,62
22 FRS 81 88 0,53 Sedang (n-gain)
23 NDY 44 81 0,74 Tinggi
24 ALI 25 81 0,81 Tinggi
25 RSY 63 81 0,59 Sedang Grafik 3. Rata-rata Nilai KPS
26 REV 56 81 0,66 Sedang
27 REZ 50 81 0,70 Tinggi
28 RSK 69 88 0,76 Tinggi
29 SYF 69 81 0,49 Sedang
Jumlah 1844 2581 20,00
Rata- 58 81 0,62 Sedang
rata

Gain skor untuk setiap aspek


keterampilan proses yang diperoleh
dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8
di bawah ini. Grafik 4.
Tabel 8. Gain Skor Setiap Aspek KPS Peningkatan KPS (Gain score)
Siklus II Siswa
Keterampilan Hasil
Gain Kategori
Proses Pretest Postest
Mengamati 47 81 0,76 Tinggi
Membuat 66 83 0,65 Sedang
Hipotesis
Menginferensi 55 75 0,54 Sedang
Mengklasifikasi 55 75 0,54 Sedang
kan
Mengukur 44 84 0,83 Tinggi
Melakukan 53 75 0,56 Sedang
Percobaan
Mengomunikasi 70 92 1,00 Tinggi
kan
Menyimpulkan 72 80 0,40 Sedang
Jumlah 462 645 5,29
Rata-rata 57,75 80,63 0,67 Sedang Pada Tabel 3 dan tabel 6 terlihat
bahwa hasil pretest keterampilan
Grafik 2. Gain Skor Setiap Aspek proses sains semua Siswa tidak tuntas
KPS karena belum mencapai kriteria
Siklus I ketuntasan minimal 75, rata-rata nilai
pretest 58 masih di bawah KKM.
Namun pada postest nilai
keterampilan proses Siswa mengalami
kenaikan dengan rata-rata pada siklus
I rata-rata 67 masih di bawah KKM
sedangkan pada siklus II rata-rata 81
lebih dari KKM 75. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan LKPD
berbasis konsep kartun pada
pembelajaran konsep perpindahan
panas dapat meningkatkan keterampi-
lan proses sains Siswa.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 105


Pengukuran tinggi rendahnya 1. Pembelajaran dengan model inkuiri
peningkatan hasil belajar dapat terstruktur (structured inquiry) dapat
dilakukan dengan menghitung gain meningkatkan keterampilan proses
skor. Data pada Tabel 4.6 dan 4.10 sains Siswa.
menunjukkan gain skor untuk setiap 2. Penggunaan LKPD berbasis kartun
KPS untuk siklus I rata-rata 0,53 konsep (concept cartoons) dapat
dengan kategori sedang sedangkan membantu Siswa menemukan sendiri
pada siklus II rata-rata 0,66 dengan konsep perpindahan panas secara
kategori sedang/cukup tinggi. konduksi, konveksi, dan radiasi.
Peningkatan ini dikarenakan aktivitas 3. Model inkuiri terstruktur (structured
siswa yang berhubungan dengan inquiry) telah berhasil membuat Siswa
keterampilan proses sains meliputi menemukan konsep perpindahan
mengamati, membuat hipotesis, panas secara konduksi, konveksi, dan
melakukan eksperimen, mengukur, radiasi serta membuat Siswa lebih
menginferensi, mengklasifikasi, aktif dalam melakukan penemuan.
mengkomunikasikan dan menyimpul-
kan berpusat kepada peserta. Selain itu Saran
Siswa berlatih KPS menggunakan Berdasarkan hasil penelitian ini,
LKPD yang disajikan dalam bentuk beberapa saran yang dapat disampaikan
kartun yang mudah dimengerti, adalah sebagai berikut :
sehingga Siswa lebih menikmati 1. Bagi Guru
pembelajaran sains dan dapat Guru disarankan untuk
melatihkan keterampilan proses sains mempertimbangkan penerapan LKPD
Siswa. berbasis kartun konsep model inkuiri
Beberapa hasil penelitian yang terstruktur pada saat pembelajaran
mendukung pernyataan tersebut antara konsep perpindahan panas secara
lain Ören dan Meriç (2014) yang konduksi, konveksi, dan radiasi.
dimuat dalam International Journal of Pembelajaran IPA di sekolah dasar
Education in Mathematics, Science dapat dilaksanakan dengan
and Technology menunjukkan bahwa menerapkan LKPD berbasis kartun
pembelajaran dengan menggunakan konsep dengan model inkuiri
Kartun Konsep lebih menyenangkan, terstruktur untuk melatihkan
pemahaman Siswa lebih mendalam Keterampilan Proses Sains (KPS)
dan Siswa dapat mengingat lebih lama Siswa.
terhadap pembelajaran Sains dan 2. Bagi Sekolah
Teknologi. Penelitian lain dilakukan Sekolah hendaknya memfasilita-
oleh Michaela Minarechova (2016) si pembelajaran dengan menggunkan
dimuat dalam European Journal of berbagai metode yang sesuai dengan
Science and Mathematics Education tujuan pembelajaran dan selalu
menunjukkan bahwa penggunaan mengikuti inovasi-inovasi yang sesuai
kartun konsep dalam pembelajaran dengan perkembangan ilmu
IPA dapat mengembangkan ide-ide pengetahuan dan teknologi, sehingga
siswa terhadap fenomena alam. peningkatan mutu sekolah tersebut
akan tercapai. Sekolah juga perlu
KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan fasilitas sarana dan
Kesimpulan prasarana berupa alat peraga IPA
Berdasarkan paparan data dan sehingga pembelajaran IPA akan lebih
pembahasan maka hasil penelitian ini menarik dan menyenangkan.
dapat disimpulkan sebagai berikut: 3. Bagi Peneliti Lain

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 106


Untuk penelitian selanjutnya, PEARSON Education.
sebaiknya sebelum penelitian Siswa
diberikan pengetahuan terlebih dahulu Infanti, Isfi. (2017). Pengembangan Lembar
tentang keterampilan proses sains Kegiatan Siswa Komik
Berorientasi Scientific Approach
sehingga Siswa tidak merasa asing
Pada Materi Energi Bunyi Untuk
dengan istilah-istilah yang berkaitan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dengan keterampilan proses sains pada Kelas IV Di Sekolah Dasar.
saat percobaan. Makalah Komprehensif:
Universitas Negeri Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Anam. Khoirul. (2015). Pembelajaran Michaela Minárechová. (2016). Using a
Berbasis Inkuiri: Metode dan Concept Cartoon Method to
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Address Elementary School
Peajar. Students’Ideas About Natural
Phenomena. European Journal
Anita, Intan Rizki. (2016). of Science and Mathematics
Pengembangan LKS Berbasis Education Vol 4, No.2, 2016,
Keterampilan Proses Sains 214-228.
(KPS) Untuk Meningkatkan KPS
Siswa. Jurnal Penelitian. Ören, Fatma Şaşmaz & Gülçin
http://download. portalgaruda Meriç.(2014). Seventh Grade
pada tanggal 26 Oktober 2016. Students’Perceptions of Using
Concept Cartoon in Science and
Arsyad, Azhar. (2017). Media Technology Course.
Pembelajaran Edisi Revisi. International Journal of
Jakarta: Rajawali Press. Education in Mathematics,
Science and Technology.
Azizah, Kharisma. (2017). Volume 2, Number 2, April
Pengembangan LKS Berbasis 2014, Page 116-136ISSN:2147-
Pendekatan Keterampilan 611X.
Proses Untuk Melatihkan
Keterampilan Proses dan Prastowo, Andi. (2014). Panduan Kreatif
Pemahaman Konsep Energi Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Listri Kelas V SD. Makalah Yogyakarta: Diva Press.
Komprehensif. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya. Rustaman, Nuryani dkk. (2014). Materi
dan Pembelajaran IPA SD.
Balim, et.al. (2016). Concept Cartoons Tangerang Selatan : Universitas
Supported Problem Based Terbuka.
Learning Method in Middle
School Science Classroom. Samatowa. (2016). Pembelajaran IPA di
Journal of Eduation and Sekolah Dasar. Jakarta :
Learning; Vol 5, No.2. PT.Indeks.

Dimyati dan Mudjiono. (2015). Belajar dan Wati, Ega Rima. (2016). Ragam Media
Pembelajaran. Bandung: Penerbit Pembelajaran. Kata Pena.
Rineka Cipta.
Wibowo, Rosella Aranda Ayu. (2014).
Giancoli, Douglas C. (2014). PHYSICS : Meningkatkan Keterampilan
Principles With Application. USA : Proses Dasar IPA
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 107
Menggunakan Pendekatan
Keterampilan Proses pada
Siswa Kelas IV SDN Kiyaran II
Cangkringan Sleman
Yogyakarta. Jurnal Penelitian
Diakses dari
http://eprint.uny.ac.id/ pada
tanggal 16 Oktober 2016.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 108


ISSN : 2337-3253

PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR IPA MATERI ISOLATOR DAN KONDUKTOR
(Upri Eko Miyanto)

ABSTRACT
The online learning system needs to be carried out in the midst of the current Covid-
19 pandemic and used as basic information for relevant parties in determining online
learning policies, especially teacher candidate institutions and education staff. The
purpose of this study is to discuss (1) To find out the application of animated interactive
media to improve science learning outcomes for insulators and conductors in class VI (2)
To find out how animated interactive media is to improve science learning outcomes for
insulators and conductors in class VI. The subject in this study was to observe the
activities of teachers and student activities in class VI SDN Tanjungsari/97 Surabaya
which consisted of 37 students. Learning outcomes of Class VI students at SDN
Tanjungsari/97 Surabaya. Based on the results of observations made to observe student
learning outcomes carried out in cycle II, it has been declared successful because in cycle
II the average score of student learning outcomes in science subjects, the percentage of
learning completeness reaches 86.49% (32 students).

Keywords : animation media

PENDAHULUAN baik. Tidaklah berlebihan kalau


Wabah Corona Virus Disease dikatakan bahwa masa depan masyarakat,
(Covid-19) yang melanda lebih dari 200 bangsa, dan negara, sebagian besar
negara di dunia, telah memberikan ditentukan oleh guru. Dalam masa
tantangan tersendiri bagi lembaga pandemik covid-19 peran semua guru
pendidikan, khususnya pendidikan dalam pembelajaran sangat dibutuhkan
menengah atas. Mengantisipasi oleh setiap siswanya.Sehingga guru harus
penularan virus tersebut pemerintah telah mempunyai kretifiatas, inovasi, dan
mengeluarkan berbagai kebijakan,seperti motivasi dalam melakukan pembelajaran
isolasi, sosial and physical distancing daring di tengah masa pamdemik covid-
hingga pembatasan sosial berskala besar 19. Namun, tidak semua guru mampu
(PSBB). Kondisi ini mengharuskan melakukan pembelajaran daring
warganya untuk tetap stay at home, khususnya guru generasi 80-an, karena
bekerja, beribadah dan belajar di rumah alasan kurang meleknya dengan
(Darmalaksana et al., 2020). Pembatasan teknologi komputer dan internet.
sosial tersebut berlaku untuksemua warga Guru generasi 80-an merupakan
tanpa terkecuali adalah guru. Guru tenaga pendidik pendatang baru dunia
mempunyai tugas, fungsi, dan peran digital. Jumlah guru yang lahir sebelum
sangat penting serta strategis dalam era 80-an masih sangat signifikan.
mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya, para pendidik umumnya
Guru yang profesional diharapkan merupakan pendatang baru dunia digital.
mampu berpartisipasi dalam pembangu- Ketika guru masih berkutat dengan buku-
nan nasional untuk mewujudkan insan buku dan media cetak, para siswa hidup
Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan dan banyak berguru secara mandiri
Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu melalui media digital. Tentu saja, tidak
pengetahuan dan teknologi, memiliki mudah mendidik siswa di era ini. Namun,
jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, untuk mengatasi hal tersebut guru dapat
berjiwa sosial, dan berkepribadian yang memulai dengan beberapa langkah.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 109
Pertama, memastikan diri terus belajar siswa yang tidak hanya mendengar dan
dan memahami keterampilan mengguna- melihat vidio dan suara. Tetapi, juga
kan media baru. Kedua, secara logis dan memberikan respon aktif dan respon itu
kreatif menunjukkan betapa produk menentukan kecepatan dan sekuensi
teknologi informasi sebagaimana penyajian. Media interaktif memiliki
teknologi apapun ialah pisau bermata unsur audio-visiual (termasuk animasi)
dua. Bisa membuat mereka lebih baik, dan disebut interaktif karena media ini
atau malah sebaliknya. Ketiga, dirancang dengan melibatkan respon
menjadikan kekayaan dunia digital pemakai secara aktif.
sebagai ruang belajar bersama. Keempat, Jadi, media merupakan segala
perkuat jaringan belajar bersama sesuatu yang dapat digunakan untuk
sebagaimana salah satu amanah era menyalurkan pesan dari pengirim ke
digital yaitu perbanyak kolaborasi. penerima sehingga dapat merangsang
Hambatan, solusi dan proyeksi pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
pembelajaran daring merupakan aspek serta perhatian siswa sedemikian rupa
penting yang harus dikaji secara sehingga proses belajar terjadi.
mendalam. Adanya hambatan pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
proses pembelajaran dapat menurunkan merupakan salah satu mata pelajaran
minat belajar siswa (Suryani, 2013). yang di pelajari siswa di Sekolah Dasar
Faktor-faktor yang menjadi kunci agar dapat mengembangkan diri sesuai
kesuksesan pembelajaran daring adalah bakat, minat dan kemampuan di
ketersediaan sarana dan prasarana. lingkungannya. Hal ini bertujuan agar
Pembelajaran daring ini merupakan siswa mampu mengetahui dan
proses transformasi pendidikan mengembangkan minat dan bakat yang
konvensional ke dalam bentuk digital ada pada diri sendiri. Salah satu mata
sehingga memiliki tantangan dan pelajaran yang dianggap paling
peluang tersendiri. Oleh karena itu, membosankan karena terlalu banyak
adanya hambatan yang terdapat dalam materi yang harus di pahami serta
proses pembelajaran daring harus dapat dihafalkan adalah mata pelajaran IPA
ditemukan solusinya, sehingga proyeksi (Ilmu Pengetahuan Alam). Dalam hal ini,
pembelajaran dengan sistem daring ke peneliti akan menggunakan media
depan dapat dipetakan. Oleh karena itu, interaktif animasi yaitu berupa vidio
penelitian mengenai hambatan, solusi animasi seputar materi pelajaran.
dan proyeksisistem pembelajaran daring Peneliti menggunakan media
perlu dilakukan. Sehingga diharapkan pembelajaran seperti media interaktif
respons yang diperoleh dapat menggam- yang berupa gambar, dan audio proses
barkan proses pelaksanaan pembelaja- pembelajaran akan menjadi lebih efektif
ran daring ditengah pendemi Covid-19 dan dapat menarik perhatian para peserta
saat ini dan dijadikan informasi dasar didik sehingga materi dapat dengan
bagi pihak-pihak terkait dalam mudah di pahami oleh peserta didik dan
menentukan kebijakan pembelajaran dapat meningkatkn hasil belajar siswa.
daring, terutama lembaga calon guru dan Dan bagi tenaga pengajar dapat
tenaga kependidikan. memperdalam proses belajar-mengajar di
Menurut Seels dan Glasgow kelas, misalnya membangkitkan motivasi
dalam Arsyad (2004: 36) mengemuka- dan memberikan evaluasi setelah
kan bahwa media interaktif merupakan melakukan proses belajar-mengajar.
sistem media penyampaian yang Berdasarkan hasil observasi yang
menyajikan materi video rekaman dilakukan pada saat waktu mengajar
dengan pengendalian komputer kepada daring melalui aplikasi zoom pada

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 110


pelajaran IPA materi isolator dan tersebut adalah untuk mengetahui
konduktor di kelas VI SDN bagaimana dan kapan penggunaan
Tanjungsari/97 Surabaya hasil belajar teknologi dalam membantu keefektifan
siswa sangat memprihatinkan. Dimana pengajaran IlmuPengetahuan Alam. Dan
pada saat itu banyak siswa juga tergolong penelitian terbaru menunjukkan bahwa
hanya mendengarkan materi yang menggunakan media animasi dalam
disampaikan oleh guru, tanpa proses pembelajaran lebih efektif
mengeluarkan pendapat ataupun dibandingkan dengan metode
pertanyaan. Tidak ada terjadinya konvensional.
interaksi antara guru dan siswa yang aktif Dari hasil pembahasan yang di
dan efektif. paparkan pada latar belakang, maka
Adapun masalah lain yang di peneliti berinisiatif untuk mengajardaring
temukan di SDN Tanjungsari/97 melalui media interaktif animasi pada
Surabaya pada kelas VI selain hasil pembelajaran IPA. Jadi peneliti
belajar daring yang didapati rendah, mengajukan judul yaitu penerapan media
pembelajaran yang bersifat teacher interaktif animasi untuk meningkatkan
centered dimana guru cenderung hasil belajar IPA materi isolator dan
mendominasi proses pembelajaran dan konduktor di kelas VI SDN
kurang melibatkan siswa untuk aktif Tanjungsari/97 Surabaya.
dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian
guru juga masih menggunakan model KAJIAN PUSTAKA
pembelajaran konvensional dan terkesan Media Pembelajaran
apa adanya denganmetode ceramah yang Media adalah bentuk bentuk-
dilanjutkan dengan penugasan terhadap bentukkomunikasi baik tercetak maupun
siswa. audio visual serta peralatannya. Media
Jika hal tersebut terus berlangsung juga diartikan segala sesuatu yang dapat
dalamkegiatan pembelajaran, maka siswa digunakan untuk menyalurkan pesan dari
akan beranggapan bahwa pembelajaran pengirim ke penerima sehingga dapat
Ilmu Pengetahuan Alam bukanlah merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
kebutuhan untuk kehidupan, hanya dan minat sehingga proses belajar terjadi.
tuntutan aktivitas pembelajaran disekolah Kata media berasal dari bahasa
saja. Karena siswa merasa tidak Latin dan merupakan bentuk jamak dari
mendapatkan makna dari pembelajaran kata medium yang secara harfiah berarti
Ilmu Pengetahuan Alam, hingga perantara atau pengantar. Gagne (1970)
berdampak pada hasil belajar siswa. menyatakan bahwa media adalahberbagai
Berdasarkan hal tersebut, maka jenis komponen dalam lingkungan siswa
peneliti mencoba menggunakan media yang dapat merangsangnya untuk belajar.
pembelajaran yang tepat yaitu media Sementaraitu Briggs (1970) berpendapat
interaktif animasi, sesuai dengan materi bahwa media adalah segala alat fisik yang
yang akan di sampaikan di depan kelas dapatmenyajikan pesan serta merangsang
dan membuat media semenarik mungkin siswa untuk belajar. Contohnya yaitu
agar siswa tertarik dan antusias dalam buku, film, kaset, dan gambar
mengikuti kegiatan belajar mengajar. bergerak/vidio/animasi.
Selain itu, beberapa peneliti telah Sebagai sumber belajar, media
mencoba memberikan dukungan dapat didefinisikan dengan manusia,
terhadap keefektifan penggunaan media benda, maupun peristiwa atau kejadian
animasi dalam mengajarkan Ilmu yang membuat peserta didik memeroleh
Pengetahuan Alam dalam penelitian- suatu pengetahuan dan keterampilan
penelitian mereka. Tujuan penelitian (Djamarah, 2010: 120). Dalam dunia

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 111


pendidikan, media atau yang sering efek gerakan (visual animasi) dan suara
disebut dengan media pembelajaran (audio) sehingga dengan efek tersebut
menjadi alat bantu dalam penyampaian pengguna dapat menerima pesan-pesan
pesan berupa materi pelajaran oleh guru yang disampaikan dandapat melakukan
kepada peserta didik untuk meningkatkan timbal balik terhadap animasi tersebut.
kualitas belajar agar dapat mencapai Dari pengertian-pengertian di
tujuan pembelajaran. Menurut Briggs atas, dapat disimpulkan bahwa media
(2012: 7), mengartikan bahwa media interaktif animasi merupakan alat
berfungsi sebagai sarana fisik yang perantara yang dirancang dengan
digunakan untuk merangsang peserta pemanfaatan komputer menggunakan
didik dalam belajar. Sedangkan menurut unsur seperti suara, gambar, dan teks
Wulandari (2015: 9), media adalah dan juga memberikan efek gerakan dan
sesuatu yang dapat menyalurkan atau suara agar penonton (siswa) dapat
menyampaikan pesan kepada penerima menerima pesan-pesan yang disampai-
agar mendapatkan pengetahuan dalam kan dan dapat melakukan timbal balik
menangkap, memproses, dan menyusun terhadap media interaktif animasi
kembali informasi visual atau verbal yang tersebut.
disampaikan. Menurut Munadi (2012: 7), Media animasi pembelajaran
menarik kesimpulan bahwa media adalah alat yang dapat dijadikan untuk
pembelajaran adalah sesuatu yang membantuproses belajar, dan dapat
digunakan dalam penyampaian dan merangsang pikiran, perasaan, motivasi
penyaluran pesan dari sumber atau guru peserta didik melalui ilustrasi gambar
dengan perencanaan yang dapat yang bergerak disertai suara narasi dan
menciptakan lingkungan belajar peserta berfungsi untuk memeperjelas makna
didik yang kondusif sehingga penerima pesan yang akan disampaikan sehingga
pesan mampu melakukan kegiatan belajar dapat mencapai tujuan pemebelajaran
secara efektif dan efisien. dengan baik dan sempurna.
Media Interaktif Animasi Pembelajaran IPA
Menurut Seels dan Glasgow Ilmu Pengetahuan Alam
(dalam Arsyad, 2011:27) media merupakan terjemahan kata-kata Inggris
interaktif merupakan sistem media yaitu natural science, artinya Ilmu
penyampaian yang menyajikan materi Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan
video rekaman dengan pengendalian dengan alam atau bersangkut paut dengan
komputer kepada penonton (siswa) yang alam, sedangkan science artinya ilmu
tidak hanya mendengar dan melihat pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan
video dan suara, tetapi juga memberikan Alam (IPA) atau science dapat disebut
respon yang aktif dan respon itu yang sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
menentukan kecepatan dan sekuensi mempelajari peristiwa- peristiwa yang
penyajian. terjadi di alam ini. IPA merupakan ilmu
Menurut Kamus Besar Bahasa yang berhubungan dengan gejala-gejala
Indonesia (KBBI), Media Interaktif alam dan kebendaanyang sistematis yang
adalah bersifat saling melakukan aksi, tersusun secara teratur, berlaku umum
antar-hubungan atau saling aktif. Media yang berupa kumpulan dari hasil
interaktif ini juga memilikiunsur seperti observasi dan eksperimen.
suara (audio), gambar (visual), dan teks Ilmu Pengetahuan Alam adalah
untuk menyampaikan suatu pesan. sebuah dinamika, dimana sebuah proses
Sedangkan animasi merupakan berulang dilakukan untuk menemukan
kumpulangambar, garis, teks, atau unsur hasil sementara yang dapat membantu
pembentukobjek lain yang memberikan kita memahami bagaimana dunia ini
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 112
bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan kualitas sesuatu.
dapat kita pahami bahwa IPA merupakan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
suatu ilmu yang telah ditemukan dengan untuk meningkatkan kemmapuan
suatu proses percobaan berulangkali kognitif siswa dengan media
untuk membantu kita memahami pembelajaran interaktif animasi melalui
bagaimana dunia ini bekerja. Hasil dari daring tatap muka dengan zoom pada
setiap percobaan yang dilakukan untuk siswa kelas VI SDN Tanjungsari/97
memahami bagaimana dunia ini bekerja, Surabaya.
masih bersifat sementara karena dunia ini Subjek dalam penelitian ini adalah
selalu berubah seiring waktu. melakukan pengamatan terhadap
IPA merupakan proses untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa pada
mendapatkan Ilmu sains yang dilakukan pembelajaran di kelas VI SDN
melalui metode ilmiah. Sedangkan IPA Tanjungsari/97 Surabaya yang terdiri
sendiri sebagai pemupuk sikap dari 37 siswa dengan komposisi siswa
merupakan upaya untuk membentuk perempuan 17 orang dan siswa laki-laki
sikap siswa dalam konteks pengajaran 20 orang. Peneliti mengadakan
IPA. Dengan mempelajariilmu mengenai penelitian terhadap siswa kelas VI
alam, siswa dapat memperoleh karena pemahaman dan hasil belajar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yamg masih rendah dan belum
yang akan berguna dalam kehidupan mencapai standar Kriteria Ketuntasan
mereka, seperti dalam memilih gaya Minimal (KKM) yang ditentukan oleh
hidup yang benar terhadap makanan dan sekolah yaitu dengan nilai pembelajaran
olahraga, melakukan kegiatan-kegiatan IPA materi mengidentifikasi
sehari-hari yang dapat memberikan perpindahan kalor konduktor dan
pengaruh baik terhadap lingkungan isolator. Siswa dikatakan tuntas apabila
sekitar dan dapat memecahkan masalah telah memperoleh nilai siswa minimal
sehari-hari. dalam KKM mencapai 75 dan rata-rata
hasilbelajar klasikal seluruh siswa dalam
METODE PENELITIAN KKM mencapai ≥ 80%.
Penelitian yang akan dilaksanakan
ini merupakan Penelitian Tindakan PEMBAHASAN
Kelas (PTK). Tujuan dilaksanakan Berdasarkan keterangan tersebut,
penelitian ini adalah untuk mengupaya- terbukti bahwa penggunaan media sangat
kan perbaikanpembelajaran, baik dalam bermanfaat pada proses pembelajaran.
hal proses maupun hasilnya. Penelitian Arsyad (2009: 25), mengemukakan
dilaksanakan dalam melalui beberapa bahwa media pembelajaran mampu
tahapan sebagai berikut: 1) tahap memperjelas dalam penyajian informasi
persiapan atau perencanaan, 2) tahap dan pesan sehingga dapat meningkatkan
pelaksanaan penelitian, 3) tahap dan melancarkan proses dan hasil belajar
observasi atau pengamatan penelitian siswa. Media pembelajaran interaktif
dan 4) tahap refleksi. Tahap 1 sampai animasi ini guru memanfaatkan tiga
dengan 4 tersebut adalah sebuah proses kemampuan yang telah dimiliki dalam
yang merupakan sebuah siklus. Jadi diri siswa sendiri sehingga diharapkan
setiap siklus menempuh keempat dapat memaksimalkan proses belajar
tahapan tersebut. siswa nantinya. Tiga kemampuan yang
Penelitian dilakukan secara dimaksudkan adalah (1) Visual /
cermat, mendalam, dan rinci sehingga Penglihatan, melalui melihat siswa
dapat mengumpulkan data yang lengkap diharapkan dapat belajar maksimal dan
dan dapat menghasilkan informasi yang memahami materi yang diberikan guru;

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 113


(2) Auditorial / Mendengar, melalui mengoptimalkan ketiga modalitas
mendengarkan penjelasan guru siswa belajar tersebut untuk menjadikan si
mampu menyerap dan memahami materi belajar merasa nyaman.
yang dijelaskan guru; (3) Kinestetik / Berdasarkan hasil observasi yang
Melakukan (bergerak, bekerja, dilakukan untuk mengamati hasil belajar
menyentuh), dengan terlibat langsung siswa yang dilaksanakan pada siklus II
dalam mata pembelajaran IPA materi ini sudah dinyatakan berhasil karena
mengidentifikasi mengidentifikasi peng- indikator pencapaiannya lebih dari atau
hantar kalor mengenai isolator dan sama dengan 80% dari indikator
konduktor dalam kehidupan sehari-hari keberhasilan penelitian. Apabila
misalnya praktikum dengan siswa dibandingkan dengan indikator
terlibat langsung dengan objek ketercapaian tujuan dalam penelitian ini
diharapkan siswa dapat lebih memahami maka dapat dinyatakan dari hasil
materi pembelajaran yang diajarkan guru evaluasi pada siklus II telah diperoleh
melalui pembelajaran daring. Karena skor rata-rata hasil belajar siswa pada
ketiga kemampuan tersebut memang mata pelajaran IPA materi tentang
telah dimiliki dalam diri siswa masing- mengidentifikasi mengidentifikasi
masing kini guru hanya perlu penghantar kalor mengenai isolator dan
memaksimalkan ketiga organ tubuh yang konduktor dalam kehidupan sehari-hari
bersangkutan dan tidak perlu persentase ketuntasan belajar mencapai
menggunakan sarana dan prasarana yang 86,49% (32 siswa). Berdasarkan hasil
khusus. tersebut diketahui bahwa pesentase
Media animasi pembelajaran ketuntasan belajar siswa dalam
adalah alat yang dapat dijadikan untuk pembelajaran IPA yang menggunakan
membantuproses belajar, dan dapat media pembelajaran interaktif animasi
merangsang pikiran, perasaan, motivasi telah mampu mencapai nilai di atas KKM
peserta didik melalui ilustrasi gambar dan mengalami peningkatan hasil
yang bergerak disertai suara narasi dan belajar pada tiap tahap siklus yang
berfungsi untuk memeperjelas makna dilakukan.
pesan yang akan disampaikan sehingga
dapat mencapai tujuan pemebelajaran KESIMPULAN DAN SARAN
denganbaik dan sempurna. Kesimpulan
Media pembelajaran interaktif Berdasarkan rumusan masalah dan
animasi, dimana menampilkan sebuah hasil penelitian yang telah dibahas pada
video yang menekankan siswa untuk bab sebelumnya, maka dapat disimpul-
belajar denganmemanfaatkan alat indera kan bahwa.
setelah melihat video siswa untuk terjun 1. Hasil belajar siswa Kelas VI SDN
langsung mencoba dirumah untuk Tanjungsari97 Surabaya Berdasarkan
mengamati beberapa benda yang bisa hasil observasi yang dilakukan untuk
menjadi penghantar kalor mengenai mengamati hasil belajar siswa yang
isolator dan konduktor dalam kehidupan dilaksanakan pada siklus II ini sudah
sehari-hari. Dengan diberin video dinyatakan berhasil karena indikator
kemudian terjun langsung di lingkungan pencapaiannya lebih dari atau sama
hal ini bisa menarik bagi siswa, dengan 80% dari indikator keberhasi-
memudahkan mempelajari suatu materi lan penelitian. Apabila dibandingkan
pada tematik sehingga cocok diterapkan dengan indikator ketercapaian tujuan
dalam semua mata pelajaran. Media dalam penelitian ini maka dapat
pembelajaran interaktif animasi dinyatakan dari hasil evaluasi pada
merupakan model pembelajaran yang siklus II telah diperoleh skor rata-rata

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 114


hasil belajar siswa pada mata pelajaran ran yang lebih baik. Sekolah
IPA materi tentang mengidentifikasi disarankan agar menerapkan media
mengidentifikasi penghantar kalor interaktif animasi.
mengenai isolator dan konduktor 2. Bagi guru, dituntut untuk dapat lebih
dalam kehidupan sehari-hari persenta- memahami karakteristik siswa dan
se ketuntasan belajar mencapai mampu menerapkan media
86,49% (32 siswa). Berdasarkan hasil pembelajaran yang kreatif dan
tersebut diketahui bahwa pesentase inovatif sesuai dengan materi yang
ketuntasan belajar siswa dalam diajarkan. Sehingga siswa lebih
pembelajaran IPA yang menggunakan bersemangat belajar dan tertarik
media pembelajaran interaktif animasi dalam kegiatan pembelajaran. Salah
telah mampu mencapai nilai di atas satunya dengan menerapkan media
KKM dan mengalami peningkatan interaktifanimasi.
hasil belajar pada tiap tahap siklus 3. Bagi peneliti lain, peneliti dapat
yang dilakukan. melakukan pada materi yang lain
2. Hasil dari pembelajaran menggunakan agar dapat dijadikan sebagai studi
media interaktif animasi merupakan perbandingan dalam meningkatkan
sebuah pembelajaran berbasis mutu dan kualitas pendidikan.
teknologi yang bisa bergerak dan bisa 4. Pengembangan media masih
diterapkan pada pembelajaran siswa terbatas pada materi animasi dasar.
melalui zoom. Dimasa pandemi, siswa Akan lebih baik lagi jika pilihan
diwajibkan belajar dari rumah, maka materi lebih banyak lagi supaya
guru harus melakukan terobosan baru mempermudah proses belajar
dan harus skreatif agar pembelajaran mengajar bagi siswa dan guru.
lebih menarik dan menumbuhkan
minat siswa. Melalui pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
media interaktif animasi yang Arsyad. 2014. Komputer dan Media
membahas tentang pembelajaran IPA Pembelajaran. Bandung: Remaja
materi penghantar kalor pada Rosdakarya.
konduktor dan isolator. Cara
penggunaan media interaktif animasi Cunayah, Cucun. 2005. Ringkasan dan
yaitu guru mengambil gambar yang Bank Soal IPA. Bandung; Yrama
sesuai dengan tema benda yang bisa Widya.
menjadi penghantar panas seperti
isolator dan konduktor yang akan di Hamalik, O. 2001. Proses Belajar
susun di poworpoint dengan dikasih Mengajar. Bandung: Bumi
penjelasan sehingga menjadi sebuah Aksara.
media. Untuk media animasinya guru
mengambil sebuah gambar gerak yang Kadek Sukiyana, Sukoco, Pengaruh
menarik siswa untuk memudahkan Media Animasi terhadap Hasil
pembelajaran berlangsung. Belajar dan Motivasi Belajar.
Jurnal Pendidikan, Vol 3, Nomor
Saran 1, 2013
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat disampaikan beberapa Kanca, N.I. 2010. Metode Penelitian
saran sebagai berikut: Pengajaran Pendidikan Jasmani
1. Bagi sekolah, agar bersama – sama dan Olahraga. Singaraja:
bekerja, membangun sinergi untuk Undiksha.
terus menginovasi media pembelaja-

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 115


Koyan, I.W. 2012. Statistik Pendidikan
Teknik Analisis Data Kuantitatif.
Undiksha: Singaraja.

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian:


Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Nurkancana, W. 2001. Perkembangan


Jasmani dan Kejiwaan.
Surabaya: Usaha Nasional.

Riyanto,Yatim. 2010. Paradigma Baru


Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Rose, Colin & Nicholl, Malcolm. 2002.


Accelerated Learning. Bandung:
Nuansa.

Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada


Pembantu Guru Mengembang-
kan Kompetensinya dalam
Pengajaran IPA untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung :
Tarsito.

Rusydi Ananda, dkk. 2017. Inovasi


Pendidikan. Medan: Widya
Puspita.

Sumani, Mukhlas. 2011. Belajar dan


Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran


Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 116


ISSN : 2337-3253

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
(Widiyani Setyaningsih)

ABSTRACT
This study aims to describe the role of the use of simple home learning-based practicum in
science learning to increase learning motivation and learning outcomes of class VII-A students of
SMP Negeri 26 Surabay. This research is a Classroom Action Research (CAR) which takes the
subject of class VIII-A with a total of 40 students. The selection of research subjects is based on
real problems faced when teaching in class. In this study using a cycle consisting of 4 stages,
namely planning, implementation, observation, and reflection. Data were obtained by using
observation sheets used by observers during the learning process. In this study using a
questionnaire instrument and learning outcomes. If the first cycle has not been successful, the
second cycle will be carried out by making improvements to the learning activities. The
improvement in cycle 2 is based on the result data in the first cycle. The indicator of the success
of this research is if there is an increase from cycle 1 to cycle 2 with the percentage of all aspects
reaching 80% with good categories. The results of the research conducted in 2 cycles showed that
the use of simple home learning-based practicum in science learning was able to increase learning
motivation and learning outcomes for class VII-E students of SMP Negeri 26 Surabaya during
online learning. This is evidenced by the increase in the results of the two specified aspects. In the
aspect of student product outcomes, the increase in grades from cycle I to cycle II was 20% from
65% of students who completed to 85% of students who completed, with a very good category. In
the aspect of completeness of student learning outcomes, the increase that occurred from cycle I to
cycle II was 20% from the value of 67.50% to 87.50% with a very good category.

Keywords : experiment, inkuiri, student score, distance learning

PENDAHULUAN sehingga siswa dapat memahami


Pembelajaran IPA berkaitan dengan konsep/materi yang ada. Setiap materi
cara mencari tahu tentang alam secara pembelajaran memiliki karakteristik yang
sistematis. Pada kurikulum 2013 berbeda-beda. Oleh karena itu, penanganan
pembelajaran harus berkenaan dengan dari tiap materi pun berbeda-beda pula agar
kesempatan yang diberikan kepada peserta mendapatkan hasil belajar yang diharap-
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan kan.
dalam proses kognitifnya. Agar benar- Hasil belajar merupakan bagian yang
benar memahami dan dapat menerapkan sangat penting dalam proses penentu
pengetahuan, peserta didik perlu didorong keberhasilan Pendidikan. Hasil belajar
untuk bekerja memecahkan masalah, merupakan tolak ukur keberhasilan suatu
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, proses pembelajaran. Dengan hasil belajar,
dan berupaya keras mewujudkan ide- guru dapat mengetahui apakah siswa sudah
idenya. Bagi peserta didik, pembelajaran mencapai kompetensi yang sudah
harus bergeser dari diberitahu menjadi ditetapkan.
“aktif mencari tahu” (Kemendikbud, Pada SKPD tempat peneliti mengajar
2013b). yaitu SMP Negeri 26 Surabaya, hasil
Tuntutan yang harus dapat dikuasai belajar siwa pada mata pelajaran IPA masih
siswa yang tercantum dalam kurikulum cenderung rendah. Hal ini disebabkan
2013, yaitu 5M (mengamati, menanya, beberapa faktor diantaranya yaitu
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, kurangnya kegiatan pembelajaran yang
dan mengkomunikasikan) membuat guru melibatkan siswa secara aktif dan
menjadi lebih kreatif lagi dalam kurangnya kemampuan siswa dalam
menyampaikan suatu proses pembelajaran memahami materi yang diberikan.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 117
Dari hasil pengamatan yang Perencanaan
dilakukan, perlu adanya solusi yang tepat
untuk perbaikan dalam proses belajar Refleksi Siklus I Pelaksana
mengajar di kelas VII-E SMP Negeri 26
Surabaya, sehingga hasil belajar peserta
Pengamatan
didik menjadi lebih baik. Salah satu solusi
yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan Perencanaan
menerapkan model pembelajaran yang
berbeda, yaitu dengan menerapkan model Refleksi Siklus II Pelaksanaan
pembelajaran inkuiri.
Model pembelajaran Inkuiri Pengamatan
diartikan sebagai proses pembelajaran yang
didasarkan pada pencarian dan penemuan Gambar 1. Alur Perencanaan PTK
melalui proses berpikir secara sistematis.
Pembelajaran adalah proses memfasilitasi Sesuai dengan rancangan PTK
kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta tersebut, maka instrumen penelitian ini
didik memperoleh pengetahuan dan adalah sebagai berikut: 1) Silabus dan
keterampilan melalui penemuannya sendiri Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(bukan hasil mengingat sejumlah fakta). (RPP) IPA, disusun untuk mencapai
Berdasarkan uraian di atas, maka kompetensi dasar tertentu; 2) Lembar
penulis bermaksud melakukan suatu Observasi Penilaian Hasil produk Peserta
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan Didik, dan 3) Lembar penilaian hasil
judul “Penerapan Model Pembelajaran belajar peserta didik.
Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Data yang telah dikumpulkan
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII- dalam penelitian ini selanjutnya
E SMP Negeri 26 Surabaya Tahun Ajaran dilakukan analisis secara deskriptif.
2018/2019”. Analisis ini terutama dilakukan pada
tahap refleksi, digunakan untuk
METODE PENELITIAN mengetahui aktivitas pembelajaran dan
Penelitian ini merupakan Penelitian hasil belajar peserta didik. Penelitian ini
Tindakan Kelas (PTK), diterapkan pada dikatakan berhasil jika terdapat pening-
Kelas VIII-E SMPN 26 Surabaya dengan katan presentase mencapai sesuai dengan
jumlah 40 siswa. PTK ini diawali dengan yang telah ditentukan yaitu pada
tahap diagnostik, berupa pengamatan persentase 80% dalam kategori baik.
secara langsung terhadap pembelajaran
IPA materi kalor dan perpindahannya di HASIL DAN ANALISIS DATA
kelas VIII-E SMPN 26 Surabaya. Hasil PENELITIAN
diagnostik digunakan untuk membuat Perencanaan
langkah-langkah PTK yang terdiri dari Pada tahap perencanaan, disiapkan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan silabus, RPP beserta kelengkapannya,
dan evaluasi, dan refleksi, ditunjukkan lembar observasi penilaian hasil produk
pada Gambar1. peserta didik, dan penilaian hasil belajar.
Materi yang digunakan pasa Siklus I dan
II adalah Kalor dan Perpindahannya.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 118


Tindakan dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal adanya peningkatan dari siklus I ke siklus
29 Oktober 2018. Siklus II dilaksanakan II dan hasil pada siklus II sudah
pada tanggal 5 November 2018. melampaui batas kriteria keberhasilan
Pembelajaran dimulai dengan kegiatan klasikal yang ditetapkan yaitu 80%.
pendahuluan, kemudian dilanjutkan Selain itu hasil penilaian tiap aspek
memberikan motivasi. Setelah guru kriteria penilaian hasil produk peserta
menyampaikan motivasi, guru memberi- didik juga menunjukkan hasil yang baik
kan gambaran dan juga menyampaikan dari siklus I ke siklus II. Adapun hasil
tujuan mengenai pembelajaran yang akan yang didapat secara rinci dapat dilihat
dilakukan. pada tabel rekapitulasi berikut.
Pada kegiatan inti, pembelajaran Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Produk
dilakukan sesuai dengan langkah 5M Tiap Aspek
(mengamati, menanya, mengumpulkan Siklus I Siklus II
No Aspek
data, mengasosiasi, dan mengkomuni- Nilai Kategori Nilai Kategori
kasikan) yang dilakukan. Pada tahap ini Kesesuaian
guru mendemonstrasikan tata cara prakti- rancangan
1 percobaan 77.50 Baik 85.63 Sangat Baik
kum yang akan di lakukan oleh peserta sesuai dengan
didik. Guru juga meminta peserta didik konsep
Kelengkapan
untuk menyelesaikan LKPD yang sistematika
2 78.13 Baik 83.13 Sangat Baik
diberikan. penyusunan
laporan
Guru memberikan fasilitas untuk Ketersesuaian
menyelesaikan LKPD secara mandiri isi laporan
dengan
namun tetap dalam bimbingan dan arahan 3 kegiatan 78.13 Baik 85.63 Sangat Baik
guru. praktikum
yang
dilakukan
Pengamatan Kesesuaian
jawaban
analisis data
4 76.25 Baik 87.50 Sangat Baik
dan
pertanyaan
diskusi

Rata-rata 77.50 85.47

Kategori Baik Sangat Baik

Pada hasil produk peserta didik


berupa laporan praktikum/ poster tiap
aspek pada siklus I, aspek dengan hasil
terendah adalah aspek kesesu-aian
Gambar 1. Prosentase Hasil Produk jawaban analisis data dan pertanyaan
Peserta Didik diskusi dengan hasil sebesar 76,25%
kategori baik. Untuk aspek dengan hasil
Aspek pertama dari penelitian ini tertinggi adalah aspek kelengkapan
adalah observasi hasil produk peserta sistematika penyusunan laporan dan
didik dari siklus I ke siklus II, prosentase aspek kelengkapan sistematika
kelulusan hasil produk peserta didik penyusunan laporan dengan nilai sebesar
mengalami peningkatan sebesar 20%, hal 7,13% kategori sangat baik.
ini sudah menunjukan bahwa dari segi Pada siklus II, hasil observasi
hasil produk peserta didik selama proses menunjukan indikator yang memiliki
pembelajaran menggunakan model nilai terendah adalah aspek kelengkapan
pembelajaran inkuiri, penelitian ini dapat
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 119
sistematika penyusunan laporan dengan
hasil sebesar 83,13% kategori sangat
baik. Walaupun memiliki skor terendah
pada siklus II, indikator tersebut masih
melewati indikator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu 80% kategori baik.
Untuk aspek tertinggi pada siklus II di
dapat oleh aspek “Kelengkapan
sistematika penyusunan laporan” dengan
nilai 87,50% kategori sangat baik.
Gambar 3. Diagram Peningkatan Rata-
rata Nilai Peserta Didik

Pada gambar diagram di atas, dapat


dilihat bahwa terdapat peningkatan rata-
rata nilai hasil belajar siswa. Pada
tahapan pra siklus, nilai rata-rata yang
didapat siswa kelas VII-A adalah 69.
Setelah dilakukan penelitian tindakan
Gambar 2. Diagram Hasil Ketuntasan kelas yang menggunakan model
Hasil belajar Peserta Didik pembelajaran inkuiri, rata-rata nilai siswa
menjadi meningkat. Pada siklus ke I, rata-
Aspek Kedua dari penelitian ini rata nilai siswa mencapai angka 80,
adalah adanya peningkatan rata-rata nilai sedangkan pada siklus ke II menjadi 85.
dan ketuntasan peserta didik dari siklus I
ke siklus II. Untuk rincian hasil belajar Refleksi
peserta didik pada siklus ke I dan II data Kekurangan pada siklus I serta
dilihat pada gambar 2 dan 3. rancangan perbaikan yang dapat
Berdasarkan gambar diagram digunakan pada siklus II dapat
diatas, dapat dilihat bahwa terdapat dirangkumkan sebagai berikut:
kenaikan prosentase hasil belajar siswa 1) Guru memberikan motivasi pada
dari pra siklus, siklus I dan siklus II. siswa yang dapat menghasilkan karya
Dapat dilihat bahwa pada siklus ke I terbaik, maka karyanya akan di
prosentase ketuntasan hasil belajar siswa berikan tempat untuk memamerkan
mencapai 67,50% atau sebanyak 27 siswa hasil laporan praktikum.
dinyatakan lulus KKM. Sedangkan pada 2) Guru lebih rutin mengecek atau
siklus ke II, prosentase ketuntasan hasil mengingatkan siswa untuk
belajar siswa mencapai 87,50% atau mengerjakan tugas sesuai dengan
sebanyak 35 siswa dinyatakan lulus deadline yang telah diberikan.
KKM. Dengan demikian, besar 3) Guru menjelaskan lebih detail terkait
peningkatan prosentase ketuntasan hasil Langkah-langkah kegiatan yang akan
belajar siswa dari siklus I ke II sebesar dilakukan setiap akan melakukan
20% atau 8 siswa mengalami kegiatan praktikum, dan membuka
peningkatan. sesi pertanyaan.
Selain prosentase ketuntasan hasil Pada pembelajaran siklus II yang
belajar siswa, di dapat juga peningkatan telah dilaksanakan sudah mendapatkan
rata-rata hasil belajar siswa dari pra hasil yang sangat memuaskan. Hasil yang
sikuls, siklus I, dan siklus II yang dapat diperolah sudah memenuhi kriteria
dilihat pada gambar diagram 3. keberhasilan yang diinginkan oleh

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 120


peneliti, sehingga penelitian tindakan Tahun 2013. Jakarta:
kelas tidak perlu dilanjutkan ke siklus Kemendikbud.
selanjutnya. Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
PEMBAHASAN Jakarta: Raja Grafindo.
Secara keseluruhan penggunaan
model pembelajaran inkuiri dalam
pembelajaran IPA materi kalor dan
perpindahannya mampu meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas VII-E
SMP Negeri 26 Surabaya tahun ajaran
20218/2019. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan hasil dari dua aspek
yang ditentukan. Pada aspek hasil produk
peserta didik, peningkatan nilai dari
siklus I ke siklus II sebesar 20% dari 65%
siswa tuntas menjadi 85% siswa tuntas,
dengan kategori sangat baik. Pada aspek
ketuntasan hasil belajar peserta didik,
peningkatan yang terjadi dari siklus I ke
siklus II sebesar 20% dari nilai 67,50%
menjadi 87,50% dengan kategori sangat
baik

PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas VIII-E
SMPN 26 Surabaya Tahun Pelajaran
2018/2019 adalah dengan penerapan
model pembelajaran inkuiri.

DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Arsyad. 2011. Media
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
. 2014, Media Pembelajaran.
Jakarta : Rajawali Pers.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran
Peranannya Sangat Penting
Dalam Mencapai Tujaun
Pembelajaran. Yogyakarta:
Gava Media.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
republik Indonesia Nomor 81

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 121


ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS TEKS


DESKRIPTIF MENGGUNAKAN TEHNIK MIND MAPPING
(Sri Rahayu)

ABSTRACT
This action research aims to improve student result study in writing skilll using Mind
mapping at SMP 55 Surabaya. There are 2 Cycle Action Research aims to describe the process,
results, and responses to the writing to improve Indonesian writing skills in descriptive text
material for students of class VIII B SMP Negeri 55 Surabaya Semester Academic Year 2021-
2022. Data collection is done by observation, questionnaires, and tests. Based on the results of
the questionnaire, students' responses to learning using mind mapping also showed positive
results because the percentage of students' scores increased to 85%. This is indicated by the
increasing students' writing skills. Increased from cycles I, and II. In Cycle I, the average score
of students in writing was 70 with 75% completeness, in Cycle II it was 93 with 85%
completeness. Thus, in Cycle II, students' classical writing skills had been achieved. For this
reason, it is recommended for teachers, especially English language teachers, to apply the Mind
Mapping technics use model as an interesting alternative for learning.

Keywords : reading skills, descriptive text, mind mapping, media

PENDAHULUAN kesulitan dalam menulis deskriptif teks


Ruang lingkup mata pelajaran meskipun mereka diminta menuliskan
Bahasa Inggris meliputi empat keteram- penggambaran umum dari suatu benda
pilan berbahasa, yaitu Listening, atau hal yang sering mereka jumpai di
Reading, Writing, dan Speaking. Dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan tersebut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat dilihat dari rendahnya kualitas
(KTSP), Pelajaran Bahasa Inggris di SMP menulis siswa.
bertujuan agar siswa mampu mengem- Hal ini terlihat dari hasil ulangan
bangkan kompetensi berkomunikasi harian yang dilaksanakan pada 29 April
dalam bentuk lisan dan tulisan untuk 2022, nilai yang diperoleh siswa
mencapai tingkat informational, yaitu menunjukkan 15 siswa (46%)
mampu mengakses pengetahuan.Menulis mendapatkan nilai di bawah 75 sebagai
deskriptif teks merupakan salah satu Krieria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
kompetensi berbahasa Inggris yang telah ditetapkan MGMPS bahasa Inggris
terdapat pada standar isi mata pelajaran SMPN 55 Surabaya, 17 (54%) lainnya
Bahasa Inggris (BSNP, 2014: 87). telah berhasil melampaui KKM. Hasil ini
Tujuan yang harus dicapai siswa merupakan yang terburuk dibandingkan 4
dalam kompetensi menulis deskriptif teks kelas paralel lainnya yang penulis ajar.
adalah siswa mampu mengungkapkan Pada langkah pertama ini siswa diminta
makna dan langkah-langkah retorika membuka aplikasi sway melalui link
secara akurat, lancar dan berterima yang diberikan guru.
dengan menggunakan ragam bahasa tulis Mind mapping merupakan teknik
dalam konteks kehidupan sehari-hari yang dianggap mampu mengatasi
(BSNP, 2014:30). kesulitan menulis siswa. Karena taknik
Pada dasarnya, menulis deskriptif ini mengedepankan pengorganisasian ide
teks termasuk cukup mudah karena teks yang bisa menarik minat siswa untuk
ini berisi penggambaran umum dari suatu menulis di mana siswa terlebih dahulu
benda atau hal. Namun berdasarkan diajak untuk menemukan ide-ide dengan
pengamatan, siswa kelas VIII B SMP cara yang tidak membosankan.
negeri 55 Surabaya masih mengalami
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 122
Menurut De Porter (2009:153), penelitian deskriptif, yaitu penelitian
mind mapping adalah teknik memanfaat- yang dilakukan untuk mengetahui nilai
kan keseluruhan otak dengan menggu- variabel mandiri, baik satu variabel atau
nakan citra visual dan prasarana grafis lebih (independen) tanpa membuat
lainnya untuk membentuk kesan. Mind perbandingan, atau menghubungkan
mapping jarang diimplementasikan di antara variabel satu dengan variabel yang
sekolah. Dalam mind mapping, guru lain (Sugiyono, 2008:11). Penelitian ini
mengajak siswa untuk mengaktifkan otak dilaksanakan sebanyak dua kali yang
kanan. meliputi beberapa tahap, yaitu (1) studi
Hal ini sangat disayangkan karena pendahuluan, (2) perencanaan tindakan,
kreativitas berada di posisi otak kanan. (3) pelaksanaan tindakan dan (4)
Memori jangka panjang juga berada di evaluasi.
posisi otak kanan. Artinya, memori yang
disimpan di otak sebelah kanan bertahan 1. Tempat dan waktu
lebih lama dibandingkan memori yang Penelitian ini dilaksanakan dua
disimpan di otak kiri (Alamsyah, pertemuan di setiap siklus yang
2009:15). dilaksanakan di kelas VIII B SMP
Masalah yang diangkat dalam Negeri 55 Surabaya. Penelitian di
penelitian ini meliputi: Bagaimanakah siklus pertama dilakukan pada Selasa,
proses pembelajaran menulis deskriptif 24 Mei 2022 dan pertemuan kedua
teks menggunakan teknik mind mapping, dilaksanakan pada Jumat 27 Mei 2022.
dan bagaimanakah hasil pembelajaran Sedangkan siklus kedua dilaksanakan
menulis deskriptif teks menggunakan sepekan kemudian, yaitu Selasa 31
teknik mind mapping. Untuk mengangkat Mei 2022 dan Jumat, 3 Juni 2022.
ketrampilan menulis menyalin kata-kata Kelas ini dipilih karena mereka
dan kalimat-kalimat, serta mengembang- mengalami kesulitan dalam mencari
kan dan menuangkan pikiran-pikiran dan menuangkan ide dan pengetahuan
dalam suatu struktur tulisan yang teratur. mereka ke dalam bentuk deskriptif
teks prosedur adalah sebuah jenis teks teks walaupun mereka sudah
dalam Bahasa Indonesia yang berisi mendapat pelajaran tentang deskriptif
tujuan dan langkah-langkah untuk teks sebelumnya. Hal ini jika
membuat atau melakukan sesuatu yang dibandingkan dengan hasil belajar
berkaitan dengan tujuan tersebut. Fungsi menulis paragraph deskriptif yang
dari teks ini adalah untuk menunjukkan te;ah ditunjukkan di kelas parallel
bagaimana cara melakukan sesuatu yang penulis ampu.
melalui langkah-langkah yang berurutan
sehingga pembaca bisa mencapai 2. Subjek penelitian
tujuannya. Penelitian ini dilakukan
terhadap siswa kelas VIII B SMP
METODE Negeri 55 Surabaya, tahun pelajaran
Rancangan yang digunakan 2021/2022. Jumlah siswa pria adalah
dalam penelitian ini adalah deskriptif- 10, sedangkan siswa putri sebanyak 22
kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis orang.
mencoba mengetahui serta mendeskripsi-
kan hasil dari pengimplementasian suatu 3. Perolehan Data
teknik kepada satu variabel tanpa Dalam penelitian ini, peneliti
membandingkannya dengan variable dibantu oleh observer yang merupakan
yang lain (Arikunto, 2007:17). teman sejawat dalam mengajar Bahasa
Inggris di SMPN 55 Surabaya. Data
Hal ini sesuai dengan pengertian
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 123
dipeoleh melalui tes yang dikerjakan pelaksaan tindakan ini, peneliti masih
siswa di akhir pertemuan kedua setiap menggunakan cara yang sama dalam
sikusnya. Penulis juga menyediakan pemilihan topik, yaitu menyuruh siswa
lembar observasi yang diisi observer menentukan sendiri topik yang akan
saat penulis melakukan pembelajaran digunakan.
dengan mengunakan teknik mind Sejalan dengan tahap
mapping. pelaksanaan, peneliti juga sekaligus
melakukan observasi mengenai
4. Sintaks Pelaksanaan Penelitian dampak penggunaan teknik mind
Studi pendahuluan yang mapping terhadap siswa dengan
dilakukan dengan cara menyuruh menggunakan observation check list
siswa menulis deskriptif teks tanpa dan nilai siswa.
teknik mind mapping.
Pada perternuan pertama, HASIL
pengajaran writing deskriptif teks Ketika peneliti membelajarkan
dilakukan dengan model pembelajaran siswa tentang menulis procedure text
konvensional. Pembelajaran dilakukan ternyata kemampuan menulis siswa
dalam beberapa tahap: masih rendah. Berangkat dari masalah
1. Pendahuluan, meliputi: setelah guru tersebut guru dalam hal ini merangkap
menerangkan menganai deskriptif sebagai peneliti mencoba mencari jalan
teks, siswa disuruh membuat tulisan keluar dengan menggunakan media
dengan memilih topik sendiri. microsoft sway untuk meningkatkan
2. Kegiatan inti, meliputi: siswa ketrampilan menulis teks prosedur.
menulis dan guru hanya Secara rinci pelaksanaan tindakan
memberitahu kata-kata yang tidak sebagai berikut :
diketahui siswa.
3. Penutup, yaitu: guru menilai hasil SIKLUS I
karangan siswa. Pada awal Bab ini mempresentasi-
Dari hasil pertemuan siswa ini kan hasil analisis dan kemampuan
dapat disimpulkan bahwa kuantitas menulis deskriptif teks siswa kelas VIII B
dan kualitas siswa masih rendah. SMPN 55 Surabaya tahun pelajaran
Ketika guru menanyai siswa kendala 2021/2022. Karena penelitian ini
dalam mebuat deskriptif teks, hampir merupakan penelitian descriptif-
semua siswa menjawab bahwa mereka kualitatif, maka hasil penelitian
kesulitan menemukan ide dan disampaikan dengan cara
memiliki perbendaharaan yang menggambarkan pelaksaan serta hasil
terbatas dalam Bahasa Inggris. Banyak belajar siswa yang diperoleh di akhir
hal- hal yang tidak terpikirkan oleh siklus pertama dan kedua. Pelaksanaan
siswa meskipun mereka sebenarnya penelitian pengimplementasian teknik ini
telah mengalami hal tersebut. setiap pertemuannya meliputi pre-writing
Dari hasil awal di atas, peneliti activity, whilst- writing activity, dan post-
kemudian mencoba menyusun strategi writing activity.
yang akan digunakan untuk mengajar
writing deskriptif teks untuk Siklus Pertama
pertemuan berikutnya. Perencanaan 1. Pre- writing activity
ini di dalamnya adalah pembuatan Sebelum guru memulai pelaja-
RPP. ran writing, guru terlebih dahulu
Tahap yang ketiga ialah mengulangi penjelasan deskriptif teks
pelaksanaan tindakan. Dalam yang telah dijelaskan pada pertemuan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 124


sebelumnya. Dalam pertemuan ini, Tabel 4.2.
siswa mampu menyebutkan tujuan, Daftar Nilai Menulis Deskriptif Teks
generic structure dan ciri kebahasaan Menggunakan Teknik Mind Mapping
deskriptif teks. guru kemudian Siklus 1
membacakan salah satu bagian teks Category
TT
dan meminta siswa menyebutkan pada No Stud’
Or Co Gram Mec Voc
bagian generic structure manakah teks
tersebut. Siswa dapat menjawab 1 AP 15 20 15 15 10 75
2 AF 10 18 12 12 12 64
sehingga dapat disimpulkan bahwa 3 AN 15 12 10 15 15 77
siswa telah memahami deskriptif teks. 4 ANG 18 18 18 18 15 87
5 AR 10 12 12 15 12 61
6 AU 15 20 15 12 15 77
2. Whilst writing activity 7 BS 15 15 15 15 15 75
8 BD 15 12 15 18 15 75
Setelah review tersebut selesai, 9 CA 12 13 10 15 15 75
guru meminta siswa untuk secara 10 DA 10 10 8 15 10 53
11 EK 18 18 18 18 18 90
individu menyiapkan sebuah 12 GP 18 15 15 15 15 78
pengalaman liburan yang pernah 13 GU 13 18 15 15 15 76
dilakukan oleh siswa. Siswa diminta 14 GK 15 15 10 15 14 69
15 MM 15 18 17 15 12 77
menggambarkan sebuah bangunan 16 MS 15 15 15 15 15 75
yang dilihatnya dan menuliskannya ke 17 MW 15 15 13 12 10 75
18 N 10 15 18 15 15 75
dalam bentuk deskriptif teks. Beberapa 19 NS 15 10 10 15 15 67
siswa yang tidak mengerti kata-kata 20 N P. 20 15 15 10 15 75
21 NR 15 14 10 15 12 64
dalam bahasa Inggris yang akan 22 NN 14 15 17 15 15 76
digunakan untuk menulis bertanya ke 23 RS 20 15 15 15 15 80
sana-ke mari hingga menyebabkan 24 RT 15 18 15 15 13 76
25 S 15 12 10 18 15 70
kelas menjadi lebih gaduh. 26 SW 16 15 14 15 15 75
Beberapa siswa terlihat belum 27 TI 15 12 10 18 15 70
28 YA 20 15 15 10 18 78
juga memulai menulis hingga guru 29 YU 15 17 10 18 15 75
harus berkali-kali menyuruh mereka 30 YA 16 15 13 15 16 75
untuk segera memulai 31 YS 20 15 9 10 15 69
32 YP 16 12 10 17 12 67
menulis.Ahirnya seluruh siswa
menulis dan kelas masih sedikit gaduh Dari data di atas, diketahui bahwa
dengan pertanyaan-pertanyaan murid nilai rata-rata yang diperoleh adalah 75,
mengenai kosakata. 47. Selain itu, ada 8 anak atau 75 % dari
jumlah siswa yang lulus kriteria
Peningkatan Hasil Belajar Siklus I kelulusan minimal (KKM) yaitu 75. Hal
Semua sintaks yang telah tersebut dikarenakan ketidakmampuan
digariskan dalam penelitian ini telah siswa dalam menggunakan kata-kata
dilaksanakan dengan baik. Di akhir dua yang tepat untuk menulis.
pertemuan di siklus 1 ini diadakan tes Permasalahan lainnya diketahui
untuk mengetahui kemampuan menulis berasal dari kurangnya kosakata siswa
paragraf deskriptif. Hasil yang diperoleh yang ahirnya memaksa siswa bertanya
adalah sebagai berikut: kepada temannya dan membuka kamus,
namun mereka tidak menyadari bahwa
kosakata yang mereka dapatkan
sebenarnya harus diolah lagi sesuai
dengan ciri kebahasaan deskriptif teks.
Selain itu, dari 30 menit yang
digunakan untuk whilst activity. Siswa
lebih banyak menghabiskan waktu
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 125
dengan bertanya kosakata kesana kemari membantu siswa mengelompokkan
dan membuka kamus. benda tersebut.
Diketahui juga bahwa ada Guru kemudian meminta siswa
permasalahan yang muncul ketika siswa menyebutkan hal yang berkaitan
merasa kesulitan untuk membuat dengan human, animal dan plant.
hubungan antara satu kata dengan kata Kemudian siswa menyebutkan male
yang lain. Sehingga, dari pertemuan ini dan female untuk human, wild dan
penulis menyimpulkan bahwa permasala- tame untuk animal dan water and land
han yang paling utama ialah kurangnya untuk plant. Kemudian mereka
kosakata dan cara menghubungkan antar menjabarkan tiap–tiap poin lebih
ide. detail dengan memberikan contoh
Dari analisis ini, maka harus pada tiap poinnya.
diadakan penerapan pembelajaran yang Dari keterangan di atas, dapat
sama. Di sikuls selanjutnya, penulis diketahui bahwa walaupun siswa
menggunakan teknik mind mapping sebenarnya sudah menghafal general
dengan memperhatikan berbagai kekura- sructure dari deskriptif teks, namun
ngan yang ada di skilus pertama ini. pada kenyataannya mereka masih
menggabungkan general
SIKLUS II classification dan descriptionya
Melihat adanya permasalahan menjadi satu paragraf sehingga tidak
mengenai kurangnya kosakata dan cara terlihat pembagian di antara kedua
menggabungkan antar ide yang dimiliki generic structure-nya.
siswa, peneliti kemudian menerapkan Menyadari hal itu, guru
teknik mind mapping untuk mengatasi membenarkan dengan cara bertanya
permasalahan tersebut. kepada siswa apakah seharusnya
general classification dan description
1. Pre-writing activity digabung menjadi satu, dan siswa
Guru kembali mengingatkan akhirnya menyadari kesalahan mereka
siswa tentang deskriptif teks dan dan membetulkannya. Pembetulan
manfaat jika menguasai deskriptif teks, tersebut juga dilakukan terhadap kata-
yaitu bahwa dengan teks ini, siswa kata yang masih kurang tepat seperti
dapat menceritakan apa yang telah penggunaan.
mereka alami. Siswa kemudian Tabel 4.3.
diminta untuk menyebutkan satu Daftar Nilai Menulis Deskriptif Teks
pengalaman yang ingin mereka Menggunakan Teknik Mind Mapping
tuliskan. Guru meminta mereka Siklus 2
menyebutkan yang paling mudah dan Stud’s Category TT
No
name Or Co Gram Mec Voc
ahirnya disepakati pengalaman 1 AP 20 15 15 15 20 85
berlibur karena pengalaman inilah 2 AF 20 20 15 15 15 85
3 AN 15 20 20 20 15 90
yang dialami oleh seluruh siswa. 4 ANG 20 15 15 15 20 85
5 AR 20 15 15 15 20 85
6 AU 20 20 15 15 15 85
2. Whilst writing activity 7 BS 15 20 20 20 15 90
Guru menulis topik yang telah 8 BD 20 15 15 15 20 85
dipilih dalam satu kata di papan tulis, 9 CA 15 15 20 15 15 80
10 DA 15 15 20 15 15 80
yaitu creature (makhluk hidup). 11 EK 15 15 20 15 15 80
Setelah itu, guru meminta siswa 12 GP 15 15 20 15 15 80
13 GU 15 15 20 15 15 80
menyebutkan hal-hal yang berkaitan 14 GK 15 15 20 15 15 80
dengan creature. Siswa menyebut: 15 MM 15 15 20 15 15 80
16 MS 15 15 20 15 15 80
human, animal, dan plant. Guru 17 MW 15 15 20 15 15 80

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 126


No
Stud’s Category TT Namun setelah menggunakan mind
name Or Co Gram Mec Voc
18 N 15 15 20 15 15 80 mapping, kosakata yang mereka gunakan
19 NS 20 20 15 15 15 85 menjadi lebih bervariasi dengan
20 N P. 15 20 20 20 15 90
21 NR 20 15 15 15 20 85 munculnya kata-kata baru seperti
22 NN 20 15 15 15 20 85 creature, wild, tame, dan lain-lain.
23
24
RS
RT
20
15
20
20
15
20
15
20
15
15
85
90
Peningkatan lain yang tampak yaitu
25 S 15 12 10 18 15 70 dalam aspek grammar. Secara teori, siswa
26 SW 16 15 14 15 15 75 sebenarnya dapat menyebutkan bahwa
27 TI 20 20 15 15 15 85
28 YA 15 20 20 20 15 90 deskriptif teks haruslah menggunakan
29 YU 20 15 15 15 20 85 kata kerja bentuk ke satu (simple present
30 YA 20 15 15 15 20 85
31 YS 20 20 15 15 15 85
tense), namun pada kenyataannya, ketika
32 YP 15 20 20 20 15 90 siswa diminta menulis deskriptif teks,
banyak dari mereka yang cenderung lupa
Dari hasil di atas, pencapaian rerata menambahkan s/es dan masih banyak
adalah 88,3. walaupun tidak terlalu yang belum bisa membedakan mana kata
signifikan, namun dapat dilihat bahwa jamak dan tunggal, juga masih kurang
terjadi peningkatan terhadap hasil bisa memilih preposition yang tepat, yang
penggunaan mind mapping untuk berakibat berkurangnya skor untuk
membantu siswa dalam menulis grammar.
deskriptif teks. Hanya ada 2 siswa (6,25
%) yang mendapatkan nilai di bawah HASIL ANGKET
KKM yang ditentukan. Secara klasikal Setelah menggunakan teknik mind
terdapat 30 siswa (93,75%) melampaui mapping, beberapa siswa lebih teliti
KKM. Ini berarti telah melampaui dalam penggunaan kata kerja bentuk ke
ketuntasan klasikal yang telah ditentukan, satu dan tahu dimana menambahkan s/es
85%. atau tidak untuk menulis. Hal ini terjadi
Di dalam pertemuan kali ini, siswa karena ketika membuat mapping, siswa
tidak lagi gaduh bertanya kesana- kemari telah memasukkan kata benda tunggal
untuk bertanya tentang kosakata yang dan jamak, sehingga ketika memasukkan
digunakan untuk menulis. Kalaupun ada kata-kata tersebut ke dalam tulisan,
masalah, hal ini berkaitan dengan mereka tidak terlalu mendapat kesulitan.
penggunaan kata hubung yang harus Di bawah ini disajikan hasil dari respon
digunakan. siswa terhadap pembelajaran teks.
Hasil tulisan siswa juga Angket ini diberikan kepada 32 siswa
menunjukkan bahwa kata-kata dan sebagai responden.
aktivitas yang ditulis oleh siswa menjadi
lebih banyak. Dari daftar nilai di atas,
dapat dilihat bahwa peningkatan yang
cukup signifikan terjadi pada poin
grammar dan vocabulary.
Hal ini terjadi karena dengan teknik
mind mapping, siswa mendapat lebih
banyak masukan mengenai ide yang
dituangkan dalam bentuk kata-kata yang
saling berkaitan satu sama lain. Contoh,
sebelum menggunakan mind mapping,
siswa hanya dapat menceritakan aktivitas
yang kosakatanya umum dan sering
digunakan, seperti animal, plant, water.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 127


Tabel 4.4 Hasil Angket mengorganisasikan ide mereka sebelum
No Pernyataan Ya Tidak menulis. Teknik mind mapping yang
1. Apakah penerapan mind 21 1 diterapkan dalam penelitian ini
mapping membuat Anda
merasa nyaman dalam mengadaptasi apa yang telah
mengikuti pelajaran di kelas? diungkapkan Heilmich & Pittleman
2. Apakah penerapan mind 6 5
mapping membuat Anda (2012). Yakni, untuk mendapatkan
merasa senang dalam keefektifan pembelajaran menulis,
mengikuti pelajaran di kelas?
3. Apakah materi yang 15 5 pembelajara terlibat tiga kegiatan utama,
disampaikan oleh guru jelas? yaitu pemilihan topik, penulisan dan
4. Apakah Anda memiliki 16 2
motivasi sebelum pelajaran pemberian umpan balik.
dimulai? Penggunaan teknik ini
5. Menurut Anda, apakah materi 12 3
pelajaran yang telah diberikan menunjukkan hasil positif terhadap
oleh guru membuat Anda kemampuan menulis deskriptif teks
menemukan konsep atau hal
yang baru? siswa. Peningkatan ini terjadi di 5 aspek
6. Apakah selama proses belajar 4 16 penilaian tulisan, yaitu: organisasi
mengajar Anda aktif terlibat
dalam mengerjakan tugas yang tulisan, isi, grammar, meknis serta
diberikan oleh guru? kosakata. Secara umum, pencapaian di
7. Apakah kegiatan belajar 14 3
mengajar dengan menggunakan siklus pertama ada 24 siswa (75 %) dari
mind mapping dapat jumlah siswa yang lulus kriteria
meningkatkan minat belajar
siswa kelulusan minimal (KKM) yaitu 75. Di
8. Apakah pembelajaran 20 5 siklus kedua, 30 siswa (93,75%)
menggunakan mind mapping
lebih menarik? melampaui KKM. Ini berarti telah
9. Apakah pembelajaran 13 2 melampaui ketuntasan klasikal yang telah
menggunakan mind mapping
lebih mudah dipahami? ditentukan, 85%.
10. Apakah pembelajaran 13 2
menggunakan mind mapping
lebih singkat? SARAN
Selain itu, guru juga diharapkan
134 44
untuk menggunakan teknik ini untuk
86,3
pembelajaran untuk keterampilan lain
13,7%
% berbahasa, misalnya: reading dan
speaking. Demikian halnya dengan guru
bidang studi rumpun non bahasa, yang
KESIMPULAN DAN SARAN membutuhkan pemahaman konsep dasar
SIMPULAN dalam penyampaiannya.
Berdasarkan data yang diperoleh
dan penjelasan yang telah dikemukakan DAFTAR PUSTAKA
di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Alamsyah, M. 2009. Kiat Jitu
pada dasarnya siswa kelas VIII B SMPN Meningkatkan Prestasi dengan
55 Surabaya Tahun Pelajaran 2021/2022 Mind Mapping. Yogyakarta:
mengalami kesulitan dalam menulis Mitra Pelajar.
deskriptif teks meskipun teks Kesulitan
tersebut berkaitan dengan kurangnya Anderson, M., & Kathy, A. 2008. Teks
kosakata yang dimiliki siswa dan cara Types in English 3. Australia:
menghubungkan antar ide. MacMilan.
Dari masalah tersebut, guru
berinisiatif untuk menggunakan teknik Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur
mind mapping karena teknik ini Penelitian: Suatu Pendekatan
merupakan cara efektif untuk membantu Praktek (Edisi Revisi IV).
siswa dalam mengembangkan dan Jakarta: Rineka Cipta.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 128


(http://scied.gsu.edu/hassard/
Aster, Mori and Mori Dowson. 2013. mos/8.5.html, diakses 8 Juni
Semantic Mapping Strategy, 2022).
(online)
(http:/www.k12.nf.ca/Fatima/s McWhorter, K.T., McCombs, C.J. 2018.
emmap.html, diakses pada 27 Write to Raed, Read to Write.
Mei 2022). California: Houghton Miffin.

Badan Standar Nasional Pendidikan


(BNSP). 2014. Standar Isi.
Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Brown, H. Douglas. 2010. Teaching by


Priciple: An Interactive
Approach to Language
Pedagogy. New Jersey:
Prentice Hall.

Brown, H. Douglas. 2004. Language


Assessment: Principles and
Classroom Practice. USA:
Longman.

Buzan, Tony. 2008. Use Both Sides of


Your Brain: New Mind
Mapping Techniques to Help
You Raise All Levels of Your
Intellegence and Creativity: 3rd
Edition. USA: Plume Book.

Carter, C. Bishop, J., Kravits, S.R. 2012.


Keys to Effective Learning.
New Jersey: Prentice Hall.

De Porter, B dan Hernacki, M. 2009.


Quantum Learning
(Terjemahan). Bandung: Kaifa
Pustaka.

Gao, jiajing. 2017. Teaching Writing in


Chinese University; Finding an
Eclectic Approach. Asian EFL
Jornal, edisi XIV. (2) 22-34.

Heilmich, Gilian and Anderson


Pittleman. 2012. Semantic
Mapping., (online)

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 129


ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INDONESIA


MENGGUNAKAN MICROSOFT SWAY
(Siti Nurhayati)

ABSTRACT
This Class 2 Cycle Action Research aims to describe the process, results, and
responses to the application of Microsoft Sway learning media to improve Indonesian
writing skills in Procedure Text material for students of class VII E SMP Negeri 18
Surabaya Odd Semester Academic Year 2021-2022. Data collection is done by
observation, questionnaires, and tests. Based on the results of the questionnaire, students'
responses to learning using Microsoft Sway Media also showed positive results because
the percentage of students' scores increased to 86%.. This is indicated by the increasing
students' writing skills. Increased from cycles I, and II. In Cycle I, the average score of
students in writing was 70 with 60% completeness, in Cycle II it was 78 with 86%
completeness. Thus, in Cycle II, students' classical writing skills had been achieved. For
this reason, it is recommended for teachers, especially Indonesian language teachers, to
apply the Microsoft Sway media use model as an interesting alternative for learning.

Keywords : writing skills, procedure text, microsoft sway, media

PENDAHULUAN kesulitan dalam memilih kata-kata yang


Banyak guru SMP mengalami tepat untuk digunakan dalam menulis
kesulitan untuk membiasakan anak teks prosedur.. Target pembelajaran
belajar menulis. Keadaan seperti itu Bahasa Indonesia di SMP adalah
terjadi di SMP pada umumnya, termasuk memberikan kemampuan berbahasa
di SMP Negeri 18 Surabaya. Dari 38 Indonesia yang berterima dengan baik
siswa kelas VII E SMP NEGERI 18 dan benar. Maka teks bahasa Indonesia
Surabaya pada saat pembelajaran Bahasa yang diciptakan siswa seharusnya
Indonesia tanpa menggunakan media, merupakan teks yang berterima, yang
siswa yang mendapatkan nilai  KKM gramatikal, yang tertata dengan baik.
(Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya Untuk mengatasi masalah tersebut,
sebanyak 22 siswa dari 38 siswa. Hal ada alternatif tindakan yang diasumsikan
tersebut mengindikasikan bahwa prestasi dapat mengatasi rendahnya prestasi
belajar siswa pada materi procedure text belajar siswa kelas VII E yakni
masih perlu ditingkatkan mengingat menggunakan Media Microsoft Sway.
indikator keberhasilan belajar siswa Media tersebut dirasa cocok diterapkan
tercapai apabila secara klasikal, siswa karena dalam pelaksanaannya membuat
yang mencapai KKM dari seluruh siswa siswa lebih bersemangat dan nilai
sekurang-kurangnya 85%, sedangkan cenderung naik. Tujuan yang hendak
menurut data tersebut, secara klasikal, dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
yang sudah memenuhi ketuntasan belajar mengetahui serta respon mereka.
baru mencapai 60 %, masih jauh dari Prestasi Belajar banyak diartikan
hasil yang diharapkan. KKM yang sebagai seberapa jauh hasil yang telah
ditetapkan oleh sekolah sebesar 76. dicapai siswa dalam penguasaan tugas-
Penilaian tugas tersebut didasarkan pada tugas atau materi pelajaran yang diterima
aspek pemilihan kata, struktur, dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
koherensi, dan kelogisan. Kelemahan Belajar pada umumnya dinyatakan dalam
yang paling utama terletak pada aspek angka atau huruf sehingga dapat
pemilihan kata, siswa mengalami dibandingkan dengan satu kriteria

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 130


(Prakosa, 1991). tersebut. Fungsi dari teks ini adalah untuk
Sway adalah aplikasi baru dari menunjukkan bagaimana cara melakukan
Microsoft Office yang memudahkan kita sesuatu melalui langkah-langkah yang
membuat dan berbagi laporan, kisah berurutan sehingga pembaca bisa
pribadi, dan presentasi yang interaktif, mencapai tujuannya.
serta banyak hal lainnya. Mulai dengan
menambahkan teks dan gambar kita METODE
sendiri, mencari dan mengimpor konten Penelitian ini dilaksanakan di SMP
yang relevan dari sumber lain, lalu Negeri 18 Surabaya di kelas VII E . SMP
biarkan Sway menyelesaikannya. Dengan ini terletak di Jl Bambang Sutoro
Sway, kita tidak lagi dibatasi untuk kompleks Angkatan Laut, kenjeran -
memilih template siap pakai yang Surabaya . Secara keseluruhan ada 26
menjadikan tampilan presentasi tampak rombongan belajar, Kelas 7 ada 9
sama seperti milik orang lain, juga tidak rombongan belajar, kelas 8 ada 7, dan
harus memiliki kemampuan desain kelas 9 ada 10. Penelitian ini adalah
khusus untuk mengubah dan menampil- penelitian tindakan kelas, model Stephen
kan informasi dalam cara yang modern, Kemmis dan Mc. Taggart (1998) yang
interaktif, dan menarik. diadopsi oleh Suranto (2000; 49). Model
Pada langkah pertama ini siswa ini menggunakan sistem spiral refleksi
diminta membuka aplikasi sway melalui diri yang dimulai dari rencana, tindakan,
link yang diberikan guru. Pada aplikasi pengamatan, refleksi dan perencanaan
sway ada bebrapa gambar, setelah itu kembali yang merupakan dasar untuk
siswa diberi pertanyaan secara lisan suatu ancang-ancang pemecahan
tentang deskripsi gambar tersebut. Guru masalah.
dapat menyampaikan pelajaran dengan Data yang dikumpulkan dalam
meaggunakan media gambar sebagai penelitian ini berupa: silabus
pendukung. Langkah kedua, siswa pembelajaran, rencana pelaksanaan
menganalisa gambar . Siswa diminta pembelajaran, bahan ajar, media
menyebutkan kosa kata yang terkait pembelajaran berupa gambar orang
dengan gambar, yaitu berupa kumpulan terkenal, instrument penilaian dan hasil
gambar makanan dan kata kerja yang observasi terhadap kegiatan pembelaja-
berhubungan dengan teks prosedur. ran. Sumber data dalam penelitian ini
Setelah siswa selesai memperoleh banyak adalah siswa kelas VII E SMPN 18
kosa kata pada langkah kedua, maka pada Surabaya.tahun pelajaran 2021 - 2022 .
langkah ketiga siswa diminta mencoba Penelitian tindakan kelas ini
menggunakan kata-kata tersebut untuk menggunakan teknik dokumentasi
membuat kalimat secara tertulis. Langkah darihasil belajar peserta didik kelas VII E
terakhir, siswa diberi latihan menulis teks pada Tahun Pelajaran 2021 - 2022. Untuk
prosedur berdasarkan gambar yang kepentingan analisa data maka digunakan
disediakan oleh guru. pedoman untuk mengkonfersi nilai
Ketrampilan menulis adalah seperti pada Tabel berikut:
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, Tabel 3.2 Pedoman Konversi Nilai
serta mengembangkan dan menuangkan SKOR KUALIFIKASI
pikiran-pikiran dalam suatu struktur 90 – 100 Amat Baik
80 – <90 Baik
tulisan yang teratur. teks prosedur adalah
60 – <80 Cukup
sebuah jenis teks dalam Bahasa 0 – <60 Kurang
Indonesia yang berisi tujuan dan langkah-
langkah untuk membuat atau melakukan Proses pembelajaran dilakukan
sesuatu yang berkaitan dengan tujuan secara online dengan menggunakan
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 131
media microsoft sway. Tugas diberikan terhadap data kualitatif yang diperoleh
melalui microsoft teams, dan dari hasil pengamatan selama berlang-
pembahasan materi dilakukan melalui sungnya pembelajaran , dan juga
video conference dengan Microsoft menggunakan analisis kuantitatif yaitu
Teams. Pada tahap kegiatan inti yang digunakan terhadap hasil procedure
pertama adalah sebagai berikut. Setelah text.kSiswa dikatakan berhasil, apabila
salam pembuka dan menanyakan kabar hasil tulisan mereka sudah sesuai dengan
siswa, guru menunjukkan gambar criteria penilaian menulis, yaitu pemahan
berbagai jenis makanan dan gambar kata (sesuai topik), koherensi (keterkaitan
kerja yang digunakan dalam teks dengan pokok bahasan) , struktur kalimat,
prosedur. Siswa diminta mengidentifikasi kreativitas dan kerapian.
gambar tersebut, memberi nama gambar,
mengucapkan dengan jelas,. kemudian HASIL
menuliskan kata-kata tersebut di Ketika peneliti membelajarkan
bukunya. siswa tentang menulis procedure text
Tahap kedua adalah siswa berlatih ternyata kemampuan menulis siswa
membuat kalimat dari kosa kata yang masih rendah. Berangkat dari masalah
sudah diperoleh .Tahap ketiga adalah tersebut guru dalam hal ini merangkap
menyusun kata acak menjadi kalimat. sebagai peneliti mencoba mencari jalan
Menyusun kalimat menjadi teks prosedur keluar dengan menggunakan media
Siswa kemudian menyimpulkan tentang microsoft sway untuk meningkatkan
ciri-ciri kebahasaan dan langkah retorika ketrampilan menulis teks prosedur.
teks prosedur. Siswa membaca uraian Secara rinci pelaksanaan tindakan
tentang teks prosedur memberikan sebagai berikut :
penguatan dan penyimpulan. Selanjutnya
siswa membuat peta konsep. Tahap SIKLUS I
keempat adalah siswa berlatih membuat Pada awal siswa ditunjukkan
procedure teks berdasarkan gambar yang gambar berbagai makanan dan kata kerja
telah tersedia secara individu. Siswa yang berhubungan dengan procedure text
menulis tugas di buku kemudian difoto dan diminta menjawab pertanyaan
dan dikumpulkan lewat WA group. tentang gambar tersebut. Sejumlah 38
Data yang diperoleh dari observasi siswa dari data aktivitas siswa dalam
dikumpulkan, berdasarkan hasil ini pembelajaran menulis teks prosedur dan
peneliti melakukan analisis tentang penerapan pengelolaan pembelajaran
pembelajaran yang telah dilakukan dapat diperoleh rincian tingkat
kemudian melakukan refleksi. keberhasilan siswa sebagai berikut :
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
tersebut peneliti akan tahu kekurangan
dan kelebihan dari aktivitas
pembelajaran yang telah direncanakan.
Setelah mengevaluasi program
pembelajaran peneliti merencanakan
aktivitas pembelajaran pada siklus
berikutnya sebagai perbaikan dari siklus
pertama dan begitu juga pada siklus-
siklus berikutnya sampai peneliti merasa
puas dengan hasil yang direncanakan.
Teknik analisis data menggunakan
analisis kualitatif yang digunakan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 132


Peningkatan Hasil Tulisan Siswa Tabel 3. Pengamatan Hasil Belajar
Siklus I Siswa SIklus I
PENINGKATAN HASIL Aspek
yang
Tahap
Observasi Siklus I Peningkatan
Persentase
Peningkatan
TULISAN SISWA SIKLUS 1 Diukur Awal

Rata-rata
67,53 70,11 2,58 2,58 %
kelas
30 Amat Baik
0 3 orang
20 (0 %) (0.78 %)
3 0.78 %)
10
Baik
0 16 orang
22 orang
(57,89 6 1,57 %
(42,10%)
101-150 50-100 krg dari %)
kata kata 50 kata Cukup
20 orang 13 Orang
- -
(52,63%) (34,21%)
pengamatan Awal Siklus 1 Series 3
Kurang
2 Orang 0
- -
Gambar 1. Peningkatan Hasil Tulisan (0.53%) (0 %)

Siswa Siklus I Ketuntasan


klasikal 16 orang
25 orang
(65,78 9 2,37 %
(42,10%)
%)

Tabel 2. Pengamatan Peningkatan


Hasil Tulisan Siswa Siklus I Pada siklus 1 ini, rata-rata siswa
Jumlah
Pengamatan
Pendahuluan
Siklus I sudah memahami topik. Sehingga pada
No
kata
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase pembelajaran yang akan datang perlu
(%) (%)
101- ditambah tema yang lain. Tulisan siswa
1 150
kata
- - 3 0,79 sudah terkait dengan wacana. Siswa pada
2
50-100
15 39,47 22 57,89
umumnya cukup bisa menggunakan
kata
Kurang tanda baca. Untuk mencapai hasil yang
3 Dari 50
kata
23 60,53 13 34,21 optimal maka siswa perlu latihan lebih
intensif. Masih ada temuan peserta didik
Peningkatan Hasil Belajar Siklus I yang berdasarkan hasil observasi kurang
terlibat aktif dalam diskusi saat
PENINGKATAN HASIL presentasi dari siswa lain. Mereka juga
BELAJAR SIKLUS 1 tidak aktif dalam menjawab masalah
yang dilontarkan siswa lain. Ada
25 beberapa siswa belum dapat membuat
20
tulisan dengan benar. Selain itu gambar
yang diberikan guru tidak disertai kosa
15
kata, sehingga siswa kesulitan dalam
10 membuat kalimat
5
0 SIKLUS II
AMAT BAIK CUKUP KURANG
BAIK Pada siklus II ini rencana
pembelajaran dirancang dengan aktivitas
OBSERVASI AWAL SIKLUS 1 Column1
lanjutan dari siklus I antara lain: Topik
Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar bahasan tentang Bagaimana Cara
Siklus I Membuat Mi Goreng. Gambar diberi
keterangan kosa kata.Target penulisan
kalimat kali ini adalah perbaikan
penggunaan kata keterangan dalam
pembuatan teks prosedur misalnya :
pertama, kedua, kemudian, akhirnya dan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 133


sebagainya. Selama proses pembelajaran Peningkatan Hasil Belajar Siklus II
siswa terkesan lancar karena mereka
sudah lebih menguasai materi yang PENINGKATAN HASIL
diajarkan. Masih ada beberapa siswa BELAJAR SIKLUS II
yang masih menggunakan kata kerja
yang kurang tepat, misalnya memotong 30
dengan mengiris, merebus dengan 25
menggodog untuk tetapi sebagian besar 20
15
sudah benar
10
5
Peningkatan Hasil Tulisan Siswa 0
Siklus II AMAT BAIK CUKUP KURANG
BAIK
PENINGKATAN HASIL
SIKLUS 1 SIKLUS 2 Column1
TULISAN SISWA SIKLUS II
Gambar 4. Peningkatan Hasil Belajar
30 Siswa Siklus II
20
10 Tabel 5. Pengamatan Peningkatan
0 Hasil Tulisan Siswa Siklus II
101-150 50-100 kurang Aspek Persentase
Siklus Peningkata
kata kata dari 50 yang Siklus I
II n
Peningkata
kata Diukur n
Rata-rata
70,11 78,13 8.02 8.02 %
kelas
siklus 1 siklus 2 Series 3 Amat 6
Baik 3
(15,78 3 7.89 %
(7,89%)
%)
Gambar 3. Peningkatan Hasil Tulisan Baik
Siswa Siklus II 22 28
orang (73,68 6 15.79%
(57.89 %)
%)
Tabel 4. Pengamatan Peningkatan Cukup 13
4
Hasil Tulisan Siswa Siklus II orang
(10,52 -
Siklus I Siklus II (34,21
Jumlah %)
No. Persentase Persentase %)
Kata Jumlah Jumlah Kurang 0 0 -
(%) (%)
101- Ketuntasa 26
1 3 0,78 6 21,00 % 34
150 n klasikal orang
(89,47 9
(68.42
2 50-100 22 57,89 28 73,68 % %)
%)
Kurang
3 13 34,21 4 10,52 %
dari 50

PEMBAHASAN
Pada proses pembelajaran guru
harus pandai-pandai memilih media
pembelajaran. Pada awal pembelajaran
siklus II terlihat semua siswa tertarik
dengan penunjukan gambar karena
gambarnya jelas dan menarik, serta sudah
ada penjelasan kosa katanya. Disamping
itu guru juga memberi penjelasan tentang
fungsi sosial (lifeskills) yang akan mereka
dapatkan dalam pembelajaran teks
prosedur, yaitu sebagai keterampilan
yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menjelaskan tentang

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 134


cara membuat atau menggunakan mereka sendiri dan siswa merasa
sesuatu. keterampilan mennulis bahasa Inggris
Pada tahapan Latihan siswa mereka meningkat.
mendapat kesempatan mengungkapkan Berdasarkan temuan dari mulai
ide-ide atau pendapatnya berdasarkan awal pengamatan, siklus 1 sampai siklus
pengalaman belajar mereka, didalam 2 maka dapat dilihat kesimpulan dari
aktivitas ini membentuk rasa percaya diri penelitian ini dalam tabel dan diagram
siswa, rasa senang, minat belajar dan dibawah ini.
kebermaknaan pembelajaran. Hal ini
terlihat ketika mereka membacakan hasil Peningkatan Hasil Tulisan Siswa Dari
tulisan mereka. Mereka Pengamatan Pendahuluan, Siklus I
menyampaikannya dengan ceria, penuh dan II
harapan bahwa idenya akan bermanfaat
atau terpakai PENINGKATAN HASIL
Keterampilan siswa di dalam TULISAN SIWA DARI AWAL
menggunakan bahasa Inggris secara PENGAMATAN, SIKLUS 1
tertulis khususnya untuk menulis teks DAN SIKLUS 2
prosedur meningkat. Terbukti dari
analisis data secara kuantitatif 30
menunjukkan bahwa nilai hasil belajar 20
siswa pada umumnya diatas KKM Di 10
0
samping itu terbentuk sikap percaya diri 101-150 50-100 kurang
siswa, sikap bersosial, toleransi, dan kata kata dari 50
minat belajar untuk aktualisasi diri. kata
Adapun gambaran peningkatan Pendahuluan siklus 1 siklus 2
keterampilan menulis teks prosedur siswa
kelas VII E SMP Negeri 18 Surabaya Gambar 5. Peningkatan Hasil Tulisan
dapat dipaparkan sebagai berikut. (a) Siswa dari Awal Pengamatan Siklus I
100% siswa telah mencapai KKM yang dan Siklus 2
ditunjukkan dari hasil belajar proses
pembelajaran dengan kondisi siswa Tabel 6. Pengamatan Peningkatan
sudah mampu menulis dengan baik. (b) Hasil Tulisan Siswa dari Awal
Begitu juga pada penilaian Individu Pengamatan Siklus I dan Siklus 2
diperoleh data semua siswa yang No
Jumlah
Kata
Pendahuluan Siklus 1 Siklus 2
berjumlah 38 mencapai KKM dengan 1 101-150 - 3
6
nilai yang variatif. (c) Secara kualitatif 28
2 50-100 15 22
terlihat rasa percaya diri siswa meningkat
Kurang dari 4
3 23 13
dan siswa senang mendapatkan 50
pembelajaran dengan menggunakan
media microsoft sway ini. (d) Hasil
analisis angket siswa juga menunjukkan
bahwa dari 38 siswa memberi centangan
pada kolom “ya” pada angket proses
pembelajaran sesuai yang dialami siswa.
Seluruh siswa juga menyatakan bahwa
selama pembelajaran melalui aktivitas
menganalisa gambar ini menyenangkan,
membuat mereka percaya diri, siswa
lebih sering mengungkapkan kemampuan

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 135


Peningkatan Hasil Belajar Awal, kemudian siswa diminta menjawab
Siklus I dan Siklus II pertanyaan guru tentang gambar tersebut.
(2) Tahap kedua, siswa diminta membuat
PENINGKATAN kalimat berdasarkan gambar (3) Siswa
HASILBELAJAR AWAL menyusun kata acak menjadi kalimat dan
PENGAMATAN,SIKLUS 1 kalimat acak menjadi teks prosedur
DAN SIKLUS 2 (4)Tahap berikutnya adalah Latihan,
Melatih siswa membuat teks prosedur
30
berdasarkan gambar yang tersedia.
25 Pembelajaran menggunakan
20 media microsoft sway mengkondisikan
15 siswa belajar berpendapat dan mengung-
10
kapkan pengetahuannya, mengaplikasi-
5
0 kan, merefleksi dan memperluas
Amat Baik Cukup Kurang pengalaman belajar mereka maka akan
Baik membentuk sikap percaya diri siswa
Awal Siklus 1 Siklus 2
karena siswa terlibat langsung
mengaplikasikan pengetahuannya.
Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar
Awal Pengamatan Siklus 1 dan Siklus Saran
2 Dari pengalaman melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas ini bagi yang
Tabel 7. Pengamatan Peningkatan akan menerapkan pembelajaran meng-
Hasil Belajar Awal Pengamatan gunakan media microsoft sway disaran-
Siklus 1 dan Siklus 2 kan guru perlu memotivasi siswa terlebih
Awal
Siklus I Siklus II
dahulu berupa pemberian gambar yang
Kategori Nilai Pengamatan
Rata-rata kelas
menarik disertai kosa kata. Peta konsep
76,53 79,11 85,13
tentang hal-hal esensi yang perlu di
Amat Baik 0 3 6
(0 %) (7,89%) (15,78%)
diskripsikan akan membantu siswa
Baik 16 orang 22 orang 28 didalam belajar dan berlatih untuk
(42,10%) (57.89 %) (73,68%) mencapai kompetensi.
Cukup 20 orang 13 orang 4
(52,63%) (34,21%) (10,52%)
Kurang 2 Orang
0 0
DAFTAR PUSTAKA
(0.53%)
Ketuntasan 16 orang 26 orang 34
Calhoun, Emily F. 1999. Teaching
klasikal (42,10%) (68.42 %) (89,47%) Beginning Reading and Writing
With The Picture Word
SIMPULAN DAN SARAN Inductive Model, Association
Simpulan For Supervision and Curriculum
Melalui serangkaian penelitian Development, ASCD,
telah terbukti bahwa Penggunaan Media Alexandria Virginia
Microsoft Sway dapat meningkatkan
keterampilan menulis Bahasa Indonesia Hasan, Z. M; Sukaryana, 1. W. &
kelas VII E SMP Negeri 18 Surabaya Waioedy. 1997. Penelitian
Semester 1 Tahun 2021 - 2022. tindakan (Action Research).
Pembelajaran bahasa Indonesia teks Jakarta: Deparemen Pendidikan
prosedur dengan Media Microsoft Sway, dan Kebudayaan.
dilakukan melalui empat tahapan pem-
belajaran yaitu (1) Guru menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
gambar makanan dan kata kerja Revisi

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 136


Kurikulum 2013. Bab Pembukaan.
Puskur.http://fatkhan.web.id/pe
ngertian-dan-langkah-langkah-
model-pembelajaran-picture-
picture/. Diakses tanggal 4 Mei
2021.

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/
01/prestasi-belajar-siswa-
pengertian-dan.html. Diakses
tanggal 5 September 2021

https://support.microsoft.com/id-
id/office/memulai-
menggunakan-sway-2076c468-
63f4-4a89-ae5f-424796714a8a.
Diakses tanggal 5 September
2021.

https://www.studiobelajar.com/procedur
e-text/ Diakses tanggal 5
September 2021

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning.


Mempraktekkan Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 137


ISSN : 2337-3253

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI SHOLAT


BERJAMA’AH MENGGUNAKAN MICROSOFT SWAY
(Emiliya Dina Muqafa)

ABSTRACT
This third-cycle Class Action Research aims to describe (1) the process of increasing
student achievement scores in PAI learning material for congregational prayers using Microsoft
Sway in grade 7H odd semester students in 2021-2022 (2) the results of increasing student
achievement scores in PAI learning materials. praying in congregation using Microsoft Sway for
class 7H students in odd semesters 2021-2022. The results showed that the sway learning media
had a positive impact on improving student achievement. It can be seen from each cycle I 65.6%,
cycle II 78.12%, and cycle III 87.5%. The results of research on the ability of teachers to manage
learning in each cycle have increased. So it can be said that student activities can be categorized
as active. Meanwhile, the teacher's activities during learning have used the media sway well.
Thus, it can be concluded that the media sway has a positive impact in improving the quality of
student learning and student motivation. For this reason, it is recommended for teachers,
especially PAI subject teachers to use sway media as an alternative to innovative learning.

Keywords : learning achievement, congregational prayer, media sway

PENDAHULUAN pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Pembelajaran adalah aktivitas tanpa menggunakan media siswa yang
mental/psikis yang berlangsung dalam mendapatkan nilai  KKM (Kriteria
interaksi aktif dengan lingkungan yang Ketuntasan Minimal) hanya sebanyak 22
menghasilkan perubahan-perubahan siswa dari 31 siswa. Hal tersebut
dalam pengetahuan, pemahaman, mengindikasikan bahwa prestasi belajar
keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan siswa pada materi sholat berjama’ah
tersebut relatif konstan (tetap) atau masih perlu ditingkatkan mengingat
berbekas. Dengan demikian, setiap indikator keberhasilan belajar siswa
kegiatan belajar akan menghasilkan suatu tercapai apabila secara klasikal, siswa
perubahan pada diri siswa. Perubahan yang mencapai KKM dari seluruh siswa
tersebut akan tampak pada tingkah laku sekurang-kurangnya 85%, sedangkan
atau prestasi siswa. Hal itu tentu saja akan menurut data tersebut, secara klasikal,
berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang sudah memenuhi ketuntasan belajar
(Winkel, 1991:200). baru mencapai 65 %, masih jauh dari
Tujuan pembelajaran memahami hasil yang diharapkan.
ketentuan shalat berjamaah dengan benar Setelah dilakukan penelusuran
belum dicapai secara maksimal oleh tentang hal tersebut, akar masalahnya
siswa. Hal itu tampak dari hasil belajar terdapat pada dua hal berikut, yakni
siswa yang masih sangat rendah. Nilai kondisi siswa dan media yang digunakan.
rata-rata yang diperoleh siswa pada 1. Kondisi Siswa
materi Sholat Berjama’ah hanya 65, (1) Semangat belajar siswa kurang; jika
padahal KKM yang ditetapkan oleh tidak ada tugas, siswa tidak belajar.
sekolah sebesar 76 (2) Nilai masih banyak yang dibawah
Rendahnya prestasi belajar tersebut KKM
tampak dari hasil ulangan harian yang (3) Kurang bersemangat dalam
dilaksanakan pada (tulis tanggal, bulan, pembelajaran
dan tahun pelaksanaan ulangan
tersebut). Dari 31 siswa kelas 7H SMP
Negeri 18 Surabaya pada saat

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 138


2. Kondisi Proses Pembelajaran observasi, angket, kisi-kisi soal,
(1) Metode pembelajaran yang paling soal evaluasi, dan lembar
sering digunakan guru adalah penilaian
ceramah sehingga interaksi antara
guru dan siswa tidak terbangun 2. Pelaksanaan Tindakan
dengan baik. Kegiatan Pembelajaran
(2) Guru tidak menggunakan media meliputi kegiatan awal, inti dan
pembelajaran. kegiatan penutup.

Untuk mengatasi masalah tersebut, 3. Observasi


ada alternatif tindakan yang diasumsikan a. Pada tahap ini dilakukan
dapat mengatasi rendahnya prestasi kegiatan berupa pengumpulan
belajar siswa kelas 7H yakni data, pencatatan setiap aktivitas
menggunakan media microsoft sway siswa, dan kinerja guru pada saat
tersebut dirasa cocok diterapkan karena pelaksanaan tindakan
dalam pelaksanaannya membuat siswa berlangsung. Observer bertugas
lebih bersemangat dan nilai cenderung mengamati kinerja guru dan
naik. aktivitas siswa selama
A. Rumusan Masalah pembelajaran berlangsung
Permasalahan dalam penelitian dengan mengacu pada lembar
ini dapat dirumuskan sebagai berikut. observasi.
(1) Bagaimana proses peningkatan b. Observasi dilakukan dengan
prestasi nilai siswa dalam mengamati aktivitas siswa dan
pembelajaran PAI materi shalat kinerja guru dalam pembelaja-
berjama’ah menggunakan ran dari awal sampai dengan
microsoft sway pada siswa kelas akhir pembelajaran. Hal tersebut
7H semester ganjil tahun 2021- dimaksudkan untuk mengetahui
2022? apakah aktivitas siswa dan
(2) Bagaimana hasil peningkatan kinerja guru sudah sesuai
prestasi nilai siswa dalam dengan apa yang tercantum
pembelajaran PAI materi sholat dalam lembar observasi atau
berjama’ah menggunakan tidak. Jika belum sesuai, dapat
microsoft sway pada siswa kelas diperbaiki pada siklus
7H semester ganjil tahun 2021- berikutnya.
2022
4. Refleksi
B. Tindakan yang Dipilih Refleksi dilakukan dengan
1. Perencanaan mencermati kembali secara intensif
a. Guru menentukan topik/materi kejadian atau peristiwa yang
pembelajaran, yaitu shalat menyebabkan sesuatu yang
berjama’ah diharapkan atau tidak diharapkan
b. Guru menyusun rencana terjadi (kelebihan dan kekurangan
pembelajaran pada materi shalat selama tindakan). Refleksi
berjama’ah dilakukan dengan cara berikut:
c. Guru mempersiapkan alat-alat (1) mengecek kelengkapan data
dan media yang digunakan yang terjaring selama proses
dalam pembelajaran. tindakan;
d. Guru mempersiapkan instrumen (2) mendiskusikan data yang telah
pengumpulan data, yakni lembar terkumpul bersama observer

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 139


berupa hasil pengamatan, kan dapat membantu tercapainya
angket, dan hasil evaluasi. tujuan pendidikan di sekolah, baik
(3) menyusun rencana tindakan secara mikro maupun makro.
berikutnya yang dirumuskan
dalam skenario pembelajaran KAJIAN PUSTAKA
dengan berdasar pada analisis A. Prestasi Belajar
data siklus I untuk menyusun Prestasi belajar adalah pengua-
tindakan yang akan dilakukan saan pengetahuan atau keterampilan
pada siklus berikutnya. yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya di tunjukkan
C. Tujuan Penelitian dengan tes atau angka nilai yang
Berdasarkan rumusan masalah diberikan oleh guru. (Poerwadarminta,
tersebut, tujuan penelitian ini adalah 1984:787). Prestasi belajar pada
sebagai berikut: dasarnya mencerminkan sejauh mana
(1) mendeskripsikan proses pening- siswa telah mencapai tujuan yang telah
katan prestasi siswa mengguna- ditetapkan pada setiap pelajaran.
kan microsoft sway dalam Gambaran prestasi belajar siswa
pembelajaran PAI materi shalat biasanya dinyatakan dengan angka 0
berjama’ah pada siswa kelas 7H sampai dengan 100 (Arikunto,
semester ganjil tahun 2021-2022. 2003:32).
(2) mendeskripsikan hasil peningka- Penetapan standar prestasi
tan prestasi siswa menggunakan belajar pada mata pelajaran
microsoft sway dalam pembelaja- diistilahkan dengan Kriteria
ran PAI materi shalat berjama’ah Ketuntasan Minimal (KKM). Yang
pada siswa kelas 7H semester dalam hal ini penting ditetapkan
ganjil tahun 2021-2022. dengan tujuan untuk (1) menentukan
target kompetensi yang harus dicaai
D. Lingkup Penelitian siswa dan (2) Patokan/ acuan/ dasar
Ruang lingkup pnelitian ini menentukan kompeten atau tidak
untuk siswa Kelas 7H baik laki-laki kompetennya siswa. (Depdiknas,
maupun perempuan yang berjumlah 2004:1) Kriteria Ketuntasan Minimal
32 siswa. Pada pembelajaran PAI (KKM) untuk pelajaran PAI sebesar
materi Sholat berjama’ah 75. KKM tersebut ditetapkan oleh tim
MGMP PAI tingkat sekolah
E. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan B. Microsoft Sway
memiliki manfaat, baik bagi siswa, Sway adalah aplikasi baru dari
guru, maupun sekolah. Microsoft Office yang memudahkan
1. Bagi Siswa Anda membuat dan berbagi laporan,
Hasil penelitian ini diharap- kisah pribadi, dan presentasi yang
kan dapat meningkatkan siswa interaktif, serta banyak hal lainnya.
dalam pembelajaran PAI Mulai dengan menambahkan
2. Bagi Guru teks dan gambar Anda sendiri, mencari
Hasil penelitian ini diharap- dan mengimpor konten yang relevan
kan dapat membantu guru memper- dari sumber lain, lalu biarkan Sway
baiki proses pembelajaran di kelas menyelesaikannya. Dengan Sway,
yang menjadi tanggung jawabnya. Anda tidak lagi dibatasi untuk memilih
3. Bagi Sekolah templat siap pakai yang menjadikan
Hasil penelitian ini diharap- tampilan presentasi tampak sama

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 140


seperti milik orang lain, juga tidak sangat dianjurkan. Bahkan,
harus memiliki kemampuan desain sebagian ulama mengatakan
khusus untuk mengubah dan hokum shalat berjamaah
menampilkan informasi dalam cara adalah far«u kifayah.
yang modern, interaktif, dan menarik. Keutamaan shalat
Dengan Sway, tak perlu berjamaah bila dibandingkan
menghabiskan banyak waktu untuk shalat munfarid adalah
pemformatan. Mesin desain bawaan dilipatkan 27 derajat. Hadis
akan membantu menyempurnakan Rasulullah saw.:
kreasi Anda. Jika desain awal tidak
sesuai dengan selera atau suasana hati,
Anda dapat dengan mudah
menerapkan desain lain atau
sepenuhnya mengubah tata letak “Dari Ibnu Umar r.a.,
sesuai keinginan. Rasulullah saw. bersabda,
Sangat mudah untuk berbagi “shalat berjamaah lebih
Sway yang sudah selesai. Keluarga, utama dibandingkan shalat
teman, teman sekelas, dan rekan kerja sendirian dengan dua puluh
dapat melihat kreasi Anda di Web tujuh derajat.”(H.R. Bukhari
tanpa perlu mendaftar, masuk, atau dan Muslim)
mengunduh apa pun. Anda juga dapat Keistimewaan lain bagi
mengubah pengaturan privasi untuk orang yang rajinshalat
semua Sway jika ingin lebih berjamaah adalah akan dibe-
mengontrol hal yang dibagikan. baskan oleh Allah Swt. dari api
Sway gratis digunakan oleh neraka. Perhatikan keterangan
siapa saja yang memiliki Akun dari hadis berikut ini.
Microsoft (Hotmail, Live, atau
Outlook.com).

D. Materi yang Terkait dengan


Penelitian
1. Shalat Berjamaah.
Tahukah kamu apakah “Dari Anas bin Malik
shalat berjamaah itu?shalat r.a., dari Nabi Muhammad
berjamaah adalah shalat yang saw., sesungguhnya beliau
dikerjakan oleh dua orang atau bersabda:
lebih secara bersama-sama dan “Barangsiapashalatdi masjid
salah seorang dari mereka dengan berjamaah selama
menjadi imam, sedangkan empat puluh malam, dan tidak
yang lainnya menjadi pernah tertinggal pada rakaat
makmum. Nah, shalat lima pertama darishalatIsya, maka
waktu yang kita lakukan Allah akan membebaskan
sangat diutamakan untuk baginya dari api neraka.”
dikerjakan secara berjamaah, (H.R. Ibnu Majah).
bukan sendiri-sendiri
(munfarid). Kalian perlu tahu METODE PENELITIAN
bahwa hu-kum shalat wajib Prosedur penelitian yang digunakan
berjamaah adalah sunnah adalah model spiral dari Kemmis dan
muakkadah, yaitu sunnah yang Taggart.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 141


melalui observasi hasil prestasi
Setting Penelitian dan Karakteristik siswa dan guru dalam pembelajaran
Subyek Penelitian PAI pada materi sholat berjama’ah.
a. Lokasi Penelitian Metode pengumpulan data
Penelitian ini dilaksanakan di dilakukan dengan dua cara, yakni
Kelas 7H SMP N 18 Surabaya yang tes dan nontes. Tes berupa evaluasi
beralamat di Jalan Bambang Sutoro pembelajaran dan nontes berupa
Komplek TNI -AL Kenjeran observasi dan angket.
Surabaya. Observasi dalam penelitian
b. Waktu Penelitian ini merupakan observasi sistematik
Penelitian ini, mulai dari (structured observation), yaitu
penyusunan proposal sampai dengan menggunakan pedoman sebagai
laporan akhir penelitian, dilaksanakan instrumen pengamatan. Untuk itu,
selama 2 bulan, yakni mulai Agustus diperlukan kerangka atau struktur
s.d September 2020. yang jelas yang di dalamnya
berisikan faktor-faktor yang akan
A. Karakteristik Subjek Penelitian diobservasi dan sudah
Subjek dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam kategori-
ditentukan berdasarkan pertimbangan- kategori. Dengan demikian,
pertimbangan tertentu, yakni berdasar- observasi memunyai cakupan yang
kan prestasi pembelajarn PAI Materi lebih spesifik dan terbatas sehingga
sholat berjama’ah. Dalam penelitian pengamatan lebih terarah.
ini yang menjadi subjek penelitian Observasi dilakukan selama
adalah siswa Kelas 7 Kelas H dipilih pembelajaran, mulai dari kegiatan
sebagai subjek penelitian karena kelas awal sampai dengan akhir
tersebut memiliki belajar PAI materi pembelajaran. Oleh sebab itu,
sholat berjama’ah yang paling rendah instrumen observasi akan lebih
jika dibandingkan dengan kelas 7 lain. efektif jika informasi yang akan
Jumlah siswa kelas 7H sebanyak 32 diambil berupa kondisi atau fakta
siswa, yang terdiri atas 19 siswa alami, tingkah laku, dan hasil kerja
perempuan dan 13 siswa laki-laki. responden dalam situasi alami.
Kegiatan observasi dilaksa-
B. Variabel Penelitian nakan untuk mengetahui sikap dan
Variabel penelitian ini adalah perilaku siswa selama proses
Prestasi Belajar siswa kelas 7H dan pembelajaran. Untuk lebih
Media Pembelajaran Microsoft sway memudahkan dan mengefektifkan
pelaksanaan observasi, dilakukan
C. Rencana Tindakan dengan memberikan tanda silang
Penelitian ini didesain sebagai (X) pada lembar panduan observasi
penelitian tindakan kelas (PTK) 2 yang telah disediakan.
siklus. Setiap siklus terdiri atas dua b. Teknis Analisa Data
pertemuan. Siklus-siklus tersebut Untuk mengetahui keefekti-
terdiri atas empat tahap, yakni peren- fan suatu metode dalam kegiatan
canaan, pelaksanaan, pengamatan, dan pembelajaran perlu diadakan analia
refleksi. data. Pada penelitian ini mengguna-
C. Data dan Cara Pengumpulan kan teknik analisis deskriptif
a. Metode Pengumpulan Data kualitatif, yaitu suatu metode
Data-data yang diperlukan penelitian yang bersifat menggam-
dalam penelitian ini diperoleh barkan kenyataan atau fakta sesuai

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 142


dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi
belajar yang dicapai siswa juga
untuk memperoleh respons siswa 3. Untuk lembar observasi
terhadap kegiatan pembelajaran a. Lembar observasi pengguna-
serta aktivitas siswa selama proses an media sway.
pembelajaran. Untuk menghitung lembar
Untuk menganalisis tingkat observasi penggunaan media
keberhasilan atau presentase sway digunakan rumus
keberhasilan siswa setelah proses sebagai berikut :
pembelajaran setiap putaranya
dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis
pada setiap akhir putaran.
Analisis tersebut dihitung
dengan menggunakan statistik
sederhana, yaitu sebagai berikut. b. Lembar observasi aktivitas
1. Untuk menilai hasil ulangan atau guru dan siswa
tes. Untuk menghitung lembar
Peneliti melakukan pen- observasi aktivitas guru dan
jumlahan nilai yang diperoleh siswa digunakan rumus
siswa, yang selanjutnya dibagi sebagai berikut :
dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes dapat
dirumuskan :

D. Indikator Kinerja
2. Untuk mengetahui ketuntasan Indikator kinerja yang ingin
belajar diperoleh dalam penelitian tindakan
Ada dua kategori kelas ini adalah meningkatnya hasil
ketuntasan belajar yaitu secara belajar PAI pada siswa kelas 7 SMP
perorangan dan secara klasikal. N 18 Surabaya setelah menggunakan
Berdasarkan petunjuk pelak- Microsoft Sway. Sebagai ukuran
sanaan pembelajaran kurikulum keberhasilan pelaksanaan penelitian
1994 (Depdikbud, 1994), yaitu tindakan kelas ini adalah siswa yang
seorang siswa telah tuntas nilainya mencapai KKM yaitu 75 dan
belajar nila telah mencapai skor persentase ketuntasan siswa mencapai
65 % atau nilai 65, dan kelas lebih dari 80%. Jika hasil belum
tersebut tuntas belajar bila kelas memuaskan akan dilakukan siklus II
tersebut terdapat 85 % yang begitu seterusnya. Siklus akan
telah mencapai daya serap lebih berhenti jika hasil siswa sudah
dari atau sama dengan 65 %. memenuhi KKM dan persentase
Untuk menghitung prosentase ketuntasan yaitu 80%. Data yang
ketuntasan belajar digunakan didapat dalam penelitian ini adalah
rumus sebagai berikut: data kuantitatif yaitu skor hasil belajar
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 143
siswa pada kegiatan pembelajaran mengetahui tingkat keberhasilan
siklus I, siklus II dan siklus III. Data siswa dalam proses pembelajaran
tersebut diolah dengan menggunakan yang telah dilakukan. Adapun data
teknik analisis ketuntasan dan teknik hasil penelitian pada siklus I adalah
analisis kualitatif. Setelah data sebagai berikut :
didapat, langkah selanjutnya adalah Tabel 1 Rekapitulasi Pengelolaan
mengolah data tersebut dan Pembelajaran (siklus I)
No. Aspek yang Diamati Penilaian Rt-2
menganalisis data hasil belajar siswa P1 P2
dan hasil observasi guru dan siswa. 1. Pengamatan Pembelajaran
A. Pendahuluan
Kriteria ketuntasan minimal di SMP 1. Memotivasi siswa
2. Menyampaiakn tujuan
3
2
3
2
3
2
Negeri 18 Surabaya untuk mata pembelajaran
3. Meghubungkan dengan 3 3 3
pelajaran PAI di kelas 7H adalah 75. pelajaran sebelumnya
4. Menginstruksikan siswa dalam 3 3 3
permasalahan
2. B. Kegiatan Inti
E. Tim Peneliti dan Tugasnya 1. Mempresentasikan materi
menggunakan media Sway
2 2 2

Tim Peneliti terdiri dari peneliti 2. Mengarahkan siswa dalam


permasalahan 3 3 3
sendiri dan kolaborator. Tugas Peneliti 3. Membimbing siswa dalam
melakukan kegiatan 3 3 3
adalah melakukan penelitian. Tugas 4. Mengawasi siswa yang mencari
jawaban dari permasalahan 3 3 3
Kolaborator adalah mengamati, 5. Memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami
memberi saran dan mengarahkan 3.
kesulitan
C. Penutup
3 3 3

1. Membimbing siswa membuat 3 3 3


kesimpulan
HASIL PENELITIAN DAN 2. Memberikan evaluasi
3. Memberi tahu materi
3 3 3

PEMBAHASAN pembelajaran dipertemuan


berikutnya
3 3 3

1. Siklus I II.
III
Pengelolaan waktu
1. Siswa antusias
2
2
2
2
2
2
a. Tahap Perencanaan 2. Guru antusias 3 3 3

Pada tahap ini peneliti Keterangan :


Nilai : Kriteria
mempersiapkan perangkat 1. : Tidak Baik
pembelajaran yang terdiri dari atas 2. : Kurang Baik
RPP 1, LKPD 1, soal tes dan media 3. : Cukup Baik
atau alat pengajaran yang 4. : Baik
mendukung. Selain itu juga Berdasarkan tabel tersebut,
dipersiapkan lembar observasi aspek-aspek yang mendapatkan
pengelolaan pembelajaran kriteria krang baik adalah
menggunakan media sway dan menyampaikan tujuan pembelajaran,
lembar observasi guru dan siswa. presentasi media, pengelolaan waktu
b. Tahap Pelaksanaan dan siswa antusias. Keempat aspek
Pelaksanaan kegiatan pembe- yang mendapat nilai kurang baik
lajaran untuk siklus I dilaksanakan tersebut merupakan suatu kelemahan
pada tanggal 28 Oktober 2021 di yang terjadi pada siklus I dan akan
kelas VII H dengan siswa dijadikan bahan kajian untuk refleksi
berjumlah 32 siswa. Dalam hal ini, dan revisi yang akan dilakukan pada
peneliti bertindak sebagai guru. siklus II.
Proses pembelajaran mengacu pada Hasil Observasi berikutnya
rencana pelajaran yang telah adalah aktivitas guru dan siswa seperti
disiapkan. pada bagan berikut :
Pengamatan (observasi) di-
laksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Pada
akhir proses pembelajaran siswa
diberi tes I dengan tujuan untuk

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 144


Presentase
peran guru masih cukup dominan
untuk meberikan penjelasan dan
25
20
arahan, akrena model tersebut masih
15 dirasakan baru oleh siswa.
10 Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa
5
0
pada siklus I
No. Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata Tes UH 72, 8
2 Jumlah siswa yang tuntas 21
3 belajar 65,6 %
Presentase Ketuntasan
Belajar

Presentase Tabel tersebut jika dibuat dalam


25 bentuk grafik akan tampak seperti grafik
20 berikut:
15
10 HASIL SIKLUS I
5
0
80
70
60
50
40
30
20
10
Gambar 1 Bagan Aktivitas Guru 0
dan Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan tabel dan gambar


bagan tersebut tampak bahwa aktivitas
guru yang paling dominan pada siklus
I adalam membimbing dan mengamati Gambar 2. Grafik Hasil Tes
siswa dalam menemukan konsep, Siswa pada Siklus 1
yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang
presentasinya cukup besar adalah Dari tabel dan grafik tersebut
memberi umpan balik/ evaluasi, tanya dapat dikemukakan bahwa dengan
jawab dan menjelaskan materiyang memakai media sway diperoleh nilai
sulit yaitu masing-masing 13,3. rata-rata prestasi belajar siswa adalah
Sedangkan aktivitas siswa yang paling 72, 8 dan ketuntasan belajar mencapai
dominan adalah mengerjakan/ 65,6 % atau ada 21 siswa dari 32 siswa
memperhatikan penjelasan guru yaitu sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
22,5 %. Aktivitas lain yang menunjukkan bahwa pada siklus
presentasinya cukup besar adalah pertama secara klasikal siswa belum
menulis yang relevan dengan tuntas belajar, karena siswa yang
pembelajaran, dsikusi antara siswa dan memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar
guru dan mempelajari materi pada 65,6 % lebih kecil dari presentase
buku-buku masing-masing 18,7 % ketuntasan yang dikehendaki, yaitu
14,4 % dan 11,5 %. sebesar 85 %. Hal ini disebabkan
Pada siklus I, secara garis besar siswa masih merasa media kurang
kegiatan pembelajaran dengan menarik sehingga upaya guru dalam
menggunakan media sway sudah pembuatan media masih harus
dilaksanakan dengan baik, walaupun ditingkatkan lagi
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 145
c. Observasi dan lembar observasi guru dan
Dalam Pelaksanaan kegiatan siswa.
pembelajaran diperoleh informasi b. Tahap Pelaksanaan
dari hasl pengamatan sebagai Pelaksanaan kegiatan pembe-
berikut : lajaran untuk siklus II dilaksanakan
(1) Guru kurang baik dalam pada tanggal 03 Nopember 2021 di
membuat media pembelajaran kelas VII H dengan siswa
dan dalam menyampaikan berjumlah 32 siswa. Dalam hal ini,
tujuan pembelajaran. peneliti bertindak sebagai guru.
(2) Guru kurang baik dalam Proses pembelajaran mengacu pada
pengelolaan waktu. rencana pelajaran dengan memper-
(3) Siswa kurang begitu antusias hatikan revisi pada siklus I
selama pembelajaran berlang- sehingga kesalahan atau kekura-
sung. ngan pada siklus I tidak terulang
d. Refleksi lagi pada siklus II.
Pelaksanaan kegiatan pembe- Pengamatan (observasi) di-
lajaran pada siklus I ini masih laksanakan bersamaan dengan
terdapat kekurangan, sehingga pelaksanaan pembelajaran. Pada
perlu adanya perbaikan untuk akhir proses pembelajaran siswa
melakukan pada siklus berikutnya. diberi tes II dengan tujuan untuk
(1) Guru perlu lebih terampil mengetahui tingkat keberhasilan
dalam menyampaikan tujuan siswa dalam proses pembelajaran
pembelajaran dan lebih jelas yang telah dilakukan. Adapun data
dalam menyampaikan tujuan hasil penelitian pada siklus II
pembelajaran. Untuk itu, siswa adalah sebagai berikut :
diajak untuk terlibat langsung Tabel 3. Rekapitulasi Pengelolaan
dalam setiap kegiatan yang Pembelajaran (siklus II)
Penilaian Rt-2
akan dilakukan No Aspek yang Diamati
P1 P2
(2) Guru perlu mendistribusikan 1. Pengamatan Pembelajaran
A. Pendahuluan
waktu secara baik dengan 1. Memotivasi siswa
2. Menyampaiakn tujuan
3
2
3
2
3
2
menambahkan informasi-in- pembelajaran
3. Meghubungkan dengan pelajaran 3 3 3
formasi yang dirasa perlu dan sebelumnya
4. Menginstruksikan siswa dalam 3 3 3
memberi catatan 2.
permasalahan
B. Kegiatan Inti
(3) Guru harus lebih kreatif dalam 1. Mempresentasikan materi
menggunakan media Sway
2 2 2

membuat media pembelajaran 2. Mengarahkan siswa dalam


permasalahan
3 3 3

sehingga siswa bisa lebih 3. Membimbing siswa dalam


melakukan kegiatan
3 3 3

antusias. 4. Mengawasi siswa yang mencari


jawaban dari permasalahan
3 3 3

5. Memberikan bantuan kepada 3 3 3


siswa yang mengalami kesulitan
2. Siklus II 3. C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat 3 3 3
a. Tahap Perencanaan kesimpulan
2. Memberikan evaluasi 3 3 3
Pada tahap ini peneliti 3. Memberi tahu materi
pembelajaran dipertemuan
3 3 3

mempersiapkan perangkat pembe- II


berikutnya
Pengelolaan waktu 2 2 2
lajaran yang terdiri dari atas RPP 2, III 1. Siswa antusias
2. Guru antusias
3
3
3
3
3
3
LKPD 2, soal tes dan media atau Keterangan :
alat pengajaran yang mendukung. Nilai : Kriteria
Selain itu juga dipersiapkan lembar 1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
observasi pengelolaan pembe-
3. : Cukup Baik
lajaran menggunakan media sway 4. : Baik

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 146


Berdasarkan tabel dan grafik yang sulit (11,7%). Meminta siswa
tersebut, aspek-aspek yang mendapat- mendiskusikan dan menyajikan hasil
kan kriteria krang baik adalah kegiatan (8,2%), dan membimbing
menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa merangkum pelajaran (6,7%)
presentasi media, dan pengelolaan Sementara itu, untuk aktivitas
waktu. Ketiga aspek yang mendapat siswa yang paling dominan pada siklus
nilai kurang baik tersebut merupakan II adalah bekerja mencari informasi
suatu kelemahan yang terjadi pada yaitu (21%). Jika dibandingkan
siklus II dan akan dijadikan bahan dengan siklus I, aktivitas ini
kajian untuk refleksi dan revisi yang mengalami peningkatan. Aktivitas
akan dilakukan pada siklus III. siswa yang mengalami penurunan
Hasil Observasi berikutnya adalah mendengarkan/memperhatikan
adalah aktivitas guru dan siswa seperti guru (17,9). Diskusi antarsiswa/ antara
pada gambar bagan berikut : siswa dengan guru (13,8%), menulis
yang relevan dengan KBM (7,7%) dan
Presentase
merangkum pembelajaran (6,7 %).
30
25
Adapun aktivitas siswa yang
20 mengalam peningkatan adalam
15
10 mempelajari materi dari buku-buku
5 (12,1%), menyajikan hasil
0
pembelajaran (4,6%), menanggapi
/mengajukan.
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa
pada siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata Tes 77,18%
Presentase 2 UH 25%
25 3 Jumlah siswa yang 78,12 %
20 tuntas belajar
15 Presentase
10 Ketuntasan Belajar
5
0
Tabel tersebut jika dibuat dalam
bentuk grafik akan tampak seperti
grafik berikut:

Gambar 3. Bagan Aktivitas


Guru dan Siswa pada siklus II

Berdasarkan gambar bagan


tersebut tampak bahwa aktivitas guru
yang paling dominan pada siklus II Gambar 4. Grafik Hasil Tes Siswa
adalah membimbing dan mengamati pada Siklus 2
siswa dalam menemukan konsep,
yaitu 25 %. Jika dibandingkan dengan
siklus I, aktivitas ini mengalami
peningkatan. Aktivitas guru yang
mengalami penurunan adalah
memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab (16,6 %), menjelaskan materi

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 147


Dari tabel dan gambar grafik (2) Guru perlu mendistribusikan
tersebut dapat dikemukakan bahwa waktu secara baik dengan
dengan memakai media sway menambahkan informasi-
diperoleh nilai rata-rata prestasi informasi yang dirasa perlu
belajar siswa adalah 77,18 dan dan memberi catatan
ketuntasan belajar mencapai 78,12 % (3) Guru harus lebih kreatif dalam
atau ada 25 siswa dari 32 siswa sudah membuat media pembelajaran
tuntas belajar. Hasil tersebut sehingga menarik perhatian
menunjukkan bahwa pada siklus II ini siswa
ketuntasan belajar telah mengalami (4) Guru harus lebih sabar dalam
peningkatan dibandingkan dengan membimbing siswa
siklus I, Adanya penngkatan hasi merumuskan
belajar siswa itu karena guru simpulan/menemukan konsep
menginformasikan setiap akhir (5) Guru sebaiknya menambah
pelajaran akan selalu diadakan tes lebih banyak contoh soal dan
sehingga pada pertemuan berikutnya memberi soal-soal latihan pada
siswa lebih termotivasi untuk belajar. siswa untuk dikerjakan pada
Selain itu siswa juga sudah mulai setiap kegiatan pembelajaran
mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menggunakan 3. Siklus III
media sway. a. Tahap Perencanaan
c. Observasi Pada tahap ini peneliti
Dalam Pelaksanaan kegiatan mempersiapkan perangkat pembe-
pembelajaran diperoleh informasi lajaran yang terdiri dari atas RPP 3,
dari hasl pengamatan sebagai LKPD 3, soal tes dan media atau
berikut : alat pengajaran yang mendukung.
(1) Guru belum menyampaikan Selain itu juga dipersiapkan lembar
tujuan pembelajaran observasi pengelolaan pembe-
(2) Guru kurang baik dalam lajaran menggunakan media sway
membuat media pembelajaran dan lembar observasi guru dan
dan dalam menyampaikan siswa.
tujuan pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan
(3) Guru kurang baik dalam Pelaksanaan kegiatan pembe-
pengelolaan waktu lajaran untuk siklus III dilak-
d. Refleksi sanakan pada tanggal 16 Nopember
Pelaksanaan kegiatan pembe- 2021 di kelas VII H dengan siswa
lajaran pada siklus II ini masih berjumlah 32 siswa. Dalam hal ini,
terdapat kekurangan, sehingga peneliti bertindak sebagai guru.
perlu adanya perbaikan untuk Proses pembelajaran mengacu pada
melakukan pada siklus berikutnya. rencana pelajaran dengan memper-
(1) Guru perlu lebih terampil hatikan revisi pada siklus II
dalam menyampaikan tujuan sehingga kesalahan atau keku-
pembelajaran dan lebih jelas rangan pada siklus II tidak terulang
dalam menyampaikan tujuan lagi pada siklus III.
pembelajaran. Untuk itu, siswa c. Pengamatan (Observasi)
diajak untuk terlibat langsung Pengamatan (observasi) di-
dalam setiap kegiatan yang laksanakan bersamaan dengan
akan dilakukan pelaksanaan pembelajaran. Pada
akhir proses pembelajaran siswa

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 148


diberi tes III dengan tujuan untuk
Presentase
mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran 25
20
yang telah dilakukan. Adapun data 15
hasil penelitian pada siklus III 10
5
adalah sebagai berikut : 0
Tabel 5. Rekapitulasi Pengelolaan
Pembelajaran (siklus III)
Penilaian
No Aspek yang Diamati Rt-2
P1 P2
1. Pengamatan Pembelajaran
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaiakn tujuan 4 4 2 Presentase
pembelajaran
3. Meghubungkan dengan 4 4 4 25
pelajaran sebelumnya 20
4. Menginstruksikan siswa 4 4 4
dalam permasalahan 15
10
2. B. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan materi 4 4 4 5
menggunakan media 0
Sway
2. Mengarahkan siswa dalam 4 4 4
permasalahan
3. Membimbing siswa dalam 4 4 4
melakukan kegiatan
4. Mengawasi siswa yang 4 3 3
mencari jawaban dari
permasalahan
5. Memberikan bantuan 3 3 3
Gambar 5. Bagan Aktivitas Guru dan
kepada siswa yang
mengalami kesulitan
Siswa pada siklus III
3. C. Penutup
1. Membimbing siswa 4 4 4
membuat kesimpulan Berdasarkan Bagan tersebut
2. Memberikan evaluasi
3. Memberi tahu materi 4 4 4
tampak bahwa aktivitas guru yang
pembelajaran dipertemuan paling dominan pada siklus III adalah
berikutnya 4 4 4
II Pengelolaan waktu 3 3 3 membimbing dan mengamati siswa
III 1. Siswa antusias
2. Guru antusias
4
4
4
4
4
4
dalam menemukan konsep, yaitu 22,6
Keterangan : %. Jika dibandingkan dengan siklus II,
Nilai : Kriteria aktivitas ini mengalami peningkatan.
1. : Tidak Baik Aktivitas guru yang mengalami
2. : Kurang Baik penurunan adalah memberi umpan
3. : Cukup Baik
4. : Baik balik/evaluasi/tanya jawab (10 %) dan
Berdasarkan tabel tersebut, (11,7%). Aktivtas lain yang
aspek-aspek yang mendapatkan mengalami peningkatan adalah
kriteria kurang baik adalah mengkaitkan dengan pelajaran
menyampaikan tujuan pembelajaran, sebelumnya (10%), menyampaikan
presentasi media, dan pengelolaan materi/strategi/Langkah-langkah
waktu. Ketiga aspek yang mendapat (13,3%), meminta siswa merangkum
nilai kurang baik tersebut merupakan pelajaran (10%). Adapun aktivitas
suatu kelemahan yang terjadi pada yang tidak mengalami perubahan
siklus II dan akan dijadikan bahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%)
kajian untuk refleksi dan revisi yang dan memotivasi siswa (6,7%).
akan dilakukan pada siklus III. Sementara itu, untuk aktivitas
Hasil Observasi berikutnya siswa yang paling dominan pada siklus
adalah aktivitas guru dan siswa seperti III adalah bekerja mencari informasi
pada bagan berikut : yaitu (22,1%) dan mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 149


(20,8%), aktivitas yang mengalami sehingga siswa menjadi lebih antusias
peningkatan adalah mempelajari dan terbiasa dengan pembelajaran
materi dari buku buku siswa (13,1%) seperti ini yang membuat siswa lebih
dan diskusi antarsiswa/antara siswa mudah dalam memahami materiyang
dengan guru (15,0%), sedangkan telah diberikan.
aktivitas yang lainnya mengalami d. Refleksi
penurunan. Pada tahap ini akan dikaji apa
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa yang telaha terlaksana dengan baik
pada siklus III maupun yang masih kurang baik
No. Uraian Hasil Siklus III dalam proses pembelajaran dengan
1 Nilai rata-rata Tes 78,75% penerapan media sway . Dari data-
2 UH 28%
data yang telah diperoleh dapat
Jumlah siswa yang
3 tuntas belajar 87,5% diuraikan sebagai berikut :
Presentase 1. Selama proses pembelajaran
Ketuntasan Belajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik.
Tabel tersebut jika dibuat dalam Meskipun ada beberapa aspek
bentuk grafik akan tampak seperti yang belum sempurna, tetapi
grafik berikut: persentase pelaksanaannya
untuk masing-masing aspek
cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil penga-
matan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar
berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami
Gambar 6. Grafik Hasil Tes Siswa perbaikan dan peningkatan
pada Siklus 3 sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus
Dari gambar grafik tersebut III mencapai ketuntasan.
dapat dikemukakan bahwa dengan Pada siklus III guru telah
memakai media sway diperoleh nilai menerapkan media sway dengan
rata-rata prestasi belajar siswa adalah menarik dan kreatif dan dilihat dari
78,75 dan ketuntasan belajar mencapai aktivitas siswa serta hasil belajar
87,5 % atau ada 28 siswa dari 32 siswa siswa pelaksanaan proses pembe-
sudah tuntas belajar. Dengan demikian lajaran sudah berjalan dengan baik.
secara klasikal ketuntasan belajar yang Maka tidak diperlukan revisi terlalu
telah tercapai sebesar 94,7% banyak, tetapi yang perlu diperhati-
(termasuk kategori tuntas.) kan untuk Tindakan selanjutnya
Hasil tersebut menunjukkan adalah memaksimalkan dan mem-
bahwa pada siklus III ini ketuntasan pertahankan apa yang telah ada
belajar telah mengalami peningkatan dengan tujuan agar pelaksanaan
dibandingkan dengan siklus II, proses pembelajaran selanjutnya
Adanya penngkatan hasi belajar siswa penerapan media sway dapat
pada siklus III ini dipengaruhi oleh meningkatkan proses pembelajaran
adanya peningkatan kemampuan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat
dalam menerapkan dan pembuatan tercapai.
media sway yang lebih kreatif

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 150


B. Pembahasan Hasil Penelitian membmbing dan mengamati siswa
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/
Melalui hasil penelitian itu menemukan konsep. Menjelaskan
menunjukkan bahwa media sway materi yang sulit, memberi umpan
memiliki dampak positif dalam balik/evaluasi/tanya jawab dimana
meningkatkan prestasi belajar persentase untuk aktivitas tersebut
siswa. Hal ini dapat dilihat dari cukup besar.
semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang SIMPULAN DAN SARAN
disampaikan guru (ketuntasan A. Simpulan
belajar meningkat dari siklus I, II, Dari hasil kegiatan pembe-
dan III) yaitu masing-masing 65, lajaran yang telah dilakukan selama
6%, 78,12 %, dan 87,5 %. Pada tiga siklus, dan berdasarakan seluruh
siklus III ketuntasan belajar siswa pembahasan serta analisis yang telah
secara klasikal telah tercapai. dilakukan disimpulkan sebagai
2. Kemampuan guru dalam berikut:
Mengelola Pembelajaran (1) Pembelajaran menggunakan
Berdasarkan analisis data, media sway memiliki dampak
diperoleh aktivitas siswa dalam positif dalam meningkatkan
proses pembelajaran menggunakan prestasi belajar siswa yang
media sway dalam setiap siklusnya ditandai dengan peningkatan
mengalami peningkatan. Hal ini ketuntasan belajar siswa dalam
berdampak positif terhadap prestasi setiap siklus, yaitu siklus I 65, 6%,
belajar siswa yaitu dapat siklus II 78,12 %, dan siklus III
ditunjukkan dengan meningkatnya 87,5 %.
nilai rata-rata siswa pada setiap (2) Penerapan media sway dalam
siklus yang terus mengalami pembelajaran mempunyai penga-
peningkatan. ruh positif, yaitu dapat
3. Aktivitas Guru dan Siswa dalam meningkatkan motivasi belajar
Pembelajaran siswa yang dtunjukkan dengan
Berdasarkan analisis data, rata-rata jawaban siswa yang
dperoleh aktivitas siswa dalam menyatakan bahwa siswa tertarik
proses pembelajaran Pendidikan dan berminat dengan media sway
Agama Islam pada pokokbahasan sehingga mereka menjadi
sholat berjama’ah dengan menggu- termotivasi untuk belajar.
nakan media sway yang paling
dominan adalah bekerja dengan B. Saran
menggunakan alat/media, mende- Dari hasil penelitian yang
ngarkan /memperhatikan penjela- diperoleh dari uraian sebelumnya agar
san guru, dan diskusi antar siswa/ proses pembelajaran Pendidikan
antara siswa dengan guru. Jadi Agama Islam lebih efektif dan lebih
dapat dikatakan bahwa aktivitas memberikan hasil yang opimal bagi
siswa dapat dikategorikan aktif. siswa, maka disampaikan saran
Sedangkan untuk aktivitas sebagai berikut :
guru selama pembelajaran telah (1) Untuk melaksanakan
melaksanakan pembelajaran pembelajaran menggunakan
menggunakan media sway dengan media sway memerlukan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas persiapan yang cukup matang,
guru yang muncul diantaranya sehingga guru harus mampu

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 151


membuat media yang kreatif dan Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian
menarik sehingga diperoleh hasil Pendidikan. Jakarta : Rineksa
yang optimal. Cipta.
(2) Dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru Purwanto, Joko. 1994. Menjadi Guru
hendaknya lebih sering melatih Professional. Bandung : Remaja
siswa dengan berbagai media, Rosdakarya.
walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan
dapat menemukan pengetahuan Teknis Evaluasi Pengajaran.
baru, memperoleh konsep dan Bandung. Remaja Rosdakarya.
keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu Ratumanan, 2003. Strategi
memecahkan masalah-masalah Pembelajaran. Jakarta : Bina
yang dihadapinya. Aksara
(3) Perlu adanya penelitian yang lebih
Rohwilujeng. 2000. Proses
lanjut , karena hasil penelitian ini
Pembelajaran. Bandung :
hanya dilakukan di kelas VII-H
Remaja Rosdakarya.
SMP Negeri 18 Surabaya tahun
pelajaran 2021/2022 Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan
(4) Untuk penelitian yang serupa Motivasi Pembelajaran. Jakart :
hendaknya dilakukan perbaikan- Bina Aksara.
perbaikan agar diperoleh hasil
yang lebih baik. Sardiman, Ahmad. 2005. Psikologi
Pendidikan, Suatu Pendekatan
DAFTAR PUSTAKA Baru. Bandung : Remaja
Astuti, Yuli. Media Pembelajaran. Rosdakarya
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Sudjana, N dan Ibrahim 1989. Penelitian
dan Penilaian Pendidikan.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Bandung : Sinar Baru.
Pendidikan. Bandung : Citra
Aditya Bakti Sutomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi
Pembelajaran. Surabaya Usaha
Ibrahim, Abdullah. 2000. Petunjuk Nasional
Pelaksanaan Proses
Pembelajaran, Jakarta. Balai
Pustaka.

https://support.microsoft.com/id-
id/office/memulai-
menggunakan-sway-2076c468-
63f4-4a89-ae5f-424796714a8a,
24 oktober 2020

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988.


The Action Research Planner.
Victoria Dearcin University
Press.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Volume XX Hal. 152

You might also like