You are on page 1of 7

BAB XI.

TANGGUNG JAWAB DAN PERCAYA DIRI

Ari Setiawan

A. Tanggung Jawab
Tanggung jawab secara harfiah berarti kemampuan untuk merespon"
ini artinya sebuah sikap yang berorientasi untuk merespon orang lain,
secara aktif merespon kebutuhan mereka. Tanggung jawab menekankan
pada kewajiban yang harus dilaksanakan baik untuk kepentingan diri
sendiri maupun kepentingan orang lain. Sebagaimana dijelaskan oleh
(Schlenker et al., 2009) kewajiban adalah mengerjakan dengan sugungh-
sungguh tugas yang telah diberikan sesuai dengan komitmen. Sehingga
tanggungjawab juga berhubungan dengan akuntabel. Lickona (2009)
menyatakan bahwa: Responsibility is an extention of respect.
Responsibility literally means "ability to respond", it means orienting
toward others, paying attention to them, actively responding to their
needs. Responsibility emphasizes our positive obligations to care for
each other.
Selanjutnya Lickona menambahkan bahwa tanggung jawab berarti
dapat diandalkan, tidak membiarkan orang lain melakukan tugasnya.
Tanggung jawab berarti menjaga komitmen yang telah dibuat. Tanggung
jawab berarti melaksanakan setiap pekerjaan/tugas dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat sesuai dengan kemampuannya
secara optimal. Siswa yang memiliki karakter tanggung jawab akan
komitmen terhadap kesepakatan yang dibuat, melaksanakan
tugas/kewajiban yang diberikan kepadanya.
Kesuma et al. (2012) menyebutkan bahwa tanggung jawab juga
dikenal dengan pertanggungjawaban yakni tidak membiarkan orang lain
mengalami kekecewaan, melaksanakan tugas sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuan sendiri. Selanjutnya Zubaedi (2011) mengungkapkan
bahwa tanggung jawab (responsibility) maksudnya mampu
mempertanggungjawabkan serta memiliki perasaan untuk memenuhi
tugas dengan dapat dipercaya, mandiri, dan berkomitmen. Perbuatan lari
dari masalah yang ditimbulkan akibat pilihan merupakan perbuatan yang
tidak bertanggung jawab. Orang yang tidak bertanggung jawab adalah
orang yang memiliki kontrol diri yang rendah, orang yang suka tergesa-
gesa dalam mengambil keputusan dan sering hanya menuruti keinginan
dari pada memaharni keadaan. Selanjutnya, Tim PPK; Kemendikbud
(2017) menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Siswa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena setiap
perbuatan memilild konsekuensi, jika melalcukan perbuatan baik maim
akan mendapatkan kebaikan pula, demildan sebaliknya dan tidak boleh
menyalahkan orang lain. Siswa bertanggung jawab dalam
pembelajarannya, karena tidak ada orang lain yang akan melakukannya
selain dirinya, siswa hams mandiri/tidak bergantung kepada orang lain.
Kemudian, bertanggung jawab untuk memperlalcukan semua orang
dengan penuh perhatian dan rasa jawab untuk memperlakukan semua
orang dengan penuh perhatian dan rasa hormat. Bertanggung jawab untuk
memberikan kontribusi/sumbangan terhadap sekolah dan kelasnya baik
berupa pemikiran maupun berupa tindakan, serta bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan lingkungan agar menjadi tempat yang nyaman.
Lickona (2009) menyebutkan bahwa "the character education
principle here is that if we want kids to develop responsibility, we should
give them responsibility". Lickona menyebutkan bahwa prinsip dalam
pendidikan karakter untuk mengajarkan nilai tanggung jawab pada siswa
adalah apabila menginginkan siswa-siswa mengembangkan karakter
tanggung jawab maka hams memberikan tanggung jawab kepada mereka.
Dalam hal ini memberikan tanggung jawab merupakan salah satu "alat"
bagi siswa untuk melatih mereka menjadi pribadi yang komitmen
terhadap tugas, kreatif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
menyelesaikan pekerjaan dengan hati-hati, tekun, dan bekerja keras untuk
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Natalie Douglas (Lickona, 2009) menyebutkan prinsip tanggung
jawab yang ditanamkan kepada siswanya yakni siswa harus bertanggung
jawab atas perilakunya dengan tidak menyalahkan orang lain. Siswa
bertanggung jawab atas pembelajarannya dengan menanamkan bahwa tidak
ada seseorangpun yang dapat melakukannya kecuali siswa itu sendiri.
Siswa bertanggung jawab untuk memperlakukan semua orang tak
terkecuali siapapun dengan rasa hormat. Siswa bertanggung jawab untuk
memberikan kontribusi pada kelas dan sekolahnya. Siswa bertanggung
jawab atas lingkungannya, sehingga orang lain dapat menikmati
lingkungan tersebut.
Berbagai pendapat di atas dapat diambil disimpulkan bahwa tanggung
jawab merupakan melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus
dilakukan dengan baik sesuai peranannya sebagai makhluk individu
maupun makhluk sosial di masyarakat. Tanggung jawab juga berarti
konsekuen dengan keputusan yang telah siswa ambil atau konsekuen
dengan perbuatan yang telah siswa lakukan. Tanggung jawab bisa
dilatihkan melalui kedisiplinan dengan kata lain disiplin bisa digunakan
sebagai alat untuk melatih karakter tanggung jawab. Karakter tanggung
jawab perlu dilatihkan, dalam implikasinya di dunia pendidikan guru
seyogyanya mendidik siswanya agar menjadi pribadi yang bertanggung
jawab.
Tanggung jawab adalah perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat dan lingkungan. Karakter tanggung jawab sangat penting
ditanamkan untuk siswa sejak dini. Tanggung jawab hendaknya
ditanamkan secara berkelanjutan baik dirumah, sekolah, dan lingkungan
masyarakat
Seorang siswa yang memiliki karakter tanggung jawab dapat diamati
melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Kemendiknas (2010a:
31) memaparkan bahwa indikator-indikator tanggung jawab adalah: a)
membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan
maupun tertulis, b) melakukan tugas tanpa disuruh, c) menunjukkan
prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat, d)
menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
Lebih lanjut, Kemendiknas menjelaskan bahwa indikator tanggung
jawab adalah menyelesaikan tugas sesuai kemampuan dan menerima
konsekuensi dari kesalahan. Selain itu Tim PPK; Kemendikbud (2017)
juga menjabarkan beberapa indikator tanggung jawab sebagai berikut: a)
merapikan peralatan/mainan yang telah digunakan, b) mengakui dan
meminta maaf bila melakukan kesalahan, c) menjaga barang miliknya
sendiri, d) menjaga barang milik orang lain dan umum, e) turut merawat
mainan sekolah, f) senang menjalankan tugas yang diberikan orang
tua/guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tanggung jawab adalah
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan di
sekolah. adapun yang menjadi indikator dari pengertian tersebut yaitu : a)
Melaksanakan tugas dengan baik, b) Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan c) Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang
akurat, d) merawat barang milik umum dan e) Mengembalikan barang
yang dipinjam.
Dimensi tanggungjawab memiliki indikator yang akan memudahkan
dilakukan penilaian. Indikator ini disesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa usia sekolah dasar. Selain itu berkaitan erat dengan
kegiatan belajar mengajar dan kehidupan sehari hari siswa usia sekolah
dasar. Indikator tanggungjawab yang menjadi kajian dalam penelitian ini
adalah melaksanakan tugas dengan baik dan merawat barang milik
umum.

B. Percaya Diri
Maslow (Alwisol, 2004), mengatakan bahwa kepercayaan diri itu
diawali oleh konsep diri. Menurut Centi (1993) konsep diri adalah
gagasan seseorang tentang diri sendiri, yang memberikan gambaran
kepada seseorang mengenai dirinya sendiri. Sullivan (Bastaman, 2001)
(mengatakan bahwa ada dua macam konsep diri yaitu, konsep diri positif
dan konsep diri negatif. Konsep diri yang positif terbentuk karena
seseorang secara terus menerus sejak lama menerima umpan balik yang
positif berupa pujian dan penghargaan. Sedangkan konsep diri yang
negatif dikaitkan dengan umpan balik negatif seperti ejekan dan
perendahan.
Menurut Lauster (2002) kepercayaan diri merupakan suatu sikap
atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-
tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal
yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan
dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta
dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster
menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri
memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak
membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira.
Meurut pendapat Angelis (2003), percaya diri berawal dari tekad
pada diri sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita inginkan dan
butuhkan dalam hidup. Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri,
sehingga kita mampu menghadapi tantangan hidup apapun dengan
berbuat sesuatu. Menurut Rahmat (2018) kepercayaan diri dapat diartikan
sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap
orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang
dirinya secara utuh dengan mengacu pada  konsep diri. Percaya diri
adalah berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas percaya diri adalah kondisi
mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk
berbuat atau bertindak. Percaya diri pada siswa sekolah dasar dapat
dilihat dari berbagai indiator diantaranya: a) Tidak mudah putus asa, b)
Tidak canggung dalam bertindak, c) Berani presentasi (bicara) di depan
kelas dan d) Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
Dimensi percaya diri banyak memiliki indikator yang akan
memudahkan dilakukan penilaian. Indikator ini disesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa usia sekolah dasar. Selain itu berkaitan erat dengan
kegiatan belajar mengajar dan kehidupan sehari hari siswa usia sekolah
dasar. Indikator percaya diri yang menjadi kajian dalam penelitian ini
adalah tidak mudah putus asa dan Berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan. Percaya diri merupakan aspek yang penting untuk
dinilai khususnya siswa sekolah dasar. Aspek ini memegang peranan
penting dalam pembentukan siap sosial siswa.
Daftar Pustaka
Alwisol, A. (2004). Psikologi kepribadian edisi revisi: Jakarta: UMM
Press.
Angelis, D. B. (2003). Confidence Sumber Sukses Dan Kemandirian.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bastaman, H. D. (2001). Integrasi psikologi dengan islam: menuju
psikologi islami: Pustaka Pelajar Yogyakarta bekerjasama dengan
Yayasan Insan Kamil.
Centi, P. J. (1993). Mengapa Rendah Diri?
Kesuma, D., Triatna, C., & Johar Permana, P. K. (2012). Kajian Teori
dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lauster, P. (2002). Tes kepribadian (alih bahasa: DH Gulo). Edisi
Bahasa Indonesia. Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Lickona, T. (2009). Educating for character: How our schools can teach
respect and responsibility: Bantam.
Rahmat, J. (2018). Psikologi Komunikasi Simbiosa Rekatama Media:
Bandung.
Schlenker, B. R., Miller, M. L., & Johnson, R. M. (2009). Moral identity,
integrity, and personal responsibility. Personality, identity, and
character: Explorations in moral psychology, 316-340.
Tim PPK; Kemendikbud, P. S. (2017). Konsep dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter. Jakarta: kemendikbud.
Zubaedi, D. P. K. (2011). Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Biografi :
Ari Setiawan., Lahir di bawah kaki gunung lawu, tawangmangu
karanganyar, menghabiskan masa studi sd sampai SMA di kampung
halaman lalau tahun 2000 hijrah ke jogja melanjutkan Pendidikan di UIN
dan UNY. Lulusan doctor bidang penelitian dan evaluasi Pendidikan
tahun 2017. Saat ini aktif sebagai dosen Pascasarjanh PEP UST, PGSD
dan Juga PKK dan PBSI. Selain itu aktif menulis buku dan artiker jurnal.
Juga aktif di BAN SM DIY dan Juga Majelis DIKDASMEN. Email:
ari.setiawan@ustjogja.ac.id dan Hp. 081228153789

You might also like