You are on page 1of 22

1

A. Identifikasi Masalah
1. Kedudukan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Dalam Hukum Positif Di
Indonesia.

2. Penggunaan Fatwa DSN MUI dan KHES Sebagai Rujukan Dalam


Pengambilan Putusan Hakim Di Pengadilan Agama.
3. putusan Yang Menggunakan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Sebagai
Pertimbangan Putusan Pada Sengketa Ekonomi Syariah.
4. putusan Yang Tidak Menggunakan Fatwa DSN-MUI Dan KHES
Sebagai Pertimbangan Putusan Pada Sengketa Ekonomi Syariah.

B. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, untuk
menghindari perbedaan dan meluasnya penafsiran penelitian ini, maka
peneliti membatasi pada uraian latar belakang permasalahan yang telah di
paparkan diatas maka pembahasan ini hanya membahas mengenai Urgensi
Penggunaan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Dalam Pertimbangan Putusan
Hakim Pada Sengketa Ekonomi Syariah

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
2

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Urgensi Penerapan Fatwa DSN dan KHES dalam putusan
Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetaui Kedudukan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Sebagai
Rujukan Hakim Dalam Membuat Putusan Sengketa Ekonomi Syariah
2. Untuk Menganalisis Bagaimana Intensitas Penggunaan Fatwa DSN-
MUI Dan KHES Sebagai Dasar Hukum Pertimbangan Hakim
Sengketa Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama
3. Untuk Mengetahui Urgensi Penggunaan Fatwa DSN- MUI Dan KHES
Sebagai Dasar Hukum Pertimbangan Hakim Sengketa Ekonomi
Syariah Di Pengadilan Agama

E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
rujukan ilmiah yang memberikan informasi kepada masyarakat
meupun akademisi terkait Penggunaan Fatwa DSN-MUI dan KHES
dalam pertimbangan hakim sengketa ekonomi syariah dalam membuat
putusan di Peradilan Agama.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
rekomendasi kepada hakim terkhusus hakim peradilan agama dalam
membuat putusan sengketa ekonomi syariah.

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
3

F. Metode Penelitian
1. jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian Eksploratif artinya penelitian ini menggali informasi yang
utuh dan lebih detail dari aspek hukum yang akan dikaji dalam
penelitian ini.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pendekatan Normatif - Pendekatan kasus (Case Approach).
3. Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Data Premier berupa ketentuan undang-undang dan Peraturan
mengenai ketentuan- ketentuan yang membahas kedudukan Fatwa
DSN-MUI dan KHES dalam sistem hukum di Indonesia serta
kaitannya dengan pertimbangan hakim sengketa ekonomi syariah
dalam membuat putusan di Peradilan Agama.
2) Data Sekunder berupa hasil wawancara, isi dari buku-buku, Jurnal
dan kajian-kajian yang juga membahas kedudukan Fatwa DSN-
MUI dan KHES dalam sistem hukum di Indonesia serta kaitannya
dengan pertimbangan hakim sengketa ekonomi syariah dalam
membuat putusan di Peradilan Agama
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang strategis
dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan data-data yang memenuhi
standar. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Komunikasi
berupa tulisan dengan studi dokumen yang berasal dari peraturan
Undang-Undang juga Peraturan terkait dan putusan di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan. Selain itu penulis juga menggunakan metode
komunikasi berupa wawancara.

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
4

5. Metode analisis
Data yang telah diperoleh dari studi dokumen dan Studi lapangan
yang telah dilakukan selanjutnya akan disedarhanakan lalu akan diolah
menjadi analisis Deskriptif-Komparatif, yaitu dengan memaparkan atau
menarasikan isi dari dokumen dengan cara komparisi, sesuai tidaknya
penerapan hukum yang digunakan dengan aturan yang ada dalam
bentuk rangkaian kalimat-kalimat hingga mudah dipahami.
6. Metode Penulisan
Pedoman yang digunakan peneliti ialah merujuk pada kaidah-
kaidah yang terdapat pada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang
dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2017.

G. Kajian terdahulu
Ika Atikah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Eksistensi
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Sebagai Pedoman
Hakim Dalam Menyelesaikan Perkara Ekonomi Syariah Di
Pengadilan Agama” Dalam penelitian ini Kedudukan Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah merupakan sumber hukum materiil dalam penyelesaian
sengketa ekonomi syariah yang harus dijadikan rujukan utama oleh para
hakim peradilan agama. Dalam hal terdapat kekurangan dalam KHES
maka hakim dapat mengambil dan melengkapiny dari sumber hukum yang
lain yang lebih spesifik. 8
dalam penelitian ini peran hakim dalam
memutus perkara merupakan hal krusial sehingga ijtihad hakimah sebagai
penentu Ex Aequo et Bono. Yang membedakan penelitian penulis dengan
penelitian tersebut yaitu penulis meneliti menganalisis lebih dalam
terhadap pertimbangan hakim di dalam menjadikan KHES dan Fatwa
DSN- MUI pada sengketa ekonomi syariah.

Ika Atikah, “Eksistensi Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Sebagai Pedoman
8

Hakim Dalam Menyelesaikan Perkara Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama”, Jurnal Hukum
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
5
Ekonomi Syariah Muamalatika, Vol .9 (2017).

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
6

Nur Afni Octafia (2017) dalam penelitiannya yang berjudul


“Kedudukan Fatwa DSN MUI Sebagai Dasar Hukum Dalam
Menyelesaikan Sengketa Ekonomi Syariah” dijelaskan bahwa fatwa
DSN-MUI jika dikaitkan dalam hukum positif kedudukan fatwa sama
dengan doktrin yaitu sebagai penguat dalam pemutusan seorang qadhi
dalam sebuah perkara, namun fatwa pada hakikatnya hanyalah sebuah
petuah atau nasihat dari seorang alim ulama yang bersifat tidak mengikat.
Adanya pengakuan kedudukan dan peran Fatwa DSN secara formal
(dalam peraturan yang berlaku di jasa keuangan syariah) ini, tentunya
memberi pengaruh dalam penyelesaian perkara hukum di pengadilan
khususnya di Pengadilan Agama. Fatwa-fatwa ini seharusnya menjadi
dasar hukum bagi hakim sebagai bahan pertimbangan hukum untuk
memutuskan perkaranya karena dalam perundang-undangan yang berlaku
ditentukan bahwa kegiatan ekonomi syariah tersebut berpedoman pada
fatwa DSN-MUI.9 dalam penelitian ini menjelaskan bahwa fatwa DSN
MUI dijadikan acuan sebagai dasar hukum. Yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini tidak hanya berfokus
pada kedudukan fatwa DSN –MUI dalam tata hukumdi Indonesia namun
juga meneliti lebih dalam mengenai bagaimana hakim dalam melakukan
pertimbangan hukum ketika memutus sengketa ekonomi syariah.
Shafira Azzahhara Aqkar (2021) dalam penelitiannya yang berjudul
“Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Sebagai Sumber Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif
Dan Hukum Islam” menjelaskan bahwa Kedudukan fatwa DSN-MUI
sebagai sumber hukum dalam perspektif hukum positif jika dilihat dari
segi konstitusi fatwa MUI hanya dijadikan sebagai pendapat hukum yang
boleh/ tidak untuk diikuti, fatwa diterapkan sebagai bentuk kesadaran
beragama secara pribadi. Dalam konteks hukum, sebelum ditetapkan
sebagai hukum positif, maka fatwa DSN-MUI adalah hukum aspiratif,
9
Nur Afni Octavia, “Kedudukan Fatwa DSN MUI Sebagai Dasar Hukum Dalam
Menyelesaikan Sengketa Ekonomi Syariah” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
7
Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung, 2017)

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
8

sedangkan Dalam hukum islam fatwa ulama memiliki peranan yang


penting sebagai acuan menjalankan syariah karena fatwa merupakan salah
satu institusi normatif yang berkompeten menjawab atau menetapkan
kedudukan hukum suatu masalah dimaksud. alam penelitian ini
menjelaskan Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Sebagai Sumber Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif Dan
Hukum Islam.10 Yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian
ini adalah pada penelitian ini hanya membahas bagaimana kedudukan
fatwa DSN-MUI sebagai sumber hukum prespektif hukum positif dan
hukum islam sedangkan penelitian penulis tidak hanya membehas
mengenai kedudukan Fatwa DSN- MUI dalam tatanan hukum di
Indonesia.

H. Sistematika Penelitian
Untuk mendeskripsikan penelitian dengan jelas dan mudah dipahami,
maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini dikemukakan hal-hal mengenai latar
belakang, permasalahan penulisan skripsi ini yang kemudian dirumuskan
dalam perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan dijabarkan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai teori yang berupa pengertian dan definisi
yang diambil dari kutipan buku dan jurnal serta beberapa review terdahulu
yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini mendeskripsikan profil lembaga dan atau karakter daerah
penelitian.

10
Shafira Azzahhara Apkar,” Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Sebagai Sumber Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam” (Skripsi S-
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
9
1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri sultan Thaha Saifuddin, 2021)

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan dat hasil penelitian dan
pembahasan penelitian dengan menjawab masalah-masalah yang telah
dirumuskan dengan metode-metode yang telah disebutkan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang
dapat diberikan penulis yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
A. Kerangka Teori
1. Teori Hukum Positif
Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang
beranggapan bahwa teori hukum itu dikonsepsikan sebagai ius yang
telah mengalami positifisasi sebagai lage atau lex, guna menjamin
kepastian antara yang terbilang hukum atau tidak.11Aliran filsafat
hukum positivisme berpendapat bahwa hukum adalah positivisme
yuridis, dalam arti yang mutlak dan memisahkan antara hukum dengan
moral dan agama serta memisahkan antara hukum yang berlaku dan
hukum seharusnya, antara das sein dan das sollen.12 Han Kelsen
menegaskan bahwa terdapat tiga kemungkinan interpretasi terhadap
istilah positivisme sebagaimana dikutip oleh Ade Maman Suherman,
yaitu:13
a. Legal positivisme sebagai metode adalah cara mempelajari hukum
sebagai fakta yang kompleks, fenomena atau data sosial dan bukan
sebagai sistem nilai, sebagai metode yang men-setting pusat
inquiry problem-problem formal dari keabsahan hukum, bukan
aksiologi suatu keadilan dari suatu konten norma/aturan;
b. Legal positivisme yang dipahami secara teori adalah teori yang
berkembang pada era kodifikasi sampai pada abad ke-sembilan
belas. Dalam konsep ini dikembangkan dari ecole de l’exegese
sampai ke Jerman Rechtwissenschaft hukum dikemas sempurna ,
dengan positive order yang berasal dari kegiatan legeslatif suatu
negara. Paham ini disebut kelompok imperativist, corvisit, legalist

11
Yusridi, Bahan Kuliah Teori Hukum MIH Fakultas Hukum UNDIP Semarang, tanggal
14 November 2014,
12
Islamiyati, “KritikFilsafat Hukum positivisme Sebagai Upaya Mewujudkan Hukum
Yang Berkeadilan”, Law & Justice Journal, Vol 1, No 1 (2018), h., 84.
13
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Civil Law, Common
Law, Hukum Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, Cet. Kedua), h., 37- 38.

10

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
11

c. conception yang ditegakkan melalui hukum yang literal (tertulis),


interpretasi norma tertulis secara mekanis oleh penerjemah,
khususnya hakim;
d. Legal positivisme sebagai ideologi merupakan ide bahwa hukum
negara ditaati secara absolut yang disimpulkan ke dalam suatu
statement gezetz ist gezetz atau the law is the law.

2. Positivasi Hukum Islam di Indonesia


Menurut Rofiq14, pembaharuan hukum Islam dapat diartikan
sebagai upaya untuk mengadakan perubahan di dalam persepsi dan
praktek keislaman yang telah mapan (established) kepada pemahaman
dan pengamalan baru. Pembaharuan terus berjalan dari masa ke masa
walaupun sebenarnya Hukum Islam sudah berlaku sejak awal
masuknya Islam di Indonesia. Bahkan pada perkembangan berikutnya,
Hukum Islam menjadi salah satu dari tiga bahan dasar dari hukum
nasional selain Hukum Adat dan Hukum Barat. Pembaharuan hukum
Islam Indonesia saling berkaitan dengan pembaharuan Ilmu Hukum
Indonesia. Dibuktikan dengan historis relasi keduanya yang tidak bisa
dipisahkan dalam konteks pembangunan Sistem Hukum Nasional
(SHN) sejak awal kemerdekaan. Relasi keduanya dalam pembaharuan
ilmu hukum Indonesia meliputi beberapa aspek hukum nasional seperti
hukum pidana, perdata dan lainnya yang sudah, sedang dan terus
diproses15.
Namun hingga saat ini ada beberapa faktor yang menjadi peluang
dan tantangan positivisasi hukum Islam di Indonesia, diantaranya
faktor politis, faktor filosofis dan faktor sosiologis. Secara politik,
lemahnya dukungan politik parlemen dalam Program Legislasi

14
Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonsesia (Jakarta: Gama Media, 2001)
h., 97-98.
15
A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Islam, Kompetisi Hukum Islam dan Hukum
Umum, (Jakarta: Gama Media, 2003), h., 150-157; Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
32

2003), h., 41.


33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
12
Pengembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia) ,
(Semarang: Pustaka Magister, 2011), h., 5-20.

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
13

Nasional (PROLEGNAS) merupakan tantangan serius bagi hukum


Islam menuju positivisasi. Sedangkan secara filosofis, kontroversi
internal dalam memahami hukum Islam seringkali menyudutkan pada
hukum Islam itu sendiri. Hal ini terkait dengan perkembangan
metodolgi studi Islam yang tidak bisa dibendung dan disatukan dalam
suatu paradigma tertentu. Sedangkan secara sosiologis, sedikit nilai
hukum Islam yang menjadi tradisi atau nilai yang secara mayoritas
diakui dalam sosial masyarakat yang bisa di serap secara nasional.16

3. Teori Hirarki Hukum


Tidak ada sistem didunia ini yang secara positif mengatur tata
urutan peraturan perundang undangan. kalaupun ada pengaturannya
hanya hanya sebatas pada asas yang menyebutkan misalnya:
“Peraturan daerah tidak boleh bertentang dengan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya‟.atau dalam hal
UUD ada ungkapan “the supreme law of the land”.17
Teori Hierarki merupakan teori yang mengenai sistem hukum yang
diperkenalkan oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa sistem
hukum merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang.
Hubungan antara norma yang mengatur perbuatan norma lain dan
norma lain tersebut dapat disebut sebagai hubungan super dan sub-
ordinasi dalam konteks spasial.18 Han Kelsen juga berpendapat bahwa
jika terjadi pertentangan antara norma yang satu dengan norma yang
lainnya, maka norma yang lebih tinggi menjadi dasar keabsahan norma
yang lebih rendah.19

16
Shohibul Itmam, Positivisasi Hukum Islam Di Indonesia, Ponorogo: STAIN Po Press,
2015, h., 316.
17
Ni‟matul Huda, Negara Hukum demokrasi dan judicial Review , (Yogyakarta: UII
Press, 2005, Cet Pertama), h., 48.
18
Asshiddiqie,Jimly, dan Safa‟at, M. Ali, Theory Hans KelsenTentang Hukum,
(Sekretariat Jendreral & Kepaniteraan Makamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006,Cet. Pertama), h.,
110.
19
Darmini, Gokma,”Teori Positivisme Hans Kelsen Mempengaruhi Perkembangan
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
14
Hukum di Indonesia”, Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021, h., 20.

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
15

Seperti dalam bukunya Kelsen mengungkapkan “The unity of


these norms is constituted by the fact that the creation of the norm–the
lower one-is determined by another-the higher-the creation of which of
determined by a still higher norm, and that this regressus is terminated
by a highest, the basic norm which, being the supreme reason of
validity of the whole legal order, constitutes its unity”.20
Menurut Hans Kelsen, norma itu berjenjang berlapis-lapis
dalam suatu susunan hierarki. Pengertiannya, norma hukum yang
dibawah berlaku dan bersumber, dan berdasar dari norma yang lebih
tinggi, dan norma lebih tinggi juga bersumber dan berdasar dari norma
yang lebih tinggi lagi begitu seterusnya sampai berhenti pada suatu
norma tertinggi yang disebut sebagai Norma Dasar (Grundnorm) dan
masih menurut Hans Kelsen termasuk dalam sistem norma yang
dinamis. Oleh sebab itu, hukum selalu dibentuk dan dihapus oleh
lembaga-lembaga otoritas-otoritasnya yang berwenang
membentuknya, berdasarkan norma yang lebih tinggi, sehingga norma
yang lebih rendah (Inferior) dapat dibentuk berdasarkan norma yang
lebih tinggi (superior), pada akhirnya hukum menjadi berjenjang-
jenjang dan berlapis-lapis membentuk suatu Hierarki.21
Teori Hans Kelsen mengenai hierarki norma hukum ini
diilhami oleh Adolf Merkl dengan menggunakan teori das doppelte
rech stanilitz, yaitu norma hukum memiliki dua wajah, yang dengan
pengertiannya: Norma hukum itu keatas ia bersumber dan berdasar
pada norma yang ada diatasnya; dan Norma hukum ke bawah, ia juga
menjadi dasar dan menjadi sumber bagi norma yang dibawahnya.
Sehingga norma tersebut mempunyai masa berlaku (rechkracht) yang
relatif karena masa berlakunya suatu norma itu tergantung pada norma
hukum yang diatasnya, sehungga apabila norma hukum yang berada

20
Kelsen,Hans, General Theory of Law and State, Translated byAnders Wedberg , USA:
Harvard University Printing Office Cambridge, Massachusetts, 2009, h., 124.
21
Aziz Syamsuddi, Proses Dan teknik Penyusunan Undang-undang, (Jakarta: Sinar
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
16
Grafika, 2011, Cet Pertama), hal., 14-15

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
17

diatasnya dicabut atau dihapus, maka norma-norma hukum yang


berada dibawahnya tercabut atau terhapus pula.22

B. Tinjauan Konseptual
1. Ekonomi Syariah
Menurut bahasa, kata ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu
Oikos yang berarti keluarga tau rumah tangga sedangkan Nomos
berarti Peraturan atau aturan. Sedangkan menurut istilah yaitu
manajemen rumah tangga atau peraturan rumah tangga.23 Dalam
berkehidupan ekonomi meruakan bagian yang sangat penting dan
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan, selain itu ekonomi juga
merupakan alat ukur sebuah Negara dalam melihat tingkat
kemajuannya, apakah semakin membaik atau memburuk.24
Para ahli ekonomi neo klasik memberikan pengertian bahwa inti
dari kegiatan ekonomi adalah aspek pilihan penggunaan sumber daya
yang langka, sasaran utamanya adalah bagaimana mengatasi
kelangkaan, definisi ini mengandung konsekuensi.25 Dalam Al-Quran,
ekonomi diidentikan dengan iqtishad,26 yang artinya “umat yang
pertengahan” atau bisa dimaknai menggunakan rezeki yang ada di
sekitar kita dengan cara berhemat agar kita menjadi manusia-manusia
yang baik dan tidak merusak nikmat apapun yang diberikan oleh-
NYA. Dengan demikian nama ekonomi syariah bukan nama yang baku
dalam terminology islam. Bisa saja dikatakan “ekonomi ilaiyyah”,
“ekonomi islam”, “ekonomi Qur‟ani, “ekonomi syar‟i”. Namun dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat istilah ekonomi syariah atau

22
Farida, Maria, Ilmu Perundang-Undangan, (Kanisius: Yogyakarta,1998), h., 25
23
Pius A. Purtanto dan M Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Popule, ( Arkola: Surabaya,
1994) h., 131.
24
Ghofur, Abdul, Pengantar Ekonomi Syariah: Konsep Dasar, Paradigma,
pengembangan ekonomi syariah, (Raja Grafindo Persada, 2018), h., 15.
25
Ghofur, Abdul, Pengantar Ekonomi Syariah: Konsep Dasar, Paradigma,
pengembangan ekonomi syariah, (Raja Grafindo Persada, 2018), h., 15.
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
18
26
QS Al-Maidah [5]: 66

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
19

ekonomi islam lebih popular.27 Menurut Abdul Mannan, ekonomi


syariah (syariah) merupkan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah ekonomi – ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai- nilai
islam.28

2. Sengketa Ekonomi Syariah


Ekonomi syariah telah menjadi instrument terpenting dan
berkembang pesat dalam sistem perekonomian umat manusia.
Aktivitas ekonomi syariah telah melibatkan banyak orang sebagai
pelakunya, setiap manusia mempunyai naluri untuk beraktivitas dan
hidup dengan orang lain (gregariousness).29 Dalam aktivitasnya
manusia melakukan interaksi antar sesamanya. Interaksi sosial tersebut
dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan
bahkan berbentuk pertentanganatau pertikaian (conflict).30 Yang dapat
menimbulkan sengketa- sengketa lain , aktifitas ekonomi syariah tidak
selalu sesuai akad sehingga hal tersebut dapat menimbulkan sengketa.
Sengketa ekonomi merupakan Conflict dan Dispute yaitu berbentuk
perselisihan atau disagreement on a point of law or fact of interest
between two persons, artinya suatu kondisi dimana tidak ada
kesepahaman para pihak tentang sesuatu dan faktanya dan perbedaan
kepentingan diantara kedua belah pihak. 31

Apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan


ekonomi syariah, maka ini menjadi sebuah sengketa ekonomi syariah.
Terjadinya sengketa ini pada umumnya karena adanya penipuan atau
ingkar janji oleh pihak-pihak atau salah satu pihak yang tidak

27
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam : Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonosia,
2004), h., 6.
28
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997), h., 19.
29
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Prasada, Jakarta,
2001).. h, 73.
30
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Prasada, Jakarta,
2001),..h.64
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
20
31
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Prasada, Jakarta,
2001),.. h5

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
21

melakukan apa yang di janjikan atau


disepakati untuk dilakukan. 32
Apabila
seseorang atau badan hukum telah melakukan
akad syariah dengan pihak lain, maka antara
para pihak tersebut telah terjadi perikatan,
oleh karna itu, menurut hukum perdata,
kesepakatan yang telah disetujui para pihak
tersebut akan mengikat sebagai undang-
undang bagi mereka yang mebuatnya.33
Dengan demikian, terjadinya suatu sengketa
ekonomi syariah disebabkan oleh dua pihak,
baik perorangan maupun badan hukum yang
melakukan akadau perjanjian dengan prinsip
syariah.34
Sengketa ekonomi syariah merupakan
suatu pertentangan antara dua pihak atau
lebih pelaku ekonomi yang kegiatan
usahanya yang dilaksanakan menurut prinsip-
prinsip dan asas ekonomi syariah yang
disebabkan persepsi yang berbeda tentang
suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya
dan dapat diberikan sanksi hukum terhadap
salah satu diantara keduanya .35

32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam
Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta, 2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam
Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta, 2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam
Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta, 2003),.. h.11

You might also like