You are on page 1of 65

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman

budaya dan kearifan lokal yang tercermin dalam pikiran, sikap, tindakan dan

hasil budaya itu sendiri. Hasil budaya yang dihasilkan oleh masyarakat

Indonesia sangat bervariasi, mulai dari pakaian, kesenian, rumah dan produk

budaya yang terkait dengan kesehatan (Paisal, 2018). Produk budaya yang

berhubungan dengan kesehatan terwujud dalam bentuk obat tradisional dan

cara tradisional yang digunakan masyarakat untuk mengatasi permasalahan

mereka dibidang kesehatan.

Kearifan masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamnya

memang terasa semakin lama semakin terkikis oleh himpitan kebutuhan hidup,

sehinggah tidak sedikit masyarakat yang membuang prinsip-prinsip konservasi

tradisional (Yamin dkk, 2018). Semua peradaban manusia dengan sistem obat

terstruktur akan memanfaatkan hewan sebagai obat. Hewan digunakan sebagai

sumber pengobatan sejak lama dan mempunyai peranan yang sangat penting

dalam praktek penyembuhan sehingga pengobatan alternatif dengan

pemanfaatan hewan, kini menjadi trend di kalangan masyarakat (Zayadi dkk,

2016).

Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional

terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan

keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan


2

(Nazelia, dkk., 2019). Bentuk pengobatan alternatif menjadi salah satu usaha

yang dilakukan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang

sedang mereka alami. Metode pengobatan alternatif yang etnis dan budaya

yang masyarakat gunakan dalam pengobatan alternatif sangat sederhana

sehingga, tidak sesuai dengan pengobatan modern dalam kajian ilmu biologi

dan farmasi, seperti penggunaan media hewan untuk penyembuhan penyakit.

Pengetahuan pengobatan alternatif dapat dijadikan dasar untuk

membangun pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan karena praktik

dan teknik yang telah dikenal, mudah dipahami dan mudah dikuasai

(Afriyansyah, dkk., 2016). Sebelum adanya pengobatan modern, awalnya

masyarakat melakukan pengobatan secara tradisional, yang dimana pengobatan

tersebut menggunakan hewan sebagai bahan dalam pembuatan obat tradisional,

dan bahkan sampai saat ini masih menjadi salah satu pengobatan alternatif

bagi masyarakat dalam hal menyembuhkan dan mengatasi segala jenis

penyakit. Pengetahuan pengobatan dengan memanfaatkan hewan itu telah

menjadi bagian hidup mereka karena senantiasa digunakan pada setiap saat

mengobati penyakit (Celly, dkk., 2020).

Bahan baku obat tradisional bisa didapatkan dari hewan, tergantung

pengolahan dan pemanfaatanya baik secara keseluruhan organ hewan atau

hanya bagian organ hewan tertentu saja yang diperlukan. Sumber pengobatan

tradisional terbagi dua yaitu tumbuh-tumbuhan dan hewan. Beberapa bukti

menunjukkan bahwa manusia sangat familiar terhadap penggunaan hewan dan

tumbuhan untuk makanan, pakaian, dan juga obat-obatan (Zayadi, dkk., 2016).
3

Produk budaya terkait dengan kesehatan berupa pemanfaatan hewan

dalam pengobatan tradisional. Hewan digunakan sebagai sumber pengobatan

sejak lama dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam praktek

penyembuhan. Kearifan masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumber daya

alamnya memang terasa semakin lama semakin terkikis oleh himpitan

kebutuhan hidup, sehingga tidak sedikit masyarakat yang membuang prinsip-

prinsip konservasi tradisional. Hewan digunakan sebagai media pengobatan

sejak lama dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam praktek

penyembuhan (Prastikawati, dkk., 2020).

Pengobatan dengan pemanfaatan hewan sudah menjadi familiar di

kalangan masyarakat. Dari dulu hingga sekarang masyarakat masih

memanfaatkan hewan digunakan sebagai media pengujian obat-obatan dan

dijadikan sebagai sumber pengobatan alternatif bagi manusia. Interaksi yang

terbentuk secara turun temurun ini membentuk suatu pengetahuan lokal yang

dimiliki oleh masyarakat disuatu wilayah (Farida, dkk., 2014). Hal ini juga

dikemukakan oleh Afriyansyah dkk (2016), Pengobatan atau perawatan

mengacu pada pengalaman dan keterampilan dari nenek moyang dan dilakukan

sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Setelah mengetahui manfaat hewan yang begitu banyak, hal tersebut

berdampak pada populasi hewan yang sering digunakan baik dalam

pengobatan maupun pemanfaatan lainya, seperti yang dikatakan Umami

(2019), kegiatan pemanfaatan hewan (baik secara utuh atau beberapa organ

hewan) yang dilakukan masyarakat secara umum dapat berdampak langsung


4

maupun tidak langsung terhadap keberadaan fauna lokal, terutama spesies

hewan target. Pemanfaatan hewan sebagai obat dan lain-lain tidak hanya pada

hewan di daratan saja tetapi juga sebagian umumnya hewan yang hidup di air

(Setyawan, dkk., 2015).

Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa pengobatan dan

penyembuhan secara tradisional merupakan faktor pelayanan di dalam

masyarakat yang masih banyak digunakan oleh setiap masyarakat (Paisal,

2018). Walaupun cara pengobatan yang disajikan pada penyembuhan

tradisional hanya secara singkat dan sulit untuk dipercaya, namun faktanya

menunjukan bahwa pengobatan ini dapat menghasilkan kesembuhan. Dalam

penjelasan di atas bahwa masyarakat tidak hanya mengandalkan pengobatan

modern saja, karena di kalangan masyarakat masih meyakini bahwa

pengobatan tradisional memiliki cara yang berbeda dengan pengobatan modern

yang dimana pengobatan tradisional juga dapat menyembuhkan penyakit yang

diderita oleh seseorang, banyaknya jenis obat tradisional bergantung juga pada

kelimpahan keanekaragaman hayati daerah tersebut, salah satu daerah yang

memiliki keanekaragaman hayati cukup banyak yaitu daerah Kabupaten

Banggai Kepulauan.

Kabupaten Banggai Kepulauan merupakan salah satu Kabupaten yang

terletak di Sulawesi Tengah yang memiliki banyak kelimpahan fauna yang

dimana belum diketahui manfaat dan kegunaan lainya, selain menjadi bahan

makanan dan hewan ternak, hewan-hewan tersebut juga bermanfaat sebagai

bahan alternatif pembuatan obat dalam pengobatan tradisional, hanya saja


5

pengetahuan masyrakat mengenai pemanfaatan hewan setiap daerah berbeda-

beda khususnya pada Desa Sambulangan.

Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan di Desa

Sambulangan didapatkan beberapa jenis hewan obat diantaranya ular piton

(Malayopython reticulatus), ceremende (Blaptica dubia), ayam (Galus gallus

domesticus), dan lebah madu (Apis nigrocincta). Hasil survey yang diperoleh

merupakan hewan-hewan yang sering digunakan masyarakat setempat sebagai

bahan obat tradisional. Untuk mengetahui lebih banyak hewan obat dan

pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan hewan maka dilakukanlah

penelitian dengan judul “Etnozoologi terhadap Pemanfaatan Hewan sebagai

Pengobatan Tradisional di Desa Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara

Kabupaten Banggai Kepulauan ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan masalah yaitu sebagai

berikut :

1. Jenis hewan apa saja yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat Desa

Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan ?

2. Penyakit apa saja yang dapat diobati melalui pemanfaatan hewan sebagai

pengobatan tradisional masyarakat Desa Sambulangan Kecamatan Bulagi

Utara Kabupaten Banggai Kepulauan ?


6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui jenis-jenis hewan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa

Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.

2. Mengetahui penyakit yang dapat diobati melalui pemanfaatan hewan

sebagai pengobatan tradisional masyarakat Desa Sambulangan Kecamatan

Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Bagi Masyarakat

Memberikan sebuah informasi bahwa di Desa Sambulangan

Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan terdapat beberapa

jenis hewan obat dan manfaatnya, dapat dijadikan data awal untuk masyarakat

dan pemerintah desa mengenai jenis spesies hewan obat yang ada di Desa

Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.

2. Bagi Peneliti

Dapat memberikan ilmu mengenai cara mengetahui jenis spesies

hewan obat dan proses pemanfaatan hewan obat tersebut, bagi peneliti lain

diharapkan tergerak untuk mengembangkan lagi identifikasi jenis hewan obat

yang belum dijangkau dalam penelitian ini.

3. Bagi Universitas

Hasil laporan penelitian berupa tulisan karya ilmiah atau skripsi ini

dapat diletakan di perpustakaan Universitas untuk dijadikan salah satu sumber


7

bacaan dan sampel hewan obat dapat dijadikan bahan awetan dan disimpan di

laboratorium biologi untuk dijadikan salah satu media pembelajaran.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskrispsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sambulangan, yang dimana Desa

Sambulangan merupakan salah satu Desa yang menjadi salah satu ibu kota

Kecamatan yaitu Kecamatan Bulagi Utara dan terletak di Kabupaten Banggai

Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah. Desa sambulangan terdiri dari empat

dusun. Letak posisi Desa Sambulangan yaitu, bagian Timur sambulangan

berdekatan dengan Desa Bakalinga, bagian Barat Desa Sambulangan

berdekatan dengan Desa Koyobunga, bagian Selatan Desa Sambulangan

berdekatan dengan Desa Bangunemo, dan bagian Utara Desa Sambulangan

berhadapan atau berdekatan dengan lautan (BPS Kecamatan Bulagi Utara,

2020). desa ini merupakan desa yang cukup kaya dengan keanekaragam

hayatinya baik flora maupun fauna. Desa sambulangan merupakan desa yang

sampai saat ini sebagian penduduknya masih menggunakan obat alami yang

dijadikan sebagai pengobatan tradisional baik dalam bahan alternatif tumbuhan

maupun hewan.
9

Gambar 2.1 Peta Desa Sambulangan

B. Deskrispsi Etnozoologi

Etnozoologi adalah sub disiplin ilmu etnobiologi yang meliputi

keseluruhan pengetahuan suatu kelompok masyarakat tentang sumberdaya

hewan meliputi persepsi, identifikasi, pemanfaatan, pengelolaan dan cara

berkembangbiaknya. Kajian etnozoologi ini dapat berupa hubungan manusia

dengan hewan pada masa lampau, dan juga pada masa sekarang. Etnozoologi

dapat dibedakan berdasarkan interaksi manusia dengan jenis hewannya, seperti

etnoentomologi (manusia – serangga), etnoornitologi (manusia – burung),

etnoherpetologi (manusia – ampibi) dan etnoikhtiologi (manusia – ikan)

(Mardiyana, 2019).
10

Etnozoologi meliputi pemanfaatan jenis satwa yang digunakan dalam

berbagai kepentingan, seperti bahan pangan, kerajinan, pakaian, obat-obatan,

hiasan, ritual, peralatan dan lain-lainnya. Sehingga timbul suatu teori yang

mengatakan bahwa ,etnozoologi merupakan bagian dari bidang etnobiologi

yang mempelajari tentang pengetahuan, pemanfaatan, pengelolaan satwa

berkaitan dengan budaya masyarakat (Setyoko, 2019).

Menurut Umami (2019), Etnozoologi merupakan ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal

dengan alam lingkungannya yang meliputi pengetahuan tentang sumber daya

alam. Karena itu, etnozoologi berpotensi mengungkapkan sistem pengetahuan

tradisional dari suatu kelompok masyarakat atau etnik mengenai

keanekaragaman sumber daya alam, konservasi dan budaya. Tradisi

pengobatan suatu masyarakat tidak terlepas dari kaitan budaya setempat.

Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan keragaman jenis hewan obat

terbentuk melalui suatu proses sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya

dan diyakini keberadaannya.

Hubungan manusia dengan hewan terdiri dari bidang pangan

penggunaan bagian hewan sebagai obat, hiasan, dan estetika; hewan sebagai

peliharaan; sampai pada penggunaan hewan dalam suatu kepercayaan atau

simbol untuk ritual keagamaan. Pentingnya hewan dalam suatu kebudayaan

direfleksikan dalam bentuk karya seni, literatur, kepercayaan, mitologi dan

keagamaan, diantara aspek kemanusiaan lainnya. Sepanjang perjalanan sejarah,

hewan-hewan telah digunakan untuk mencerminkan alam kemanusiaan,


11

melambangkan kemasyarakatan dan karakteristik individu manusia. (Audina,

dkk., 2015).

C. Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral,

sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang

pengobatannya mengacu kepada pengalaman, sesuai ketrampilan turun

temurun, atau pendidikan/ pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku dalam masyarakat (Prastikawati dan Husain, 2020).

Menurut Paisal (2018), pengobatan tradisional juga merupakan

pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu

kedokteran atau keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada

pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secarah turun-

temurun, dan berguru melalui pendidikan atau pelatihan, baik asli dari

Indonesia atau dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku

dalam dunia kehidupan atau bermasyarakat. Sumber Pengobatan terbagi

menjadi dua yaitu tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Penggunaan pengobatan tradisional digolongkan menjadi dua cara yaitu

cara penggunaan di luar dan penggunaan di dalam tubuh manusia. Pengunaan

di luar tubuh yaitu hewan obat digunakan pada bagian luar tubuh dengan cara

menempelkan hewan obat, mengoleskan, menggosokan di tubuh, sakit,

sedangkan penggunaan di dalam tubuh yaitu dengan meminum atau memakan

langsung hewan obat tersebut (Prastikawati dan Husain, 2020).


12

D. Hewan Obat

Hewan obat adalah obat berbahan dasar hewan yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah kesehatan manusia, membebaskan gejala, atau

memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan biologik,

farmakoseutika, premiks, dan sediaan hewan obat alami (Apriyanto, 2020).

Pemanfaatan hewan secara tradisional yang sengaja dilakukan oleh

masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan disebut dengan etnozootherapy

hewan dimanfaatkan melalui berbagai pengolahan atau metode seperti di

tumbuk, diolah menjadi masakan, direbus, dioleskan dan lain sebagainya sesuai

dengan kebudayaan yang ada di lingkungan tempat tinggal (Prastikawati dkk,

2020). Penanganan berbagai macam penyakit di masing-masing daerah

dimanfaatkan dengan metode penggunaan yang berbeda.

Hewan dan manusia dalam konsep ini mempunyai hubungan, dimana

beberapa ahli telah menguraikan gagasan bahwa manusia berevolusi sebagai

primata pemakan daging. Mengonsumsi daging tersebut dengan tujuan untuk

program penurunan berat badan/diet, kekurangan protein hewani. Tradisi

pengobatan suatu masyarakat tidak terlepas dari kaitan budaya setempat.

Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan keragaman jenis hewan yang

digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui suatu proses sosialisasi

yang secara turun menurun dan dipercayai kebenarannya. Pengobatan

tradisional adalah semua upaya pengobatan dengan cara lain di luar ilmu

kedokteran berdasarkan pengetahuan yang berakar pada tradisi tertentu

(Sholichin, 2020).
13

E. Kerangka Berpikir

Bagian yang memaparkan dimensi-dimensi kajian utama, factor-faktor

kunci dan hubungan-hubungan antar dimensi yang disusun dalam bentuk

narasi dan grafis disebut kerangka berpikir (Prastikawati, dkk., 2020). Dalam

kerangka berfikir ini mencoba menjelaskan bagaimana pemanfaatan hewan

digunakan sebagai obat tradisional pada masyarakat Desa Sambulangan

Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan. Dalam penelitian ini

memfokuskan pada pengobatan tradisional yang dilakukan oleh orang yang

memiliki pengetahuan dan pengalaman serta masyarakat lokal. Terdapat

beberapa cara memperoleh pengetahuan hewan sebagai bahan pengobatan

tradisional. Pertama, pengetahuan pengobatan tradisional diperoleh karena

warisan dari leluhur. Kedua, pengetahuan pengobatan tradisional diperoleh

dengan mencari tahu sendiri.


14

Pengobatan Tradisional

Hewan Obat

Mongotoian dan Masyarakat

Desa Sambulangan

Pengetahuan Pengetahuan Hewan

Pengobatan Obat

Tradisional

Etnozoologi

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir


15

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif dengan

analisis data menggunakan analisis deskripsi kualitatif. Metode penelitian

dengan survei jelajah dan teknik dalam mengumpulkan data menggunakan

wawancara, survei dan pengambilan dokumentasi. Cara dalam pengambilan

data sampel dengan menggunakan metode purposive sampling.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021. Penelitian

tersebut dilakukan di daerah pemukiman Desa Sambulangan Kecamatan Bulagi

Utara Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah. Desa ini

dipilih sebagai tempat penelitian karena Desa ini dikenal dengan

keanekaragaman faunanya, yang dimana memiliki banyak manfaat salah

satunya sebagai alternatif pembuatan obat tradisional.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis,

kamera hp, dan laptop. Alat tulis digunakan untuk mencatat semua informasi

yang didapatkan, kamera digunakan untuk alat dokumentasi, dan laptop

digunakan untuk mengolah data informasi yang didapatkan.


16

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu,

kantong plastik dan papan identifikasi hewan obat. Kantong plastik digunakan

untuk menyimpan dan membawa hasil pembuatan obat tradisional dari hewan,

yang sudah siap dipakai dan papan identifikasi digunakan sebagai alat untuk

mempermudah dalam mengidentifikasi hewan yang dijadikan bahan obat.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan jenis hewan yang

digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional yang ada di Desa

Sambulangan. Sampel dalam penelitian ini adalah individu setiap jenis hewan

yang digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional yang ada di Desa

Sambulangan.

E. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan adalah dalam bentuk pertanyaan

pedoman wawancara. Daftar pertanyaan ini diajukan kepada masyarakat yang

memiliki pengalaman dan pengetahuan (Mongotoian). Secara garis besar

instrumen wawancara tersebut berupa jenis, bagian organ, dan manfaat hewan

yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional di Desa

Sambulangan dan bagaimana cara pengolahan hewan tersebut menjadi obat.

F. Prosedur Penelitian

Adapun bentuk prosedur penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Survei Pendahuluan

Survei yang dilakukan bertujuan untuk melakukan pendekatan dan


17

memperkenalkan diri, menjelaskan maksud penelitian kita dan meminta ijin

untuk mencatat informasi dari responden sebelum diwawancarai. Pendekatan

ini dilakukan agar nantinya mempermudah peneliti dalam pengambilan data.

2. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan berdasarkan pengetahuan

masyarakat lokal, dengan menggunakan tiga macam teknik ialah penentuan

responden, wawancara dan pengamatan.

a. Penentuan Responden

Penentuan responden menggunakan teknik purposive sampling dengan

cara memilih responden dengan pertimbangan peneliti, dalam hal ini kriteria

responden yang dipilih ialah masyarakat di atas 40 tahun dan yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang baik tentang penggunaan hewan sebagai

obat tradisional serta memanfaatkan hewan sebagai obat tradisional dalam

kehidupan sehari-hari (Afriyansyah, dkk., 2016). Responden yang dipilih

dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang yaitu 3 orang yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman (Mongotoian) dari dusun satu sampai dusun dua

dan 3 orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman (Mongotoian) dari

dusun tiga sampai dusun empat.

b. Wawancara.

wawancara adalah salah satu tekhnik dalam mengumpulkan data.

Tekhnik ini adalah cara awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan

mewawancarai nara sumber secara terbuka. Pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan berupa hal mengenai nama spesies hewan, organ hewan yang dipakai
18

untuk bahan obat, khasiat dari jenis hewan obat dan proses pembuatan ataupun

cara penggunaan hewan obat tersebut.

Nara sumber wawancara adalah masyarakat yang mempunyai

pengetahuan dan pengalaman lebih dalam menggunakan hewan obat di

kehidupan setiap harinya. Nara sumber pada penelitian ini disebut dengan

Mongotoian.

c. Pengamatan

Selain teknik wawancara, dalam penelitian ini juga menggunakan

teknik pengamatan. Tekhnik ini bertujuan mendapatkan data sampel secara

langsung dilapangan atau lokasi penelitian yang selanjutnya akan melakukan

identifikasi jenis untuk mengetahui nama ilmiahnya, proses pengamatan

didokumentasikan menggunakan kamera foto, lalu hasilnya dicatat. Data

sampel yang dimaksud adalah jenis hewan obat.

G. Analisis Data

Hasil data penelitian yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini hasil analisis deskriptif

disajikan dalam tabel dan bentuk gambar spesies hewan yang berkhasiat obat

beserta manfaat dan bagian organ hewan yang digunakan sebagai obat serta

proses pengolahanya.
19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini bertempat di Desa Sambulangan, dimana Desa

Sambulangan ini adalah desa yang menjadi pusat pemerintahan dan ibukota

Kecamatan Bulagi Utara. Desa sambulangan memiliki 795 jumlah penduduk,

sumber penghasilan utama masyarakat desa Sambulangan sebagian besar berada

pada sektor pertanian dan peternakan. Desa Sambulangan memiliki tiga

Agama/kepercayaan yang dianut yaitu Islam, Kristen, dan Katholik. Sebagian

besar masyarakat Sambulangan bermayoritas Kristen, desa sambulangan juga

merupakan desa yang memiliki potensi-potensi alam yang cukup banyak yang

bisa mengembangkan perekonomian masyarakat Sambulangan dimasa yang akan

datang.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan survey hewan obat di Desa

Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan, terdapat

10 jenis hewan obat yang biasanya digunakan masyarakat setempat dalam

pengobatan tradisional. Dari berbagai jenis hewan obat tersebut semuanya tidak

merupakan hewan yang dibudidayakan masyarakat pada umumnya, namun

sebagian ada yang hidup bebas sesuai habitatnya masing-masing.


20

Tabel 4.1 Jenis-jenis hewan obat di Desa Sambulangan.

No Nama Indonesia Nama Nama Spesies


lokal
1. Biawak Kumbosu Varanus Salvator
2. Ular Sangol Malayophyton reticulatus
3. Undur-undur bababung Formicarius
4. Cacing tanah Cacing Lumbricus
5. Lebah madu Ani Apis nigrocincta
6. Ayam kampung Manuk Gallus domesticus
7. Kus-kus Kuai Ailurops melanotis
8. Bekicot Bekicot Achatina fulica
9. Ceremende Ndunding Blaptica dubia
10. Ikan gabus Ikan gabus Channa striata

Tabel 4.2 Cara pengelolaan hewan obat dan pengobatan setiap jenis penyakit

No Hewan obat Cara pengelolaan dan pengobatan Manfaat/ jenis


(organ/bagian penyakit yang
hewan yang diobati
digunakan)
1. Biawak Empedu yang sudah dikeluarkan pada Mengobati
(empedu) tubuh biawak diikat bagian ujung penyakit dalam
kantung empedu kemudian dibersihkan tubuh
dan disimpan ditempat aman sampai
kering. Setelah kering empedu biawak
diiris secukupnya dan ditelan/minum
langsung.

2. Ular piton Empedu yang sudah dikeluarkan pada Mengobati


(empedu) tubuh ular tersebut diikat bagian ujung penyakit dalam
kantung empedu kemudian dibersihkan tubuh
dan disimpan ditempat aman sampai
kering. Setelah kering empedu ular
diiris secukupnya dan ditelan/minum
langsung.

3. Undur-undur Undur-undur diambil sekitar 8-12 ekor Mengobati


(seluruh tubuh) lalu dicuci sampai bersih kemuadian penyakit liver
direbus, setelah direbus dibiarkan
sampai hangat atau dingin kemudian
diminum langsung.

4. Cacing tanah Cacing tanah diambil secukupnya lalu Mengobati


(seluruh tubuh) dicuci dengan air sampai bersih penyakit tipes
21

kemudian direbus, setelah direbus


dibiarkan sampai hangat dan diminum
atau dicampur pada makanan seperti
bubur.

5. Lebah madu Madu lebah yang sudah disaring atau Mengobati


(bagian madu dibersihkan diminum secukupnya penyakit asam
yang sudah urat, batuk,
disaring) dan maag
6. Ayam kampung Telur ayam kampung dicuci dan Mengobati
(telur ayam dipecahkan diambil bagian dalam telur, penyakit
bagian dalam) lalu ditaruh didalam gelas dan langsung jantung
diminum, atau direbus sampai matang
dan dikupas kulitnya dan langsung
dimakan
7. Kus-kus Empedu yang sudah dikeluarkan pada Mengobati
(empedu) tubuh kus-kus diikat bagian ujung penyakit dalam
kantung empedu kemudian dibersihkan tubuh
dan disimpan ditempat aman sampai
kering. Setelah kering empedu kus-kus
diiris secukupnya dan ditelan/minum
langsung.

8. Bekicot Bekicot diambil secukupnya atau sesuai Mengobati


(daging) kebutuhan kemudian dicuci sampai penyakit sesak
bersih lalu direbus, setelah direbus nafas/asma
diambil bagian dagingnya lalu dimakan

9. Ceremende Ceremende diambil sesuai kebutuhan, Mengobati


(perut) kemudian dibalut langsung hidup-hidup penyakit sakit
dipipi bagian gigi yang sakit. gigi
Ceremende dibalut dari ujung perut
sampai pada bagian leher

10. Ikan gabus Ikan gabus dibersihkan lalu direbus Mengobati


(daging) setelah direbus lalu dimakan dagingnya Luka oprasi
atau bisa juga dicampurkan pada
makanan seperti bubur.
22

Jenis-jenis hewan obat yang terdapat di desa Sambulangan adalah sebagai


berikut.
1. Biawak (Varanus salvator)

Gambar 4.1 Empedu biawak (dokumentasi pribadi 2021) dan bentuk morfologi
hewan Biawak (Nurkarimah, 2019)
Klasifikasi Hewan Biawak (Varanus Salvator)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Autarchoglossa
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvator (Nurkarimah, 2019)

Ciri morfologi dari biawak yaitu memiliki bentuk lubang hidung oval

dengan posisi lubang hidung berada di depan moncong dan juga memiliki leher

serta moncong yang panjang. Biawak dewasa rata-rata berukuran 1.5 meter.

Selain itu, tubuh biawak berwarna hitam dan adanya corak bulat berwarna

kuning. Bentuk sisik di bagian atas kepala lebih besar dan ukuran sisik di

bagian belakang (menuju ekor) semakin kecil. Bentuk ekor pipih, pada sisi

bagian atasnya keras, sangat kokoh, dan panjangnya melebihi dari panjang

kepala dan badan.


23

2. Ular piton (Malayophyton reticulatus)

Gambar 4.2 Empedu ular piton (dokumentasi pribadi 2021) dan bentuk
morfologi hewan ular piton (Malayophyton reticulatus)
Klasifikasi hewan ular piton (Malayophyton reticulatus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Phytonidae
Genus : Malayophyton
Spesies : Malayophyton reticulatus (Raharjo dkk, 2019)

Ular ini memiliki corak sisik yang merupakan perpaduan antara warna

coklat, emas, hitam dan putih, pola sisiknya menyerupai batik, memiliki tubuh

yang panjang, hewan ini berkembang biak dengan cara bertelur, tergolong

hewan reptilia, termasuk hewan yang bisa hidup dimana saja atau disebut

hewan amfibi, serta merupakan hewan pemakan daging (Karnivora).


24

3. Undur-undur (Myrmeleon formicarius)

Gambar 4.3 Bentuk morfologi larva undur-undur (dokumentasi pribadi 2021)


Klasifikasi undur-undur (Myrmeleon formicarius)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Neuroptera
Family : Myrmeleontidae
Genus : Myrmeleon
Species : Myrmeleon formicarius (Kholifah, 2015)

Undur-undur ini memiliki tubuh yang lunak tidak memiliki tulang

belakang, warnah tubuhnya kecoklatan, cara berjalan hewan undur-undur

ini tidak seperti hewan lainya yang berjalan sesuai struktur tubuhnya

melainkan berlawanan sehinggahnya dinamakn undur-undur, serta

memiliki sarang yang berbentuk corong.


25

4. Cacing tanah (Lumbricus)

Gambar 4.4 Bentuk morfologi Cacing tanah (Yusnaini, 2015)


Klasifikasi Cacing tanah (Lumbricus)
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Clitellata
Ordo : Haplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus  (Yusuf, 2019)

Morfologi cacing tanah tersusun atas segmen-segmen yang

berbentuk cincin, serta memiliki tubuh yang lunak, bagian kulit selalu

basah atau lembab, tidak memiliki tulang belakang, memiliki mulut pada

ujung anterior (tidak bersegmen).


26

5. Lebah madu (Apis nigrocincta)

Gambar 4.5 Madu lebah (dokumentasi pribadi 2021) dan bentuk morfologi
lebah madu ((Arifa, 2020)
Klasifikasi Lebah madu (Apis nigrocincta)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Apidae
Genus : Apis
Species : Apis nigrocincta (Arifa, 2020)

Lebah madu mempunyai warna tubuh hitam bercorak kuning

dibagian kepala lebih dominan hitam dan bagian belakang hitam bergaris

kuning, terdiri dari dua pasang sayap bagian kiri dan kanan, memiliki juga

tiga pasang kaki tidak memiliki tulang belakang, lebah madu juga

memiliki sengat yang terdapat di ekornya, terdapat rambut-rambut di

bagian kepala yang berfungsi untuk melindungi mata lebah.


27

6. Ayam kampong (Gallus domesticus)

Gambar 4.6 Telur ayam dan bentuk morfologi ayam kampong


(dokumentasi pribadi 2021)
Klasifikasi Ayam kampong (Gallus domesticus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Galiformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus (Hartanto, 2010)

Ayam kampung ini memiliki bentuk dan ukuran yang jauh relatif

lebih kecil dibandingkan  dengan ayam lainnya. Ayam kampung ini

memiliki warna bulu hitam putih, dan juga warna kombinasi lainnya.

Ayam ini memiliki jengger kecil dan juga tebal serta memiliki warna

merah pucat, warna kaki ayam kampung ini berwarna kuning cerah serta

berkembang biak dengan cara bertelur.


28

7. Kus-kus (Ailurops melanotis)

Gambar 4.7 Empedu kus-kus (dokumentasi pribadi 2021) dan bentuk


morfologi Kus-kus (Pratiwi, 2016)
Klasifikasi Kus-kus (Ailurops melanotis)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Diprotodontia
Family : Phalangeridae
Genus : Ailurops
Species : Ailurops melanotis (Pratiwi, 2016)

Kuskus merupakan salah satu mamalia berkantung seperti kanguru

mempunyai ciri khas warna tubuh hitam ke abu-abuan, selain kantong

yang terdapat di perutnya memiliki bentuk muka yang bundar dengan daun

telinga yang kecil, serta bulu yang lebat. kuskus mempunyai ekor yang

panjang dan tidak berbulu, mata berbentuk bulat, serta memiliki kuku yang

tajam juga dibagian ujung jari.


29

8. Bekicot (Achatina fulica)

Gambar 4.8 Bentuk morfologi bekicot (dokumentasi pribadi 2021)


Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Sytromatophora
Family : Achatinidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina fulica (Hartanto, 2010)

Bekicot merupakan hewan invertebrata, memiliki tubuh yang lunak

bagian punggung bekicot terdapat pelindung atau dinamakan dengan

cangkang, warna cangkang bekicot ini berwarna putih bercorak

kecoklatan, dan memiliki garis pada cangkang yang berbentuk piramida,

terdapat dua pasang tentakel dibagian kepala bekicot dimana tentakel

bagian atas lebih panjang dari pada tentakel bagian bawak, serta memiliki

lender dibagian bawah tubuhnya.


30

9. Ceremende (Blaptica dubia)

Gambar 4.9 Bentuk morfologi ceremende (dokumentasi pribadi 2021)


Klasifikasi Ceremende (Blaptica dubia)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Blattodea
Family : Blaberidae
Genus : Blaptica
Species : Blaptica dubia (Aprianto, 2020)

Ceremende ini memiliki tubuh berbentuk oval, berwarna coklat tua

sampai hitam dengan pola bercak / garis orange agak lebih terang kadang-

kadang hanya terlihat dalam cahaya terang, terdiri dari tiga pasang kaki,

kaki bagian belakang lebih panjang dibanding bagian depan, memiliki dua

antena yang terdapat pada bagian kiri dan kanan kepala.


31

10. Ikan gabus (Channa striata)

Gambar 4.10 Bentuk morfologi ikan gabus (Wijaya, 2015)


Klasifikasi Ikan gabus (Channa striata)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Channidae
Genus : Channa
Species : Channa striata (Wijaya, 2015)

Ikan gabus sedikit memiliki sisik bagian kepala seperti ular. Bahkan,

sisik di bagian kepala ini ukurannya jauh lebih besar daripada di bagian

lainnya, Tubuh ikan ini berwarna cokelat kehitaman. Namun, bagian bawah

perutnya berwarna cokelat pucat keputihan. Selain itu, bagian sisi yang berada

tepat di atas kepala hingga ekornya memiliki warna lebih gelap, yaitu hitam

kecokelatan dan kehijauan. Sementara bagian samping tubuhnya terdapat

motif garis abstrak yang cukup tebal. Ikan ini memiliki mulut besar dilengkapi

gigi-gigi tajam. Sirip yang ada di bagian punggungnya juga berukuran panjang

dan cukup tajam.


32

B. Pembahasan

Spesies hewan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional di

Desa Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari penyajian data pada tabel tersebut dapat

diketahui bahwa jumlah spesies hewan obat yang digunakan yaitu sebanyak

10 spesies yaitu biawak (Varanus Salvator), ular (Malayophyton reticulatus),

undur-undur (Myrmeleon formicarius), cacing tanah (Lumbricus), lebah madu

(Apis nigrocincta), ayam kampong (Gallus domesticus), kus-kus (Ailurops

melanotis), bekicot (Achatina fulica), ceremende (Blaptica dubia), dan ikan

gabus (Channa striata).

Hewan yang berkhasiat obat di atas dapat ditemukan di lingkungan

masyarakat sekitar, ada juga yang dibudidayakan karena merupakan bahan

makanan dan obat-obatan tradisional, serta ada juga yang hidup bebas sesuai

habitatnya masing-masing, pemanfaatan hewan tidak hanya sebagai bahan

pangan tetapi juga dimanfaatkan untuk bahan pengobatan (Celly dkk, 2020).

Beberapa dari masyarakat Desa Sambulangan lebih banyak menggunakan

hewan obat tersebut sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan suatu

penyakit. Hal ini dapat dilihat pada jumlah spesies hewan yang berkhasiat obat

dari penelitian langsung di lokasi Desa Sambulangan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan masyarakat mongotoian Desa Sambulangan bahwa

terdapat 10 jenis hewan berkhasiat obat yang digunakan sebagai obat pada

masyarakat di Desa Sambulangan. Walaupun jumlah jenis hewan berkhasiat

obat yang digunakan masyarakat Desa Sambulangan hanya berjumlah 10 jenis


33

hewan yang bermanfaat sebagai obat, yaitu jumlah jenis hewan berkhasiat

obat yang masih rendah.

Penyebab jumlah jenis hewan berkhasiat obat yang digunakan

masyarakat di Desa Sambulangan masih rendah dikarenakan masyarakat

hanya mendapatkan informasi tentang hewan berkhasiat obat secara turun

temurun dari orang tua dan mongotoian dan kurangnya informasi masyarakat

bahwa hewan yang ada disekitar tempat tinggal mereka atau yang hidup bebas

sesuai habitatnya berpotensi sebagai obat, karena masyarakat hanya percaya

dan meyakini hewan yang dapat digunakan sebagai obat adalah hewan yang

diinformasikan oleh orang tua mereka dan mongotoian karena telah terbukti

khasiatnya. Menurut Afriyansyah (2016) bahwa ada beberapa hal yang

mempengaruhi pengetahuan tradisional mulai ditinggalkan. Pertama, habitat

hewan telah banyak dikonversi menjadi areal perkebunan, lahan perladangan

dan persawahan serta pemukiman. Kedua, terbukanya sarana pelayanan

publik. Ketiga, pengobatan secara tradisional pengaruh penyembuhannya

relative lebih lama. Keempat, pengobatan secara tradisional kurang praktis dan

efisien.

Hasil wawancara juga menginformasikan bahwa obat tradisional yang

digunakan merupakan hasil warisan dari nenek moyang mereka. Akan tetapi

tidak semua dari keluarga mempunyai minat dan bakat dalam mempelajari dan

mengetahui hal tersebut, sehingga perlu adanya pengembangan informasi.

Beberapa masyarakat memanfaatkan hewan obat sebagai pengobatan

tradisional karena memiliki biaya yang tidak mahal, serta obat tradisional
34

memiliki efek samping yang minim bahkan tidak memiliki efek samping

apapun apabila penggunaan secara benar.

Bagian hewan obat yang biasanya digunakan pada masyarakat Desa

Sambulangan yaitu empedu, telur, daging, madu, dan perut serta ada juga

penggunaan hewan obat dengan menggunakan seluruh tubuh hewan obat

tersebut, karena dipercaya hewan yang digunakan sebagai bahan obat

tradisional mempunyai manfaat lebih baik bila dibandingkan dengan hewan

lainnya. Hal ini disebabkan karena hewan atau organ-organ hewan tersebut

memiliki zat gizi yang tinggi atau kandungan senyawa-senyawa yang

berpotensi menyembuhkan penyakit seperti kadar asam, senyawa anti

peradangan, anti oksidan dan senyawa lainnya yang memiliki kemampuan

menyembuhkan sebuah penyakit. kadar asam ursodeoxycholic (UDCA) yang

tinggi dan zat asam ini berguna untuk mengobati berbagai masalah penyakit

liver dan empedu (Celly dkk, 2020).

Pengobatan tradisional yang memanfaatkan hewan sebagai obat pada

masyarakat Sambulangan menjadi solusi alternatif ketika pengobatan dari

medis modern tidak memberikan kesembuhan. Biasanya masyarakat telah

berobat sebanyak dua sampai tiga kali ke pengobatan medis modern, sebelum

melakukan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dilakukan

oleh masyarakat Sambulangan bisa datang ke praktisi atau biasanya

masyarakat Sambulangan menyebutnya dengan sebutan mongotoian maupun

tanya-tanya kepada orang terdekat atau tetangga terkait obat tradisional

kemudian mempraktekannya sendiri di rumah. Adapun bentuk pengolahan


35

hewan obat yang didapatkan dalam hasil wawancara yaitu dilakukan dengan

cara direbus, dikeringkan, dibalut, bahkan ada juga yang langsung diminum

atau digunakan. Cara penggunaan dari masing-masing hewan obat yang

dipakai berbeda-beda (Apriyanto, 2020). Dengan melihat jenis-jenis hewan

obat pada tabel 4.2 bahwa hewan-hewan tersebut dapat menyembuhkan

penyakit seperti liper, sesak napas/asma, jantung, luka oprasi, batuk, asam

urat, mag, tipes, sakit gigi serta penyakit dalam lain pada umumnya.
36

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penilitian tentang Etnozoologi

terhadap pemanfaatan hewan sebagai pengobatan tradisional di desa Sambulangan

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat 10 jenis hewan obat yaitu: Biawak (Varanus Salvator), ular

(Malayophyton reticulatus), undur-undur (Myrmeleon formicarius), cacing

tanah (Lumbricus), lebah madu (Apis nigrocincta), ayam kampong (Gallus

domesticus), kus-kus (Ailurops melanotis), bekicot (Achatina fulica),

ceremende (Blaptica dubia), dan ikan gabus (Channa striata).

2. Adapun penyakit yang teridentifikasi dapat disembuhkan dengan

menggunakan beberapa hewan obat yang terdapat di desa Sambulangan yaitu :

penyakit dalam pada umumnya, liper, sesak napas/asma, jantung, luka oprasi,

batuk, asam urat, mag, tipes, dan sakit gigi.

B. Saran

Adapun saran setelah melakukan penelitian di Desa Sambulangan

Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan yang berkaitan

dengan hasil penelitian Etnozoologi terhadap pemanfaatan hewan obat di Desa

Sambulangan yaitu :

1. Adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji lebih mendalam lagi agar lebih

banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan hewan obat agar

hasil penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.


37

2. Penulis menghimbau kepada masyarakat Sambulangan agar

membudayakan konservasi hewan yang hampir punah dan tidak memburu

lagi sekalipun sebagai bahan pengobatan tradisional seperti hewan kus-kus

dan hewan lainya yang tergolong hewan dilindungi Undang-Undang.


38

DAFTAR PUSTAKA

Afriyansyah, B., H idayati, N.A. dan Aprizan, H. 2016. “Pemanfaatan Hewan


sebagai Obat Tradisional Oleh Etnik Lom di Bangka”. Jurnal
Penelitian Sains. Vol. 18 (2): pp 18212-66.

Apriyanto, B.D. 2020. Pemanfaatan Hewan sebagai Obat Pada Masyarakat


Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Skripsi. Semarang: PPs
Universitas Negeri Semarang.

Arifa, A.F. 2020. Optimasi Isolasi dan Protokol PCR (Polymerase Chain
Reaction) Untuk Identifikasi Khamir Dari Sarang Lebah Madu Apis
mellifera. Skripsi. Surabaya : PPs Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.

Audina, A. Kharismamurti, K. Noviana, Y. Hasanah, U. Wibowo, T. 2015.


“Etnozoologi Masyarakat Desa Geni Langit Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan Jawa Timur”. Jurnal Semnas Biodiversitas. Vol. 4
(2): 24-29.

BPS. 2020. Kecamatan Bulagi Utara Dalam Angka 2020. Banggai Kepulauan:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai Kepulauan. ISBN: 978-602-
6385-96-3.

Celly, F., Aprillia., Anwari, S., dan Ardian H. 2020. “Etnozoologi Suku Dayak
Mayan Untuk Obat-Obatan di Desa Mensusai Kecamatan Suhaid
Kabupaten Kapuas Hulu”. Jurnal Hutan Lestari. Vol. 8 (3): 628 – 639.

Farida, MY., Jumari., Muhammad, F. 2014. ”Etnozoologi Suku Anak Dalam


(SAD) Kampung Kebun Duren Desa Lantak Seribu Kecamatan Renah
Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”. Jurnal Biologi, Vol. 3
(1): 29-39.

Hartanto. 2010. Pengaruh Ranggas Paksa (Forced Molting) Metode Puasa dan
Suplementasi Tepung Bekicot (Achatina fulica) Pda Ransum Terhadap
Bobot Ovarium dan Pertumbuhan Folikel Yolk Ayam Arab (Gallus
turcicus). Skripsi. Malang : PPs Universitas Islam Negeri Malang.

Irmawati. 2016. Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional pada Masyarakat di


Desa Baruga Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur. Skripsi.
Makasar : PPs Fakultas Sains dan Teknologi Uin Alauddin Makassar.
39

Kholifah, S.N. 2015. Pengaruh Pakan Kroto, Kulit Ayam Segar, dan Semut
Rangrang Terhadap KandunganSulfonilurea Pda Undur-Undur
Myrmeleon sp (Neuroptera myrmeleotindae). Skripsi. Jember : PPs
Universitas Jember.

Mardiyana. 2019. Etnozoologi Masyarakat Palembang Terhadap Ikan Belida


(Notopterus Chitala Lopis) (Studi Kasus Di Kecamatan Gandus Kota
Palebang). Skripsi. Palembang: PPs Universitas Muhammadiyah
Palembang.

Nazelia, Y., Nukraheni., Afriyansyah, B., dan Ihsan, M. 2019. “Ethnozoologi


Masyarakat Suku Jerieng dalam Memanfaatkan Hewan sebagai Obat
Tradisional Yang Halal”. Journal Of Halal Product And Research. Vol.
2 (2): 2654-9409.

Nurkarimah, A.B. 2019. Identifikasi Prozoa Pada Darah dan Saluran


Pencernaan Pada Biawak Air (Varanus salvator). Skripsi. PPs
Universitas Airlangga Surabaya.

Paisal. 2018. Pemanfaatan Hewan sebagai Alternatif Pengobatan Tradisional


Suku Anak Dalam. Skripsi. Jambi: PPs Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Pratiwi, A.A., Talumepa, R. S., Wungow, Z., Poli, S.C., Rimbing. 2016. Tingkah
Laku Harian Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) di Cagar Alam
Tangkoko Batu Angus. Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ). Vol. 36
(1) : 174 – 183.

Prastikawati, W., dan Husain, F. 2020. Pemanfaatan Hewan sebagai Obat dalam
Pengobatan Tradisional Masyarakat Kalipelus Kabupaten Banjar
Negara. Skripsi. Semarang: PPs Universitas Negeri Semarang.

Raharjo, S., Hartati, S., Indarjulianto, S., Widayanti, R. 2019. Perbandingan


Gambaran Darah Ular Sanca Batik (Malayophyton reticulatus) Lokal
Jawa dan Kalimantan. Jurnal Sain Veteriner. Vol. 37. (1): 121-127.

Setyawan, D., RohmanF., Sutomo, H. 2015. “Kajian Etnozoologi Masyarakat


Desa Hadiwarno Kabupaten Pacitan dalam Konservasi Penyu sebagai
Bahan Biologi Indonesia”. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 1 (3): 283-
297.

Setyoko., Indriaty., Desy, R., dan Pandia, E.S. 2019. “Etnozoologi Masyarakat
Pesisir Seruway Aceh Tamiang dalam Konservasi Tungtong Laut
(Batagur Borneoensis)”. Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Vol. 16 (1): 46-54.
40

Sholichin, M. 2020. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Etnis Bali dan Jawa
di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir Provinsi Sumatera
Selatan. Skripsi. Jambi: PPs Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.

Umami, M. 2019. “ Integrasi Etnozoologi Berbasis Hukum Islam sebagai Upaya


Menumbuhkan Keterampilan Konservasi Lingkungan”. Jurnal Ilmu
Alam. Vol. 2 (1): 1-7.

Wijaya, G.K. 2015. Pengaruh Kapsul Ekstrak Ikan Gabus (Chana striata)
Terhadap Kadar Albumin Pada Pasien Tuberkulosis Paru Pengobatan
Intensif. Skripsi. Jember : PPs Universitas Jember.

Yamin, M., Burhanudin., Jamaluddin., dan Nasruddin. 2018. Pengobatan dan


Obat Tradisional Suku Sasak di Lombok”. Jurnal Biologi Tropis. Vol.
18 (1): pp 1411-9587.

Yusnaini, S., Niswati, A., Simatupang, P. B. 2015. Populasi dan Keanekaragaman


Cacing Tanah Pada Berbagai Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan (TNBBS). Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 3 (3): 402-408.

Yusuf, M. 2019. Pengaruh Pemberian Ampas Sagu dan Kotoran Ayam dengan
Presentase yang Berbeda Terhadap Pertambahan Populasi Cacing
Tanah (Lumbricus rubellus). Skripsi. Riau : PPs Universitas Islam.

Zayadi, H., Azrianingsih, R., Athiroh, N., dan Sjakoer, A. 2016. Pemanfaatan
Hewan sebagai Obat-Obatan Berdasarkan Persepsi Masyarakat di
Kelurahan Dinoyo Malang. Jurnal Kesehatan Islam. Vol. 10 (1): pp
2303-002.
41

Lampiran 1
Dokumentasi Wawancara
Responden 1

Proses wawancara bersama Bapak Beni Yali


Responden 2

Penulisan data yang didapatkan pada Bapak Obseni Laboani

Proses wawancara bersama Bapak Obseni Laboani


42

Foto Bersama Bapak Obseni Laboani


Responden 3

Proses wawancara bersama bapak Kitano Yabite

Foto bersama Bapak Kitano Yabite


43

Responden 4

Proses wawancara bersama Bapak Yakub Lutaan

Foto bersama Bapak Yakub Lutaan


Responden 5
44

Proses wawancara bersama Bapak Joni Meali

Foto bersama Bapak Joni Meali


Responden 6

Proses wawancara bersama Bapak Kores Tindi


45

Lampiran 2
Surat Perintah Tugas Penelitian
46

Lampiran 3
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
47

Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN

Penelitian ini diambil dengan judul “Etnozoologi Terhadap Pemanfaatan


Hewan Sebagai Pengobatan Tradisional Di Desa Sambulangan Kecamatan
Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan”. Tujuan yang ingin dicapai peneliti
melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis hewan apa saja yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Desa Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten
Banggai Kepulauan.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan penyakit apa saja yang dapat diobati melalui
pemanfaatan hewan sebagai bahan pengobatan tradisional masyarakat Desa
Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, peneliti akan melakukan observasi
dan mewawancarai beberapa pihak yang terkait dengan pemanfaatan hewan
sebagai obat. Untuk melakukan wawancara diperlukan panduan yang tepat agar
dalam wawancara tetap terfokus pada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.
Panduan wawancara dapat menjadi patokan bagi peneliti dalam melakukan
wawancara kepada pihak-pihak terkait.
48

PANDUAN OBSERVASI

Panduan observasi dalam penelitian “Etnozoologi Terhadap Pemanfaatan Hewan


Sebagai Pengobatan Tradisional Di Desa Sambulangan Kecamatan Bulagi Utara
Kabupaten Banggai Kepulauan” adala sebagai berikut :
1. Observasi Peneliti
a. Kondisi geografis dan kependudukan masyarakat Sambulangan
b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Sambulangan
c. Kondisi sosial budaya masyarakat Sambulangan
d. Keadaan alam dan tempat tinggal masyarakat Sambulangan
2. Kegiatan pemanfaatan hewan sebagai bahan pengobatan tradisional
a. Cara mendapatkan hewan obat pada masyarakat Sambulangan
b. Tempat budidaya atau peternakan hewan obat pada masyarakat
Sambulangan
c. Cara mengolah atau mengkonsumsi hewan obat pada masyarakat
Sambulangan
49

PANDUAN WAWANCARA
(Untuk setiap responden)

Nama Responden : Beni Yalin


Alamat : Desa Sambulangan
Umur : 45 Tahun
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tani

Fokus penelitian :
1. Pengetahuan masyarakat Sambulangan tentang hewan-hewan yang
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
Indikator Pertanyaan :
1. Jenis hewan apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional masyarakat Desa Sambulangan ?
2. Bagaimana cara mendapatkan hewan obat tersebut ?
3. Bagian organ hewan apa saja yang digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional ?
4. Apa manfaat jenis hewan tersebut sebagai bahan pengobatan tradisional ?
5. Bagaimana cara pengolahan jenis hewan tersebut sebagai pengobatan
tradisional ?
6. bagaimana cara penggunaan atau mengkonsumsi hewan obat yang sudah siap
dipakai ?
7. Darimana mengetahui jenis hewan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional ?
8. Apa nama lokal/daerah dan hewan yang digunakan sebagai bahan obat
tersebut ?
50

Data hasil wawancara Responden :


Petanyaan
No Nama Jawaban Responden
ke-
1 Beni Yalin Satu - Undur-undur
- Ular piton
- Biawak
- Kus-kus

Dua - Undur-undur diambil langsung ditempat hidupnya biasanya


disamping rumah ditanah yang kering dan berpasir.
- Biasanya ular piton didapatkan tanpa sengaja dihutan atau
dibelakang perkampungan
- Biawak didapatkan dihutan dengan cara memasang jerat dengan
memberi umpan bangkai apa saja.
- Didapatkan tanpa sengaja dihutan kemudian ditangkap
Tiga
- Keseluruhan organ tubuh undur-undur
- Empedu ular
- Empedu biawak
- Empedu kus-kus
Empat
- Undur-undur bermanfaat menyembuhkan penyakit liver
- Empedu ular bermanfaat untuk mengatasi dan menyembuhkan
semua jenis penyakit dalam tubuh.
- Empedu biawak bermanfaat untuk mengatasi dan menyembuhkan
semua jenis penyakit dalam tubuh
- Empedu kus-kus bermanfaat untuk mengatasi dan menyembuhkan
Lima semua jenis penyakit dalam tubuh

- Undur-undur diambil kurang lebih 8-12 ekor lalu dibersihkan


kemudian dibiarkan sampai hangat dan diminum langsung.
- Empedu ular yang sudah dikeluarkan pada ular dibersihkan lalu
dikeringkan setelah kering lalu diiris secukupnya sesuai kebutuhan
dan langsung ditelan begitu juga sama halnya dengan biawak dank
Enam us-kus
- Undur-undur diminum dan ditelan langsung dengan undur-undur
yang sudah direbus
- Ditelan
Tujuh - Ditelan
- Ditelan
Delapan
51

- Mulut kemulut/turun temurun

- Nama lokal undur-undur (bababung)


- Nama lokal ular (sangol)
- Nama lokal biawak (kumbosu)
- Nama lokal kus-kus (kuai)

PANDUAN WAWANCARA
(Untuk setiap responden)

Nama Responden : Obseni Laboani


Alamat : Desa Sambulangan
52

Umur : 48 Tahun
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tani

Fokus penelitian :
1. Pengetahuan masyarakat Sambulangan tentang hewan-hewan yang
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
Indikator Pertanyaan :
1. Jenis hewan apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional masyarakat Desa Sambulangan ?
2. Bagaimana cara mendapatkan hewan obat tersebut ?
3. Bagian organ hewan apa saja yang digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional ?
4. Apa manfaat jenis hewan tersebut sebagai bahan pengobatan tradisional ?
5. Bagaimana cara pengolahan jenis hewan tersebut sebagai pengobatan
tradisional ?
6. bagaimana cara penggunaan atau mengkonsumsi hewan obat yang sudah siap
dipakai ?
7. Darimana mengetahui jenis hewan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional ?
8. Apa nama lokal/daerah dan hewan yang digunakan sebagai bahan obat tersebut
?

Data hasil wawancara Responden :


Petanyaa
No Nama Jawaban Responden
n ke-
53

1 Obseni Satu - Ular piton


Laboani - Lebah madu
- Ayam kampung
- Ceremende

Dua - Biasanya hanya meminta bagian organ yang digunakan sebagai


bahan obat kepada orang yang biasanya berburu ular tersebut
- Biasanya mendapatkan dihutan lalu diambil madunya atau biasanya
membeli dipasar
- Cara mendapatkan telur ayam sangat mudah karena merupakan
hewan peliharaan dan setiap orang didesa tersebut memelihara ayam
terutama Bapak Obseni Laboani
- Mengambil langsung ditempat hidupnya seperti ditanah yang
tempatnya tertutup
Tiga
- Empedu ular
- Madu
- Telur
- Bagian perut sampai leher
Empat
- Empedu ular bermanfaat untuk mengatasi dan menyembuhkan
semua jenis penyakit dalam tubuh.
- Madu lebah bermanfaat sebagai obat diabetes, batuk, dan asam urat.
- Telur ayam bermanfaat sebagai obat jantung.
Lima - Ceremende bermanfaat sebagai obat menyembuhkan sakit gigi.

- Empedu ular yang sudah dikeluarkan pada ular dibersihkan lalu


dikeringkan setelah kering empedu ular diiris secukupnya kemudian
langsung ditelan
- Madu lebah yang sudah diperas bisa diminum langsung 4-5 sendok
- Telur ayam diambil secukupnya kemudian dibersihkan lalu direbus
setelah itu lalu dimakan atau bisa diminum langsung bagian dalam
telur yang masih mentah
- Ceremende diambil secukupnya sesuai kebutuhan kemudian
langsung dibalut langsung dari bagian ujung perut sampai pada leher
ceremende, proses pembalutan dibalut pada pipi bagian gigi yang
Enam
sakit

- Ditelan/diminum
- Diminum
- Diminum/dimakan
Tujuh
54

- Dibalut
Delapan
- Mulut kemulut/turun temurun

- Nama lokal ular piton (sangol)


- Nama lokal lebah madu (ani)
- Nama lokal ayam (manuk)
- Nama lokal ceremende (ndunding)

PANDUAN WAWANCARA
(Untuk setiap responden)

Nama Responden : Kitano Yabite


55

Alamat : Desa Sambulangan


Umur : 54 Tahun
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tani

Fokus penelitian :
1. Pengetahuan masyarakat Sambulangan tentang hewan-hewan yang
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
Indikator Pertanyaan :
1. Jenis hewan apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional masyarakat Desa Sambulangan ?
2. Bagaimana cara mendapatkan hewan obat tersebut ?
3. Bagian organ hewan apa saja yang digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional ?
4. Apa manfaat jenis hewan tersebut sebagai bahan pengobatan tradisional ?
5. Bagaimana cara pengolahan jenis hewan tersebut sebagai pengobatan
tradisional ?
6. bagaimana cara penggunaan atau mengkonsumsi hewan obat yang sudah siap
dipakai ?
7. Darimana mengetahui jenis hewan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional ?
8. Apa nama lokal/daerah dan hewan yang digunakan sebagai bahan obat tersebut
?

Data hasil wawancara Responden :


Petanyaan
No Nama Jawaban Responden
ke-
56

1 Kitano Yabite Satu - Cacing tanah


- Bekicot
- Ceremende
- Ular
- Ikan gabus
- Kus-kus
Dua - Cacing tanah didapt dengan cara menggali tanah yang agak lembap
seperti ditempat yang biasanya habis digenangi air hujan.
- Biasanya didapatkan didaun atau dipohon dan langsung diambi
- Dibelakang rumah ditanah yang biasanya terdapat banyak kayu
lapuk
- Memburu atau biasanya ditemukan tak sengaja di tempat
pemeliharaan ayam lalu diambil/dibunuh.
- Membeli pada orang yangbiasanya memancing atau daerah yang
terdapat ikan gabus
- Memburu atau tak sengaja melihat dihutan kemudian ditangkap.
Tiga
- Seluruh tubuh
- Daging
- Perut sampai leher
- Empedu
- Daging
Empat - Empedu

- Cacing tanah bermanfaat sebagai obat tipes


- Bekicot bermanfaat sebagai obat sesak napas/asma
- Ceremende bermanfaat sebagai obat sakit gigi
- Empedu ular bermanfaat sebagai obat penyakit dalam tubuh
- Daging ikan gabus bermanfaat sebagai obat mempercepat
penyembuhan luka operasi
Lima
- Empedu kus-kus bermanfaat sebagai obat penyakit dalam tubuh

- Cacing tanah diambil secukupnya sesuai kebutuhan kemudian dicuci


lalu direbus setelah direbus dibiarkan sampai hangat lalu dikonsumsi
atau dicampur pada bubur lalu dimakan.
- Bekicot diambil secukupnya kemudian dibersihkan lalu direbus
- Ceremende yang masih hidup dibalut langsung pada pipi bagian gigi
yang sakit.
- Empedu ular yang sudah dikeluarkan pada ular dibersihkan lalu
dikeringkan setelah kering empedu ular diiris secukupnya kemudian
57

langsung ditelan
- Ikan gabus disiapkan sekupnya kemudian dibersikan lalu direbus
setelah rebus diambil bagian dagingnya lalu dicampurkan pada
bubur kemudian dikonsumsi.
- Empedu kus-kus yang sudah dikeluarkan pada tubuh kus-kus
Enam dibersihkan lalu dikeringkan setelah kering empedu kus-kus diiris
secukupnya kemudian langsung ditelan.

- Dikonsumsi/dimakan
- Dikonsumsi/dimakan
- Dibalut
Tujuh - Ditelan
- Dikonsumsi/dimakan
Delapan - Ditelan

- Semua jenis hewan obat tersebut diketahui melalui mulut


kemulut/turun temurun.

- Nama lokal cacing tanah (cacing)


- Nama lokal bekicot (bekicot)
- Nama lokal ceremende (ndunding)
- Nama lokal ular piton (sangol)
- Nama lokal ikan gabus (ikan)
- Nama lokal kus-kus (kuai)

PANDUAN WAWANCARA
(Untuk setiap responden)
58

Nama Responden : Yakub Lutaan


Alamat : Desa Sambulangan
Umur : 72 Tahun
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tani

Fokus penelitian :
1. Pengetahuan masyarakat Sambulangan tentang hewan-hewan yang
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
Indikator Pertanyaan :
9. Jenis hewan apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional masyarakat Desa Sambulangan ?
10. Bagaimana cara mendapatkan hewan obat tersebut ?
11. Bagian organ hewan apa saja yang digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional ?
12. Apa manfaat jenis hewan tersebut sebagai bahan pengobatan tradisional ?
13. Bagaimana cara pengolahan jenis hewan tersebut sebagai pengobatan
tradisional ?
14. bagaimana cara penggunaan atau mengkonsumsi hewan obat yang sudah siap
dipakai ?
15. Darimana mengetahui jenis hewan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional ?
16. Apa nama lokal/daerah dan hewan yang digunakan sebagai bahan obat tersebut
?

Data hasil wawancara Responden :


Petanyaan
No Nama Jawaban Responden
ke-
59

1 Yakub Lutaan Satu - Ayam


- Cacing tanah
- Lebah madu
- ceremende
- Ikan gabus

Dua - Membeli pada peternak ayam


- Cacing tanah didapat dengan cara menggali ditanah
- Membeli dipasar
- Dibelakang rumah ditanah yang biasanya terdapat banyak kayu
lapuk
- Membeli pada orang yangbiasanya memancing atau daerah yang
terdapat ikan gabus
Tiga
- Telur ayam
- Seluruh tubuh cacing tanah
- Madu
- Dari ujung perut sampai leher ceremende
- Daging
Empat
- Obat jantung
- Mengobati penyakit tipes
- Obat asam urat dan maag
- Obat sakit gigi
- Daging ikan gabus bermanfaat sebagai obat mempercepat
Lima penyembuhan luka operasi

- Telur ayam yang masih baru di cuci kemudian dipecahkan dan


diminum langsung.
- Cacing tanah diambil secukupnya sesuai kebutuhan kemudian dicuci
lalu direbus setelah direbus dibiarkan sampai hangat lalu dikonsumsi
atau dicampur pada bubur lalu dimakan.
- Madu yang dibeli dipasar yang sudah bersih diminum secukupnya
- Ceremende yang masih hidup dibalut langsung pada pipi bagian gigi
yang sakit.
- Ikan gabus disiapkan sekupnya kemudian dibersikan lalu direbus
Enam setelah rebus diambil bagian dagingnya lalu dicampurkan pada
bubur kemudian dikonsumsi.

- Dikonsumsi/diminum
60

- Dikonsumsi/dimakan
Tujuh - Diminum
- Dibalut langsung
Delapan - Dikonsumsi/dimakan

- Semua jenis hewan obat tersebut diketahui melalui mulut


kemulut/turun temurun.

- Nama lokal ayam (manuk)


- Nama lokal cacing tanah (cacing)
- Nama lokal lebah madu (ani)
- Nama lokal ceremende (ndunding)
- Nama lokal ikan gabus (ikan)
-

PANDUAN WAWANCARA
(Untuk setiap responden)
61

Nama Responden : Joni Meali


Alamat : Desa Sambulangan
Umur : 58 Tahun
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tani

Fokus penelitian :
1. Pengetahuan masyarakat Sambulangan tentang hewan-hewan yang
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
Indikator Pertanyaan :
1. Jenis hewan apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional masyarakat Desa Sambulangan ?
2. Bagaimana cara mendapatkan hewan obat tersebut ?
3. Bagian organ hewan apa saja yang digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional ?
4. Apa manfaat jenis hewan tersebut sebagai bahan pengobatan tradisional ?
5. Bagaimana cara pengolahan jenis hewan tersebut sebagai pengobatan
tradisional ?
6. bagaimana cara penggunaan atau mengkonsumsi hewan obat yang sudah siap
dipakai ?
7. Darimana mengetahui jenis hewan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional ?
8. Apa nama lokal/daerah dan hewan yang digunakan sebagai bahan obat tersebut
?

Data hasil wawancara Responden :


62

Petanyaa
No Nama Jawaban Responden
n ke-
1 Joni Meali Satu - Biawak
- Kus-kus
- Ayam
Dua
- Memburu dihutan
- Didapatkan tanpa sengaja dihutan kemudian ditangkap
- Sudah memelihara sebelumnya sehingga tinggal mengambil pada
tempat ayam bertelur
Tiga
- Empedu
- Empedu
- Telur

Empat - Obat penyakit dalam tubuh


- Obat penyakit dalam tubuh
- Obat jantung
Lima
- Empedu biawak yang sudah dikeluarkan pada tubuh biawak
dibersihkan lalu dikeringkan setelah kering empedu biawak diiris
secukupnya kemudian langsung ditelan.
- Empedu kus-kus yang sudah dikeluarkan pada tubuh kus-kus
dibersihkan lalu dikeringkan setelah kering empedu kus-kus diiris
secukupnya kemudian langsung ditelan.
- Telur ayam diambil ditempat ayam bertelur lalu dibersuhkan
kemudian dicuci lalu dipecahkan digelas kemudian langsung
diminum
Enam
- Dikonsumsi/ditelan
- Dikonsumsi/ditelan
- Dikonsumsi/diminum
Tujuh
- Semua jenis hewan obat tersebut diketahui melalui mulut
Delapan kemulut/turun temurun.

- Nama lokal biawak (kumbosu)


- Nama lokal kus-kus (kuai)
- Nama lokal ayam (manuk)

PANDUAN WAWANCARA
63

(Untuk setiap responden)

Nama Responden : Kores Tindi


Alamat : Desa Sambulangan
Umur : 56 Tahun
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tani

Fokus penelitian :
1. Pengetahuan masyarakat Sambulangan tentang hewan-hewan yang
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
Indikator Pertanyaan :
1. Jenis hewan apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional masyarakat Desa Sambulangan ?
2. Bagaimana cara mendapatkan hewan obat tersebut ?
3. Bagian organ hewan apa saja yang digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional ?
4. Apa manfaat jenis hewan tersebut sebagai bahan pengobatan tradisional ?
5. Bagaimana cara pengolahan jenis hewan tersebut sebagai pengobatan
tradisional ?
6. bagaimana cara penggunaan atau mengkonsumsi hewan obat yang sudah siap
dipakai ?
7. Darimana mengetahui jenis hewan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional ?
8. Apa nama lokal/daerah dan hewan yang digunakan sebagai bahan obat tersebut
?

Data hasil wawancara Responden :


64

Petanyaa
No Nama Jawaban Responden
n ke-
1 Kores Tindi Satu - Bekicot
- Undur-undur
- Ular

Dua - Biasanya mendapatkan dipohon kelapa


- Didapatkan atau diambil ditanah kering dan berpasir
- Memesan kepada orang yang biasa sering mendapatkan ular

Tiga - daging
- seluruh tubuh
- empedu

Empat - Obat penyakit sesak napas/asma


- Obat penyakit liver
- Obat penyakit dalam tubuh
Lima
- Bekicot diambil 8-10 ekor kemudian dibersihkan lalu direbus
setelah direbus dikeluarkan isi bekicot dari cangkangnya lalu siap
untuk dikonsumsi.
- Undur-undur yang sudah diambil secukupnya sesuai kebutuhan
dicuci dengan air lalu direbus setelah biarkan sampai hangat dan
tuang gelas lalu siap dikonsumsi
- Empedu ular yang sudah dikeluarkan pada ular dibersihkan lalu
dikeringkan setelah kering empedu ular diiris secukupnya kemudian
Enam langsung ditelan

- Dikonsumsi/dimakan
- Dikonsumsi/ditelan
- Dikonsumsi/ditelan
Tujuh
- Semua jenis hewan obat tersebut diketahui melalui mulut
Delapan kemulut/turun temurun.

- Nama lokal bekicot (bekicot)


- Nama lokal undur-undur (bababung)
- Nama lokal ular piton (sangol)
65

You might also like