PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Muhammad Khairani Zainul Akhyar Muhammad Elmy Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat 1710112210022@mhs.ulm.ac.id
Pernikahan merupakan sebuah membina rumahtangga harus sudah ikatan yang menyatukan antar dua dewasa secara biologis mapun secara individu untuk menjalani hidup pedagogis, dapat bertanggung jawab bersama dalam satu atap dengan ikatan dengan keputusan yang telah diambil. yang sah berdasarkan Agama serta Pernikahan Menurut Hukum Hukum yang berlaku dalam suatu Adat, pernikahan dalam masyarakat Negara terutama di Negara Indonesia. adat merupakan suatu hal yang penting Dalam membangun rumah dalam kehidupan bermasyarakat, tangga harus mempersiapkan secara pernikahan tidak hanya mengaitkan pasangan tetapi juga keluarga, sanak sesuai dengan yang tercantum dalam saudara, serta orang tua dari kedua undang-undang, salah satunya sayat- belah pihak. syarat yang harus di penuhi berupa Menurut Soekanto (2011: 106) usia keduanya harus memenuhi syarat, “Dalam pernikahan adat tidak dapat di apabila hal tersebut tidak terpenuhi pastikan kapan pernikahan dimulai, maka pernikahan tidak akan bisa di yang mana hal ini sangat berbeda lakukan. dengan hukum Islam atau Kristen yang Dalam peraturan perundang- mana waktu telah pasti”. undangan tersebut menjelaskan Jika kita lihat dari pendapat bahwasanya apabila perkawinan di para ahli diatas dapat kita ambil lakukan, kedua calon harus berumur kesimpulan bahwasanya pernikahan minimal Sembilan belas (19) tahun merupakan sebuah ikatan yang terkecuali calon di hadapkan keadaan menyatukan laki-laki dan perempuan yang sangat mendesak baru dapat yang menghalalkan keduanya tinggal melakukan pernikahan, itupun harus di dalam satu rumah serta menghalalkan sertai bukti-bukti yang meyakinkan keduannya untuk melakukan hubungan keadaan mendesak yang di tunjukkan badan secara sah di mata hukum kepada pengadilan melalui orang tua maupun agama. kedua belah pihak serta penjelasan Dilihat dari peraturan dalam kedua calon. Negara Indonesia yang mengatur Namun dalam fenomina yang tentang perkawinan mengatur tentang sering di temukan banyak pasangan perkawinan, yang mana peraturan yang tetap melakukan pernikahan tersebut tercatat dalam Undang- meski usia mereka belum memenuhi Undang perkawinan yaitu Dalam persyaratan seperti yang di jelaskan di ketentuan Pasal 28B Undang-Undang atas, hal tersebut lah yang dikenal Dasar Negara Republik Indonesia sebagai pernikahan dini. Tahun 1945, dicantumkan bahwa Pernikahan dini sangat sering setiap orang berhak membentuk terjadi di Negara Indonesia dengan keluarga dan melanjutkan keturunan berbagai macam alasan yang melalui perkawinan yang sah serta mendasarinya, kebanyakan faktor yang Negara menjamin hak anak atas sering digunakan sebagai alasan untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan memperkuat fenomina tersebut berkembang serta berhak atas dikarenakan pergaulan bebas, pelindungan dari kekerasan dan ekonomi, kebiasaan, bahkan agama diskriminas. pun dijadikan penguat untuk Namun untuk melakukan membenarkan pelanggaran tersebut. pernikahan memilik syarat-syarat yang Menurut Purnomo (Yekti harus di penuhi dimana hal tersebut Satriyandari S.ST., M.Kes Fitria Siswi Utami.,S.ST.,MNS : 1:2020) ‘Alasan pun dijadikan penguat untuk lain pernikahan dini dilakukan membenarkan pelanggaran tersebut. dikarenakan kehawatiran yang di Menurut Purnomo (Yekti rasakan orang tua dikarenkan Satriyandari S.ST., M.Kes Fitria Siswi kedekatan anak mereka dengan Utami.,S.ST.,MNS : 1:2020) “Alasan pasangannya, bahkan sampai lain pernikahan dini dilakukan melakukan hubungan seksual, dikarenakan kehawatiran yang di kehamilan diluar nikah, perasaan takut rasakan orang tua dikarenkan akan anak mereka menjadi perawan kedekatan anak mereka dengan tua, serta kemudahan dalam pasangannya, bahkan sampai mengakses video pornografi". melakukan hubungan seksual, Dalam peraturan perundang- kehamilan diluar nikah, perasaan takut undangan tersebut menjelaskan akan anak mereka menjadi perawan bahwasanya apabila perkawinan di tua, serta mudahnya akses konten lakukan, kedua calon harus berumur pornografi”. minimal Sembilan belas (19) tahun Desa Kayu Rabah Kecamatan terkecuali calon di hadapkan keadaan Pandawan tidak luput dari fenomena yang sangat mendesak baru dapat tersebut dimana menurut data yang di melakukan pernikahan, itupun harus di ambil dari Kantor Urusan Agama sertai bukti-bukti yang meyakinkan kecamatan Pandawan, yang mana dari keadaan mendesak yang di tunjukkan data tersebut tercatatkan bahwa kepada pengadilan melalui orang tua pasangan yang menikah tidak kedua belah pihak serta penjelasan memenuhi sarat dikarenakan usia kedua calon. namun sah melalui persidangan terdata Namun dalam fenomina yang dari tahun dua ribu duapuluh sampai sering di temukan banyak pasangan januari dua ribu duapuluh dua (2020- yang tetap melakukan pernikahan januari 2022) telah tercatat secara meski usia mereka belum memenuhi resmi setidaknya ada sebelas (11) persyaratan seperti yang di jelaskan di pasangan dan enam (6) pasangan yang atas, hal tersebut lah yang dikenal tidak terdaftar dari enam puluh empat sebagai pernikahan dini. (64) pasangan yang melakukan Pernikahan dini sangat sering pernikahan, pasangan tersebut dapat terjadi di Negara Indonesia dengan melangsungkan pernikahan dengan berbagai macam alasan yang resmi di karenakan mengikuti mendasarinya, kebanyakan faktor yang persidangan dengan alasan yang sering digunakan sebagai alasan untuk bermacam-macam, namun enam (6) memperkuat fenomina tersebut pasangan yang tidak terdapta yang dikarenakan pergaulan bebas, melakukan pernikahan di lakukan ekonomi, kebiasaan, bahkan agama secara tidak resmi karena tidak melakukan sidang dan tidak terdaftar terlaksanakan pernikahan tersebut, di kantor urusan agama yang mana seperti Pasangan yang menikah dini, data tersebut di dapatkan dari tokoh Orangtua, Pemerintahan setempat, masyarakat setempat. Apabila kita Penghulu, saksi, serta tak terlepas pandang dari usia mereka bisa di Kantur Urusan Agama sebagai katakan masih di bawah umur serta pengurus pernikahan dalam bertentangan dengan pasal yang masyarakat. berlaku seperti yang di jelaskan di atas untuk melakukan pernikahan, Namun Metode Penelitian dalam pandangan masyarakat Salah satu alasan peneliti terkhusus masyarakat pedesaan kadang menggunakan metode kualitatif adalah tidak mengindahkan hal tersebut karena penelitian kualititaif karena berbagai alasan, yang dapat menekankan kepada kemampuan memberatkan dan menghasilkan izin peneliti yang mampu berkomunikasi, resmi yang di keluarkan pengadilan mampu menjalin hubungan baik melalui persidangan, dari beberapa dengan partisipan serta berdasar data yang di dapatkan di lapangan kepada pendekatan induktif yang mana yang di dapat dari hasil wawancara penelitian kualtitatif melihat fenomena terhadap tokoh masyarakat, pada masa kehidupan yang ada di masyarakat lampau sebelum berlakunya undang- dengan melihat fakta-fakta empiris. undang pernikahan nomer 16 tahun Penelitian dengan metode ini dapat 2019 banyak terjadi pemalsuan menghasilkan data deskriptif, karena identitas oleh para orangtua untuk didapat dari ucapan atau tulisan dari melancarkan urusan pernikahan anak- subjek itu sendiri. Pertimbangan lain anak mereka. pemilihan metode kualitatif diatas Dalam penelitian ini penulis ialah karena penelitian ingin lebih akan membahas tentang Elisitasi menekankan kepada observasi Orang Tua dan Tokoh Masyarakat partisipatif dimana peneliti terjun pada Pernikahan Usia Dini Di langsung ke lapangan untuk melihat Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu suatu fenomena sosial tanpa harus Sungai Tengah, dari pelanggaran serta dengan menguji sebuah data, akan pengaturan-pengaturan terhadap tetapi saat proses menganalisa data pernikahan serta faktor-faktor yang peneliti menyebabkan pernikahan dini diatas harus mampu menyajikan sudah sangat jelas sebab penyebabnya, informasi, melihat hubungan antar namun dalam pernikahan dini tersebut variabel, dan mampu membandingkan tidak terlepas dari campur tangan antar variabel. tokoh-tokoh serta lembaga yang Penelitian ini di lakukan berkaitan yang membantu hingga dilingkungan Kecamatan Pandawan, Barabai Hulu Sungai Tengah, pernikahan anak mereka di terima, hal Kalimantan Selatan Indonesia, semacam itu tidak dapat di terima Tepatnya Di Desa Kayu Rabah, dimana sudah jelas bahwa sebelum Mengapa Desa Kayu Rabah melakukan apapun langkah pertama Kecamatan Pandawan ini menjadi yang harus di lakuakan dalam tempat penelitian di karenakan peneliti melakukan pernikahan yaitu tertarik akan fenomena pernikahan mendaftarkan perniukahna anak diniyang sering terjadi di desa tersebut, mereka secara resmi dulu ke Kantor yang lebih tepatnya tertarik terhadap Urusan Agama dan apabila sudah elisitasi orangtua dan tokoh memenuhi sarat dalam pernikahan masyarakat terhadap pernikahan dini maka kantor urusan agama akan yang hamper di setiap tahun ada-ada menetapkan hari dan tanggal berapa saja terjadi meski di saat sekarang mereka dapat menikahkan anak-anak sudah sangat berkurang. mereka secara resmi. Dalam beberapa hal yang Hasil Penelitian terlihat jelas dari penjelasan- Berdasarkan hasil penelitian di penjelasan yang di dapat peneliti Kantor Urusan Agama di Kecamatan melalui wawancara pada Kepala Pandawan, masih banyaknya calon- Kantor Urusan Agama Kecamatan calon yang ingin menikah meski Pandawan, Elisitasi Orang Tua mereka masih belum memenuhi sarat terhadap anak-anak mereka terlihat usia pernikahan, dimana sebagian kecil jelas bahwa sanya mereka dari mereka mau meliwati persidangan menginginkan suatu hal yang bagi di karenakan mereka memang mereka sangat menguntungkan dalam memiliki alasan-alasan yang kuat pernikahan anak mereka, dimana tidak untuk secepatnya melangsungkan sedikit orang tua yang bersikeras pernikahan, namun memohon agar anak mereka dapat di banyak yang tidak mau daftarkan dan di nikahkan secara resmi meliwati persidangan dan di tolak di kantor urusan agama meski mereka secara tegas oleh Kantor Urusan sudah di beritahukan bahwasanya usia Agama Kecamatan Pandawan, dimana anak-anak mereka belum memenuhi mereka ingin melakukan pernikahan sarat dalam melakaukan pernikahan. tidak dalam kundisi terdesak, dimana Dimana kita ketahui bersama alasan-alasan yang di ajukan mereka bahwasanya Elisitasi merupakan usaha hanya alasan-alasan klise yang sering untuk mendapatkan sesuatu, dimana di lakukan masyarakat dulu, seperti dalam arti lain elisitasi merupakan undangan pernikahan anak mereka pemerolehan, elisitasi orang tua di sini sudah di sebarkn, agar mereka tidak merupakan sebuah usaha untuk malu mereka memohon agar memenuhi keinginan secara individual bagi mereka, dimana dalam pemikiran perkembangan zaman, dimana orang tua yang menikahkan anak-anak maraknya anak-anak yang menjalin mereka mereka menginginkan hubungan antar laki-laki dan beberapahal, seperti mengurangi beban perempuan (berpacaran) sudah tanggungan dalam segi perikonomean, menjadi hal biasa di kalangan anak- dimana ketika anak mereka telah anak sekarang ini, hal ini lah yang menikah bagi mereka akan menjadi salah satu dasar mengapa mengurangi tanggungan perikonomian orang tua ingin secepatnya terhadap anak mereka terutama bagi menikahkan anak-anak mereka, mereka yang memiliki anak dimana mereka memiliki ketakutan perempuan, dimana yang banyak akan terjadinya hal-hal yang tidak sekali di temui oleh peneliti mereka inginkan, seperti pergaulan kebanyakan pernikahan yang masih bebas yang berujung hamil di luar berusia dini di alami oleh anak-anak nikah, dimana secara garis besar perempuan, hal yang mendasari masyarakat terkhusus para orang tua di pelanggaran yang di lakuakan para desa Kayu Rabah masih sangat agamis orangtua kebanyakan berpacu pada dimana hal-hal sekecil apapun mereka pertumbuhan fisik anak-anak mereka, akan kaitkan dalam hukum agama, tolak ukur masyarakat dalam selain itu para orang tua tidak mau pernikahan kebanyakan bertumpu pada menjadi bahan gunjingan tetangga fisik anak-anak mereka bukan terhadap dikarenakan perilaku anak-anak usia anak-anak mereka, sehingga mereka, jadi apabila ada anak-anak terdapat asumsi semakin besar batang mereka yang sudah mulai terlihat tubuh anak-anak semakin dewasa terlalu dekan maka para orang tua akan mereka meskipun usia mereka belum secepatnya bertindak mendiskusiakan mencapai Sembilan belasa (19) tahun, kelanjutan dari hubungan anak-anak dimana seperti yang kita ketahui usia mereka ke jenjang pernikahan. Sembilan belas tahun merupakan usia Elisitasi tokoh masyarakat yang prodoktif dan memenuhi sarat terhadap pernikahan usia dini di desa pernikahan dalam Undang-Undang. Kayu Rabah kecamatan Pandawan Selain mengurangi beban sebenarnya sangat bertolak belakang tanggung jawap terhadap kebutuhan dangan pemikiran orang tua yang anak-anak elisitasi orangtua juga menikahkan anak mereka yang belum bertujuan agar mereka tidak memenuhi sarat prnikahan, dimana menanggung malu atas tingkah laku mereka selalu mengingatkan akan hal anak-anak mereka, yang mana bagi itu, namun pendirian orang tua tidak masyarakat kebanyakan anak-anak di bisa di rubah di mana mereka akan desa Kayu Rabah sekarang ini sudah memberikan berbagai macam alasan semakain terpengaruh oleh yang membuat tokoh masyarakat tidak ingin di capai para orang tua serta bisa berbuat banyak. tokoh masyarakat terhadap pernikahan Tokoh masyarakat pada anak-anak mereka yang berusia di bawah batasan usia perundang dasarnya menolak akan adanya undangan : pernikahan di usia dini di desa Kayu 1. Keinginan para orang tua Rabah kecamatan Pandawan, namun terhadap anak anak mereka dikarenakan kebiasaan orangtua yang yang mereka nikahkan tidak terlalu mementingkan lebih terkhusus anak anak yang tepatnya tidak memperdulikan imbas masih berusia dini, para orang dari pernikahan tidak sah secara tua menginginkan agar anak anak mereka tidak melakukan hukum, tidak tercatat secara resmi di hal yang tidak tidak diluar pencatatan sipil kewarga negaraan, pernikahan, yang mana saat ini akan sangat berpengaruh dalam anak anak di desa kayurabah kehidupan anak-anak mereka telah terpengaruh akan kedepannya. perkembangan zaman Pada dasarnya masyarakat terkhusus dalam segi tidak terlalu memperdulikan aturan- pergaulan, dimana anak anak yang masih duduk di bangku aturan yang berlaku yang datangnya sekolah menengah pertama dari pemerintahan, para orang tua yang sudah mengenal yang namanya menikahkan anak-anak mereka meski hubungan antar jenis (pacaran) tidak sah secara resmi di catatan sipil para orang tua takut anak anak mereka hanya berpegang teguh pada mereka menjadikan aib dalam pendirian berlandaskan agama yang keluarga, serta beban ekonomi tidak di cerna secara pasti maksut dan yang semakin besar yang mereka tanggung ketika anak artiannya, dimana pengertian para anak mereka sudah beranjak orangtua yang apabila anak-anak dewasa semakin besar mereka khususnya anak perempuan membuat para orang tua ingin bagi mereka apabila sudah mengalami mengurangi beban menstruasi pada anak-anak berika perekonomian keluarganya berarti sudah dewasa dan dapat dengan menikahkan anak anak mereka, disamping itu para melakuakan pernikahan. orang tua juga masih memegang perinsip lama Kesimpulan dimana mereka takut anak anak Elisitasi orangtua dan tokoh mereka menjadi perawan tua masyarakat pada pernikahan usia dini apabila tidak mereka nikahkan di desa Kayu Rabah kecamatan secepatnya ketia ada laki laki Pandawan menurut pemeliti yang melamar anak mereka, berdasarkan hasil dari wawancara dimmana mereka tidak ingin secara mendalam dilakukan menanggung malu, di gunjing memberikan hasil bahwa tujuan yang para tetangga dikarenakan anak anak mereka yang tidak dapat berbuat apa apa menikah menikah kerna selalu dikarenakan lingkungan yang menolak orang yang datang masih kental dalam segi gotong meminang anak mereka, royungnya para tokoh dimana kepercayaan para orang masyaraka dengan berat hati tua apabila sering menolak membantu kelancaran acara pinangan maka akan pernikahan yang di lakuakn memperlambat (mempersulit) oleh para orang tua meski anak mereka mendapatkan mereka tau pernikahan anak jodoh kedepannya. anak tersebut tidak memenuhi 2. Keinginan para tokoh sarat untuk melangsungkan masyarakat secara formal pernikahan, sehingga mereka bertentangan dengan keinginan menguatkan dengan dalil yang para orangtua anak yang ada yang masih kuat di pegang menikah pada usia dini, seperti para masyarak yang mana bagi tokoh Agama dalam bidang masyarakat apabila anak pernikahan khususnya para mereka telah mengalami penghulu di kantor urusan menstruasi berarti anak anak agama, mereka menolak secara mereka telah dewasa dan boleh keras adanya pernikahan di di nikahkan meski mereka usia dini dimana para penghulu masih berumur belasan tahun tetap berpegang pada undang atau masih duduk di bangku undang Nomor 16 Tahun 2019, sekolah menengah pertama, terkecuali para orang tua dapat bagi masyarakat itu sah sah memberikan alasan yang saja dilakuakan. sekiranya dapat di jadikan pertimbangan itu pun harus Daftar Pustaka meliwati sidang pengadilan, serta tokoh tokoh masyarakat Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H. setempat seperti petugas desa Hukum Perdata dalam Sistem sangat menyayangkan adanya Humuk Nasional. pernikahan dini tersebut Achyar Zulfikar Universitas Islam dimana mereka telah Negri SYARIF memberikan penjelasan sedetel HIDAYATTULLAH mungkin akibat akibat yang JAKARTARespon Warga Desa akan di terima oleh anak anak Tajur Halang Bogor Terhadap yang melakuakn pernikahan di Pernikahan Dini usia dini yang tidak memenuhi sarat undang undang Dewa Gede Sudika,Ni Putu Rai pernikahan nomor 16 tahun Yuliartini “Diseminasi Undang- 2019 tentang pembatasan usia Undang Nomor 1 Tahun 1974 pernikahan, begitupun para Tentang Perkawinan Dalam tokoh masyarakat yang di Peningkatan Kesadaran Hukum tuakan di lingkungan pedesaan Masyarakat Di Desa Sidetapa tersebut, namun mereka tidak Terkait Urgensi Pencatatan Perkawinan Untuk Memperoleh Berupa Skripsi, Nurvita Fauziyah, Akta Perkawinan”MangkuJurnal 2019. “Pendidikan Anak Usia Pendidikan Kewarganegaraan Dini Dalam Keluarga Undiksha Vol. 8 No. 1 (Februari, Perkawinan Dini Di Desa 2020) Tunahan Kecamatan
Berupa Publikasi Departemen Keling Kabupaten Jepara”. JURUSAN
SALINAN UU-Nomor-16- POLITIK DAN Tahun-2019 SK No 006265 A KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU Berupa Skripsi, Tia Hamimatul SOSIALUNIVERSITAS Hidayah, 2019. “Dampak NEGERI SEMARANG Pernikahan Dini Terhadap Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Di Nurjanah, Rufaida, Dwiana Desa Gantimulyo Kec. Estiwidani, And Yuliasti Eka Pekalongan Kab. Lampung Purnamaningrum. “Penyuluhan Timur Provinsi Lampung”. Dan Pengetahuan Tentang Pernikahan Usia Muda.” Kesmas Berupa Skripsi, Evi susant, 2017. 8, No. 2 (2012): 1–5. “Persepsi Masyarakat Terhadap Kemiskinan Rumahtangga Yolanda Ovilia Vionita 16040254087 Akibat Perkawinan Pasangan Di (PPKn, FISH, UNESA), Agus Bawah Umur Di Dusun Iv Desa Satmoko Adi 0016087208 Mekar Jaya Kecamatan Bandar (PPKn, FISH, UNESA), Sribhawono Lampung Timur”. “Pandangan Masyarakat Tentang FAKULTAS KEGURUAN Pernikahan Dini Sebagai DAN ILMU PENDIDIKAN Implementasi Undang-Undang UNIVERSITAS Perkawinan Di Desa Balun LAMPUNGBANDAR Kecamatan Turi Kabupaten LAMPUNG Lamongan”Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Berupa Skripsi, Fitra Puspitasari, Nomor 02 Tahun 2020, 764 – 2006. “Perkawinan Usia Muda: 778 Faktor-FaktorPendorong Dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Berupa Skripsi, Ummi Keluarga (Studi Kasus Di Desa Khairunna,2018. “Dampak Mandalagiri Kecamatan Negatif Pernikahan Dini Leuwisari Kabupaten Terhadap Pendidikan Anak Di Tasikmalaya)”. FAKULTAS Desa Tanjung ILMU SOSIAL JURUSAN MompangKecamatan HUKUM DAN Panyabungan Utara Kabupaten KEWARGANEGARAANUNIV Mandailing Natal” . ERSITAS NEGERI FAKULTAS TARBIYAH DAN SEMARANG ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIIAIN PADANG SIDIMPUAN JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKAN Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto | Ifada Novikasari 1 INSANIA| Vol. 14|No. 2|Mei-Ags 2009| 346-364 Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Matematika Open-ended di Sekolah Dasar BUKU PANDUAN KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PANDAWAN. Volume 4 Nomer 6 Tahun 2018, 5–6