You are on page 1of 12

p-ISSN : 2301-7775

e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

PENGARUH KEPADATAN PENDUDUK, KEMISKINAN DAN


PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KRIMINALITAS

Shinta Wulan Dari 1)*, Asnidar 1)


1)
Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra
*Penulis Korespondensi: wulandarisintaa01@gmail.com, asnidar@unsam.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of population density, poverty and economic
growth on crime in the city of Langsa. This type of research is descriptive quantitative research. The
type of data is secondary data. This study uses a multiple linear regression approach. The results of
this study indicate that population density has a positive and significant effect on crime in the city of
Langsa, poverty has a negative and significant effect on crime in the city of Langsa, ang economic
growth has a positive and insignificant effect on crime in the city of Langsa. Therefor, it is hoped that
the government can encourage stable economic growth, government programs that must side with the
poor with equitable budget allocations and equitable distribution of population and infrastructure.

Keywords: Population Density, Proverty, Economic Growth and Crime

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kriminalitas Di Kota Langsa. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitaif. Jenis data adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data time
series yaitu menggunakan 5 Kecamatan di Kota Langsa dengan menggunakan pendekatan regresi
linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepadatan Penduduk berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kriminalitas di Kota Langsa, Kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Kriminalitas di Kota Langsa, dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Kriminalitas di Kota Langsa. Oleh sebab itu, diharapkan kepada pemerintah agar
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, program pemerintah yang harus berpihak pada
masyarakat miskin dengan alokasi anggaran yang merata dan pemerataan penduduk serta
infrastrukturnya.

Kata Kunci: Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Kriminalitas

Article Information:
Received Date: 19 Januari 2022
Revised Date: 3 Februari 2022
Accepted Date: 24 Februari 2022

68
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

PENDAHULUAN Kemiskinan juga masih menjadi masalah


Latar Belakang Masalah di Provinsi Aceh khususnya di Kota Langsa.
Kriminalitas adalah salah satu masalah Tingkat kemiskinan di Kota Langsa masih terus
yang sering dihadapi disetiap Provinsi Aceh mengalami fluktuatif, tingkat kemiskinan yang
khususnya di Kota Langsa. Kriminalitas di sifatnya fluktuatif juga berdampak pada
Kota Langsa pada tahun 2011 sampai tahun kriminalitas. Secara teoritis, kemiskinan
2020 mengalami fluktuasi. Secara teoritis, berpengaruh signifikan terhadap kriminalitas
menurut statistik kriminalitas merupakan seperti yang dinyatakan oleh Rahmalia et al
(2019) dan Kartini (2005). Kartini (2005)
perkembangan jumlah kejahatan yang ada
menyarankan agar pemerintah dapat
di Indonesia. Pada tahun 2017-2019
mengentaskan kemiskinan di Indonesia saat ini,
kriminalitas di Kota Langsa menurun,
baik dengan penyaluran subsidi bantuan sosial
jumlah kejadian tindak kejahatan pada dan lainnya agar semakin merata. Rahmalia et al
tahun 2017 sebanyak 336.652 kejadian, (2019) juga menyarankan agar pemerintah dapat
menurun sebanyak 294.281 pada tahun mengentas kemiskinan yang terjadi di Indonesia
2018 dan pada tahun 2019 menurun saat ini seperti bantuan sosial, bantuan PKH,
kembali menjadi 269.324 kejadian dan lain sebagainya.
kejahatan. Khan (2015) juga mengatakan Selain itu kepadatan penduduk juga
bahwa cara yang dapat dipakai untuk identik dengan kriminalitas. Hal itu terjadi
menekan kejahatan yaitu dengan cara karena tingginya angka pengangguran disuatu
memberi hukuman ataupun meningkatkan wilayah yang terus meningkat setiap tahunnya.
Hardianto (2009), mengatakan bahwa kejahatan
upah pendapatan. Salah satunya dengan
pada dasarnya timbul akibat karakter manusia
meningkatkan jumlah kualitas sumber daya
yang didorong oleh masalah ekonomi dan
manusia melalui pendapatan.Tingginya angka berpendapatan yang rendah sehingga
kriminalitas disebabkan oleh beberapa faktor menimbulkan tindakan kriminalitas untuk
ekonomi contohnya pertumbuhan ekonomi, mendapatkan kepuasan.
kemiskinan dan kepadatan penduduk. Ali Khan
Berdasarkan pemaparan fenomena di
(2005) juga mengatakan bahwa cara yang dapat
atas penulis tertarik melakukan penelitian
dipakai untuk menekan kejahatan yaitu dengan
dengan judul “Pengaruh Kepadatan
cara memberi hukuman ataupun meningkatkan
upah pendapatan. Salah satunya dengan Penduduk, Kemiskinan, Pertumbuhan
meningkatkan jumlah kualitas sumber daya Ekonomi Terhadap Kriminalitas Di Kota
manusia melalui pendapatan. Langsa”.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah penduduk, dan TINJAUAN PUSTAKA
angkatan kerja. Secara teoritis menurut Wahid Kriminalitas
et al (2010) permintaan terhadap kebutuhan Menurut Kartini (2005) kriminalitas
tenaga kerja yang rendah dapat b terjadi adalah tindak kejahatan yang dilakukan secara
dikarenakan tidak seimbangnya supply-demand sadar dan tidak sadar baik oleh pria ataupun
pertumbuhan ekonomi, sehingga tingkat wanita yang merugikan orang lain. Kriminalitas
pengangguran akan meningkat. Keadaan bukan warisan tetapi hukum karena kejahatan.
seseorang yang tidak memiliki pekerjaan atau Kriminalitas juga memiliki arti yuridis formal
pengangguran yang tidak memiliki penghasilan, dan sosiologis. Yuridis formal adalah sikap
maka tidak dapat memenuhi kebutuhan yang melanggar moral serta norma
hidupnya sesuai syarat hidup layak. kemanusiaan, merugikan masyarakat,
melanggar hukum dan UU tentang tindak

69
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

pidana. Sedangkan sosiologis yaitu segala 1. Brown Criminal ialah orang berdasarkan
bentuk lisan, perbuatan, serta tingkah laku baik pada doktrin atavisme (adanya sifat hewani
secara politis ataupun ekonomis yang dapat yang diturunkan pada diri seseorang).
merugikan masyarakat Hardianto (2009) 2. Nsane criminal ialah orang-orang yang
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), ttergolong ke dalam kelompok idiot, embisil
indikator yang digunakan untuk mengukur atau paranoid.
kejahatan secara umum adalah : 3. Occasional criminal atau crim inaloid yaitu
a. Angka jumlah kejahatan (Crime total) pelaku kejahatan berdasarkan pengalaman
b. Selang waktu terjadinya suatu tindak yang terus-menerus sehingga dapat
kejahatan (Crime clock) mempengaruhi pribadinya.
c. Jumlah orang yang beresiko terkena tindak 4. Riminals of passion ialah pelaku kejahatan
kejahatan ( Crime rate) yang melakukan tindakannya karena marah,
Menurut Silvia & Ikhsan (2021) dalam cinta ataupun karena kehormatan.
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk Terhadap Kriminalitas di Hardianto (2009) mengemukakan
Indonesia” menyatakan bahwa faktor yang pendapat bahwa peningkatan jumlah penduduk
mempengaruhi kriminalitas yaitu pertumbuhan yang cepat akan berdampak pada tingkat
ekonomi, kemiskinan dan kepadatan penduduk kepadatan penduduk di daerah tersebut. Hal ini
berpengaruh positif dan signifikaan terhadap dapat terjadi akibat penduduk yang bertambah
kriminalitas. sementara ruang ataupun lahan masih bersifat
tetap. Tingginya kepadatan penduduk yang
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya tidak diimbangi dengan persebaran penduduk
Kriminalitas dikhawatirkan dapat terjadi ledakan di wilayah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut.
terjadinya kriminalitas yaitu baik factor intern Menurut Mantra (2007) mengatakan
maupun ekstern yang dapat menyebabkan bahwa kepadatan penduduk adalah
seseorang melakukan tindakan kriminal. Faktor perbandingan antara jumlah penduduk dengan
internal terdiri dari faktor kebutuhan ekonomi luas wilayah yang dialami. Menurut Irhamni
yang mendesak, faktor ketanagakerjaan (2017), tingginya tingkat kelahiran adalah
(pengangguran atau memiliki pekerjaan), dan penyumbang utama terjadinya pertumbuhan
faktor taraf kesejahteraan. Faktor eksternal kota yang sangat cepat. Ledakan penduduk di
terdiri dari faktor pendidikan, dan faktor kota-kota di negara berkembang menjadi
pergaulan atau pengaruh lingkungan. Jumlah hambatan dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk yang tinggi pada suatu daerah dapat masyarakat yang ada di kota.
dikaitikan dengan angka kejahatan yang tinggi
pada daerah tersebut. Hal ini juga diikuti dengan Dampak Kepadatan Penduduk Yang Dapat
angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Memicu Terjadinya Kriminalitas
Sosial (PMKS) yang tinggi. Tak jarang PMKS Kepadatan penduduk merupakan salah
menjadi pelaku kejahatan jika tidak diatasi satu factor yang dapat memicu tindakan
dengan baik Handayani (2017). criminal karena daerah yang penduduknya
sangat padat cenderung mengalami
Jenis-jenis Kriminalitas permasalahan ekonomi, kesejahtreraan,
Menurut Bjorn Lomborg (2002), kebutuhan pangan, dan kurangnya tingkat
kriminalitas memiliki 4 jenis antara lain: keamanan yang berujung pada tindak criminal.
Jumlah penduduk yang semakin tinggi di suatu
daerah akan mengakibatkan lapangan kerja
70
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

yang semakin berkurang dan dapat mengalami deprivassi relatif dibandingkan


menyebabkan pengangguran serta ketimpangan individu lainnya dalam masyarakat (Hall, A &
pendapatan antara tenaga kerja yang bekerja dan Midgley, 2014). Menurut Badan Pusat Statistik
tidak bekerja, hal seperti dapat mendorong (2016) kemiskinan merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan tindak criminal dari sisi ekonomi, materi dan fisik untuk
Edwart, A. O., & Azhar (2019). Menurut teori mencukupi kebutuhan dasar makanan dan
kependudukan Thomas Robert Malthus, bukan makanan yang diukur dengan
pertumbuhan penduduk harus seimbang dengan pengeluaran.
pertumbuhan bahan makanan. Ia berpendapat Kuncoro (2006), mengartikan kemiskinan
bahwa laju pertumbuhan makanan jauh lebih sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan standar hidup minimum. Todaro, Michael
penduduk. Lapangan pekerjaan yang semakin (2000) juga menyatakan bahwa kemiskinan
menurun akan meningkatkan jumlah absolut artinya apabila sejumlah penduduk yang
pengangguran, sehingga timbul berbagai macam tidak mampu mendapatkan sumber daya yang
aksi kriminalitas. Dengan begitu, sudah jelas cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
bahwa kepadatan penduduk menyebabkan Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil
tingkat pengangguran yang tinggi dan sejalan minimum tertentu atau dibawah garis
dengan tingkat kriminalitas Handayani (2017). kemiskinan internasional. Seseorang dapat
Kepadatan penduduk yang tinggi dapat dikatakan miskin secara absolut apabila tingkat
mengahmbat usaha peningkatan kualitas pendapatannya berada dibawah garis
penduduk. Hal ini berhubungan dengan teori kemiskinan atau sejumlah pendapatannya yang
kependudukan kontemporer John Stuart Mill tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang menyarankan untuk meningkatkan tingkat minimal, seperti sandang, pangan, Kesehatan,
golongan yang tidak mampu (pekerjaan, perumahan serta Pendidikan yang diperlukan
kesehatan, pendidikan, pendapatan). Seperti untuk dapat hidup dan bekerja.
yang kita ketahui bahwa kepadatan penduduk
memiliki pengaruh positif terhadap tingkat Penyebab Kemiskinan
kriminalitas terutama pada daerah yang diikuti Suwandi (2015) kemiskinan di sebabkan
dengan peningkatan kemiskinan. Kepadatan oleh dua hal antara lain yang pertama
penduduk dan kendala yang dihadapi oleh kemiskinan di sebabkan karena sifat alami, sifat
pemerintah untuk mengatur populasi semakin yang timbul dari perilaku masyarakat atau
meningkat setiap tahunnya Fajri & Rizki seseorang yaitu:
(2019). Menurut Christiani, C., Tedjo, P., & 1. Keterbatasan sumber daya modal,
Martono (2014), kepadatan penduduk juga keterbatasan sumber daya manusia (SDM)
menyebabkan fasilitas sosial dan kesehatan dapat di artikan kualitas sumber daya
(sekolah, rumah sakit, tempat rekreasi) serta manusia misalkan keterampilan, pendidikan,
fasilitas pendukung kehidupan lainnya tidak dan pengetahuan.
tercukupi. Sebagian penduduk yang tidak 2. Tempat atau letak geografis suatu wilayah
mendapat fasilitas tersebut akhirnya mencari yang terpencil dan yang sulit untuk di
cara lain agar mendapat fasilitas yang sama, jangkau, yang mengakibatkan sulit
yaitu dengan melakukan tindakan kriminal. berinteraksi dengan penduduk yang maju.
Yang kedua yaitu kemiskinan yang di sebabkan
Kemiskinan karena kebijakan pembangunan atau kebijakan
Kemiskinan merupakan sebagai kondisi pemerintah, dapat di lihat dari berbagai aspek
deprivassi materi dan sosial yang menyebabkan yaitu :
individu hidup dibawah standar kehidupan yang
layak atapun kondisi dimana individu
71
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

1. Pembangunan yang kurang memperhatikan


kawasan atau wilayah yang terpencil dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
sulit di jangkau. Pertumbuhan Ekonomi
2. Adanya ketimpangan antara pembangunan di Pertumbuhan ekonomui juga dipengaruhi
wilayah desa maupun kota. oleh berbagai factor antara lain:
3. Kurang memperhatikan usaha maupun 1. Barang modal dan teknologi
produk masyarakat yang berskala kecil atau Modal dan barang yang semakin
usaha mikro ekonomi. meningkat dan bertambah yang di
dukung dengan teknologi yang maju
Pertumbuhan Ekonomi
maka dapat menciptakan sebuah
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
inovasi maupun karya yang dapat
sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan
meningkatkan produksi.
jasa yang diproduksi dalam masyarakat 2. Sumber daya alam
bertambah serta kemakmuran masyarakat Sumber daya alam jika di kelola serta
menjadi meningkat (Sadono, 2011). di manfaatkan dengan baik, maka dapat
Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu meningkatkan pendapatan serta
proses yang mantap dimana kapasitas produktif mendorong pertumbuhan ekonomi.
dari suatu perekonomian meningkat sepanjang 3. Sikap masyarakat
waktu untuk menghassilkan tingkat pendapatan Sikap hemat, disiplin, serta mampu
yang lebih besar Todaro (2003). bekerja keras, suka berinvestasi, maka
Teori Sollow membuktikan bagaimana
dapat menunjang pertumbuhan
tingkat tabungan, investasi, pertumbuhan
ekonomi, sedangkan jika sulit
populasi serta kemajuan teknologi dapat
mempengaruhi tingkat output perekonomian
menerima pembaharuan serta
dan pertumbuhan ekonomi. Harrod Domar juga perubahan cara hidup modern maka
membuktikan bahwa semakin banyak jumlah dapat menghambat pertumbuhan.
PDB yang ditabung maka akan menambah 4. Kualitas dan kuantitas penduduk
modal sehingga dapat meningkatkan Kualitas penduduk merupakan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi penduduk yang memiliki keterampilan
di butuhkan karena sumber utama peningkatan serta keahlian, mempunyai etos kerja
standar hidup. Kemampuan suatu negara untuk yang tinggi maka dapat mendorong
meningkatkan standar hidup penduduknya yaitu pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
sangat tergantung dan di tentukan oleh laju
kuantitas penduduk merupakan jumlah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
penduduk yang mengalami peningkatan
merupakan peningkatan kemampuan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barang, jasa,
dan pendorong utama dalam
pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk meningkatkan ekonomi, akan tetapi
perubahan yang bersifat kuantitatif Nanga jumlah penduduk memiliki dampak
(2001). Tingkat pertumbuhan ekonomi dan positif dan negatif. Dampak positifnya
kemiskinan merupakan tolak ukur untuk melihat merupakan penduduk yang meningkat
keberhasilan atau kemakmuran suatu daerah. membuat tenaga kerja bertambah
Seluruh daerah yang mengalami laju sehingga dapat meningkatkan produksi.
pertumbuhan ekonomi yang kurang maksimal Sedangkan dampak negatifnya yaitu
akan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai jika penduduk tinggi dan
suatu pertumbuhan ekonomi yang maksimal dan
perekonomiannya masih rendah maka
menurunkan kemiskinan Jonaidi A (2012)
72
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

dapat mengakibatkan beban suatu HUBUNGAN ANTARA KEMISKINAN


daerah, karena hasil produksi yang DENGAN KRIMINALITAS
minim tidak dapat mencukupi Menurut Silvia & Ikhsan (2021), adanya
kebutuhan hidup. keterkaitan hubungan antara kemiskinan dengan
kriminaloitas sebagai berikut: “kemiskinan
HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN memiliki hubungan yang signifikan terhadap
PENDUDUK DENGAN KRIMINALITAS kriminalitas”. Dimana dapat dijelaskan bahwa
Menurut Silvia & Ikhsan (2021), adanya semakin tinggi angka kemiskinan maka dapat
keterkaitan hubungan antara kepadatan menyebabkan kriminalitas meningkat.
penduduk dengan kriminalitas sebagai berikut: Kemiskinan memiliki arti sebagai kondisi
“kepadatan penduduk berpengaruh positif dan deprivassi materi dan sosial yang menyebabkan
signifikan terhadap kriminalitas”. Dimana dapat individu hidup dibawah standar kehidupan yang
dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah layak atapun kondisi dimana individu
kepadatan penduduk maka akan menyebabkan mengalami deprivassi relatif dibandingkan
kriminalitas meningkat. individu lainnya dalam masyarakat Hall, A &
Midgley (2014).
Hardianto (2009) berpendapat bahwa
Suwandi (2015)Kemiskinan di sebabkan
peningkatan jumlah penduduk yang cepat
oleh dua hal antara lain yang pertama
akan berdampak pada tingkat kepadatan kemiskinan di sebabkan karena sifat alami, sifat
penduduk di daerah tersebut. Hal ini dapat yang timbul dari perilaku masyarakat atau
terjadi akibat penduduk yang bertambah seseorang. Yang kedua yaitu kemiskinan yang
sementara ruang ataupun lahan masih di sebabkan karena kebijakan pembangunan
bersifat tetap. Tingginya kepadatan atau kebijakan pemerintah.
penduduk yang tidak diimbangi dengan
persebaran penduduk dikhawatirkan dapat HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN
terjadi ledakan di wilayah tersebut. EKONOMI DENGAN KRIMINALITAS
Kepadatan penduduk juga merupakan salah Menurut Silvia & Ikhsan (2021), adanya
keterkaitan hubungan antara pertumbuhan
satu faktor yang dapat memicu tindakan
ekonomi dengan kriminalitas sebagai berikut:
kriminal karena daerah yang penduduknya
“pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan
sangat padat cenderung mengalami yang signifikan terhadap kriminalitas”. Dimana
permasalahan ekonomi, kesejahtreraan, dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi
kebutuhan pangan, dan kurangnya tingkat pertumbuhan ekonomi maka dapat
keamanan yang berujung pada tindak menyebabkan kriminalitas meningkat.
criminal. Jumlah penduduk yang semakin Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
tinggi di suatu daerah akan mengakibatkan perkembangan kegiatan dalam perekonomian
lapangan kerja yang semakin berkurang dan yang menyebabkan barang dan jasa yang
dapat menyebabkan pengangguran serta diproduksi dalam masyarakat bertambah serta
ketimpangan pendapatan antara tenaga kerja kemakmuran masyarakat menjadi meningkat
Sadono (2011). Teori Sollow membuktikan
yang bekerja dan tidak bekerja, hal seperti
bagaimana tingkat tabungan, investasi,
dapat mendorong seseorang untuk
pertumbuhan populasi serta kemajuan teknologi
melakukan tindak criminal Edwart, A. O., dapat mempengaruhi tingkat output
& Azhar (2019). perekonomian dan pertumbuhan ekonomi.

73
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

METODE PENELITIAN berdistribusi normal dan layak digunakan untuk


Lokasi Penelitian memprediksi.
Penelitian ini dilakukan di Kota Langsa Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Residual
dengan ruang lingkup penelitian merupakan Jarque - Bera 1.217725
kajian dari ekonomi kependudukan. Penelitian Probability 0.543969
ini menganalisis tentang Pengaruh Kepadatan Sumber : Data penelitian (diolah 2022)
Penduduk, Kemiskinan, dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kriminalitas Di Kota
Langsa.

Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu regresi linear
berganda dengan menggunakan metode data
time series untuk melihat pengaruh kepadatan
penduduk, kemiskinan, dan pertumbuhan
ekonomi terhadap kriminalitas. Adapun
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Residual
menurut Gurajati (2013) bentuk model regresi
linear berganda yang sudah ditransformasikan 2. Uji Multikolinearitas
yaitu : Model regresi yang baik adalah regresi
Y = β0 + β1X1 + B2X2 + β3X3 + e yang tidak ada gejala korelasi yang kuat
Kemudian ditransformasikan sehingga mudah diantara variabel bebasnya. Model regresi yang
untuk diinterpretasikan menjadi baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
Tdk = β0 + β1KP + β2KMS + B3PE + e variabel bebasnya.

Keterangan : Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas


Tdk = Tindak kriminalitas (kasus) Coefficient
Coefficient Uncentered Centered
Variable Centered VIF
KP = Kepadatan penduduk Variable Variance Variance VIF VIF
KMS = Kemiskinan C 93861.23 NA
PE = Pertumbuhan ekonomi KP C 0.076244 93861.232.036684 2553.886 NA
β0 = Konstanta KMS X1 1009429. 0.0762441.377680 1137.432 2.03668
β1, β2, β3 = Koefisien regresi linear PE X2 12.35238 1009429.1.609930 3466.646 1.37768
berganda Sumber : Data penelitian (diolah 2022) 5.305613
X3 12.35238 1.60993
e = Error term Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa hasil
estimasi nilai matriks korelasi menunjukkan
tidak terdapat masalah multikolinearitas data.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karena nilai Kepadatan Penduduk yaitu sebesar
Uji Asumsi Klasik 2,037 < 10, Kemiskinan memiliki nilai sebesar
1. Uji Normalitas 1.378 < 10, dan Pertumbuhan ekonomi
Dalam penelitian ini metode yang memiliki nilai sebesar 1,609 maka dapat
digunakan untuk uji normalitas adalah dengan dinyatakan bahwa variabel dalam penelitian ini
statistik Jarque-Bera dimana pada Gambar 1 tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam
dan tabel 1 hasilnya menunjukkan nilai statistik model prediksi.
Jarque-Bera hasil bahwa nilai probabilitasnya
adalah 0,543969 > α=0,05, hal ini bermakna
bahwa residual data yang digunakan adalah

74
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

3. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan tabel 4 hasil analisis dapat


Heteroskedastisitas merupakan keadaan dibuat persamaan regresi linier berganda
dimana semua gangguan yang muncul dalam sebagai berikut :
fungsi regresi populasi tidak memiliki varians
Tdk = 4.174,89 + 6,18KP - 23.688,12KMS +
yang sama. Adapun hasil uji heteroskedastisitas
31,62PE + e
dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel
berikut ini : Dari hasil persamaan tersebut maka dapat
Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas diinterprestasikan sebagai berikut :
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan- 1. Nilai konstanta sebesar 4.174,89
Godfrey menunjukkan bahwa jika variabel kepadatan
F-statistic 0.096895 Prob. F 0.9511 penduduk, kemiskinan dan pertumbuhan
Prob. ekonomi tetap maka tingkat kriminalitas di
Obs*R-
1.126091 Chi- 0.7708 Kota Langsa sebesar 4.174,89 jiwa.
squared
Square 2. Nilai Unstandardized Coefficients
Prob. kepadatan penduduk sebesar 6,18
Scaled
0.042375 Chi- 0.9977 menunjukkan bahwa apabila terjadi
explained SS
Square peningkatan kepadatan penduduk 1 persen,
Sumber : Data penelitian (diolah 2022) maka akan menyebabkan tindak kriminalitas
Dari tabel 3 diketahui bahwa nilai prob. di Kota Langsa meningkat 6,18 kasus,
Chi-Square pada Obs*R-squared sebesar dengan asumsi kemiskinan dan pertumbuhan
0,7708 > 0,05, artinya model regresi bersifat ekonomi tetap (cateris paribus).
homokedastisitas atau dengan kata lain tidak 3. Nilai Unstandardized Coefficients
ada masalah asumsi non heteroskedastisita. kemiskinan sebesar -23.688,12 menunjukkan
bahwa apabila terjadi peningkatan
Analisis Regresi Linear Berganda kemiskinan sebesar 1 persen, maka akan
Analisis regresi linear berganda menyebabkan tindak kriminalitas di Kota
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Langsa menurun 23.688,12 kasus, dengan
bebas yaitu Kepadatan Penduduk Kemiskinan asumsi kepadatan penduduk dan
dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap variabel pertumbuhan ekonomi tetap (cateris
terikat yaitu Kriminalitas. Hasil regresi paribus).
dianalisis menggunakan program pengolah data 4. Nilai Unstandardized Coefficients X3 sebesar
software Eviews 10 sehingga diperoleh hasil 31,62 menunjukkan bahwa apabila terjadi
seperti pada tabel berikut ini : peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1
Tabel 4. Regresi Linear Berganda persen, maka akan menyebabkan tindak
kriminalitas di Kota Langsa meningkat
Variable Coefficient Prob. sebesar 31,62 kasus, dengan asumsi
C 4174.889 0.0466 kepadatan penduduk dan kemiskinan tetap
KP 6.178518 0.0284 (cateris paribus).
KMS -23688.12 0.0270
PE 31.62366 0.0705 Uji t
R-squared 0.998618 Berdasarkan tabel 4 maka dapat diketahui
Adjusted R-squared 0.994471 bahwa hasil estiminasi koefisien variabel
Prob(F-statistic) 0.047325 kepadatan penduduk sebesar 6,18 dan
Sumber : Data penelitian (diolah 2022) signifikan pada Prob. 0,0284 < α = 0,05.
Artinya secara parsial kepadatan penduduk
bepengaruh positif dan signifikan terhadap

75
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

tindak kriminalitas di Kota Langsa. Jika terjadi Pembahasan


peningkatan kepadatan penduduk sebesar 1 Pengaruh Kepadatan Penduduk Terhadap
persen, maka tindak kriminalitas di Kota Langsa Kriminalitas
akan meningkat secara signifikan sebesar 6,18 Pernyataan hipotesis pertama menyatakan
kasus. bahwa kepadatan penduduk berpengaruh
Hasil estiminasi koefisien variabel signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
kemiskinan sebesar –23.688,12 dan signifikan Kota Langsa. Besaran pengaruh kepadatan
pada Prob. 0,0270 < α = 0,05. Artinya secara penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
parsial kemiskinan bepengaruh negatif dan adalah 6,18 dengan nilai signifikan pada prob.
signifikan terhadap tindak kriminalitas di Kota 0,0284 < α = 0,05 maka hipotesis dalam
Langsa. Jika terjadi peningkatan kemiskinan penelitian ini diterima. Dengan demikian dapat
sebesar 1 persen, maka tindak kriminalitas di disimpulkan bahwa kepadatan penduduk
Kota Langsa akan menurun secara signifikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
sebesar 23.688,12 kasus. kriminalitas di Kota Langsa. Ini berarti jika
Hasil estiminasi koefisien variabel terjadi peningkatan kepadatan penduduk sebesar
pertumbuhan ekonomi sebesar 31,62 dan 1 persen maka akan meningkat secara signifikan
signifikan pada Prob. 0,0705 > α = 0,05. sebesar 6,18 kasus, dengan asumsi variabel lain
Artinya secara parsial pertumbuhan ekonomi konstan.
bepengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kepadatan penduduk merupakan
tindak kriminalitas di Kota Langsa. Jika terjadi banyaknya penduduk dengan tingkat
peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 perbandingan antara jumlah penduduk dan luas
persen, maka tindak kriminalitas di Kota Langsa wilayah. Fajri & Rizki (2019) mengemukakan
akan meningkat secara tidak signifikan sebesar pendapat bahwa peningkatan jumlah penduduk
31,62 kasus. yang cepat akan berdampak pada tingkat
kepadatan penduduk di daerah tersebut. Hal ini
Uji F dapat terjadi akibat penduduk yang bertambah
Berdasarkan tabel 4 maka diperoleh hasil sementara ruang aataupun lahan masih bersifat
uji secara simultan dengan nilai Prob. 0,047325 tetap. Tingginya kepadatan penduduk yang
< α = 0,05. Maka dapat dinyatakan secara tidak diimbangi dengan persebaran penduduk
simultan kepadatan penduduk, kemiskinan dan dan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga
pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan mengakibatkan tindak kriminalitas akan
terhadap tindak kriminalitas di Kota Langsa. meningkat.
Hasil penelitian sama dengan penelitian
Koefisien Determinasi (R2) yang dilakukan oleh Silvia & Ikhsan (2021),
Koefisien detreminasi (R2) dalam Fajri & Rizki (2019), Purwanti & Widyaningsih
penelitian ini diperoleh nilai R-squared sebesar (2019), Sabiq & Apsari (2021)yang
0,9986 atau 99,86%, artinya variabel kepadatan menunjukkan kepadatan penduduk berpengaruh
penduduk kemiskinan dan pertumbuhan positif dan signifikan terhadap kriminalitas.
ekonomi mempengaruhi tindak kriminalitas di
Kota Langsa sebesar 99,86%, sedangkan Pengaruh Kemiskinan Terhadap
sisanya sebesar 0,14% dipengaruhi oleh faktor- Kriminalitas
faktor lain di luar penelitian, seperti jumlah Pernyataan hipotesis kedua menyatakan
prnduduk, pendidikan dan pengangguran. bahwa kemiskinan berpengaruh signifikan
terhadap kriminalitas di Kota Langsa. Besaran
pengaruh kemiskinan terhadap kriminalitas
adalah – 23.688,12 dengan nilai signifikan pada
prob. 0,0270 < α = 0,05 maka hipotesis dalam
76
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

penelitian ini diterima. Dengan demikian dapat 31,6246 kasus dengan asumsi variabel lain
disimpulkan bahwa kemiskinan berpengaruh konstan.
negatif dan signifikan terhadap kriminalitas di Pertumbuhan ekonomi juga merupakan
Kota Langsa. Jika terjadi penurunan suatu proses yang mantap dimana kapasitas
kemiskiman sebesar 1 persen, kriminalitas di produktif dari suatu perekonomian meningkat
Kota Langsa akan meningkat secara signifikan sepanjang waktu untuk menghassilkan tingkat
sebesar 23.688,12 kasus, dengan asumsi pendapatan yang lebih besar Todaro (2003).
variabel lain konstan. Teori Sollow membuktikan bagaimana
Kuncoro (2006), mengartikan kemiskinan tingkat tabungan, investasi, pertumbuhan
sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi populasi serta kemajuan teknologi dapat
standar hidup minimum. Todaro, Michael mempengaruhi tingkat output perekonomian
(2000) juga menyatakan bahwa kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Harrod Domar
absolut artinya apabila sejumlah penduduk yang (1957) juga membuktikan bahwa semakin
tidak mampu mendapatkan sumber daya yang banyak jumlah PDB yang ditabung maka akan
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. menambah modal sehingga dapat meningkatkan
Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil pertumbuhan ekonomi.
minimum tertentu atau dibawah garis Hasil penelitian ini menolak penelitian
kemiskinan internasional. Seseorang dapat yang dilakukan oleh Fajri & Rizki (2019),
dikatakan miskin secara absolut apabila tingkat purwanti & Widyaningsih (2019), yang
pendapatannya berada dibawah garis menyatkan bahwa variabel pertumbuhan
kemiskinan atau sejumlah pendapatannya yang ekonomi memiliki pengaruh signifikan dengan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kriminalitas.
minimal, seperti sandang, pangan, Kesehatan,
perumahan serta Pendidikan yang diperlukan KESIMPULAN DAN SARAN
untuk dapat hidup dan bekerja. Berdasarkan hasil analisis data dan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pembahasan mengenai pengaruh kepadatan
penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Ikhsan penduduk, kemiskinan dan pertumbuhan
(2021), Rahmalia et al (2019), Kuciswara et al. ekonomi terhadap kriminalitas di Kota Langsa,
(2021), Putra et al., (2021) yang menyatakan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
bahwa variabel kemiskinan mempunyai kepadatan penduduk berpengaruh positif dan
pengaruh signifikan terhadap Kriminalitas. signifikan terhadap tindak kriminalitas di Kota
Langsa (Ho di terima), hasil penelitian ini sama
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia &
Kriminalitas Ikhsan (2021), Fajri & Rizki (2019), Purwanti
Pernyataan hipotesis ketiga menyatakan & Widyaningsih (2019), Sabiq & Apsari
bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh (2021)yang menunjukkan kepadatan penduduk
signifikan terhadap kriminalitas di Kota Langsa. berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Besaran pengaruh pertumbuhan ekonomi kriminalitas. Kemiskinan berpengaruh negatif
terhadap kriminalitas adalah 31,62 dengan nilai dan signifikan teerhadap kriminalitas di Kota
signifikan pada prob. 0,0705 > α = 0,05 maka Langsa (Ho di terima), hasil penelitian ini tidak
hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Dengan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
demikian dapat disimpulkan bahwa Silvia & Ikhsan (2021), Rahmalia et al (2019),
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan Kuciswara et al. (2021), Putra et al., (2021)
tidak signifikan terhadap kriminalitas di Kota yang menyatakan bahwa variabel kemiskinan
Langsa. Ini berarti jika terjadi peningkatan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen maka Kriminalitas. Pertumbuhan penduduk
akan meningkat secara signifikan sebesar berpengaruh positif dan tidak signifikan
77
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

terhadap kriminalitas di Kota Langsa (Ho di Ekonomi Dan Pembangunan, 1(3), 759–
tolak), hasil penelitian ini menolak penelitian 768.
yang dilakukan oleh Fajri & Rizki (2019), Fajri, & Rizki. (2019). Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Kepadatan Penduduk Dan
purwanti & Widyaningsih (2019), yang
Pengangguran Terhadap Kriminalitas
menyatkan bahwa variabel pertumbuhan Perkotaan Aceh. 4(3), 255–263.
ekonomi memiliki pengaruh signifikan dengan Gurajati, D. . (2013). Dasar-Dasar
kriminalitas. Ekonometrika (R. . Mangunsong (ed.); 5th
Adapun saran dari penelitian ini adalah ed.).
pertumbuhan ekonomi yang stabil sangat Hall, A & Midgley, J. (2014). Social Policy For
diharapakn untuk menekankan angka Development.
Handayani, R. (2017). Analisis Dampak
kriminalitas dengan cara meningkatkan nilai
Kependudukan Terhadap Tingkat
tambah produksi maka dapat meningkatkan Kriminalitas di Provinsi Banten. Jurnal
pendapatan sehingga kriminalitas di Kota Administrasi Publik, 8(2), 149–169.
Langsa akan berkurang. Kemiskinan dapat Hardianto, F. (2009). Analisis Faktor-Faktor
menghambat tujuan pembangunan dan dapat Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas
menjadi pendorong timbulnya masalah social, Di Indonesia Dari Pendekatan Ekonomi.
oleh sebab itu sebaiknya pemerataan Irhamni. (2017). Pengaruh Jumlah Penduduk,
Pengangguran dan Pengeluaran
pembangunan melalui pemberdayaan
Pemerintah Terhadap Kemiskinan Di
masyarakat harus tepat sasaran. Diharapkan Indonesia Tahun 1986-2015. Universitas
kepada pemerintah agar dapat mengentaskan Negeri Yogyakarta.
kriminalitas dengan cara membuka lapangan Jonaidi A. (2012). Analisis Pertumbuhan
pekerjaan yang luas. Diharapkan bagi peneliti Ekonomi dan Kemiskinan Di Indonesia. 1.
selanjutnya apabila ingin meneliti lebih lanjut Kartini, K. (2005). Pemimpin dan
Kepemimpinan.
tentang pengaruh kepadatan penduduk,
Kuciswara, D., Muslihatinningsih, F., &
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap Santoso, E. (2021). Pengaruh Urbanisasi,
kriminalitas, untuk menggunakan tahun yang Tingkat Kemiskinan, Dan Ketimpangan
lebih panjang agar dapat menhasilkan penelitian Pendapatan Terhadap Kriminalitas Di
yang lebih mendalam. Provinsi Jawa Timur.
Https://Ojs.Unpkediri.Ac.Id/Index.Php/Ak
REFERENSI untansi/Article/View/16307/2254, 6(3).
https://doi.org/10.29407/jae.v6i3.16307
Ali Khan, S. (2005). Filsafat Pendidikan Al-
Kuncoro, M. (2006). Ekonomi Pembangunan
Ghazali.
Teori, Masalah dan Kebijakan.
Badan Pusat Statistik. (2010). Kota Langsa
Mantra. (2007). Demografi Umum.
Dalam Angka.
Nanga, M. (2001). Teori Makro Ekonomi
Badan Pusat Statistik. (2016). Kota Langsa
Masalah dan Kebijakan (1st ed.).
Dalam Angka.
Purwanti, E. Y., & Widyaningsih, E. (2019).
Bjorn Lomborg. (2002). The Skeptical
Analisis Faktor Ekonomi Yang
Environmentalist: Measuring the Real
Mempengaruhi Kriminalitas Di Jawa
State of the World. Cambrigde University
Timur. Jurnal Ekonomi-Qu, 9(2).
Press.
https://doi.org/10.35448/jequ.v2i2.7165
Christiani, C., Tedjo, P., & Martono, B. (2014).
Putra, A. D., Martha, G. S., Fikram, M., &
Analisis Dampak Kepadatan Penduduk
Yuhan, R. J. (2021). Faktor-Faktor yang
Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat
Memengaruhi Tingkat Kriminalitas di
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah
Indonesia Tahun 2018. Indonesian Journal
UNTAG Semarang, 102–114.
of Applied Statistics, 3(2), 123.
Edwart, A. O., & Azhar, Z. (2019). Pengaruh
https://doi.org/10.13057/ijas.v3i2.41917
Tingkat Pendidikan, Kepadatan Penduduk
Rahmalia, S., Ariusni, & Triani, M. (2019).
dan Ketimpangan Pendapatan Terhadap
Pengaruh Tingkat Pendidikan,
Kriminalitas Di Indonesia. Jurnal Kajian
Pengangguran , Dan Kemiskian Terhadap
78
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 11 No 1 Maret 2022

Kriminalitas Di Indonesia. 3.
Sabiq, R. M., & Apsari, N. C. (2021). Dampak
Pengangguran Terhadap Tindakan
Kriminal Ditinjau Dari Perspektif Konflik.
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 3(1),
51.
https://doi.org/10.24198/jkrk.v3i1.31973
Sadono, S. (2011). Makro Ekonomi Teori
Pengantar.
Silvia, & Ikhsan. (2021). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan Dan
Kepadatan Penduduk Terhadap
Kriminalitas Di Indonesia. 6(1), 23–30.
Suwandi. (2015). Desentralisasi Fiskal Dan
Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Penyerapan Tenaga Kerja,
Kemiskinan, Dan Kesejahteraan di
Kabupaten/Kota Induk Provinsi Papua
(1st ed.).
Todaro, Michael, P. (2000). Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga (7th ed.).
Todaro, M. . dan S. S. C. (2003). Pembangunan
Ekonomi Di Dunia Ketiga (8th ed.).
Wahid, M., Mustikawan, A., & Ridho, A.
(2010). Evaluasi Pembelajaran:
Kompetensi dan Praktik.

79

You might also like